Anda di halaman 1dari 18

SKENARIO 3

DIARE

KELOMPOK : A-2

KETUA :Muhamad Akbar Ramadhan Munandar (1102018015)


SEKERTARIS : Nurfitri (1102018022)

ANGGOTA : Karlina widia (1102018018)

Keisya Ananda Azzalyka (1102018024)

Melia HananiManalis ( 1102018021)


MiftaKhuljannah (1102018023)
Dina Kurniati (1102018016)
Nafiz Aizal Wardana (1102018019)

FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS YARSI 2018


Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. +62214244574

Fax +62214244574
Daftar Isi
Daftar Isi......................................................................................................... 1
Skenario 3................................................................................................................ 2
Kata Sulit.................................................................................................................. 3
Pertanyaan................................................................................................................ . 4
Jawaban...................................................................................................................... 4
Hipotesi....................................................................................................................... 5
SasaranBelajar........................................................................................................... 6
Daftar Pustaka........................................................................................................... 6

1
SKENARIO 3

Kekurangan Cairan

Seorang laki-laki, 35 tahun dibawa ke puskesmas karena mengalami mencret lebih dari
12 kali dalam sehari sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini timbul setelah makan malam di warung
nasi dekat rumahnya. Pemeriksaan fisik: kesadaran compos mentis, lemah, tekanan darah (TD)
85/60 mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi pernapasan 34x/menit cepat dan dalam,
jumlah urine sedikit. Di puskesmas penderita di pasang infus dan diberikan pertolongan pertama
lalu dirujuk ke RS terdekat. Dokter meminta untuk diperiksa analisa gas darah. Kesannya:
terdapat gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik, dengan anion gap yang
normal.

2
KATA SULIT

1. Asidosis : Kondisi yang terjadi saat kondisi asam dalam tubuh


sangat tinggi.

2. Kesadaran Compos Mentis : Kesadaran Normal, sadar sepenuhnya.

3. Diare : Gangguan Pencernaan akibat Inveksi Virus dan Bakteri.

4. Analisa Gas Darah : Tes darah untuk mengukur kadar Oksigen,


Karbondioksida dan PH dalam darah.

5. Asidosis Metabolik : Gangguan ketika status asam-basa bergeser ke sisi asam


akibat kehilangan basa.

6. Anion Gap : Disparitas antara Kation dan Anion pada Ekstraselular

3
PERTANYAAN

1. Mengapa Pernapasan pasien tersebut cepat dan dalam ?

2. Apa dampak dari Diare yang Berlebihan ?

3. Mengapa Dokter meminta pasien untuk diperiksa Analisa Gas Darah?

4. Mengapa pada saat Diare jumlah Urine yang keluar Sedikit ?

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi keseimbangan asam-basa ?

6. Apa penyebab Diare ?

7. Apa yang dimaksud dengan Asidosis Metabolik ?

8. Apa hubungan Asidosis Metabolik dengan Diare ?

JAWABAN

1. Karena Paru-paru berusaha Mengkompensasi dengan mengeluarkan Karbondioksida


lebih banyak.

2. Tergantung pada lama nya diare berlangsung, apabila diare berlangsung lama tanpa
ditangani, diare dapat menjadi pertanda gangguan serius.

3. Untuk mengukur PH dan kadar Oksigen dan Karbondioksida pada Darah. Sehingga bisa
melihat kemampuan Paru-paru dalam Tubuh.

4. Karena sekresi ADH meningkat sehingga urine yang keluar sedikit untuk menyeimbang
kan kesetimbangan cairan
5. Sistem Buffer, Sistem Respirasi, Fungsi Ginjal, Gangguan sistem Kardiovaskular maupun
gangguan fungsi susunan saraf pusat.
6. Disebabkan karena bakteri Salmonela atau e coli dan Parasit.
7. Gangguan ketika Status Asam-Basa bergeser ke sisi Asam akibat kehilangan basa.
8. Kehilangan Bikarbonat di Saluran Cerna dan Ginjal, mengikat bahan Asam.
Diare termasuk ke saluran cerna.

4
HIPOTESIS

GANGGUAN
DIAGNO KESEIMBANGAN FAKTOR
SIS ASAM BASA /
PENYEB
AB

ASIDOSIS ALKALOSIS

METABOLIK RESPIRATO METABOLIK RESPIRATO


RIK RIK

KRONIS AKUT

5
1. Mempelajari dan Memahami Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

1.1 Definisi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

Gangguann Keseimbangan Asama-Basa adalah kondisi dimana kadar asam dan basa
dalam darah tidak seimbang. Penyimpangan asam-basa dari status normal dibagi menjadi
empat kategori,bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+]. Kategori-
kategori tersebut adalah : asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik,asidosis metabolik, dan
alkalosiss metabolik. (Sherwood.edisi 9)

Aturan-aturan berikut berlaku ketika kita menilai ketidakseimbangan asam-basa terjadi


kompensasi apa pun :
1. Perubahan pH yang disebabkan oleh faktor pernapasan yang
menyebabkan perubahan H+ yang dihasilkan dari H2CO3.
Sebaliknnya ,penyimpangan pH karena faktor metabolik dengan
[HCO3-] abnormal yang terjadi karena ketidaksamaan antara
jumlah HCO3- yang tersedia dan jumlah H+ yang dihasilkan dari
asam non-karbonat yang harus didapar oleh HCO3- .
2. Setiap kali rasio [ HCO3-/CO2] turun dibawah 20/1, akan timbul
asidosis. Dan apabila rasio lebih dari 20/1, akan terjadi alkalosis.

1.2 Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa.

1. Asidosis adalah ketika pH dalam tubuh kurang dari 7,35. Hal tersebut mengakibatkan
kadar asam-basa dalam tubuh berarah kearah asam.
Asidosis terbagi menjadi 2 yaitu :
 Asidosis Respiratorik : Disebabkan oleh retensi CO2 abnormal karena hipoventilasi.
Karena CO2 yang keluar dari paru-paru lebih sedikit daripada normal, peningkatan
CO2 yang terjadi menghasilkan lebih banyak H+ dari sumber ini.
 Asidosis Metabolik : Hal ini karena pengeluaran berlebihan cairan yang kaya
HCO3 dari tubuh karena akumulasi asam non-karbonat. Pada akumulasi asam
nonkarbonat, HCO3 plasma digunakan untuk mendapar H+ tambahan tersebut.

2. Alkalosis adalah ketika pH dalam tubuh lebih besar dari 7,45. Hal tersebut
mengakibatkan kadar asam-basa dalam tubuh berarah kearah basa.
Alkalosis terbagi menjadi 2 yaitu :
 Alkalosis Respiratorik : Terjadi ketika banyak sekali CO2 hilang dari tubuh akibat
hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat melebihi laju produksi CO2, CO2 yang
keluar terlalu banyak. Akibatnya, H+ yang terbentuk dari sumber ini menjadi lebih
seedikit.
 Alkalosis Metabolik : adalah penurunan [H+] plasma akibat defisiensi relatif asam-
asam non-karbonat. Gangguan asam-basa ini terjadi karena peningkatan [HCO3-] yang ,
pada keadaan tak terkompensasi, tidak disertai oleh perubahan [CO2].

6
1.3 Etiologi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa
 Asidosis Respiratorik.
1. Menurunkan kemampuan paru untuk mengeluarkan CO2. Obstruksi jalur traktus
respiratorius, pneumonia, emfisema,
atau penurunan luas permukaan membrane paru, dan setiap factor yang menggang
gu pertukaran gas antara darah dan udara alveolus.
2. Inhibisi pusat pernapasan
3. Penyakit Neuromaskular (hipokalemia, muscular dystrophy)
4. Obstruktif jalan napas, asma bronchial, penyakit paru obstruktif kronik.
5. Edema paru

 Alkalosis respiratorik
1. Serangan hipoksemia (penyakit paru, penyakit jantung, edema paru, anemia gravis).
2. Kelainan neurologis
3. Gagal hati

 Asidosis Metabolik
1. Peningkatan Ventilasi dan penurunan PCO
2. Penurunan Konsentrasi Bikarbonat Cairan Ekstrasel
3. Kegagalan ginjal untuk mengekskresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk
dalam tubuh.
4. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
5. Penambahan asam metabolik ke dalam tubuh melalui makanan atau infus asam4.
6. Kehilangan basa dari cairan tubuh, yang memiliki efek yang sama seperti penambahan
asam ke dalam cairan tubuh.
7. Diare
Hilangnya sejumlah besar ion natrium bikarbonat ke dalam feses. Sekresi gastrointestinal
normal mengandung sejumlah bikarbonat, dan diare menyebabkan hilangnya HCO3- ini
dari tubuh,yang memberi efek sama seperti hilangnya
sejumlah besar bikarbonat dalam urin. Bentuk asidosis metabolik ini berlangsung be
rat dandapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak.
8. Muntah
Menyebabkan hilangnya asam dan kecenderungan ke arah alkalosis karena sekresi l
ambung sangat bersifat asam.
9. Diabetes Melitus
Disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh pankreas (diabetes tipe I) atau
insufisiensi sekresi insulin untuk mengompensasi penurunan sensitivitas efek
insulin(diabetes tipe II).
10. Penyerapan asam
Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dari makanan normal. Akan etapi, asidosis
metabolik yang berat kadang-kadang disebabkan oleh penyerapan racun asamtertentu.
Beberapa racun tersebut antara lain : asetilsalisilat (aspirin) dan metil alkohol(yang
membetuk asam format saat di metabolisme).

7
11. Gagal ginjal kronik
 Alkalosis Metabolik
1. Peningkatan Konsentrasi Bikarbonat Cairan Ekstrasel
2. Pemberian diuretika (Kecuali kabonik Anhidrase)
3. Kelebihan aldosteron
4. Memuntahkan isi lambung
5. Konsumsi obat-obatan alkali
(seperti natrium bikarbonat untuk pengobatan gastritis atau ulkus peptic).

1.4 Manifestasi klinis Gangguan Keseimbangan Asam-Basa


 Asidosis metabolik
 Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderitamerasakan mual, muntah dan kelelahan.
 Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan
penderitatidak memperhatikan hal ini.
 kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan.
 Tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, komadan kematian.

 Asidosis respiratorik
 sakit kepala dan rasa mengantuk.
 Stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
 dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau
jika pernafasan sangat terganggu, atau setelah berjam-
jam jika pernafasan tidak terlaluterganggu.

 Alkalosis metabolik
 iritabilitas (mudah tersinggung)
 otot berkedut
 kejang otot
 kontraksi (pengerutan)
 spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani)

 Alkalosis respiratorik
 merasa cemas
 rasa gatal disekitar bibir dan wajah
 kejang otot
 penurunan kesadaran

8
2. Mempelajari dan Memahami Analisa Gas Darah

2.1. Menjelaskan Definisi Analisa Gas Darah


Analisa gas darah adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Selain itu, bisa juga
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.

Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dan karbondioksida yang juga dikenal
sebagai gas darah keseluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk
kedalam darah sementara karbondioksida terlepas dari sel darah dan keluar keparu-paru.
Dengan itu, analisa gas darah ini dapat menentukan seberapa baik paru-paru dalam
bekerja memindahkan oksigen kedalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari
darah.
Ketidakseimbangan antara oksigen, karbondioksida dan tingkat pH darah dapat
mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu, contohnya seperti
gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, pendarahan, serta keracunan bahan kimia.

2.2. Menjelaskan Komponen-Komponen Gas Darah


● pH
Menunjukan nilai ion hydrogen dalam darah. Nilai normal pH adalah 7,35 – 7,45.
Pengukurannya terhadap keasaman atau kebasaan ditentukan berdasarkan
kehadiran ion H+.

● PaO2
Merupakan tekanan parsial oksigen yang terlarut dalam arteri. Ukuran tekanan
oksigen terlarut dalam darah, hal ini menentukan seberapa baik oksigen yang bisa
mengalir dari paru-paru kedalam darah. Nilai normalnya 80 – 100 mmHg.

● SaO2
Merupakan saturasi oksigen dalam arteri. Ukuran dari jumlah oksigen yang
dibawa oleh hemoglobin dalam sel darah merah. Nilai normalnya 95 – 100 %.

9
● PaCO2
Merupakan tekanan parsial karbondioksida yang larut dalam darah arteri. Ukuran
tekanan karbondioksida terlarut dalam darah untuk menentukan seberapa baik
karbondioksida dapat mengalir keluar tubuh. Nilai normalnya 34 – 45 mmHg.

● HCO3
Merupakan nilai bikarbonat diarteri. Merupakan bahan kimia yang membantu
mencegah pH darah terlalu asam atau basa. Nilai normalnya 22 – 23 mm/L.

● BE
Mengindikasikan jumlah kelebihan level dari bikarbonat dalam system. Rentang
normalnya -2 sampai +2 mEq/L.

 Nilai normal analisa gas darah


- pH darah < 7,4, kemudian HCO3 rendah, PCO2 rendah, maka mengakibatkan
asidosis metabolik. Contohnya : gagal ginjal, syok, ketoasidosis diabetic
(KAD)
- pH darah < 7,4, kemudian HCO3 tinggi, PCO2 tinggi, maka mengakibatkan
asidosis respiratorik. Contonya : penyakit paru-paru, pneumonia, dan PPOK.
- pH darag > 7,4, kemudian HCO3 tinggi, PCO2 tinggi, maka mengakibatkan
alkalosis metabolik. Contohnya : muntah kronis, kalium darah rendah
(hypokalemia)
- pH darah > 7,4, kemudian HCO3 rendah, PCO2 rendah, maka akan
menyebabkan alkalosis respiratorik. Contonhnya : bernafas terlalu cepat,
kecemasan.
( www.mediskus.com )

3. Mempelajari dan Memahami Asam-Basa

3.1 Indikator Asam-Basa


a. Kertas Lakmus
Lakmus adalah suatu zat yang di ekstrak dari sejenisnlumut kerak dan diserap
ke dalam kertas berpori. Ada 3 macan kertas lakmus, yaitu oakmus merah, lakmus biru,
dan lakmus netral.
- Lakmus Merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berearna
biru.
- Lakmus Biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru
- Lakmus Netral warna merah mupun biru tidak berubah warna.

b. Indikator Alami
Cara lain untuk mengetahui sifat asam atau basa menggunakan indikator alami.
Berbagai bunga yang berearna at tumbuhan, seperti daun, mahkota bunga, kunyit, kulit
manggis, dan kubis ungu dapat digunakan untuk indikator asam basa.

10
c. Fenolftalein
Fenolftalein dalam larutan asam akan berwarna jernih atau tidak berwarna,
sedangkan dalam larutan basa akan menjadi warna merah muda (pink). Indikator ini
biasan digunakan dalam proses titrasi yaitu penentuan konsentrasi asam atau basa.

d. Indikator Universal
Indikator universal selain dapat membedakan sifat asam basa juga dapat
mengetahui harga pHnya. Indikatobr universal dalam bentuk kertas. Cara kerjanya
dengan mencocokan perubahan warna pada kertas indikator tabel warna pH.

e. Timol Biru
Dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna kuning.
Indikator ini biasa ada di laboratorium.

f. Metil Jingga
Dalam larutan asam berwarna jingga dan dalam larutan basa berwarna kuning.
Indikator ini juga ada dalam laboratorium.

3.2 Menentukan PH Cairan Asam Kuat-Basa Kuat


● Tingkat Keasaman Suatu Larutan dinyatakan dengan PH

● Tingkat Kebasaan suatu Larutan dinyatakan dengan pOH

● Dimana

11
3.3 Menentukan PH Cairan Asam Lemah-Basa Lemah

Untuk Asam Lemah :

Setelah menemukan [H+], lalu akan masuk ke rumus


Masuk ke rumus pHAsam = -log[H+]

Untuk Basa Lemah :

12
Setelah menemukan [OH-],
Masuk ke rumus pOH basa = -log[OH-]
Dan terakhir, masuk ke rumus pH basa = 14-pOH basa
(Prinsip-prinsip kimia modern by Oxtoby)

4. Mempelajari dan Memahami Aspek Fisiologis dan Biokimia

4.1 Fisiologi

A. Pengaturan Pernafasan terhadap Keseimbangan Asam – Basa


o Ekspirasi CO2 oleh Paru Mengimbangi Pembentukan CO2 Metabolik
Bila kecepatan pembentukan CO2 metabolik meningkat, PCO2, cairan ekstrasel
juga meningkat. Sebaliknya, penurunan kecepatan metabolik menurunkan PCO2.
Kecepatan ventilasi paru meningkat, CO2 dihembuskan keluar melalui paru dan
PCO2 , dalam cairan ekstrasel menurun. Oleh karena itu, penurunan ventilasi
paru atau perubahan kecepatan pembentukan CO2 oleh jaringan dapat
mengubah PCO2 cairan ekstrasel.
o Peningkatan Ventilasi Alveolus Menurunkan Konsentrasi Ion Hidrogen Cairan
Ekstrasel dan Meningkatkan pH
Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain yang
mempengaruhi PCO2 dalam cairan ekstrasel adalah kecepatan ventilasi alveolus.
Semakin tinggi ventilasi alveolus, semakin rendah PCO2; sebaliknya, semakin
rendah kecepatan ventilasi alveolus, maka semakin tinggi PCO2. Bila konsentrasi
CO2 meningkat, konsentrasi H2CO3 dan konsentrasi H+ meningkat, sehingga
menurunkan pH cairan ekstrasel.
o Kekuaatan Pendaparan Sistem Pernafasan
Pengaturan pernafasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan dapar
tipe fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan menjaga
konsentrasi H+ dari perubahan yang terlalu besar sampai ginjal yang berespon
lambat dapat menghilangkan ketidakseimbangan.

B. Pengaturan Kesimbangan Asam- Basa oleh Ginjal


Bila terdapat pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstrasel (alkalosis), ginjal gagal
mereabsorbsisemua bikarbonat yang difiltrasi sehingga meningkatkan ekskresi
bikarbonat. Karena HCO3- mendapar hidrogen dalam cairan ekstrasel, kehilangan
asam bikarbonat ini sama dengan penambahan satu H+ ke dalam cairan ekstrasel.
Oleh karena itu pada alkalosis, pengeluaran HCO3- akan meningkatkan konsentrasi
H+ cairan ekstrasel kembali menuju normal.

13
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urin tetapi
mereabsorpsi semua bikarbonat yang difiltarasi dan menghasilkan bikarbonat baru,
yang ditambahkan kembali cairan ekstrasel.

o Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi ion Bikarbonat oleh Tubulus Ginjal
Sekresi ion hidrogen dan reabsorbsi bikarbonat terjadi hampir di seluruh bagian
tubulus kecuali segmen tipis desenden dan asenden ansa Henle. (Gambar
disamping) meringkas reabsorbsi bikarbonat disepanjang tubulus. Ingatlah
bahwa untuk setiap bikarbonat yang direabsorbsi, satu H+ harus disekresikan.
o Kombinasi ion Hidrogen yang berlebihan dengan Dapar Fosfat dan Amonia pada
Tubulus—Suatu Mekanisme untuk menghasilkan ion Bikarbonat yang “baru”.
Bila ion H+ disekresikan dalam kelebihan bikarbonat yang difiltrasi ke dalam
cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari kelebihan H+ ini yang dapat
diekskresikan dalam bentuk ion (H+) dalam urin.
+
Ekskresi sejumlah besar H (kadang-kadang sebanyak 500mEq/hari) dalam urin
dicapai secara pimer dengan menggabungkan H+ dengan dapar dalam cairan
tubulus. Dapar yang paling penting adalah dapar fosfat dan dapar amonia. Ada
sistem dapar lain yang lemah seperti, urat dan sitrat, yang kurang begitu penting.
Bila H+ dititrasi dalam cairan tubulus dengan HCO3-, hal ini menghasilkan
reabsorbsi satu HCO3- untuk setiap H+ yang disekresikan. Tetapi bila terdpat
kelebihan H+ dalam urin, H+ akan bergabung dengan dapar selain HCO3- , dan hal
inimenghasilkan pembentukan HCO3- baru yang juga dapat masuk kedalam darah
Jadi bila terdapat kelebihan H+ dalam cairan ekstrasel, ginjal tidak hanya
mereabsorbsi semua HCO3- yng dfiltrasi tetapi juga menghasilkan HCO3- baru,
demikian membantu mengganti HCO3- yang hilang dari cairan ekstrasel pada
keadaan asidosis.

4.2 Biokimia
Sistem Dapar (Buffer) adalah sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH. Di dalam tubuh terdapat beberapa sistem dapar yaitu : sistem
dapar asam karbonat-bikarbonat, sistem dapar protein, sistem dapar hemoglobin, sistem
dapar amonia, dan sistem dapar fosfat.
 Dapar Asam karbonat- bikarbonat
Merupakan buffer utama terhadap perubahan asam non-karbonat yang terdapat
di CES. Dalam buffer karbonat-bikarbonat tiap komponen diatur dengan ketat. Ginjal
mengatur perubahan HCO3- dan paru-paru mengatur perubahan CO2..

14
Suatu komponen yang paling penting pada pengaturan pH cairan ekstrasel. CO 2 bereaksi
dengan H2O membentuk H2CO3 yang kemuadian berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan
ion karbonat (conjugate base) melalui suatu reaksi yang bersifat reversibel

 Dapar Protein
Merupakan buffer yang paling banyak di CIS dan bekerja secara efektif karena
protein memiliki 2 gugus, yaitu gugus asam dan gugus basa.
- Gugus asam = melepas H+

- Gugus basa = menerima H+

 Dapar Hemoglobin
Berperan menyangga H+ yang dihasilkan dari peningkatan CO2. Metabolisme sel
akan menghasilkan CO2, lalu CO2 tersebut akan berdifusi keluar sel menuju darah, dalam
darah CO2 akan diikat oleh Hb sehingga CO2 tereduksi dan mencegah darah menjadi
asam. Dalam sel darah merah, hemoglobin adalah dapar yang penting

 Dapar Fosfat
Berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel.
Elemen utama sistem dapar fosfat ini adalah H2PO4- dan HPO4-.
Dapar fosfat penting dalam tubulus ginjal, yaitu :
1. Fosfat biasanya akan menjadi sangat pekat dalam tubulus, sehingga
meningkatkan tenaga dapar
2. Cairan tubulus biasanya memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan
dengan cairan ekstrasel
Pada umunya, fosfat dalam tubuh cenderung berlebih sehingga dikeluarkan
melalui urine. Di dalam urine, fosfat berperan sebagai buffer terpenting. Buffer fosfat
terdiri dari :

- Garam fosfat asam (NaH2PO4) yang melepas H+ ketika H+ turun

- Garam fosfat basa (Na2HPO4) yang mengikat H+ ketika H+ tinggi

15
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. Edisi 8. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, Jakarta : EGC

Dorland, W.A. New man.2012. Kamus Kedokteran Dorland ed29. Jakarta:EGC

Ganong W.F 2015 . Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Guyton, Arthur C. Edisi 8. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, Jakarta : EGC

Sherwood L .Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 8. Jakarta:EGC

www.mediskus.com

16
17

Anda mungkin juga menyukai