Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH ALUMINIUM TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN

Oleh:
Sekar Tyas Pertiwi B1A016080
Heksa Hardiyanti B1A016095
Wardah Arumsari B1A016096
Rombongan : VIII
Kelompok :5
Asisten : Fitria Fadillah Anggarini

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Status nutrisi pada tanaman paling baik dicerminkan oleh kandungan


hara mineral pada daun dibandingkan dengan organ-organ lain. Daun biasanya
paling sering digunakan sebagai sampel dalam analisis tanaman. Beberapa jenis
tanaman dan jenis-jenis hara tertentu kadang-kadang kandungannya berbeda
antara lembaran daun. Tanaman buah-buahan seringkali buahnya merupakan
indikator paling baik terutama untuk kalsium dan boron yang sangat terkait erat
dengan kualitas buah dan daya simpan (Duncan, 1990).
Tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri atas
kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) den kelompok hara mikro (Fe,
Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl) (Duncan, 1990). Menurut Salisbury & Ross (1992)
menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan yang
diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Disebutkan bahwa nilai
konsentrasi tesebut menjadi pedoman yang berguna bagi para ahli fisiologi,
pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam jaringan
(terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah untuk
menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih cepat jika
unsur tertentu diberikan lebih banyak.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal),
tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal
tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia
bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur
tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berdasarkan jumlah yang
diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur
hara makro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar (0.5-3%
berat tubuh tanaman). Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman
dalam jumlah yang relatif kecil (beberapa ppm/ part per million dari berat
keringnya (Dwijoseputro, 1989).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui pengaruh alumunium
terhadap pertumbuhan tanaman pada konsentrasi berbeda.
II. TELAAH PUSTAKA

Zat hara adalah bermacam-macam mineral yang terdapat didalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Zat hara juga merupakan
sari makanan dalam bentuk cair. Mineral tersebut dalam bentuk cair yang dapat
diserap oleh akar untuk disalurkan ke zat hijau daun. Unsur hara sebagai sumber
bahan makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Tanaman membutuhkan nutrisi
lengkap untuk dapat bertumbuh dengan sehat dan optimal. Tanah sebagai media
tanam berperan penting untuk menentukan kualitas dan produktivitas pertumbuhan
tanaman, karena tanah berfungsi sebagai penyimpan sumber makanan bagi tanaman
(Noggle, 1983).
Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman terhadap unsur essensial, unsur
essensial tersebut diklasifikasikan atas dua kelompok besar, yaitu:
1. Unsur makro, unsur ini ditemukan oleh Sach dan Knop dengan menggunakan
kultur larutan. Mereka menerangkan bahwa unsur Karbon, Hidrogen, Nitrogen,
Oksigen, Posfor, Kalium, Kalsium, Sulfur, Magnesium dan Ferum.
2. Unsur mikro, pertama kali ditemukan oleh Bertran, bahwa unsur Mangan untuk
pertumbuhan normal. Pada tahun 1939, unsure Mangan, Zinkum, Boron, Cuprum,
ditemukan pada berbagai jenis tanaman (Devlin, 1995).
Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman disebut unsur
hara makro, sedangkan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur
hara mikro. Unsur hara makro terdiri dari C, H, O, N, S, P, K, Ca dan Mg yang
berfungsi sebagai penunjang pertumbuhannya, sedangkan unsur hara mikro terdiri
atas B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn yang berfungsi untuk aktivitas enzimnya dan juga
berperan dalam proses metabolisme tanaman. Kedua kelompok unsur hara tadi
secara bersama-sama sering pula disebut sebagai elemen yang esensial. Dinamakan
demikian karena kedua kelompok unsur ini merupakan unsur-unsur yang tidak boleh
tidak ada dalam nutrisi tumbuhan. Salah satu saja dari unsur ini tidak ada dalam
nutrisinya, akan menyebabkan pertumbuhan dan metabolisme pada tumbuhan
terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi tumbuhan tersebut
(Dwidjoseputro, 1989).
Aluminium merupakan ion rhizotoksik yang menghambat pertumbuhan dan
produktifitas tanaman di tanah mineral masam. Walaupun Al menghambat proses
metabolisme dan pertumbuhan tanaman, akan tetapi sampai ambangtertentu
pengaruh Al dapat ditoleransi oleh tanamanyang toleran. Pada keadaan pH kurang
dari empat proporsi pertukaran kation semakin meningkat dengan dijenuhinya oleh
Al, dan mengantikan kation polivalen seperti Ca++ dan Mg++, kemudian Al yang
bebas akan mengikat P dan Mo. Toleransi tanaman terhadap cekaman Al dapat
terjadi secara internal dan eksternal, sebagai suatu mekanisme untuk dapat
beradaptasi pada tanah masam dengan Al tinggi. Kedua mekanisme tersebut dapat
terjadi secara bersamaan, walaupun dalam derajat yang berbeda sesuai dengan jenis
tanaman dan kemampuannya untuk beradaptasi. Perbedaan utama dari kedua
mekanisme tersebut adalah dalam hal daerah tempat terjadinya pengkelatan terhadap
Al, apakah di simplas (internal) dan apoplas (Utama,2008).
Penelitian terbaru tentang cekaman aluminium yaitu tanaman umumnya
merespon cekaman Al dengan meningkatkan sekresi asam organik. Sekresi oksalat di
akar sorgum meningkat seiring meningkatnya cekaman Al, tetapi sekresi oksalat
justru berkurang dengan pemberian fosfor. Diduga Al diikat P sehingga kebutuhan
tanaman untuk menghasilkan asam organik berkurang. Hal ini menyebabkan sedikit
energi yang dibutuhkan untuk mendetoksifikasi Al. P memainkan peran dalam
toleransi Al pada kedelai. Genotipe yang efisien P mungkin dapat meningkatkan Al
melalui interaksi Al-P, tetapi juga melalui interaksi langsung dengan sekresi asam
organik yang mengkelat Al ( Lestari et al,2017)
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan adalah polybag, penggaris, kertas label, gelas ukur,
dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cabai
(Capsicum annum) , amonium sulfat (NH4)Al(SO4)212H2O, pasir sebagai media,
dan air.
B. Metode
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Data Pengamatan


PanjangAkarTanamanCabai (Capsicum annum)
Perlakuan PanjangAkar
0 g/kg 11,8 cm
0.4 g/kg 8,8 cm
o.8 g/kg 7,8 cm
1.2 g/kg 17,4 cm

TinggiTanamanCabai (Capsicum annum)


Perlakuan TinggiTanamanMinggu TinggiTanamanMinggu
ke-0 Ke-4
0 g/kg 26 cm 27 cm
0.4 g/kg 19 cm 20,2 cm
o.8 g/kg 19,5 cm 22 cm
1.2 g/kg 25 cm 29 cm

Tabel 4.2 Tabel ANOVA


Sumber Db JK KT Fcount F table
keragaman 0.05 0.01
Perlakuan 3 353.202 117.734 3.58048 ** 3.24 5.29
Galat 16 526.116 32.8823
Total 19 879.318
LSD 7902.56

Tabel 4.3. LSD (Least Significant Difference)/ BNT (Beda


NyataTerkecil)
0.8 g/kg 0 g/kg 1.2 g/kg 0.4 g/kg
Perlakua Rata- 7.6 Notas Notas Notas 10.4 Notas
n Rata 2 i 8.88 i 9.54 i 2 i
0.8 g/kg 7.62 0 ns -1.26 ns -1.92 ns -2.8 ns
1.2
0 g/kg 8.88 6 ns 0 ns -0.66 ns -1.54 ns
1.9
1.2 g/kg 9.54 2 ns 0.66 ns 0 ns -0.88 ns
0.4 g/kg 10.42 2.8 ns 1.54 ns 0.88 ns 0 ns

Foto Tanaman Cabai dari minggu ke-0 sampai ke-4

Minggu ke-0

Minggu ke-3

Minggu ke-4 dan akar


B. Pembahasan
Berdasarkanhasil yang didapatpadamingguke 0 padaperlakuan 0 gr/ kg
tinggitanaman 26 cm, 0,4 g/kg tinggitanaman 19 cm, 0,8 g/kg tinggitanaman
19,5 cm, danperlakuan 1,2 g/kg tinggitanaman25 cm. Hasil yang
didapatpadaminggu ke-4 yaitupadaperlakuan 0 gr/ kg tinggitanaman 27 cm, 0,4
g/kg tinggitanaman 20,2 cm, 0,8 g/kg tinggitanaman 22 cm,
danperlakuantinggitanaman 1,2 g/kg 29 cm. MenurutKopittke et al (2015),
kecepatan Al yang
menggunakanefektoksiknyapadapemanjanganakarmenyarankanbahwaakanbergu
nauntukmenentukanlokasi Al di ujungakar. Alumuniumadalahnutrisipendukung
yang beracunbagitanaman.Al elemendapatmengikatunsur P, Ca, K, dan Mg
sehinggatidaktersediasecara optimal untuktanaman,
akibatnyapertumbuhandanperkembangantanamanterhambat
(Mariska&Sukmadjaja, 2003).
Gejalaawal yang tampakpadatanaman yang keracunan Al
adalahsistemperakaran yang tidakberkembangdenganbaik
Halinimenjadifaktorpembatasutamabagiproduktivitastanaman
(Proklamasiningsih, 2012). Beberapabentuk Al yang
bersifatracunbagitanamanadalah Al3+, Al(OH)2+dan Al(OH)2+. Gejalaawal yang
tampakpadatanaman yang keracunan Al adalahsistemperakaran yang
tidakberkembangdenganbaik (Zhang, et.al., 2007). Hal
inimenjadifaktorpembatasproduktivitastanaman (Barabaszet al., 2002).
Mossor-Pietraszewska (2001),
menyebutkanbahwabeberapapenelitianmenunjukkanterjadinyapenghambatanpe
mbelahansel, perpanjangansel yang
menyebabkanpertumbuhanakartidaksempurnasehinggaberakibatpadagangguanpe
nyerapanhara. Menurut Proklamasiningsih et al. (2012), beberapa penelitian
mengenai pengaruh Al terhadap sistem perakaran tanaman telah banyak
dilaporkan, namun mekanisme penghambatan pertumbuhan yang diinduksioleh
Al belum banyak dipahami. Membran plasma sel-sel pada ujung akar merupakan
target utama toksisitas Al. Pengaruh utama Al terhadap permeabilitas membran
akar dapat terlihat hanya dalam waktu beberapa menit atau beberapa jam setelah
pemaparan Al. Hal ini disebabkan karena kemampuan Al untuk mengikat gugus
karboksil dan gugus fosfat pada dinding sel dan membran sel.
MenurutHanafiah (2010),
padakondisimasamAluminiumakantertarikkeluarstrukturliat
(seperti montmorillonit) danmendudukimuatan-muatannegatif yang
kosongtersebut. Aluminiumdapatditukar (Aldd)
inidiabsorbsisangatkuatolehkoloid, tetapiberadadalamkeseimbangandenan ion-
ion Al dalamkelarutantanah.Hidrolisisi Al inimenghasilkan Al-hidroksidadan
ion-ion H pengasamtanah :
Al3+ + H2O AlOH2+ + H+
AlOH2+ + H2O Al(OH)2 + H+
Al(OH)2 + H2O Al(OH)3 + H+
Olehsebabitusumberutama ion-ion H padatanahmasamsedang-kuatsepertiUltisol
(PodsolikdanLatosol) adalahhidrolisis Al ini, yang menghasilkan pH antara 4,0 –
5,5.
Upayauntukmenurunkantingkatkemasamantanahmelaluipengapurandapat
dilakukanapabilatingkatkejenuhan Al tanahlebihdari 60%
dankelarutannyajugatinggihinggaketingkattoksikbagitanaman.Metodeinibertujua
nuntukmenetralisasipotensitoksikdariunsurini,
dengankebutuhankapurumumnyasetara 1,5 x Alddsehinggasetiap 1 me
Aldddalamtanahmembutuhkankapursetara 1,5 me
kapur.Prosespengapuranmenghasilkan ion-ion hidroksil yang mengikatkation-
kationasam (Al dan H) padakoloidmenjadiinaktif, sehingga pH naik.
Situsmuatannegatifkoloiddigantikanolehkationbasa (Ca),
sehinggakejenuhanbasameningkat pula.Meskidalamreaksiinidihasilkan 2
molekulasamkarbonat, tetapikarenaasamlemah, asaminisegarateruraimenjadi air
dan gas karbondioksida yang menguapkeudara (Hanafiah, 2010).
Mekanismepenghambatan Al-
diinduksiperpanjanganakarmasihbelumdipahamidenganbaik,
danituadalahmasalahperdebatanapakahlesi primer toksisitas Al
adalahapoplastikatausymplastic."Misalnya, dalamsymplast, Al
telahdilaporkanmenyebabkaninterferensidengansintesis DNA dan mitosis,
mengganggufungsiaparat Golgi, merusakintegritasmembran,
danmenghambatfungsimitokondria.Dalamapoplast, Al
dapatmemperkuatdindingsel (mencegahlonggarnya),
menghambatenzimdindingsel, sepertiexpansin, danmenyebabkanruptur sel.
proses ini dengan perubahan mendasar yang sebenarnya dalam tingkat
pemanjangan akar (RAN). Dengan demikian, biasanya tidak ada pemisahan
yang jelas dari efek racun primer dan sekunder dari Al. Meskipun beberapa
penelitian telah meneliti kecepatan dengan mana Al mengurangi RER, studi ini
secara umum (1) berada pada langkah waktu yang relatif, kasar, dan (2) tidak
mengambil langkah tambahan terkait perubahan ini dalam RER ke mekanisme
yang mendasari toksisitas (Kopittke, 2015).
Tumbuhan diketahui memiliki beberapa jenis asam organik yang
berperan dalam mekanisme toleransi terhadap cekaman Al secara eksternal.
Guna menanggulangi keracunan aluminium digunakan asam organik. Menurut
Ryan et al. (2001), asam organic berperan dalam mekanisme ketahanan
tumbuhan terhadap cekaman Al. Ada dua cara tumbuhan dalam mengatasi
cekaman Al yaitu mekanisme eksternal dan internal. Mekanisme eksternal pada
tumbuhan yaitu mencegah masuknya Al ke dalam jaringan dengan mengoksidasi
asam organik dari akar yang dapat berikatan dengan Al di rizosfer. Asam
organik tersebut dapat membentuk kompleks dengan Al di rizosfer sehingga
tidak bersifat racun bagi tumbuhan. Menurut Winarno (1997), asam sitrat
memiliki kemampuan menurunkan derajat keasaman (pH). Asam sitrat
merupakan salah satu jenis organik yang telah banyak digunakan dan terbentuk
secara alami didalam buah-buahan seperti jeruk nanas, buah lainnya. Asam sitrat
diproduksi dalam bentuk kristal dan memiliki kiteria yang tidak berwarna,
berasa asam, tidak berbau dan lebih cepat larut dalam air panas. Disamping itu,
asam sitrat dapat ditemukan dengan mudah dipasaran dan memiliki harga yang
murah. Asam sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkanhasildanpembahasan pengaruh alumunium terhadap
pertumbuhan tanaman pada konsentrasi berbedaakanmenimbulkanhasil yang
berbeda. Perlakuan 1,2 g/kg memperolehhasil yang
tertinggi.Pertumbuhanpanjangakarpadaperlakuan1,2 g / kg adalah 17,4 cm
danpertumbuhantingginyaadalah29 cm.

B. Saran
Sebaiknyapenanamantanamancabai (Capsicum annum)
tidakterlaludekatdengankelompok lain agar
tidakterjadikerusakankarenatertarikatautersenggololeh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Barabasz, W., Albinska, D., Jaskowska, M. & Lipiec, J., 2002. Ecotoxicology of
Aluminium. Pol. J. Environ. Stud, vol. 11, pp. 199–203.
Devlin, R. M., 1995. Plant Physiologi Third Edition. New York: Nostrand Company.

Duncan, R. R. & Baligar, V. C., 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use. Toronto:
Academic Press, Inc.
Dwidjoseputro., 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Hanafiah & Kemas, A., 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kopittke, P. M., Katie, L. M., Enzo L., Alessandra G., Brett J. F., F. Pax C. Blamey.,
Neal, W. M., Timothy M. N., Brigid A. M., P. Wang., Peter M. G., George
K., Richard I. W., Kathryn G. & Alina, T., 2015. Identification of the Primary
Lesion of Toxic Aluminum in Plant Roots. Plant Physiology, Vol 167, pp.
1402–1411.
Lestari, T., Trikoesoemaningtyas., Sintho, W. A., & Didy, S., 2017. Peranan Fosfor
dalam Meningkatkan Toleransi Tanaman Sorgum terhadap Cekaman
Aluminium. J. Agron, 45 (1),pp 43- 48.
Mariska & Sukmadjaja., 2003.Kultur Jaringan Abaka Melalui KulturJaringan.
Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan SumberdayaGenetikPertanian.

Noggle, R. G. & Fritz, G. J., 1983, Introductory Plant Physiology 2nd Edition. New
Jersey: Prentice Hall Inc.
Proklamasiningsih, E., Prijambada, I. D., Rachmawati, D. & Sancayaningsih, R. P.,
2012. Pengaruh Pemberian Garam Aluumunium (Al) Terhadap Sarapan Al
dan Pertumbuhan Akar Kedelai pada Media Tanah Masam. Bionatura-Jurnal
Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 14(2), pp. 107-114.
Salisbury, F. B. & Ross, C, W., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 Sel : Air, Larutan
dan Permukaan. Bandung: ITB.
Utama, M. Z. H., 2008. Mekanisme Fisiologi Toleransi Cekaman Aluminium
Spesies Legum Penutup Tanah terhadapMetabolisme Nitrat (NO3-),
Amonium (NH4+), dan Nitrit (N02-). Bul. Agron, vol. 36(2), pp. 176 – 180.
Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zhang, X., Liu, P., Yang, Y. S. & Xu, G. D., 2007. Effect of Al in Soil on
Photosynthesis and Related Morphological and Physiological Characteristics
of Two Soybean Geno-types. Bot. Stud, 48, pp. 435–444.

Anda mungkin juga menyukai