Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Sido Muncul merupakan industri obat tradisional dan farmasi yang
berdiri sejak tahun 1956 dengan salah satu lokasi pabriknya berada di Desa Diwak
dan Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, dibangun diatas lahan seluas 29
hektar. Luas bangunan untuk aktifitas produksi dan kantor sampai saat ini sekitar
5 hektar sedang lahan 24 hektar merupakan tanah perkebunan, pesawahan,
resapan air dan agrowisata.

Sebagai pelaku industri, PT. Sido Muncul harus memiliki pengolahan limbah
agar aktifitas industri yang dilakukan tetap ramah lingkungan. Air limbah
merupakan salah satu masalah dalam pengendalian dampak lingkungan industri
jamu karena memberikan dampak yang luas terhadap lingkungan hal ini
disebabkan oleh karakteristik fisik maupun karakteristik kimianya yang
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Secara umum kondisi lingkungan PT. Sido Muncul meliputi aktivitas


industri, pendukung aktivitas industri dan penanganan limbah industri. Aktivitas
produksi di PT. Sido Muncul meliputi beberapa unit proses seperti pembuatan
jamu, makanan, minuman dan suplemen. Pendukung aktivitas industri meliputi
air, steam , udara, udara bertekanan, kelembaban udara dan lain-lain. Dalam
aktivitas industrinya, PT. Sido Muncul menghasilkan dua macam limbah yaitu
limbah cair dan limbah padat.

Air limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industri PT. Sido Muncul
mempunyai hidroulic load sekitar 130 m3/hari, flow time sekitar 18 jam mulai dari
jam 06.00 – 24.00 WIB dengan peak flow sekitar 10 m3/jam. Limbah industri
yang dihasilkan PT. Sido Muncul merupakan Organic Sludge yang memiliki nilai
zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, COD dan BOD yang cukup tinggi

Desain IPAL PT. Sido Muncul 1


sehingga diperlukan penanganan sebelum dibuang atau digunakan lagi untuk
aktifitas industri.

1.2. Rumusan Masalah

Jenis kegiatan pengembangan usaha Industri Obat dan Farmasi PT. Sido
Muncul akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Prinsip dalam pengelolaan lingkungan adalah
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang terjadi.
Untuk mengeliminasi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif, setiap
kegiatan pembangunan harus ditelaah aspek kelayakan lingkungannya. Maka
makalah perancangan desain IPAL ini dibuat dalam rangka menjawab pertanyaan
yang menjadi rumusan utama permasalahan yang ada, yakni :
 Bagaimanakah desain IPAL yang paling efektif dan efisien untuk
pengelolaan limbah di PT. Sido Muncul?

1.3. Tujuan penelitian


Untuk dapat mengetahui unit-unit IPAL yang dibutuhkan pada pengolahan
PT.Sido Muncul dengan sistem bakteri aerobic agar efisiensi limbah yang
diinginkan dapat tercapai dan tidak mencemari lingkungan.

1.4. Manfaat Penelitian


Mengetahui efisiensi unit IPAL yang telah dibuat pada pengolahan limbah
PT.Sido Muncul dengan sistem bakteri aerobic.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air Limbah Industri Jamu

Air limbah industri jamu, farmasi, makanan dan minuman seperti PT. Sido
Muncul mengandung zat-zat organic ( organic sludge ) selebihnya komponen
komponen non organic yang tidak berbahaya, namun demikian air limbah tersebut
mempunyai harga zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, COD dan BOD yang
melebihi baku mutu yang dikeluarkan pemerintah yaitu peraturan daerah no 10
tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Jamu dan
Farmasi di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, sehingga diperlukan langkah
penanganan.
Air limbah pada tahap aktivitas industri jamu seperti PT. Sido Muncul
berasal dari beberapa unit usaha meliputi unit pembuatan jamu tradisional akan
menghasilkan air limbah yang berasal dari pencucian bahan baku, pencucian
peralatan proses produksi sedang pada industri makanan, air limbah berupa air
cucian rempah-rempah, air cucian tangki produksi, coolling, filling dan beberapa
proses pendukung lainnya. Air limbah PT. Sido Muncul mempunyai hidroulic
load sekitar 130 m3/hari, flow time sekitar 18 jam mulai dari jam 06.00 – 24.00
WIB dengan peak flow 10 m3/jam. Dibawah ini disampaikan bagan alir proses
produksi di PT. Sido muncul yang menghasilkan air limbah.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 3


Gambar 2.1 Bagan Alir Kegiatan Industri Obat Tradisional dan Farmasi

Desain IPAL PT. Sido Muncul 4


Gambar 2.2. Bagan Alir Pembuatan Minuman/jamu Cair

Desain IPAL PT. Sido Muncul 5


Gambar 2.3. Bagan Alir Pembuatan Kecap

Desain IPAL PT. Sido Muncul 6


Gambar 2.4. Bagan Alir Pembuatan Air Oksigen

Desain IPAL PT. Sido Muncul 7


Gambar 2.5. Bagan Alir Pembuatan Mie

Desain IPAL PT. Sido Muncul 8


Gambar 2.6. Bagan Alir Pembuatan Permen

Desain IPAL PT. Sido Muncul 9


Adapun aliran dan jumlah air limbah tiap unit produksi dapat dilihat pada gambar
2.7. berikut :

Gambar 2.7. Bagan alir jumlah air limbah yang dihasilkan tiap unit proses
produksi PT. Sido Muncul

2.2 Karakteristik Limbah dari Aktivitas Industri

Secara umum kondisi lingkungan PT. Sido Muncul meliputi aktivitas


industri, pendukung aktivitas industri dan penanganan limbah industri. Aktivitas
produksi di PT. Sido Muncul meliputi beberapa unit proses seperti pembuatan
jamu, makanan, minuman dan suplemen. Pendukung aktivitas industri meliputi
air, steam, udara, udara bertekanan, kelembaban udara dan lain-lain. Dalam
aktivitas industrinya, PT. Sido Muncul menghasilkan dua macam limbah yaitu
limbah cair dan limbah padat.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 10


2.2.1. Limbah Padat

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak


dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Pengolahan limbah padat dapat dimulai dengan pemisahan limbah sesuai


dengan karakteristiknya, yaitu limbah yang dapat terurai dan yang tidak dapat
terurai. Salah satu contoh limbah padat adalah sampah rumah tangga. Sampah
yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme adalah sampah organik, sedangkan
sampah yang tidak dapat diuraikan oleh makhluk hidup adalah limbah padat yang
mengandung bahan anorganik. Jika ada yang dapat didaur ulang, sebaiknya
dilakukan daur ulang atau dimanfaatkan kembali, tetapi jika tidak memungkinkan,
bakarlah sampah anorganik tersebut untuk memperkecil volumenya.

2.2.1.1. Limbah Padat Organik

Limbah Padat Organik, disebabkan aktivitas pembuatan jamu


instan dan ekstraksi jumlah limbah padat organik ini mencapai
7.000kg/hari. Limbah padat organik ini dimanfaatkan untuk pembuatan
pupuk organik yang digunakan untuk pemupukan tanaman di lokasi

Desain IPAL PT. Sido Muncul 11


pabrik dan sebagian dimanfaatkan oleh para petani terutama petani
binaan serta petani disekitar lingkungan pabrik.
Limbah padat organik yang tidak mengandung bahan berbahaya
dan beracun dapat diproses secara biologi agar dapat diubah menjadi
produk yang berguna, contohnya, biogas atau kompos, seperti pada
pengolahan air limbah. Limbah padat secara biologi dapat dilakukan
dengan proses aerobik (pembuatan kompos) dan anaerobik (pembuatan
biogas). Limbah padat organik yang berupa sisa makanan dapat diolah
menjadi makanan ternak (animal feeding). Pengolahan limbah padat
harus dilakukan secara bijak sehingga pengetahuan tentang karakteristik
limbah padat harus dikuasai.

Gambar 2.8. Limbah Padat Organik

2.2.1.2. Limbah Padat Anorganik

Limbah Padat Anorganik, disebabkan sarana pendukung


produksi seperti plastik dan kertas pembungkus bahan-bahan pendukung
produk. Jumlah limbah ini tidak lebih dari 500kg/hari dan sebagian
masih dapat dimanfaatkan kembali. Limbah padat anorganik yang
beracun dan berbahaya harus dikelola secara khusus, misalnya, dengan

Desain IPAL PT. Sido Muncul 12


menggunakan incinerator dengan beberapa komponen penyusunnya,
seperti tungku pembakar, ruang purna bakar, unit pembersih gas buang,
dan cerobong asap. Limbah padat anorganik yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali dimusnahkan dalam mesin incenerator yang
berkapasitas pembakaran 1 m3/jam.

2.2.2. Limbah Cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP 82 thn 2001). Limbah cair ini sekitar 90% dihasilkan dari
aktivitas pencucian bahan baku jamu, sedang 10% dari pencucian mesin proses
dan air limbah domestik. Dilihat dari karakteristiknya air limbah ini yang sebagian
besar terdiri dari bahan-bahan organik maka dengan proses penangan air limbah
secara kimia dan fisika air limbah ini dapat ditangani dengan baik, yang
diperlukan dalam penangan air limbah ini adalah penentuan jenis koagulan dan
flokulan serta dosis optimumnya.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 13


Tabel 2.1. Hasil analisis contoh air limbah PT. Sido Muncul Sebelum diolah di IPAL.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 14


Tabel 2.2. Hasil analisis contoh air limbah PT. Sido Muncul Setelah diolah di IPAL

Desain IPAL PT. Sido Muncul 15


BAB III
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

3.1. Skema Proses Pengolahan Limbah PT. Sido Muncul

Bak Screening

Bak Equalisasi
Flokulan FeSO4
200 ppm
NaOH 4N
Koagulan
Polyethylene-
Imine 5 ppm Bak Clarifier I

Bak Sand Filter I

Bak Aerasi

Bak Clarifier II

Bak Sand Filter II

Bak Efluent sludge

Drying Bed

Gambar 3.1. Skema Proses Pengolahan Limbah

Desain IPAL PT. Sido Muncul 16


3.2. Teknologi Pengolahan Limbah PT. Sido Muncul
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industry yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara terutama oleh
industri terkait yang menghasilkan air limbah. Berdasarkan sistem unit operasinya
teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi fisik, unit
operasi kimia, dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari tingkatan
perlakuan pengolahan maka system pengolahan limbah dapat diklasifikasikan
menjadi: primary treatment, secondary treatment, tertiary treatment. Setiap
tingkatan treatment terdiri pula atas sub-sub treatment yang satu dengan yang lain
tergantung pada jenis parameter pencemar yang terdapat dalam limbah, volume
limbah, dan kondisi fisik lingkungan.

Teknik-teknik pengolahan air limbah yang digunakan pada PT. Sido Muncul
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan, yaitu :

1. Proses primer, merupakan perlakuan pendahuluan yang meliputi :


a) Screening
b) Equalisasi
c) Clarifier I
d) Sand Filter I
2. Proses sekunder, merupakan perlakuan lanjutan dari proses primer. Proses
sekunder meliputi proses biologi yaitu bak aerasi.
3. Proses tersier, proses tersier merupakan tahap lanjutan setelah proses
biologi yang meliputi :
a) Clarifier II
b) Sand Filter II
4. Proses Pengeringan Lumpur, proses pengeringan lumpur merupakan
proses pengolahan hasil proses primer, sekunder dan tersier yang
menghasilkan lumpur.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 17


Proses Primer

Sebelum mengalami proses pengolahan perlu kiranya dilakukan pembersihan-


pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses pengolahan
selanjutnya. Pada air limbah banyak bahan-bahan terapung ikut bersama dengan
limbah seperti kertas-kertas atau plastik atau kayu-kayu yang sukar dihindarkan.
Terdapat juga pasir dan bahan bahan padatan lain yang kasat mata terikut
mengalir bersama limbah. Lalu diatas permukaan air terdapat lapisan minyak atau
busa dan buih. Saluran bahan-bahan ini harus disaring atau ditahan agar tidak
memasuki badan perairan ataupun masuk pada proses pengolahan berikutnya.
Perlakuan tersebut dilakukan dengan sederhana yaitu menyaring bahan kasar,
mengendapkan pasir dan tanah, dan menyaring minyak. Disamping itu
kemungkinan terdapat pula air limbah yang mengandung partikel dama keadaan
mengambang atau tersuspensi dengan ukuran diameter butiran bervariasi mulai :
0,1umm s/d 0,5umm, maka pengolahannya dilakukan secara fisik yaitu dengan
menahannya pada beberapa waktu dalam kolam tenang lalu dengan beratnya
sendiri akan mengendap atau mengapung sehingga mudah menyaringnya.

a. Screening
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air limbah, diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah
yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan filter
dengan ukuran porositas sebesar 180 mesh yang disesuaikan dengan
bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring.
b. Equalisasi
Equalisasi pada umumnya bukan merupakan suatu proses
pengolahan tetapi merupakan suatu cara atau teknik untuk meningkatkan
efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak
equalisasi adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya

Desain IPAL PT. Sido Muncul 18


seperti flow, level atau derajat kandungan polutant, temperatur, padatan,
dsb. Kegunaan dari equalisasi adalah :
1. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada
proses treatment.
2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari
shock loading pada sistem pengolahan biologi
3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses
netralisasi.
4. Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dls b) untuk meminimalkan
kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi. Sehingga dilihat
dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya dilengkapi dengan
mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet
diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi mixing.
Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan selama
periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara lain
yang memungkinkan.

c. Clarifier I
Pemisahan liquid-solid akan efektif bila salah satu dari kedua zat yang
akan dipisahkan berbeda densitasnya. Pemisahan liquid-solid ini
menggunakan bantuan gaya gravitasi atau sentrifugal. Penggunaan gaya
gravitasi atau sentrifugal atau penyaringan sangat bergantung pada bentuk
dan ukuran partikel. Teknik pemisahaannya juga bergantung pada :

- Konsentrasi solid
- Kecepatan umpan masuk
- Ukuran partikel solid
- Bentuk partikel solid

Desain IPAL PT. Sido Muncul 19


Salah satu teknologi yang umum digunakan pada proses pemisahan liquid-
solid adalah menggunakan metoda klarifikasi dengan menggunakan
clarifier.

Fungsi dan Prinsip Kerja Clarifier :

Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil partikel-


partikel halus yang menghasilkan liquid yang jernih yang bebas partikel-
partikel solid atau suspensi. Teknologi pemisahan liquid-solid umumnya
dipakai pada proses pengolahan air bersih pada berbagai industri.

Di dalam Clarifier terjadi proses koagulasi, flokulasi dan


sedimentasi. PT. Sido Muncul menggunakan koagulan FeSO4 200 ppm,
flokulan Polyethylene-Imine 5 ppm. Air yang mengandung bahan kimia
mengalir ke Clarifier melalui pipa vertical ditengah clarifier, untuk
dipisahkan floc-flocnya dengan cara pengendapan gravitasi. Air yang
bersih dipisahkan melalui overlow di bibir clarifier dan lumpur yang
terbentuk dibuang melalui bagian bawah clarifier.

d. Sand Filter I
Sistem filtrasi ini menggunakan media pasir silica yang di tumpuk
di atas gravel, system sand filter berfungsi sebagai penyaring atau
menghilangkan kotoran yang kasat mata (mis: kekeruhan, lumut dll) yang
mempunyai daya saring 20-30μm (tergantung brand atau jenis media).
Biasanya media ini mempunyai umur 3-4 tahun (tergantung influent).

Desain IPAL PT. Sido Muncul 20


Maintenance pada Sand Filter antara lain :

1. Backwash
Backwash adalah pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang terakumulasi di atas media dengan metode aliran terbalik
(dari bawah ke atas atau kebalikan system running). Air hasil
backwash langsung di buang melalui drain. Backwash biasanya di
lakukan setiap 1-2 hari selama 30-60 menit (tergantung influent dan
ting-kat kekotoran media) bila tekanan air yang keluar lebih rendah
dari tekanan air yang masuk filter.
2. Sanitasi
Dilakukan setiap bulan atau saat hasil analisa mikro tidak masuk
standart yang di tentukan. Sanitasi dilakukan dengan cara memasukkan
bahan sanitasi (mis: oxonia dll) kedalam tangki dan di rendam bersama
media dengan jumlah dan waktu yang telah di tentukan. Selain itu
sanitasi bisa juga di lakukan dengan cara merendam media dengan air
ber suhu di atas 80° Celcius selama 1-2 jam.
3. Rinse atau Pembilasan
Dilakukan setelah proses backwash atau sanitasi selesai yang bertujuan
untuk membilas kotoran-kotoran yang tersisa pada proses backwash
juga menghilangkan sisa bahan sanitasi yang tersisa pada proses
sanitasi. Air hasil Rinse langsung di buang melalui drain.

Proses Sekunder

Bertujuan untuk mensortir kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat,


memisahkan lemak, maka pada pengolahan pertama bertujuan untuk
menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan.
Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang
dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat
juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan
dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan

Desain IPAL PT. Sido Muncul 21


mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan
pengendapan yang terjadi ialah secara grafitasi.

Apabila tujuan utama pengoperasian untuk menghasilkan hasil buangan ke


sungai dengan sedikit partikel zat tercampur maka peralatan yang digunakan
dikenal dengan clarifier. Sedangkan apabila penekanannya menghasilkan partikel
padat yang jernih maka dikenal dengan thickener. Kedua peralatan ini biasanya
dipergunakan setelah air limbah melewati reaktor biologis

a. Proses Biologi

Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang


memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang
terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan
menghilangkan kandungan material, juga menjadikan material yang terurai tadi
sebagai tempat berkembang biaknya. Pada pengolahan limbah yang dihasilkan
dari PT. Sido Muncul ini menggunakan metode pengolahan lumpur aktif. Metode
pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan
air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme untuk mendegradasi
limbah secara biologis. Pada pengolahan ini PT. Sido Muncul memanfaatkan
bakteri aerob yang dilengkapi dengan sistem aerasi.

Proses Tersier

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder


masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair /
air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses
pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti
nitrat, fosfat, dan garam- garaman.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 22


Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang di aplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan
tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis

Proses Pengeringan Lumpur

Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai atau dicerna
secara aerob (anaerob digestion) namun dalam pengolahan lumpur yang dilakukan
oleh PT. Sido Muncul menggunakan alat Drying Bed. Drying Bed adalah Bak
pengering lumpur berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang dihasilkan dari unit
pengolahan limbah. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur
antara 1–2 minggu, tergantung pada ketebalan lumpur yang tertampung dan
cuaca. Kemudian hasil lumpur yang sudah mengering disalurkan ke beberapa
alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan
pupuk kompos, atau dibakar (incinerated). Pada PT. Sido Muncul, lumpur yang
dihasilkan akan digunakan sebagai pupuk kompos.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 23


BAB IV

DESAIN DAN PERHITUNGAN IPAL

4.1. Desain IPAL

Gambar 4.1. Desain IPAL PT. Sido Muncul

Keterangan gambar :

Tabel 4.1. Keterangan pada setiap bak


Unit Vol Bak Total Vol Debit
Jumlah Waktu Retensi
Penanganan (m3) (m3) (m3/hari)

Bak
1 97,5 97,5 130 18 jam
Screening

Bak
1 60 60 130 11,04 jam
Equalisasi

Bak
1 2,71 2,71 130 30 menit
Clarifier I

Desain IPAL PT. Sido Muncul 24


Bak Sand
1 0,36 0,36 130 4 menit
Filter I
Bak Aerasi 1 37,92 37,92 130 7 jam
Bak
1 2,71 2,71 130 30 menit
Clarifier II
Bak Sand
1 0,36 0,36 130 4 menit
Filter II
Bak 1 0,36 0,36 130 4 menit
Effluent
Bak Drying 4 1,013 4,052 130 2-4 minggu
bed

4.2. Perhitungan IPAL


1. BAK SCREENING

Gambar 4.2. Bak Screening

Desain IPAL PT. Sido Muncul 25


Ukuran saringan = 180 mesh
Debit ( Q ) = 130 m3/hari
Waktu tinggal ( t ) = 18 jam

Gambar 4.3. Saringan pada Bak Screening

Menghitung volume bak :

Volume =Qxt

= 130 m3/hari

= 97.5 m3
Free board = 0.3 m

Menghitung jari jari dan diameter bak :

V =

r =√

=√

r = 3.94 m
d = 7.88 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 26


2. BAK EQUALISASI

Gambar 4.4. Bak Equalisasi

Debit ( Q ) = 130 m3/hari


Volume ( V ) = 60 m3
Laju alir pompa = 7 m3/jam
Free board = 0.3 m

Menghitung jari jari dan diameter bak :

V =

r =√

=√

r = 3.09 m
d = 6.18 m

Menghitung waktu tinggal :


Q =

t =

Desain IPAL PT. Sido Muncul 27


=

= 0.46 hari ⁄

= 11.04 jam

3. BAK CLARIFIER I dan II

Gambar 4.5. Bak Clarifier

Debit ( Q ) = 130 m3/hari


Waktu tinggal ( t ) = 30 menit
Penurunan turbidity = 64%

Menghitung volume bak :


V =Qxt

= 130 m3/hari x 30 menit x

= 2.71 m3

Free board = 0.3 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 28


Menghitung jari jari bak :

V = Volume Tabung (V1) + Volume kerucut (V2)

V =( + (

2.71 m3 = ( 3.14 0.25 m ) + ( 3.14 1.75 m )

2.71 m3 = ( 0.785 ) + ( 1.832

2.71 m3 = 2.617 m

r =√

r = 1.02 m

Menghitung volume tabung dan volume kerucut :

a. Volume Tabung
V1 =

= 3.14 m x 1.022 m x 0.25 m

= 0.81 m3

b. Volume Kerucut
V2 =

= 1.90 m3

Menghitung volume sludge yang dihasilkan :

a. Clarifier I
Volume sludge = 64% x volume bak
= 64% x 2.71 m3
= 1.7344 m3

Desain IPAL PT. Sido Muncul 29


b. Clarifier II
Volume sludge = 64% x volume bak
= 64% x 2.71 m3
= 1.7344 m3

Menghitung Dosis Koagulan, Flokulan dan netralisasi

a. Koagulan = FeSO4 200 ppm


Dosis = debit x konsentrasi

= 130 m3/hari x 200 mg/L x 1000 L/m3

= 26 x 106 mg/hari x 10-6 kg/mg

= 26 kg/hari x

= 1.08 kg/jam

b. Flokulan = Polyethylene-Imine 5 ppm


Dosis = debit x konsentrasi

= 130 m3/hari x 5 mg/L x 1000 L/m3

= 65 x 104 mg/hari x 10-6 kg/mg

= 0.65 kg/hari x

= 0.0271 kg/jam

c. Netralisasi
Menghitung penambahan NaOH 4 N :
Jika 1 Liter, NaOH 4N yang ditambahkan 10 tetes
Dosis = 130 m3/hari x 1000 L x 10 tetes/L x

= 65000 mL

= 65 L/hari x

Desain IPAL PT. Sido Muncul 30


= 2.7083 L/jam

NaOH yang tersedia dalam bentuk padatan maka harus dilarutkan


terlebih dahulu. NaOH yang akan digunakan NaOH 4N.

BE NaOH = 40 mgram/mgrek

N =

4 =

= 433.3280 gram

Untuk membuat NaOH 4N dengan volume 2.7083 L membutuhkan


433.3280gram

4. BAK SAND FILTER I dan II

Gambar 4.6. Bak Sand Filter

Debit ( Q ) = 130 m3/hari


Waktu tinggal ( t ) = 4 menit

Desain IPAL PT. Sido Muncul 31


Ukuran pasir silica = 2 x 3 mm
Tinggi pasir = 0.8 m
Tinggi Kerikil = 0.2 m
Penurunan turbidity = 81%

Menghitung volume bak :


V =Qxt

V = 130 m3/hari x 4 menit x x

= 0.36 m3
Free board = 0.3 m

Menghitung jari jari dan diameter bak :


V =

r =√

=√

r = 0.24 m
d = 0.48 m

Menghitung volume sludge yang dihasilkan :


a. Sand Filter I
Volume sludge = 81% x volume bak
= 81% x 0.36 m3
= 0.2916 m3
b. Sand Filter II
Volume sludge = 81% x volume bak
= 81% x 0.36 m3
= 0.2916 m3

Desain IPAL PT. Sido Muncul 32


5. BAK AERASI

Gambar 4.7. Bak Aerasi

Debit ( Q ) = 130 m3/hari


Waktu tinggal ( t ) = 7 jam
Nutrisi bakteri = CO(NH2)2

Menghitung volume bak :


V =Qxt

V = 130 m3/hari x 7 jam x

= 37,92 m3
Free board = 0.3 m

Menghitung panjang dan lebar bak :


V =pxlxt
37,92 m3 =pxlx2m
Pxl = 18,96 m2
Maka, p = 5,96 m
l = 3,18 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 33


Menghitung Food to Microorganism Ratio :

= 3,78 per hari

Menghitung perbandingan BOD : N (100:5)


Hasil analisis limbah : BOD = 802.60 mg/L
N = Nitrat sebagai N
= 0.213 mg/L

Untuk mencapai perbandingan BOD : N (100 : 5) maka N ditambahkan


sebanyak 39.917 mg/L.
Dosis = 130 m3/hari x 1000 L/m3 x 39.917 mg/L N
= 5189210 mg N
= 5.18921 kg/hari N
Maka Urea digunakan untuk menambahkan N.

g CO(NH2)2 =

= 11.1197 kg/hari
Urea yang tersedia berupa padatan maka harus dilarutkan terlebih dahulu.
Urea yang akan digunakan Urea 10%.

Urea 10% maka 10 gram dalam 100 mL, maka:


10 gram = 100 mL
100 gram = 1000 mL
1 kg = 10 L

Desain IPAL PT. Sido Muncul 34


11.1197 kg =x

x=

x = 111.197 L
jadi Urea yang dibuat sebanyak 111.197 L dengan konsentrasi 10%.

6. BAK DRYING BED

Gambar 4.8. Bak Drying Bed per volume

Volume sludge = Bak Clarifier I + Bak Clarifier II + Bak Sand


Filter I + Bak Sand Filter II
Volume sludge = ( 1.7344 + 1.7344 + 0.2916 + 0.2916 ) m3
= 4.052 m3
Waktu pengeringan = 2-4 minggu
Tinggi pasir kasar = 0.05 m
Tinggi kerikil = 0.05 m
Tinggi pasir halus = 0.05 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 35


Menghitung volume masing masing bak :

Volume masing-masing bak =

= 1.013 m3

Gambar 4.9. Bak Drying Bed

Menghitung panjang dan lebar per bak :

V = Volume Balok (V1) + Volume prisma (V2)

V = p x l x t + ( x p x l x t)

1.013 m3 = ( p x l x 0.2 m ) + ( p x l x 0.05 m )

1.013 m3 = p x l 0.217 m

pxl =

pxl = 4.668 m2
maka, p = 2.5235 m
l = 1.85 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 36


7. BAK EFFLUENT

Gambar 4.10. Bak Effluent

Debit (Q ) = 130 m3/hari


Waktu tinggal ( t ) = 4 menit

Menghitung volume bak :


V =Qxt

V = 130 m3/hari x 4 menit x

= 0.36 m3
Free board = 0.3 m

Menghitung panjang dan lebar bak :


V =pxlxt
0.36 m3 =pxlx1m
Pxl = 0.36 m2
Maka, p = 0.9 m
l = 0.4 m

Desain IPAL PT. Sido Muncul 37


BAB V

HASIL DAN KESIMPULAN

5.1. Hasil Kualitas Influen dan Efluen IPAL PT. Sido Muncul

Berdasarkan data hasil analisis air limbah setelah dilakukan


pengolahan pada IPAL didapatkan nilai efisiensi sistem IPAL PT. Sido
Muncul yang cukup tinggi, terutama untuk TSS, BOD dan COD. Berikut
adalah data hasil analisis setelah pengolahan :

Tabel 5.1. Hasil efisiensi analisis contoh air limbah PT. Sido Muncul Setelah diolah di IPAL.
NO Parameter Satuan Inlet Oulet Efisiensi
I Fisika
1 Temperatur ᵒC 27,4 29,7 8,39
2 TDS mg/L 2224 1250 43,79
3 TSS mg/L 728 194 73,35
4 Debit m3/hari 130 130
II Kimia
1 pH - 4,71 7,85 66,66
2 BOD mg/L 802,60 47,03 94,10
3 COD mg/L 1176,00 86,35 92,66
4. Nitrat sebagai N mg/L 0,213 0,085 60,09
5. Nitrit sebagai N mg/L 0,146 0,112 23,29
6. Amonia mg/L 0,004 0,0038 5,00
7. Besi terlarut mg/L 1,182 1,182 0
8. Mangan terlarut mg/L 1,009 0,715 29,14
9. Minyak Total mg/L 0,340 - -

Desain IPAL PT. Sido Muncul 38


5.2. Kesimpulan

Pada pengolahan IPAL PT. Sido Muncul ini diperoleh hasil pengolahan
pada setiap parameter memenuhi baku mutu lingkungan mengenai limbah cair
berdasarkan peraturan daerah nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
limbah Bagi Kegiatan Industri Jamu dan Farmasi di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 39


DAFTAR PUSTAKA

 Effeni, Farid. Diktat Kuliah Pengolahan Limbah Industri.Surabaya:Teknik


Kimia ITS.
 Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah
Industri. Yrama Widya: Bandung
 Peraturan daerah nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air limbah
Bagi Kegiatan Industri Jamu dan Farmasi di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah.
 Sugiharto. 1987. Dasar Dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta

 Wijana, Susinggih. 2012. Perancangan Pabrik IPAL. Universitas


Brawijaya: Malang.
 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-
industri/equalisasi-pada-pengolahan-limbah-cair/ diakses pada selasa 10
Desember 2013 pukul 04.00 WIB.
 http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/saringan-pasir-cepat-spc/
diakses pada selasa 10 Desember 2013 pukul 04.10 WIB.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 40


LAMPIRAN

Tabel Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan Industri Jamu dan Farmasi di Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Tengah menurut Peraturan daerah nomor 10 tahun 2004.

Desain IPAL PT. Sido Muncul 41

Anda mungkin juga menyukai