Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ISLAM MASA MODERN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI

Disusun oleh :
Prio Dwi Hidiantoro

SMK PELAYARAN BUANA BAHARI


TAHUN 2019
Jl. Dewi Sartika Ciwangi Beber, Cirebon, Jawa Barat 45172
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul islam
Masa Modern dalam rangka memenuhi tugas Individu Mata Pelajaran PAI. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang
membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka
agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih.

Cirebon, April 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Islam di Indonesia pada masa modern........................................................... 2
B. Perjuangan kemerdekaan umat islam............................................................. 3
C. Organisasi politik dan organisasi sosial......................................................... 3
D. Masa demokrasi termpimpin.......................................................................... 5
E. Masa orde baru............................................................................................... 5
F. Kebangkitan baru islam di masa orde baru.................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kajian islam di dunia kontemporer pada umumnya berkonsentrasi pada subjek
materi tentang tipe-tipe gerakan modernisasi yang beragam atau disebut-sebut sebagai
fundamentalisme, pada saat yang sama kaum muslimin terus menjalani hidup di dunia
tradisi meskipun adanya beberapa serangan terhadap pandangan tradisional di era
modern. Untuk memahami islam dewasa ini, pada langkah pertama sebelum yang
lainnya adalah penting untuk memiliki kesadaran akan sejarah agama-agama lain
yang tidak mengikuti satu alur yang sama.
Pembahuruan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban
yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.
Dengan kemunduran islam pada zaman modern inilah membawa kami untuk
menyingkap bagaimana sebenarnya perkembangan islam pada masa modern.

B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Gerakan Modernisasi Islam, Asal Usul, dan Perkembangannya?
2. Bagaimanakah Kemerdekaan Umat Islam?
3. Bagaimanakah Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam Dalam Suasana
Indonesia Merdeka?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISLAM DI INDONESIA PADA MASA MODERN


Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban
yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.[1][1]
Gerakan modern disebut pula oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan
islam.[2][2]
Kemunduran progresif kerajaan usmani yang merupakan pemangku
khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan islam
dikalangan warga arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya
adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis( salafiyyah). Gerakan
ini merupakan sasaran yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan islam
abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Gerakan pembaharuan ini adalah Jamaludin Al-Afghani(1897). Ia
mengajarkan solidaritas pan-islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa,
dengan kembali kepada islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar
kepada kebangkitan islam di Indonesia.
Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan pendidikan islam di
Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang
Islam(SDI)di Bogor(1909)dan Solo(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka,
Jawa Barat(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan
Islam(Persis)di Bandung(1920-an), Nahdatul Ulama(NU)di Surabaya(1926), dan
Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung, Bukittinggi(1930), dan Partai-
partai Politik, seperti Sarekat Islam(SI)yang merupakan kelanjutan dari SDI,
Persatuan Muslimin Indonesia(Permi)di Padang Panjang(1932)yang merupakan
kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam
Indonesia(PII)pada tahun 1938.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi
yang didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme
dalam pengertian modern.

2
B. PERJUANGAN KEMERDEKAAN UMAT ISLAM
Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H. Samanhudi
menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulai Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto
yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai
organisasi politik pelapor nasionalisme Indonesia,SI pada dekade pertama adalah
organisasi politik besar yang mengrekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran
yang ada di Indonesia. Waktu itu ideologi bangsa memang belum beragam, semua
bertekad ingin mencapai kemerdekaan.[3][3]
Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga
aliran ideologi “Islam”, komunisme dan nasionalis”sekuler”. Perpecahan antara ketiga
golongan tersebut, menurut Dealiar Noer, disebabkan oleh pendidikan yang mereka
terima bersifat Barat. Pendidikan belanda memang diusahakan agar menimbulkan
emansipasi dari agama di kalangan pelajar, sebab agamalah yang terutama
menimbulkan pergolakan politik di kalangan rakyat Indonesia. Golongan sekular yang
ditimbulkan oleh pendidikan itu kemudian terpecah menjadi dua, komunis dan
nasionalis “sekular”.

C. ORGANISASI POLITIK DAN ORGANISASSI SOSIAL ISLAM DALAM


SUASANA INDONESIA MERDEKA
a. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, piagam jakarta sama
sekali tidak digunakan. Soekarno Hatta justru membuat teks proklamasi yang
lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang
kemerdekaan, setelah jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara
sekutu, BUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia(PPKI). Berbada dengan BUPKI yang khusus untuk pulau jawa. PPKI
merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia. Perubahanan itu
menyebabkan banyak anggota BUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa
orang anggota panitia sembilan. Persentase Nasional Islam pun merosot tajam.
Oleh golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai
gentleman’s agrement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai
gentleman’s agrement pertama. Sementara itu keputusan yang sama dipanang oleh
golongan nasionalis sebagai menghianati gentleman’s agremant itu sendiri. Para
nasionalisme Islam mengetahui bahwa, Indonesia merdeka yang mereka

3
perjuangkan dengan penuh pengorbanan itu, jangankan berdasarkan Islam, piagam
Jakarta pun tidak. Oleh sebab itu, bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para
nasionalis Islam.
Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam keputusan Komite Nasional
Indinesia Pusat (KNIP), pengganti PPKI, yang bersidang tanggal 25, 26, dan 27
November 1945. Komite yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, pimpinan utama
Partai Sosialis Indonesia (PSI)itu antara lain , membahas usul agar dalam
Indonesia merdeka ini agar soal-soal keagamaan digarap oleh satu kementerian
tersendiri dan tidak lagi diperlakukan sebagai bagian tanggung jawab
Kementerian Pendidikan. Sedikit banyak, keputusan tentang Kementerian Agama
ini merupakan semacam konsesi kepada kaum Muslimin yang bersifat kompromi,
kompromi antara teori sekuler dan teori Muslim.
Pada tanggal 7 November 1945, Majelis Syura Muslimin
Indonesia(Masyumi)lahir sebagai wadah aspirasi umat islam, 17 Desember 1945
Partai Sosialis yang mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis berdiri, dan 29
Januari 1946, Partai Nasional Indonesia(PNI)yang mewadahi cara hidup
nasionalis”sekuler”pun muncul. Partai-partai yang berdiri sesudah itu dapat
dikategorikan menjadi tiga aliran utama ideologi yang terdapat di Indonesia di
atas. Partai-partai Islam setelah mereka selain Masyumi adalah Partai Sarekat
Islam Indonesia(PSII)yang keluar dari Masyumi pada tahun 1947, Persatuan
Tarbiyah Islamiah (Perti), dan Nahdatul Ulama(NU)yang keluar dari Masyumi
tahun 1952.
Usaha partai-partai islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara
di dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan pancasila,
yang oleh umat islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti Muslim”,
setidak-tidaknya di dalam konstituante memang, kesempatan untuk menyelesaikan
konstituante masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden
1959,konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.
Dalam konsideran Dekrit itu disebutkan bahwa piagam Jakarta menjiwai dan
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945. Jelas, Dekrit sebenarnya
ingin mengambil jalan tenggah. Tapi, tapi Dekrit itu sendiri yang menandai
bermulanya suatu era baru, Demokrasi terpimpin, yang membawa kehidupan
Demokratis terancam dan berada dalam krisis. Masyumi yang sangat ketat

4
berpegang pada konstitusi, pada bulan Agustus 1960 diperintahkan Presiden
Sukarno bubar.

D. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN


Dengan bubarnya Masyumi, partai islam tinggal NU,PSII, dan Perti. Partai-
partai ini, sebagaimana juga Partai-partai lain, mulai menyusuiakan diri dengan
keinginan Soekarno yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang
bermusuhan, ABRI Dan PKI.
partai - partai islam itu melakukan penyesuiaan-penyesuaian terhadap
kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan, peranan partai-partai Islam
mengalami kemerosotan. Tak ada jabatan Menteri berposisi penting yang diserahkan
kepada Islam, sebagaimana yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer.
Di masa Demokrasi terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide
lamanya Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis ”Sekular”,
Islam, dan Komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri.
Masa Demokrasi terpimpin itu berakhir dengan gagalnya gerakan 30 September PKI
tahun 1965, Umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas
gerakan itu.

E. MASA ORDE BARU


Setelah Orde lama hancur, kepemimpinnan berada di tangan Orde Baru.
Tumbangnya Orde Lama yang Umat Islam ikut berperang besar di dalam
menumbangkannya- memberikan harapan baru kepada Kaum Muslimin. Namun,
kekecewaan barupun muncul di masa Orde Baru ini. Umat Islam merasa, meskipun
musuh bebuyutannya, komunis, telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti
yang di harapkan. Rehabilitasi Masyumi, Partai Islam berpenggaruh yang dibubarkan
Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan,tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif
dalam partai Muslimin Indonesia yang didirikan kemudian.

F. KEBANGKITAN BARU ISLAM DI MASA ORDE BARU


Meskipun umat Islam merupakan 87 persen pendududk Indonesia, ide negara
Islam secara terus-menerus dan konsisten di tolak. Bahkan, partai-partai Islam,
kecuali di awal pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan hingga masa

5
kemerdekaan, selalu mengalami kekalahan. Malah dengan pembaharuan politik
bangsa sekarang ini, partai-partai(berideologi) Islam pun lenyap.
Untuk merumuskan situasi baru itu sekaligus memasyarakatkan kebijakan
tersebut, beberapa kalangan yang sejak semula tidak melihat kemungkinan lain,
menyelenggarakan forum-forum yang berkenaan dengan aspirasi politik Islam.
Balitbang Agama Depertemen Agama, untuk tujuan yang sama, menyelennggarakan
seminar dengan tema “Peranan Agama dalam Pemantapan ideologi Negara Pancasila.
Kesimpulan dari kegiatan-kegiatan itu tampaknya menyatakan bahwa aspirasi
keagamaan dalam kehidupan politik di Indonesia tetap akan tersalurkan. Bahkan
dengan kebijaksanaan yang dimaksudkan sebagai upaya modernisasi Politik bangsa
itu, Umat Islam, diuntungkan karna dapat melepaskan diri dari ikatan primodialisme,
pindah dari dunianya yang sempit kedunia yang lebih luas. Banyak pemikiran Islam
yang beranggapan, dengan ditariknya Islam dari level politik, perjuangan kultural
dalam pengertian luas menjadi sangat relevan, bahkan mungkin dianggap justru lebih
efektif.
Dalam pada itu, dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang bila
dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Terlihat, ada tanda-tanda kebangkitan
Islam kembali dalam masa Orde Baru ini. Fenomena yang sangat bisa dilihat adalah
munculnya bangunan-bangunan baru Islam; masjid-masjid, mushola-mushola,
madrasah-madrasah, juga pesantren-pesantren.
Disamping itu, sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan apa yang disebut
intelektual muda Muslim yang meskipun sering kontroversial, melontarkan ide-ide
segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah intelektual muslim
berpendidikan “umun”. Yang terakhir ini sangat mungkin adalah buah dari kegiatan-
kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti himpunan mahasiswa Islam
(HMI, berdiri tahun 1947) yang cukup dominan di perguruan tinggi umum,
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII, organisasi mahasiswa pada mulanya
underbow NU), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM).
Namun, tidak boleh dilupakan Departemen Agama yang dibentuk sebagai
konsesi bagi Umat Islam juga banyak berjasa dalam membentuk dan mendorong
kebangkitan islam tersebut. Empat belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk
dengan sekian banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama,
pendakwah dan mubaligh dalam kuantitas besar. Bahkan, depertemen agama secara
terus menerus mengembangkan dan meningkatkan mutu IAIN tersebut. Belum lagi,

6
peranan depertemen ini dalam membina madrasah dan pesantren-pesantren yang ada
diseluruh wilayah Nusantara ini.
Di samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU,
dua organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik,[4]
[4] pada periode 1980-an terdapat phenomena meningkatnya penerbitan buku-buku
agama, ceramah, seminar ilmiah serta aktifitas keagamaan dikampus perguruan tinggi,
juga padatnya jamaah mesjid, semaraknya pengajian dikantor pemerintah maupun
swasta hingga meriahnya Fashion show dan berbagai peragaan busana muslim
dihotel-hotel berbintang.[5][5]
Pengalaman di masa lampau jelas mengambarkan bahwa suatu pemikiran akan
berkembang secara fleksibel apabila dia berakar dan mampu menjawab persoalan-
persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini
merupakan perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa
lalu.[6][6]
Islam pada hari ini merupakan realitas yang hidup menghadapi tantangan-
tantangan dan problematika yang kompleks, namun tetap lebih memijakkan kakinya
di atas akar tradisi Islam, dan kebenaran-kebenarannya telah memandu takdirnya
sejak turunnya wahyu Alquran lebih dari 14 abad yang lalu. Pada jantung wahyu
inilah berpijaknya doktrin keesaan Allah dan keniscayaan bagi umat manusia untuk
mengikrarkan ajaran tauhid di dunia ini dalam kehidupan sehari-hari.[7][7]
Dalam islam modernisasi berarti upaya yang sungguh-sungguh untuk
melakukan re interpetasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat tentang
keislaman yang dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk disesuikan dengan
perkembangan zaman dengan demikian yang diperbaharu adalah hasil pemikiran atau
pendapat bukan mempebaharui atau mengubahapa yang terdapat dalam al-quran
maupun hadis, yang diperbaharui adalah hasil pemahaman terhadap al-quran dan
hadis.[8][8]

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembang Islam pada masa modern ini mempunyai banyak problema-
problema dalam Negeri. Terutama masalah politik. Islam dewasa ini
perkembangannya dipenggaruhi oleh kekuatan politik yang ada, seperti Partai-partai
dan organisasi Islam ( Muhammadiyah dan NU).
Di samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU,
dua organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiapa kekuatan Di
samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU, dua
organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik.
Kebangkitan islam dewasa ini, bagaimanapun akan mempunyai dampak politik juga.
umat islam dengan segala keberaniannya telah melepaskan suatu wadah politik.
Dengan lapang dada, mereka menerima Pancasila dan berharap dpat mengisinya
dengan nilai-nilai agama.
Mereka ingin agar pihak-pihak lain yang selama ini memandang curiga
terhadap “Islam” dapat mempercayai ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam lainnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Faqih, Aunur Rahim. 1998. Pemikiran DanPeradaban Islam. Yogyakarta: UII Press
Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah PeradabanIslam. Bandung: CV Pustaka Setia

Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai