Materi Kuda Kuda Dan Tangga PDF
Materi Kuda Kuda Dan Tangga PDF
Konstruksi rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi untuk menyangga
penutup atap yang terletak di atas kuda-kuda. Fungsi rangka atap yang lebih spesifik adalah
menerima beban dari penutup atap dan beban sendiri komponen rangka atap. Beban-beban
tersebut disalurkan melalui kolom hingga ke pondasi bangunan. Ditinjau dari bahan rangka
atap dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Struktur Rangka Atap Kayu
Komponen konstruksi kuda-kuda kayu tampak seperti Gambar 2.26, kaki kuda-kuda
menerima gaya tekan dan menyalurkan beban gaya dari penutup atap dan rangka gording
kearah tumpuan kuda-kuda. Batang horizontal menerima gaya tarik yang disebut sebagai
batang tarik akibat dari adanya gaya tekan yang menekan pada kedua tumpuan kuda-
kuda. Batang sokong menerima gaya netral, sedangkan balok gapit dan balok kunci
sebagai stabilitas rangka kuda-kuda dan sambungan.
Gambar 4.29. Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam (Gagble Fame)
Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I dengan sumbu simetri
ganda, yang dihasilkan dari proses canai panas (Hot rolling mill) atau profil tersusun
buatan. Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B),
tebal badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan
penjelasan seperti pada Gambar 4.30 berikut ini.
Gambar 4.30. Profil Wide Flange
Komponen rangka atap mengikuti jenis penutup atap, untuk penutup atap jenis
genting komponen rangka atap meliputi.
(a). Reng, merupakan bilah/batang (kayu) yang melintang di atas kasau dan
berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genting. Reng dari batang kayu
yang ada di lapangan berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.
Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan menerus-kannya ke
usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan.
(b). Kaso, berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7cm dan
panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu
dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan
gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor
dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
(c). Gording, merupakan elemen rangka atap yang membagi bentangan atap dalam
jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan
beban dari penutupatap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada
titik-titik buhulkuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak
lurus dengan arah kuda- kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan
posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording
harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda
sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu
biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10
cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d.2,5 m.
(d). Listplank, Listplank tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung
bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap
cucuran air ujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk.
(e). Kaki kuda-kuda, merupakan batang miring yang membentuk sudut kemiringan
atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan menopang beban gaya-gaya
yang timbul. Seperti pada kaki kuda-kuda bagian bawah akan timbul gaya
horizontal dan gaya vertikal yang harus ditahan oleh tembok pendukungnya.
(f). Jurai dan Sagord, pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau
framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai
luar. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua
ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser.
2. Konstruksi Tangga
Tangga merupakan sarana sirkulasi vertical pergerakan manusia dan barang yang
berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau lebih yang memiliki ketinggian berbeda.
Fungsi utama tangga adalah untuk mendukung aktifitas manusia yang berlangsung dalam dua
tempat yang memiliki ketinggian berbeda, terutama pada bangunan-bangunan bertingkat.
Tangga sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi bangunan bertingkat, akan tetapi
terdapat juga pada tempat-tempat yang memiliki beda tinggi. Beda tinggi suatu tempat
bersifat relatif ada yang cukup tinggi, sedang dan ada yang rendah. Perbedaan tinggi lantai
dalam suatu bangunan bertingkat termasuk cukup tinggi, sehingga perlu disain yang ideal
untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas manusia.
Konstruksi tangga bila ditinjau dari bahan yang digunakan dapat dibedakan menjadi
tangga kayu, beton, dan baja. Masing-masing bahan yang digunakan untuk konstruksi tangga
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tangga kayu memiliki kelebihan mudah
dibentuk sesuai desain arsitekturnya, sedangkan kelemahannya adalah mudah terbakar dan
kekuatan lebih rendah dibandingkan tangga yang dibuat dari bahan beton atau tangga.
Tangga yang dibuat dari beton dan baja sama-sama memiliki kemudahan dibentuk dan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan bahan dari kayu.
Sarana lain yang memiliki fungsi yang sama dengan tangga adalah:
a. Eskalator (tangga berjalan) dipakai untuk bangunan pertokoan, mall.
b. Elevator (lift) dipakai untuk bangunan perhotelan, perkantoran, ramph (tangga landai),
untuk perbedaan tempat atau lantai yang tidak terlalu tinggi.
c. Dogleg (tangga menggantung) dipakai pada bangunan menara atau mercu suar.
a. Persyaratan Teknis Konstruksi Tangga secara umum sebagai berikut.
1) Memenuhi syarat konstruksi: awet, dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama,
stabil dan kokoh.
2) Memiliki keamanan yang cukup tinggi, disamping kokoh dilengkapi dengan sarana
pengaman tangga.
3) Kemiringan tangga tidak terlalu tajam, kurang dari 450 sehingga manusia tidak perlu
merangkak dalam menaiki tangga dan tidak terlalu landai karena akan memperbanyak
kenaikan dan melelahkan disamping memakan tempat yang bayak.
4) Dilengkapi tempat pemberhentian sementara (bordes) pada setiap 12 kenaikan anak
tangga.
5) Diberi tinggi bebas ke atas sebesar 2,00 m yang ditentukan dari permukaan antrede.
6) Memiliki nilai estetika, karena tangga biasanya terletak pada ruang-ruang utama.
7) Perletakan tangga harus cukup representatif, mudah dijangkau dan tidak tersembunyi.
8) Lebar tangga: Lebar tangga harus sesuai dengan fungsi tangga sebagai sarana
sirkulasi.
9) Ukuran lebar tangga ditentukan dari jarak tepi sandaran dalam. Untuk sirkulasi satu
arah minimal memiliki lebar 60 cm, sedangkan untuk dua arah minimal 80 cm.
Bentuk tangga ditentukan oleh besarnya ruang tangga dan perbedaan tinggi lantai
(floor to floor). Untuk ruang yang cukup luas disain tangga dapat lebih leluasa. Untuk
ruang yang terbatas sulit untuk membuat tangga yang ideal. Pada ruang yang cukup luas,
tangga tidak hanya berfungsi sebagai sarana sirkulasi dari lantai yang satu kelantai
berikutnya, tapi dapat berfungsi sebagai tempat bersantai duduk menikmati lingkungan.
Atau dapat juga merupakan titik pandang dari suatu ruang bila tangga memiliki disain
yang cukup indah. Tangga yang paling menghemat ruang adalah tangga putar. Dari
kondisi ruang yang ada terdapat beberapa macam tangga: