Audit Kinerja Dan Investigasi Sektor Publik Klp.5
Audit Kinerja Dan Investigasi Sektor Publik Klp.5
Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan
“kinerja”. Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi
terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan
kriteria yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job
or task is done by an individual, a group of organization”.[“Kinerja adalah cara
perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan”].
Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal yaitu
proses dan hasil yang dicapai.
Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith,
dan Lockridge (1984), sebagai berikut:
c. BPK
Melakukan peningkatan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan
pembelajaran.
Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran
laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor
2
publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta
keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah.
Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik rendah, akan
mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan
akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan. Sehubungan
dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.
3
Akademik sosiologi, dan lain-lain.
3 Metode Bervariasi antara satu Kurang lebih telah
objek dan proyek lain. terstandarisasi.
4 Fokus Program dan kegiatan Sistem akuntansi dan
organisasi. sistem manajemen.
5 Kriteria Lebih subjektif Kurang subjektif
Penilaian Terdapat kriteria yang Kriteria untuk semua
unik untuk masing- kegiatan audit.
masing audit.
6 Laporan Struktur dan isi laporan Bentuk laporan kurang
bervariasi. lebih terstandarisasi.
Dipublikasikan secara Dipublikasikan secara
tidak tetap (adhoc berkala.
basis).
Menurut Indra Bastian dalam bukunya yang berjudul “Audit Sektor Publik”, perbedaan
antara audit kinerja dan audit keuangan dijelaskan pada tabel berikut.
Menguji kewajaran laporan keuangan sari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi dan
salah saji yang material dan efektivitas dalam penggunaan sumber
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi daya untuk mencapai tujuan
umum
4
analisis biaya manfaat biaya manfaat
Tidak terdapat rekomendasi audit dan Terdapat rekomendasi audit dan tindak
tindak lanjut (follow-up) audit lanjut (follow-up) audit
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing theright things)?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the
things right)?
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi
internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan pengujian terinci.
5
a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical
check up” (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam
“otopsi post mortem (pemeriksaan mayat). Jadi, pemeriksaan seharusnya
dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya dapat
hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-
sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus
dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat
bepikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, mengingat bahwa dalam
tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta tingkah
lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak secara diplomatis seterusnya
ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik dalam
tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan
sampai akhrnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dari berbagai macam bidang seperti
ekonomi, hokum, moneter, statistic, computer, keinsinyuran, dan sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa
harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat
mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan
gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat dierapkan dalm organisasi
yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning
system” (system peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan
korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit
for management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor
harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang dimiliki.
6
1.3 Manfaat dan Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik
1.3.1 Manfaat Audit Kinerja Sektor Publik
Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas publik.
A. Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan cara :
7
Pada beberapa situasi, kriteria yang terkait mungkin tidak tersedia. Oleh
karena itu, auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria
tersebut.
7) Melaporkan Ketidakberesan.
Audit kinerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada
manajemen setiap penyimpangan sehingga kerugian dan dampak yang lebih
besar dapat segera diatasi.
8
1.3.2 Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai
suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan
perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.
Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi
dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau
operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sector publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan
input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya
diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber
9
daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai
dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan
efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab
terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan
organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan struktur organisasi.
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
10
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah
efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.
Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.
Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti
menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang
untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat;
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah;
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan dengan biaya yang lebih rendah;
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih
baik;
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku untuk
program tersebut;
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program;
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah
11
ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan
manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria
tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun
efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu
mengukur dampak atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang
menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat
permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja
yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program
hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,
apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
a. Tahap-tahap audit
b. Elemen masing-masing tahap audit
c. Tujuan umum masing-masing elemen
d. Tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai setiap tujuan.
12
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan
struktur audit kinerja yang terdiri atas:
A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)
B. Tahap pengauditan (audit phase)
C. Tahap pelaporan (reporting phase)
D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)
TAHAP ELEMEN
Tahap pengenalan dan perencanaan Survei pendahuluan
(familiarization and planning phase) Review SPM
2. Lingkungan manajemen
13
3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja
Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:
14
2. Kecukupan pelaporan data
15
1. Identifikasi Lingkungan Manajemen
Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami
keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui
secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum,
organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan
(a). Persyaratan hukum dan kinerja (b). Gambaran organisasi (c). Sistem
informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan
harapan.
3. Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk
pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait
organisasi.
16
metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efisiensi operasional,
efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen serta
ketentuan yang berlaku.
9. Analisis Fiskal
Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi,
ekonomi, dan efektivita unit organisasi yang dievaluasi.
17
1) Persiapan (Preparation)
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit,
menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta
menyiapkan bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
2) Penelaahan (Review)
Ini adalah tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh
staf audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak
auditor.
3) Pengiriman (Transmission)
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim
ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.
Keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar menghasilkan
laporan yang efektif adalah:
a. Keahlian Teknis
Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi
audit menjadi sebuah laporan yang koheren.
b. Keahlian Manajerial
Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk
memastikan hasil akhir yang berkualitas dan tepat waktu.
c. Keahlian Interpersonal
Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif
sehingga mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.
18
2) Body atau badan, mencakup:
a) Pengantar masalah
b) Temuan-temuan
c) Kesimpulan dan rekomendasi
3) Komentar auditee
III. Referensi Masalah
1. Footnotes
2. Lampiran
3. Bibliografi
4. Bahan referensi
19
peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit dilaksanakan pada
organisasi tertentu.
4. Implementasi Rekomendasi
a. Implementasi oleh unit kerja
Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf
auditor ini dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali
untuk mempelajari temuan dan rekomendasi audit.
b. Implementasi oleh Eksekutif
Diskusi antara auditor dan manejemen sebelum laporan audit
dipublikasikan akan memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang
didesain untuk mengoreksi permasalahan.
c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit
Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di
dalamnya. Ini untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada
kemungkinan bahwa masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit
dengan auditor yang sama. Aoditor memberi penjelasan bagaimana dan
mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga memonitor kegiatan dan
tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk mengetahui
perkembangan implementasi rekomendasi audit.
d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit
Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan
implementasi rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi,
dan lain-lain.
20
1.5.3 Penentuan Kriteria Audit
Menurut DR. J. B. Sumarlin dalam bukunya ”Pemeriksa” mengemukakan
bahwa :
”Dalam perencanaan audit, seorang auditor harus dapat menyatakan kriteria yang
akan dipergunakan dalam audit diantaranya:
a. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit
Kriteria audit dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai pengendalian,
menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan.
Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar
yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang
lebih khusus sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan,
efesiensi atau efektivitas atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin
umum kriteria yang dipergunakan oleh auditor maka semakin kualitatif hasil
penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur pendapat dan demikian
sebaliknya
.
b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit
Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk
norma-norma yang dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti
norma-norma pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku termasuk sasaran, kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
21
1.6 AUDIT INVESTIGASI ( Special Audit )
Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang
tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang
di duga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan
hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang ditemukan. Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan
lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk
membuktikan kebenarn berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat.
Tanggung jawab audit investigasi ada pada lembaga audit atau satuan pengawas.
Prosedur audit investigasi mengacu pada standar auditing, dan penyesuaian dilakukan
sesuai dengan keadaan yang di hadapi. Dalam merencanakan dan melaksanakan
audit investigasi, auditor menggunakan sikap skeptis yang professional serta
menerapkan asas praduga tidak bersalah. Audit investigasi sebaiknya dilaksanakan
oleh tim atau minimal salah satu auditor yang telah mengembangkan temuan audit
sebelumnya. Laporan hasil audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau
bertanggung jawab dan ditandatangani oleh kepala lembaga audit. Sumber informasi
audit investigasi adalah :
Program audit untuk audit investigasi umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu.
Kalau audit investigasi yang dilaksanakan merupakan pengembangan dari temuan
audit sebelumnya, maka seharusnya, sama seperti audit keuangan dan audit
operasional, auditor dapat menyusun langkah audit yang hendak dilaksanakan. Kertas
kerja audit biasa disusun sebagai berikut :
1. Kertas kerja audit yang umum, yaitu menyangkut data umum, atau kegiatan
yang diperiksa termasuk ketentuan yang harus dipenuhi.
2. Kertas kerja audit untuk setiap orang yang diduga terlibat, antara lain; identitas
seseorang, tindakan yang melanggar hukum, serta akibatnya yang dilengkapi
dengan bukti yang mendukung. Selain itu, kertas kerja ini dapat disusun per
tahapan transaksi seperti pada kasus kredit macet, antara lain: tahap
permohonan kredit, tahap perhitungan 5C, tahap pencairan dan penggunaan
22
kredit, serta tahap setelah kredit cair samapi dinyatakan macet. Kertas kerja
garus dibuat sedemikian rupa sehingga laporan khusus mudah dibuat.
BAB 2
KASUS
23
Poernomo sebagai tersangka kasus pajak. Sebelumnya, politisi Partai Keadilan
Sejahtera Fahri Hamzah menuding penetapan Hadi terkait hasil audit kinerja KPK oleh
BPK.
Wakil ketua KPK Bambang Widjojanto merasa heran karena di tengah upaya keras
KPK menangani indikasi korupsi di sektor pajak ada pihak yang mendiskreditkan KPK.
Fahri mengungkapkan, BPK baru saja menyerahkan hasil audit kinerja KPK ke DPR.
Menurutnya, dari laporan BPK ditemukan banyak masalah terkait kinerja KPK selama
ini. Ia pun mengaitkan hasil audit kinerja KPK ini dengan penetapan Hadi sebagai
tersangka. Fahri mengungkapkan “BPK itu berhubungan dengan kasus-kasus besar
yang dalam prosesnya dilakukan KPK, seharusnya mereka (KPK) bisa lebih
transparan menjelaskan proses penetapan Hadi tidak terkait audit BPK atas kasus
Century dan audit BPK pada kinerja KPK,”
Menurut Fahri, proses penetapan Hadi sebagai tersangka oleh KPK juga janggal. Hadi
dijadikan tersangka tanpa ada pemeriksaan sebagai saksi maupun terlapor dalam
kasus tersebut. Fahri memandang, KPK seharusnya tunduk pada prosedur hukum
yang berlaku dan disahkan.
Ia pun menganggap wajar bila ada sebagian masyarakat yang curiga dengan cara
KPK menetapkan Hadi sebagai tersangka. Semakin mencurigkan di mata Fahri karena
Hadi dijadikan tersangka setelah BPK selesai menyerahkan audit skandal Bank
Century. “KPK ini kan belum pernah sama sekali memeriksa HP (Hadi) ini yang
membuat curiga, tiba-tiba jadi tersangka, lagi pula kasusnya ini sudah 12 tahun lalu,”
ujar dari Fahri.
Mengenai laporan hasil audit atas kepatuhan kinerja bidang penindakan, Bambang
melanjutkan, KPK menjadi satu-satunya lembaga penegak hukum yang sudah diaudit
BPK. Menurut dia, tidak ada permasalahan dalam hasil audit BPK. “Kinerja KPK cukup
baik dalam laporan itu. Tidak ada satu kata pun yang menyebut secara eksplisit kata
keganjilan,”. “Kalau audit keuangan, KPK sudah hampir tujuh kali mendapat hasil
Wajar Tanpa Pengecualian.”
Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, KPK sudah menerima hasil audit kinerja dari
BPK. Ia membenarkan hasil audit itu sudah disampaikan ke DPR. Menurut Johan,
tidak ada masalah dari audit BPK itu. "Tidak ada catatan yang jelek. Tidak ada
hubungannya juga dengan penetapan tersangka HP," ujar Johan.
24
KPK menetapkan Hadi Poernomo sebagai tersangka korupsi saat Hadi masih
menjabat direktur jenderal pajak pada 2002 hingga 2004. Dia diduga terlibat kasus
penggelapan pajak Bank BCA. Kerugian negara dalam kasus ini disebut mencapai
angka Rp 375 miliar. n ed: andri saubani
Disimpulkan bahwa kasus mengenai Hadi ini awalnya dituding mengenai hasil audit
kinerja KPK oleh BPK yang menyebabkan penangkapan Hadi. Ternyata Hadi sama
sekali tidak terkait audit BPK atas kasus Century dan audit BPK pada kinerja KPK
melainkan kasus korupsi yang di lakukan Hadi di tahun 2002 yang menyebabkan
kerugian sebesar Rp 375 miliar sehingga penangkapan Hadi ini dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta.
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi
Kasus. Salemba Empat: Jakarta.
25