Anda di halaman 1dari 109

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN DEPRESI PADA LANSIA


DI GAMPONG MEUNASAH TIMU KECAMATAN PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2018

Oleh:

MIFTAHUL JANNAH
NIM. 1407201057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2018
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN DEPRESI PADA


LANSIA DI GAMPONG MEUNASAH TIMU KECAMATAN
PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2018

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh:

MIFTAHUL JANNAH
NIM. 1407201057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2018

i
Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Skripsi, Agustus 2018

ABSTRAK

MIFTAHUL JANNAH

Hubungan Spiritualitas dengan Depresi pada Lansia di Gampong Meunasah


Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018

xiii + 6 Bab + 68 halaman + 6 tabel + 2 skema + 16 lampiran

Abstrak

Depresi merupakan gangguan emosional yang sifatnya berupa perasaan


tertekan, tidak merasa bahagia, sedih, merasa tidak berharga, tidak mempunyai
semangat, tidak berarti dan pesimis terhadap hidup. Banyak faktor yang
mempengaruhi depresi diantaranya perubahan psikologis, ketika seseorang merasa
tertekan karena berbagai masalah mereka akan cenderung fokus pada tekanan
yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau
melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Salah satu strategi kompensasi yang
dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah
yang mereka hadapi adalah dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta,
melalui ritual keagamaan dan penyembahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritualitas dengan
depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen Tahun 2018. Menggunakan desain analitik dengan teknik
pendekatan cross sectional. Populasi adalah lansia yang ada di Gampong
Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen sebanyak 203 orang
dan jumlah sampel 67 orang menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen
yang digunakan dalam bentuk kuesioner.
Analisa data menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%,
didapatkan hasil p = 0.000 (p < 0.05) ada hubungan antara spiritualitas dengan
depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen tahun 2018.
Diharapkan dengan hasil penelititn ini lansia agar dapat meningkatkan
keaktifannya dalam mengikuti shalat berjamaah, pengajian dilingkungan tempat
tinggal maupun melakukan ibadah di rumah, keluarga juga diharapkan
memberikan pendampingan lansia dengan zikir, membaca alqu‟an, menyediakan
waktu untuk mendegarkan permasalahan lansia serta memberikan dukungan dan
motivasi yang positif.

Kata Kunci : Spiritualitas, Depresi


Daftar Bacaan : Buku : 13 (2001-2011)
Internet : 20 (2012-2017)
iv
MOTTO

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah
penghargaan, agar hidup jauh lebih bermakna. Hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai, mengalir tanpa
tujuan. Teruslah belajar, berusaha dan berdoa untuk mencapai semua impianmu.

Kupersembahkan buah karyaku kehadapan Orang Tuaku.


Ayahanda tercinta Marzuki dan Ibunda tercinta Anita, yang tiada pernah henti selama ini memberiku
semangat, doa, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga aku selalu kuat
dalam menghadapi setiap rintangan yang ada didepanku. Ayahnda, ibunda terimalah bukti kecil ini sebagai
kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu,
aku berharap agar senantiasa selalu melihat senyum kebahagiaan di wajah kalian.
serta untuk kedua adikku tersayang khairun nupus dan ihsan

Terimakasih juga kuucapka untuk wawak ku tercinta yang selama ini telah banyak membantuku dan
mengajarkan begitu banyak kebaikan di dalam hidup ini.
Kepada sahabat-sahabat setiaku rozalia, aton, desy, mahda, kak melan, Irma yang selalu memberiku
semangat dan canda tawa yang sangat mengesankan selama perkuliahan……..sahabatmu adalah orang yang
tahu kelemahanmu tapi ia menunjukkan kelebihanmu….
Terimakasih untuk dosen pembimbingku Ns. Jufrizal, M.Kep dan Ns. Mursal, M.Kep serta untuk dosen
pengujiku Ns. Nanda Fitria, M.Kep dan Ns. Liza Wahyuni, S.Kep yang telah meluangkan waktu berharaga
dan pemikiran luar biasanya dalam penulisan karya ilmiah ini...
Tak lupa pula untuk teman-teman seperjuanganku PSIK angkatan 2014. Terima kasih atas kebersamaan dan
suka duka selama empat tahun ini, semoga langkah kita selalu dalam Ridha ALLAH SWT, Amiiin......

“Keringat tak pernah berkhianat”

“Mencoba lagi dan lagi adalah satu-satunya hal yang harus kita lakukan saat mengalami kegagalan”

“Miftahul Jannah”
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Hubungan Spiritualitas dengan Depresi pada Lansia di Gampong

Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018”.

Selanjutnya shalawat beserta salam kita hantarkan ke haribaan Nabi Muhammad

SAW beserta kepada sahabatnya.

Skripsi penelitian ini sebagai salah satu syarat dan beban studi untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe. Untuk dapat menyelesaikan skripsi ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka

pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Yang tercinta Ayah, Ibunda, serta seluruh keluarga yang selalu mendo’akan

serta memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Ns. Mursal, M. Kep selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe dan

selaku pembimbing II (dua).

3. Ns. Jufrizal, M. Kep Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes

Muhammadiyah Lhokseumawe serta selaku pembimbing I (satu) yang telah

banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan

arahan pada proses penulisan skripsi ini.

vi
4. Kepada Ns. Nanda Fitria M. Kep selaku penguji I dan Ns. Liza Wahyuni S.

Kep selaku penguji II yang telah bersedia memberikan kritikan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Edi Nur Abdul Gani, ST Selaku Geuchiek Gampong Meunasah Timu.

6. Seluruh staf pengajar dan pihak Akademik pada Program Studi Ilmu

Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe yang telah

membimbing dan mendukung penulis.

7. Kepada Sahabat-sahabat terbaikku yang mungkin terlalu banyak untuk

disebutkan satu persatu, dan seluruh mahasiswa PSIK STIKes

Muhammadiyah yang telah memberikan do’a dan dukungan dan

partisipasinya dalam penyususnan skripsi ini.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT, begitu juga

dengan skripsi ini yang masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca sekalian. Amin yarabbal’alamin.

Lhokseumawe, Agustus 2018

Penulis

vii
BIODATA PENULIS

Nama : Miftahul Jannah


Tempat/Tgl.lahir : Meunasah Timu/ 20 Mei 1996
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Lengkap : Gampong Meunasah Timu, Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen

No. Telp/Hp : 085358273084


Email : mithahuljannah29@gmail.com

Nama Orang Tua


a. Ayah : Marzuki
b. Ibu : Anita
Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Wiraswasta
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Lengkap Orang Tua : Gampong Meunasah Timu, Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen

Status : -
Riwayat Pendidikan
a TK : Idhata, Lulus Tahun 2002
b SD/MIN : SD Negeri 28 Peusangan, Lulus Tahun 2008
c SMP/MTsN : SMP Negeri 1 Peusangan, Lulus Tahun 2011
d SMA/MAN : SMA Negeri 2 Peusangan, Lulus Tahun 2014

Demikian Biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

Lhokseumawe, Agustus 2018


Penulis

Miftahul Jannah

viii
DAFTAR ISI

JUDUL LUAR ...................................................................................................


HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iii
ABSRTAK .........................................................................................................iv
MOTTO .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
BIODATA PENULIS........................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................xi
DAFTAR SKEMA ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................10


2.1 Konsep Depresi ...........................................................................10
2.1.1 Pengertian Depresi .............................................................10
2.1.2 Etiologi Depresi .................................................................10
2.1.3 Gejala Depresi....................................................................12
2.1.4 Tingkat Depresi..................................................................13
2.1.5 Skala Ukur Depresi ............................................................17
2.2 Konsep Lansia .............................................................................18
2.2.1 Pengertian Lansia ...............................................................18
2.2.2 Perubahan Akibat Penuan ..................................................19
2.2.3 Faktor-Faktor Pencetus Terjadinya Depresi
pada Lansia ........................................................................25
2.2.4 Dampak Depresi Pada Lansia ............................................26
2.3 Konsep Dasar Spiritualitas ..........................................................27
2.3.1 Pengertian Spiritualitas ......................................................27
2.3.2 Karakteristik Spiritualitas ..................................................28
2.3.3 Perkembangan Spiritual .....................................................31
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas...........................33
2.3.5 Spiritualitas, Kesehatan dan Sakit......................................34
2.4 Kerangka Teoritis ........................................................................36

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN..............................................37


3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................37
3.2 Hipotesis Penelitian .....................................................................38

ix
3.3 Defenisi Operasional ...................................................................38

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................40


4.1 Desain Penelitian .........................................................................40
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................40
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................42
4.4 Etika Penelitian............................................................................43
4.5 Pengumpulan Data.......................................................................43
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ......................................................48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................53
5.2 Hasil Penelitian............................................................................54
5.3 Pembahasan .................................................................................58

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.................................................................................66
6.2 Saran ..........................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Perubahan Kondisi Fisik ..................................................................19

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................38

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Gampong


Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Tahun 2018.......................................................................................55

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Spiritualitas di Gampong Meunasah


Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Tahun 2018.................................................................................... 56

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi depresi di Gampong Meunasah Timu


Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018............... 56

Tabel 5.4 Hubungan spiritualitas dengan depresi pada lansia di


Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen Tahun 2018.................................................... 57

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori.............................................................................. 36

Skema 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembaran Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data Awal

Lampiran 6 : Surat Izin Uji Instrument

Lampiran 7 : Surat Selesai Melakukan Uji Instrument

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10 : Master Table Uji Instrument

Lampiran 11 : Hasil Uji Instrument

Lampiran 12 : Master Table Hasil Penelitian

Lampiran 13 : Hasil Analisa Univariat

Lampiran 14 : Hasil Analisa Bivariat

Lampiran 15 : Pernyataan Etika Akademik dan Keaslian Kepemilikan Skripsi

Lampiran 16 : Surat Keterangan Penetapan Pembimbing

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan

manusia. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya 60 tahun keatas. Lansia bukan

suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan (Yuzefo dkk., 2015).

Pertambahan usia yang dialami lansia akan menyebakan lansia lebih rentan

terkena penyakit menular maupun penyakit tidak menular, hal ini dikarenakan

terjadinya penurunan fungsi fisiologis sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

Lansia juga mengalami masalah psikososial diantaranya adalah ketidakmampuan

fisik, seperti depresi, cemas akan kematian dan bunuh diri (Yuzefo dkk., 2015).

Perubahan psikososial yang paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status

sosial. Perubahan meliputi pensiun, kematian pasangan, pindahnya anak atau cucu ke

lingkungan yang tidak dikenal (Gultom dkk., 2015).

Perubahan-perubahan pada lansia menimbulkan berbagai masalah salah

satunya depresi. Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris yang tidak hanya

sekedar suatu keadaan sedih, tapi melampaui itu depresi dapat menyebabkan

terganggunya aktivitas sosial (Muhammad, 2010). Depresi yang dialami lansia dapat

berakibat fatal seperti bunuh diri, penurunan fungsi keseharian yang dapat

1
2

mempercepat kematian dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Nafa,

2015).

Pada dasarnya yang menyebabkan lansia depresi adalah kondisi jiwanya

dalam menerima, merespon dan mengolah suatu persoalan, yang menjadi persoalan

utama adalah bukan pada seberapa besar masalah yang menimpa lansia, tapi lebih

pada seberapa tangguh lansia mampu menghadapi berbagai persoalan hidup

(Muhammad, 2010). Meskipun persoalan yang dialami begitu berat jika lansia

mempunyai ketabahan, dan rasa percaya diri yang kuat, maka hal ini tidak akan

berpengaruh pada kesehatan mental lansia. Begitu pula sebaliknya jika persoalan

yang dialami lansia tidak berat tapi lansia tidak mempunyai ketabahan, dan rasa

percaya diri yang kuat untuk menghadapinya maka itu akan berpengaruh pada

kesehatan mental lansia (Muhammad, 2010).

Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan

hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. Di Amerika Serikat, 17%

orang pernah mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah

penderita saat ini lebih dari 19 juta orang. Depresi merupakan salah satu masalah

kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara

berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi

salah satu gangguan mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi

penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung (Dirgayunita, 2016).

Menurut data WHO tahun 2014 diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia

diperkirakan sebanyak 629 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
3

tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Prevalensi depresi pada lansia di seluruh dunia

pada tahun 2014 berkisar 13,5% dari seluruh jumlah lansia dengan perbandingan wanita

sebanyak 8,4% dan pria sebanyak 5,1% . Berdasarkan data Depkes RI tahun 2014, di

Indonesia prevalensi lansia sebanyak 20.893.000 jiwa dengan jumlah lansia yang

mengalami depresi ringan sampai berat sebanyak 32% (Nurhidayah dkk,. 2017).

Menurut Gultom, dkk (2016) prevalensi depresi yang dialami lansia

bervariasi bergantung pada situasi, Depresi terjadi lebih dari 20% lansia yang tinggal

didaerah komunitas, 25% lansia berada dirumah sakit dan 40% lansia penghuni panti

werdha. Gejala biologis depresi pada lanjut usia adalah perubahan pola tidur (terutama

penurunan jumlah tidur dan bangun pada dini hari), penurunan nafsu makan dan berat

badan, perubahaan mood yang bervariasi dalam sehari (terutama memburuk pada pagi

hari).

Depresi dapat menimbulkan rasa tertekan, saat hal ini terjadi maka mereka

akan berusaha untuk mencari sebuah kompensasi agar perasaan yang dirasakan

tersebut bisa diatasi. Salah satu strategi kompensasi yang dapat dilakukan untuk

mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah yang mereka hadapi adalah

dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, melalui ritual keagamaan dan

penyembahan (Handayani dan Oktaviani, 2018). Lanjut usia lebih percaya bahwa

agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga

berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupan dan menentramkan batinya

(Zulianto, 2016).
4

Spiritualitas mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang hidup dengan

harapan (Yuzefo dkk,. 2015). Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan

yang maha kuasa dan maha pencipta (Hamid, 2008). Dimensi spiritual berupaya

untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang

untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress

emosional, penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar kekuatan

manusia (Hamid, 2008).

Spiritualitas adalah konsep dua dimensi dengan dimensi vertikal dan

horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan tuhan, dan dimensi

horizontal mewakili hubungan dengan orang lain (Stanley dan Beare, 2007).

Spiritualitas memiliki karakteristik mencakup hubungan dengan diri sendiri,

hubungan dengan alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan

ketuhanan (Hamid, 2008). Bagi lansia spiritualitas merupakan suatu demensi

kesejahteraan yang dapat mengurangi stres dan kecemasan, mempertahankan

keberadaan diri sendiri dan tujuan hidup. Spiritualitas membantu lansia dalam

menghadapi semua perubahan di dalam hidunya seperti penurunan kekuatan fisik

maupun beradaptasi terhadap semua penyakit yang diderita. Pemahaman

kesejahteraan spiritualitas akan membantu lansia menemukan arti dan tujuan hidup

sehingga akhirnya lansia dapat mencapai potensi dan peningkatan kualitas hidupnya

(Destarina., dkk 2014).

Menurut Banks spiritualitas sebagai kekuatan yang menyatukan, memberi

makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan
5

juga keterikatan antar individu (Stanley dan Beare, 2007). Aktivitas spiritual

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual guna

mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa demi mencari arti dan tujuan hidup,

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk

memberikan dan mendapatkan maaf (Zulianto, 2016). Contoh atau bentuk aktivitas

spiritual antara lain: melakukan shalat lima waktu, berdoa, berpuasa, bersedekah,

berzikir serta membaca Al Qur’an (Zulianto, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Handayani dan Oktaviani

(2018) dengan judul hubungan spiritualitas dengan depresi lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin di dapatkan kesimpulan bahwa

lansia yang tidak memiliki hubungan baik terhadap dirinya, orang lain, lingkungan

dan Tuhan Yang Maha Esa maka lebih cenderung menolak perubahan yang terjadi

dirinya suka menyendiri tampak murung tidak bersemangat dan merasa kehidupan ini

tidak menyenangkan sehingga lansia tersebut mudah mengalami depresi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gultom, dkk (2016) dengan

judul hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada lansia di Balai

Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah kota Manado, pada 50 orang sampel.

Menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara aktivitas spiritual dengan

tingkat depresi pada lansia, hal ini dikarenakan pihak panti memberikan kegiatan

pembinaan mental maupun fisik yang dapat mempengaruhi spiritual lansia. Peneliti

berpendapat bahwa semakin banyak aktivitas amat terlebih aktivitas spiritual yang

dilakukan oleh lansia akan mempengaruhi tingkat depresi pada lansia hal ini dapat
6

dilihat dari hasil yang didapat bahwa didapatkan terdapat 34 lansia dengan aktivitas

spiritual dengan tingkat depresi yang rendah. Ini dikarenakan 34 lansia memiliki

interaksi yang baik dengan sesama lansia, dan selalu melakukan aktivitas sosial

bersama maupun sendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nafa (2015) dengan judul

hubungan tingkat religuisitas dengan tingkat depresi lansia beragama islam di panti

tresna werdha budi mulia 4 margaguna Jakarta selatan di dapatkan kesimpulan bahwa

ada hubungan yang kuat antara tingkat religuisitas dengan tingkat depresi pada lanjut

usia di PSTW 4 budi mulia margaguna Jakarta selatan. Dari hasil pengamatan terlihat

lansia yang rajin dalam melaksanakan sholat, sholat berjamaah, mengikuti ceramah

agama, mengikuti pengajian, lebih tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Mereka lebih rajin mengikuti kegiatan di panti bersosialisasi dengan sesama penghuni

panti. Hal sebaliknya, lansia yang tidak melaksanakan perintah agama lebih terlihat

murung, sedih, menangis dan tidak mau bersosialisasi dengan sesama penghuni panti.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh faradimah dan uliyah

(2015) dengan judul keteraturan sholat lima waktu dengan tingkat depresi pada

lansia di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara keteraturan sholat

lima waktu dengan tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

pasuruan di Babat Lamongan.

Berdasarkan data awal yang peneliti dapatkan dari Gampong Meunasah Timu,

keseluruhan lansia berjumlah 203 orang. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan

pada tanggal 17 Mei 2018 diperoleh keterangan dari 13 orang lansia bahwa rata-rata
7

lansia sering mengerjakan shalat lima waktu, berdoa dan berzikir. Sebanyak 3 orang

lansia mengatakan bahwa mereka bersyukur atas hidup mereka sekarang, dan

sebanyak 7 orang lansia merasa bermasalah dengan perubahan fisik yang dialami

seperti penurunan penglihatan, pendengaran, sering sakit-sakitan serta hatinya merasa

gelisah sehingga mereka sering kali mengingat Allah dengan berzikir. Dari

keterangan lansia didapatkan bahwa 3 orang lansia belum bisa beradaptasi dengan

meninggalnya pasangan hidup, mereka juga berdoa sesudah sholat untuk

pasangannya agar diampuni segala dosanya.

Berdasarkan fenomena dan fakta di atas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui apakah ada Hubungan Spiritualitas dengan Depresi Pada Lansia Di

Gampong Meunasah Timu Tahun Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun

2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian adalah bagaimana “Hubungan Spiritualitas dengan Depresi pada Lansia di

Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong

Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.


8

1.4 Manfaat Penelitian

a. Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas,

depresi dan penatalaksanaan depresi dengan cara yang tepat. Kemudian dapat

menerapkan disiplin ilmu dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

dalam melakasanakan penelitian serta dapat dijadikan sebagai bekal untuk penelitian

dimasa yang akan datang dengan desain yang berbeda.

b. Responden

Dapat meningkatkan pengetahuan lansia tentang spiritualitas, depresi dan cara

penanganan depresi.

c. Bagi Ilmu Keperawatan/ Profesi

1) Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi keperawatan.

2) Masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian terkait untuk

menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan

individu.

d. Institusi Pendidikan Kesehatan

1) Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain yang

memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian dengan judul

yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.

2) Sebagai sumber informasi pada institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Lhokseumawe, agar dijadikan dokumentasi ilmiah untuk

merangsang minat peneliti selanjutnya.


9

e. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya

sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Depresi

2.1.1 Pengertian Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang

berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan

kepada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2008). Depresi

merupakan gangguan emosional yang sifatnya berupa perasaan tertekan, tidak

merasa bahagia, sedih, merasa tidak berharga, tidak mempunyai semangat, tidak

berarti dan pesimis terhadap hidup (Gultom dkk., 2016).

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris yang tidak hanya sekedar

suatu keadaan sedih, tapi melampaui itu depresi dapat menyebabkan terganggunya

aktivitas sosial. Jiwa ini seakan menanggung tanggung jawab yang tak selayaknya

dipikul. Yang ada adalah ketakutan, khawatir dan perasaan rendah diri yang pada

gilirannya akan menghambat aktivitas yang lain (Muhammad, 2010). Depresi

adalah gangguan mental yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau

kesenangan, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, perasaan

kelelahan dan kurang konsentrasi (Maulyda dkk., 2015).

2.1.2 Etiologi Depresi

Menurut Kaplan (2002, dalam Dirgayunita, 2016) faktor – faktor yang

dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor

10
11

Psikologis atau kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

1. Faktor Biologi

Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik

dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian

biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang

paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan

hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat

meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan

sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.

2. Faktor Psikologis atau Kepribadian

Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan

menggunakan ruminatif koping. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan

bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang

mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan

aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah

dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan.

Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya

tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat

menyebabkan pesimisme dan apatis.

3. Faktor Sosial

1) Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan

pekerjaan.
12

2) Paska bencana.

3) Melahirkan.

4) Masalah keuangan.

5) Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol.

6) Trauma masa kecil .

7) Terisolasi secara sosial.

8) Faktor usia dan gender.

9) Tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di

sekolah ataupun tempat kerja.

10) Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

2.1.3 Gejala Depresi

Menurut Nugroho (2008), gejala depresi yang terjadi umumnya antara

lain:

a. Pandangan kosong.

b. Kurang atau hilangnya perhatian pada diri, orang lain, atau lingkungan.

c. Inisiatif menurun.

d. Ketidak mampuan berkonsentrasi.

e. Aktivitas menurun.

f. Kurangnya nafsu makan.

g. Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih, atau cepat lelah

sepanjang waktu.

h. Mungkin susah tidur di malam hari.


13

Menurut Maslim (2001) ada beberapa gejala depresi.

1. Gejala utama

a. Efek depresif

b. Kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurang energi yang menuju menigkatnya keadaan mudah lelah (rasa

lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2. Gejala lainnya

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

2.1.4 Tingkat Depresi

Menurut Maslim (2001) ada beberapa tingkatan depresi yaitu:

1. Depresi ringan, ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

tersebut diatas.

b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari geja lainnya.

c. Tidak boleh ada geja berat diantaranya.

d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu.
14

e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukannya.

2. Depresi sedang, ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

tersebut diatas.

b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala

lainnya.

c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu.

d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.

3. Depresi berat ada dua jenis yaitu:

1) Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Semua gejala utama depresi harus ada.

b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di

antaranya harus berintensitas berat.

c. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor )

yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.

d. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,

maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun

waktu kurang dari 2 minggu.


15

e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang

sangat terbatas.

2) Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Sama seperti depresi berat tanpa psikotik.

b. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

malibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Menurut Widianingrum (2016) klasifikasi Diagnostik and Statistical

Manual of Mental Disorders Fourth Edision (DSM IV), gangguan depresi terbagi

dalam tiga kategori yaitu :

a. Gangguan depresi berat (Mayor Depressive Disorder)

Tanda dan gejala yang ditunjukkan pada gangguan depresi berat terdapat lima

atau bahkan lebih gejala yang mucul selama 2 minggu. Suasana perasaan pada

penderita depresi akibat gejala yang mucul dapat dirasakan sepanjang hari oleh

penderita. Perasaan yang mucul yaitu kehilangan perasaaan senang, berat badan turun

atau bahkan mengalami kenaikan berat badan secara drastis, insomnia atau

hipersomnia berkelanjutan, mudah letih atau kehilangan energi, perasaan tidak

berharga atau perasaan bersalah yang sangat mendalam, konsentrasi menurun dan

keinginan untuk bunuh diri.

b. Gangguan distimik (Dysthymic Disorder)

Gangguan distimik adalah suatu depresi yang lebih kronis tanpa ada bukti suatu

depresi berat. Perasaan yang timbul pada depresi ini dapat terjadi selama beberapa
16

hari paling sedikit selama 2 tahun. Selama gangguan depresi penderita akan

mengalami tidak nafsu makan atau makan berlebihan, insomnia atau hipersomnia,

keletihan, daya konsentrasi rendah, dan perasaan putus asa.

c. Gangguan afektif Bipolar atau siklotimik (Bipolar Affective Illness or

Cyclothymic Disorder)

Depresi dengan gangguan siklotimik ditandai dengan penderita sebelumnya

pernah mengalami episode depresi berat atau depresi yang lebih berat. Depresi

siklotimik menunjukkan keadaan depresi ringan dan hipomania, terpisah dan

bercampur, terus menerus, atau hilang timbul, berlangsung selama paling sedikit 2

tahun. Gangguan ini biasanya terjadi pada usia muda yaitu sekitar usia 20 tahunan.

Menurut Widianingrum (2016) berdasarkan tingkat penyakit maka depresi

dapat digolongkan mejadi tiga kelompok yaitu :

a. Depresi ringan (Mild Depression/ Minor Depression)

Depresi ringan ditandai dengan adanya rasa sedih, perubahan proses berpikir,

hubungan sosial kurang baik, tidak bersemangat dan merasa tidak nyaman. Pada

depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi serta penyakit datang setelah

kejadian stressfull yang spesifik.

b. Depresi sedang (Moderate Depression)

1) Gangguan afektif: peasaan murung, cemas, kesal, marah menangis, rasa

bermusuhan, dan harga diri rendah.

2) Proses pikir: perhatian sepit, berpikir lambat, ragu-ragu, konsentrasi

menurun, berpikir rumit, dan putus asa serta pesimis.


17

3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas terasa berat,

tubuh lemah, sakit kepala, sakit dada, mual, muntah, konstipasi, nafsu

makan menurun, berat badan menurun, dan gangguan tidur.

4) Pola komunikasi: bicara lambat, komunikasi verbal menjadi berkurang, dan

komunikasi non verbal menjadi meningkat.

5) Partisipasi sosial: seseorang menjadi menarik diri, tidak mau bekerja, mudah

tersinggung, bermusuhan, dan tidak memperhatikan kebersihan diri.

c. Depresi berat

Depresi berat mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa

sedih) dan mania (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan hiperaktif).

Tanda dan gejala depresi berat yaitu:

1) Gangguan afektif: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, putus asa

dan inisiatif kurang.

2) Gangguan proses fikir: halusinasi, waham, konsentrasi berkurang, dn pikiran

merusak diri.

3) Sensasi somatik dan aktivias motorik: diam dalam waktu lama, tiba tiba

hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurang perawatan diri, tidak mau makan

dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak

enak, dan tugas ringan terasa berat.

4) Pola komunikas: introvert dan tidak ada komunikasi verbal sama sekali.

5) Partisipasi sosial: kesulitan menjalankan peran sosial dan menarik diri.

2.1.5 Skala Ukur Depresi

Skala ukur depresi menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale

memiliki format yang sederhana karena pertanyaan-pertanyaan yang mudah


18

dibaca dan mudah untuk dipahami. Geriatric Depression Scale di Indonesia telah

divalidasi pada berbagai populasi lansia. Kuesioner ini digunakan untuk screening

responden yang mengalami depresi. Kuesioner dengan 15 item pertanyaan yang

dijawab dengan jawaban “iya” dan “tidak”. Pada soal yang terdiri dari pertanyaan

favorable pada item nomor 1, 5, 7, 11, dan 13 jika dijawab “iya” maka bernilai 0

kemudian jika dijawab “tidak” maka bernilai 1. Pada soal yang terdiri dari

pertanyaan unfavorable pada item nomor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, jika

dijawab “tidak” maka bernilai 0 kemudian jika dijawab “iya” maka bernilai 1.

Poin-poin tersebut selajutnya dijumlah untuk mengetahui skor total dari skala

tersebut. Skor total adalah 15 dan skor minimal adalah 0. Kemudian dengan

mengetahui skor total ditentukan tingkatan depresi dengan kriteria:

1. Depresi ringan (0-4)

2. Depresi sedang (5-10)

3. Depresi berat (11-15).

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Mubarak, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) klasifikasi lansia adalah usia

pertengahan (middle age) (45-59 tahun), lanjut usia (elderly) (60-74 tahun), lanjut
19

usia tua (old) (75-90 tahun) dan usia sangat tua (very old) (diatas 90 tahun). Di

Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hai ini dipertegas dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada

Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Saat ini diberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

1998 Tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria

maupun wanita (Nugroho, 2008).

2.2.2 Perubahan Akibat Penuan

Menurut Mubarak (2009) menyatakan bahwa ada beberapa perubahan

yang terjadi pada lansia antara lain sebagai berikut:

1. Perubahan kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel

sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan,

pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,

muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integument.

Tabel 2.1: Perubahan Kondisi Fisik


No Sistem organ Morfologi dan fungsi
1. Keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya
fat to lean body, mass ration, dan berkuranya cairan
2. Sistem integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering, dan kurang elastis karena menurunya cairan,
hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat, dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunya aliran darah ke
kulit. Menurunya sel-sel yang meproduksi pigmen,
kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta rapuh.
Pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah
meningkat, rambut menipis atau botak, warna rambut
kelabu, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah
menurun
20

3. Temperatur tubuh Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan


metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak diakibatkan oleh rendahnya aktivitas otot.
4. Sistem muskular Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skletal
berkurang, pengecilan otot akibat menurunya serabut
otot, namun pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
5. Sistem Katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kardiovaskuler kemampuan jantung memompa darah berkurang 1%
per tahun, dan berkurangnya curah jantung.
Berkurangnya hate rate terhadap respons stres,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, bertambah panjang dan lekukan, arteri
termasuk aorta intimia bertambah tebal, serta fibrosis
di media arteri.
6. Sistem perkemihan Ginjal mengecil, nefron menjadia atrofi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang
akibat kurang mampu memekatkan urine, BJ urine
menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-oto
yang melemah, frekuensi berkemih meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibat
resistensi urine meningkat, pembesaran prostat (75%
usia diatas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang
abnormal.
7. Sistem pernapasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia,
berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukuranya
melebar dari biasanya, jumlah alveoli berkurang,
oksigen arteri berkurang menjadi 75 mmHg, CO2
pada arteri tidak berganti, berkurangnya maximal
oxygen uptake dan berkurangnya refleks batuk.
8. Sistem Kehilangan gigi, indera pengecapan menurun,
gastrointestinal esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik melemah sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absopsi
menurun, hati mengecil, produksi saliva menurun,
serta produksi HCL dan pepsin menurun pada
lambung
9. Rangka tubuh Osteaartritis, hilangnya zat pembangun tulang (bone
subtance)
21

10. Sistem penglihatanKornea lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul


sklerosis dan hilangnya respon terhdap sinar; lensa
menjadi keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat cahaya gelap); berkurang atau
hilangnya daya akomodasi; menurunya lapang
pandang (berkurang luas pandangan, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna: menurunya kemapuan
membedakan warna hijau atau biru pada skala dan
depth perception)
11. Sistem Presbiakusis atau penurunan pendengaran, membran
pendengaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis,
penumpukan serumen, sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya
persepsi nada tinggi, berkurangnya ‘pitch’
diserimination.
12. Sistem persarafan Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%,
berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat,
kurang sensitif terhadap sentuhan, berkurangnya
aktivitas sel T, bertambahnya waktu jawaban
motorik, hantaran neuron motorik melemah, dan
kemunduran fungsi saraf otonom.
13. Sistem endokrin Produksi hampir semua hormon menurun, fungsi
paratyroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH.
menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal
metabolisme menurun, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonad
(progesteron, estrogen dan aldosteron) bertambahnya
insulin, parathormone, vasopresin dan psikomotor
menjadi lambat.
14. Sistem reproduksi Selaput lendir vagina menurun atau kering,
menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara,
testis masih dapat meproduksi sperma meskipun
menurun secara berangsur-angsur dan dorongan seks
menetap sampai usia di atas 70 tahun asalkan kondisi
kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada
saat menopouse
15. Daya pengecapan Menurunnya kemammpuan untuk melakukan
dan pembauan pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap
empat rasa menurun (gula, garam, mentega dan
asam) setalah usia 50 tahun.
22

2. Perubahan Kondisi Mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,

keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan.

Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan

abstrak, mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa

lalu. Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya

perasaan tidak aman, dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa

terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak

berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung

bersifat introvet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mental diantaranya:

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (hereditas).

e. Lingkungan.

f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

keluarga.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

dan konsep diri.


23

3. Perubahan Psikososial

Masalah perubahan psikologis serta reaksi individu terhadap perubahan ini

sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang

yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk

menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan

bijaksana, maka ia akan mempersiapkan diri dengan menciptakan berbagai bidang

minat untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan

kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak pekerja,

pensiun berarti terputus dari lingkungan, teman-teman yang akrab, dan

disingkarkan untuk duduk-duduk di rumah atau bermain domino di klub pria

lanjut usia.

Perubahan yang mendadak dalam kehidupan akan membuat mereka merasa

kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di

antaranya adalah sebagai berikut.

1) Minat

Pada umumnya pada masa usia lanjut minat seseorang akan berubah dalam

kuantitas maupun kualitasnya. Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung

menurun dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada lansia jelas

berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragunakan

bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

2) Isolasi dan kesepian

Banyak faktor bergabung, sehingga membuat orang berusia lanjut terisolasi

dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang
24

melibatkan usaha. Makin menurunnya kualitas organ indra yang mengakibatkan

ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainnya. Selanjutnya membuat

lansia terputus dari hubungan dengan orang-orang lain. Faktor lain yang membuat

isolasi semakin menjadi lebih parah adalah perubahan sosial terutama

meregangnya ikatan kekeluargaan. Bila lansia tinggal bersama sanak saudaranya,

mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tapi jarang menghormatinya.

Lebih sering terjadi lansia menjadi terisolasi dalam arti sebenarnya karena ia

hidup sendiri.

3) Peranan iman

Menurut proses fisik dan mental, pada usia lanjut memungkinkan orang yang

sudah tua tidak begitu membenci dan merasa khawatir dalam memandang akhir

kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak

dapat disangkal bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk

melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa di

mana kesadaran religius dibangkitkan diperkuat. Keyakinan iman yang

menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan permulaan yang

baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tengan dan

tentram.

4) Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-

tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka

pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan,


25

verbal dalam bidang kosa kata akan menetap bila tidak ada penyakit yang

menyertai.

5) Perubahan spiritual

Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia adalah sebagai berikut.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan.

b. Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat

dalam cara berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan

bersikap adil.

2.2.3 Faktor-Faktor Pencetus Terjadinya Depresi pada Lansia

Menurut teori Erikson tentang perkembangan psikososial, lansia yang

tidak berhasil menyelesaikan tugas perkembangan yang diperlukan dan tidak

berada pada tingkat kohesi, kedamaian di dalam diri, dan kepuasan hidup

(keaadan yang disebutnya sebagai integritas ego) berisiko mengalami

keputusasaan. Lebih lanjut lagi, banyak lansia yang menghadapi berbagai stressor.

Stresor-stresor tersebut dapat berupa stressor ekonomi, sosial, fisik dan emosional

dan kehilangan aktivitas. Ahli teori psikoanalisis mengemukakan bahwa

kehilangan objek, agresi ke dalam, dan kehilangan harga diri merupakan faktor-

faktor kritis dalam awitan gejala depresif. Sedangkan teori-teori kognitif

mengemukakan bahwa pengaturan kognitif negatif lansia dan distorsi interpretasi

terhadap diri dan lingkungan menyebabkan dan memperkuat depresi. Ahli teori
26

perilaku merumuskan bahwa ketidakberdayan akibat stimuli yang tidak

menyenangkan dan yang menyebabkan hukuman merupakan dasar terjadinya

depresi, dan ahli teori biologi mengemukakan bahwa neurotransmitter keempat

dan disregulasi dan malfungsi neuroendokrin merupakan penyebab depresi serta

berbagai penyakit fisik yang sering terjadi pada lansia dapat menyebabkan geja-

gejala depresi (Stanley dan Beare, 2007).

2.2.4 Dampak Depresi Pada Lansia

Widianingrum (2016) menyatakan ada beberapa dampak depresi terhadap

lansia antara lain:

1. Fungsi Fisik

Status kesehatan penderita depresi pada lansia dapat menurun jika keadaan

depresi berkepanjangan. Status kesehatan tidak ada hubungannya dengan keluhan

somatik. Lansia yang mengalami depresi mempunyai hubungan terhadap keluhan

somatik dari pada lansia yang tidak mengalami depresi. Dampak keluhan somatik

yang akan muncul pada lansia depresi yaitu lansia akan mengalami gejala

kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, gangguan sistem pencernaan, dan

gangguan tidur. Akibat tambahan dari gejala depresi adalah keletihan kronis dan

kehilangan energi. Lansia dengan keadaan depresi berat dapat menyebabkan

terganggunya aktivitas psikomotor seperti melambatnya pergerakan tubuh, respon

verbal, dan tidak mau bicara. Dampak lain yang muncul adalah nyeri, tidak

merasa nyaman, dan terganggunya fungsi seksual.


27

2. Fungsi Psikososial

Pada lansia perubahan mood akibat perasaan sedih tidak disadari. Padahal

mereka sering mengatakan dirinya kesepian. Dampak yang sering muncul adalah

perasaan ingin menangis namun tidak bisa menangis, merasa hampa, tidak

bahagia, tidak berguna, dan harga diri rendah. Dilihat dari segi psikososial gejala

yang tampak adalah kehilangan minat terhadap interaksi dengan orang lain dan

meninggalkan kebiasaan yang lama atau hobi. Akibat dari fungsi psikososial ini

lansia mulai mengabaikan dirinya dan penampilannya.

3. Tindakan Bunuh Diri

Lansia yang sudah lama mengalami depresi maka bunuh diri merupakan

sebuah solusi. Pencegahan untuk kejadian tersebut dapat dilakukan dengan

mempelajari faktor resiko dan gejala yang timbul. Berawal dari pikiran putus asa

dan merasa tidak berguna akibat dari depresi dapat menimbulkan keinginan untuk

bunuh diri. Selanjutnya akan timbul tingkah laku bunuh diri secara tidak langsung

seperti mogok makan dan tidak minum obat. Setelah itu muncul tingkah laku

melukai diri seperti gantung diri atau meminum racun.

2.3 Konsep Dasar Spiritualitas

2.3.1 Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan yang maha kuasa

dan maha pencipta (Hamid, 2008). Sebagai contoh seseorang yang percaya

kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Handayani

(2017, dalam Agustia, 2017) konsep yang terdapat dalam spiritualitas adalah

makna hidup, harapan, iman, pengampunan dan agama.


28

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan

kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau

kematian (Hamid, 2008). Menurut Mickley et al (1992, dalam Hamid, 2008)

menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi

eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan

arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

2.3.2 Karakteristik Spiritualitas

Menurut Taqwa (2016, dalam Agustia, 2017) menjelaskan bahwa

karakteristik spiritualiatas menjadi suatu bagian yang misterius terkait dengan

upaya dari seseorang untuk memahami makna dan tujuan dari hidupnya.

Keterkaitan yang harmonis atau hubungan seseorang dengan Tuhan yang Maha

Esa, juga hubungan dengan sesama manusia atau orang lain, serta kekuatan yang

muncul dari batin yang berkaitan dengan spiritualitas yang akan muncul dari

dalam individu dan rasa suci. Berikut ini penjelasan lebih rinci dari karakteristik

spiritualitas:

1. Hubungan dengan diri sendiri

Kekuatan yang berasal dari dalam diri seorang individu atau suatu

kepercayaan yang terdapat pada diri sendiri dengan menyadari identitas daripada

dirinya sendiri sehingga mampu menjawab siapa sebenarnya dirinya. Mampu

mengetahui juga apa perannya dalam kehidupan, dan sikap pada diri sendiri

terkait dengan kepercayaan akan masa depan. Kemudian dapat membuat pikiran
29

menjadi tenang sehingga memiliki kepuasan dalam menjalani hidup dan melihat

pengalaman maupun kejadian di dalam hidup sebagai hal yang positif.

Menurut Hamid (2008), secara ringkas hubungan seseorang dengan diri

sendiri dapat dilihat antara lain melalui:

1) Pengetahuan mengenai diri sendiri (siapa dirinya, apa yang bisa

dilakukannya).

2) Sikap (kepercayaan pada diri sendiri, kehidupan, atau masa depan, harmoni

atau keselarasan diri).

2. Hubungan dengan alam harmonis

Menurut Hamid (2008), Harmonis dengan alam meliputi anrara lain:

1) Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim.

2) Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki), mengabadikan,

dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain harmonis/ suportif:

Hubungan yang lahir di dalam sebuah keperluan atau kebutuhan dihargai dan

diperhatikan orang lain, keadilan dan kebaikan, rasa takut akan adanya kesepian

(Taqwa, 2016, dalam Agustia, 2017).

Menurut Hamid (2008) hubungan dengan orang lain dapat dibina dengan cara

anrata lain:

1) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.

2) Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.

3) Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan lain-lain).


30

Bila hubungan yang dibina dengan orang lain tidak berhasil atau tidak

harmonis maka akan terjadi:

1) Konflik dengan orang lain.

2) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4. Hubungan dengan ketuhanan. Agamis atau tidak agamis

Menurut Taqwa (2016, dalam Agustia, 2017), hubungan dengan Tuhan dapat

dilihat dari sisi religius maupun tidak religius yang terdiri dari berbagai dampak.

Dampak seseorang memiliki hubungan dengan Tuhan adalah rajin beribadah,

membaca kitab suci, serta mengikuti ritual keagamaan. Sedangkan menurut

Hamid (2008), selain dari segi beribadah hubungan dengan Tuhan juga dapat

dilihat dari segi perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam.

Menurut Hamid (2008) seseorang dapat dinyatakan terpenuhi kebutuhan

spiritualitasnya jika mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di

dunia/ kehidupan.

2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian

atau penderitaan.

3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan rasa percaya dan

cinta.

4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

5. Merasakan kehidupan yag terarah terlihat melalui harapan.

6. Mengembangkan hubungan antar-manusia yang positif.


31

2.3.3 Perkembangan Spiritual

Menurut Hamid (2008) ada beberapa tahap perkembangan spiritual antara

lain sebagai berikut:

1. Bayi dan Todler (0-2 Tahun)

Tahap awal perkembangan spiritualitas adalah rasa percaya kepada yang

mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa aman dan dalam hubungan

interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia mengenal dunia melalui

hubungan dengan lingkungan, khususnya orang tua. Bayi dan todler belum

memiliki rasa salah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru

kegiatan ritual tanpa mengerti arti kegiatan tersebut serta ikut ke tempat ibadah

yang memengaruhi citra diri mereka.

2. Prasekolah

Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan kepada anak

tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah meniru apa yang

mereka lihat bukan yang dikaitkan orang lain. Permasalahan akan timbul apabila

tidak ada kesesuaian atau bertolak belakang antara apa yang dilihat dan apa yang

dikatakan kepada mereka. Anak prasekolah sering bertanya tentang moralitas dan

agama, seperti perkataan atau tindakan tertentu dianggap salah. Juga bertanya

“apa itu surga?” mereka meyakini bahwa orang tua mereka seperti Tuhan.

3. Usia Sekolah

Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang salah akan

dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada masa prapubertas, anak sering

mengalami kekecewaan karena mereka mulai menyadari bahwa doanya tidak


32

selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau

menerima keyakinan begitu saja.

Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan melepaskan atau

meneruskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya kepada orang tua.

Pada masa remaja, mereka membandingkan standar orang tua mereka dengan

orang tua lain dan menetapkan standar apa yang akan diintegrasikan dalam

perilakunya.

4. Dewasa

Kelompok usia dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat

keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang pernah diajarkan kepadanya

pada masa kanak-kanak dahulu, lebih dapat diterima pada masa dewasa daripada

waktu remaja dan masukan dari orang tua tersebut dipakai untuk mendidik anak.

5. Usia Pertengahan

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk

kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh

generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta

menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian

dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat

membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam

kehidupan dan merasa berharga, serta lebih dapat menerima kematian sebagai

sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan.


33

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

Menurut Craven dan Himle (dalam Karomah, 2015 ) berpendapat bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi spiritual, diantaranya :

1. Tahap perkembangan

Usia dewasa dan lansia yang memiliki kematangan dalam hal agama lebih

siap untuk menghadapi kenyataan dan menerima kematian sebagai sesuatu yang

tidak dapat ditolak atau dihindari.

2. Keluarga

Keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk spiritual seseorang

karena keluarga merupakan pendidik pertama yang didapatkan seorang anak,

selain itu keluarga merupakan lingkungan terdekat yang memberikan pengetahuan

terhadap spiritual.

3. Latar Belakang Etnik dan Budaya

Latar belakang etnik dan budaya mempengaruhi sikap, keyakinan dan nilai

seseorang yang pada dasarnya mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.

4. Pengalaman Hidup Sebelumnya

Pegalaman hidup baik yang positif maupun negative dapat mempengaruhi

spiritual seseorang. Besarnya pengaruh spiritual kepada seseorang tergantung oleh

bagaimana seseorang mengartikan kejadian atau pengalaman yang telah terjadi

kepadanya.
34

5. Krisis dan Perubahan

Krisis dan perubahan dapat mempengaruhi kedalaman spiritual seseorang.

Krisis sering kali dialami oleh individu yang mengalami penyakit terminal,

penderitaan, proses penuaan dan kehilangan bahkan kematian.

6. Terpisah dari Ikatan Spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu

merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.

7. Isu Moral Terkait dengan Terapi

Kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk

menunjukkan kebesarannya, walaupun terkadang terdapat agama yang menolak

intervensi pengobatan.

8. Asuhan Keperawatan yang Sesuai

Diharapkan perawat tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik klien saja tetapi

perawat juga harus peka terhadap kebutuhan spiritual klien ketika memberikan

asuhan keperawatan. Beberapa alasan perawat menghindari untuk memenuhi

kebutuhan spiritual klien diantaranya merasa kurang nyaman dengan kehidupan

spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualnya, tidak

mendapatkan pendidikan aspek spiritual dalam keperawatan dan merasa bahwa

pemenuhan kebutuhan spiritual bukan menjadi tugas perawat.

2.3.5 Spiritualitas, Kesehatan dan Sakit

Menurut Hamid (2008) ada beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual

yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:


35

1. Menuntun Kebiasaan Hidup Sehari-Hari

Praktik tertentu pada umunya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh ada agama

yang menetapkan makanan diet yang boleh dan tidak boleh dimakan.

2. Sumber Dukungan

Pada saat mengalami stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan

agamanya, dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang

dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang

lama dengan hasil yang belum pasti.

3. Sumber Kekuatan dan Penyembuhan

Nilai dari keyakinan agama tidak dapat mudah dievaluasi. Walaupun

demikian, pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan

dengan mengetahui bahwa individu cenderung dapat menahan distress fisik yang

luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.

4. Sumber Konflik

Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara keyakinan agama dan praktek

kesehatan. Misalnya, ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk

hukuman karena pernah dosa.


36

2.4 Kerangka Teoritis

Lansia

Derpesi Fakor pencetus depresi


Terjadi perubahan
kondisi fisik, Perubahan Tingkatan depresi 1. Teori psikososial
kondisi mental dan 1. Ringan 2. Berbagai stressor
perubahan psikososial 2. Sedang 3. Kehilangan objek
(Mubarak, 2009). 3. Berat harga diri (teori
(Maslim, psikoanalisa)
2001) 4. Teori kognitif
5. Teori perilaku
6. Teori biologi
Karakteristik spiritualitas 7. Berbagai
Pengaruh spiritualitas
Hubungan dengan diri sendiri, penyakit
hubungan dengan alam 1. Menuntut kebiasaan (Stanley dan
kebiasaan hidup Beare, 2007).
harmonis, hubungan dengan
sehari-hari.
orang lain harmonis/ suportif 2. Sumber dukungan
dan tidak harmonis, hubungan 3. Sumber kekuatan dan
dengan ketuhanan penyembuhan
4. Sumber konflik
(Hamid, 2008) (Hamid, 2008)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep.

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2010). Yang

menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah spiritualitas, sedangkan

variabel dependen adalah depresi pada lansia. Secara skematis dapat dilihat

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Spiritualitas Depresi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

37
38

3.2 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara spiritualitas dengan depresi pada lansia di

Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten

Bireuen.Tahun 2018.

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Skala


Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Penelitian Operasional Ukur
I. Variabel Independen
1. Spiritualitas Keyakinan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Spiritualit
dalam terpimpin . as baik
hubungan sekali
dengan yang (150-120)
mahakuasa, 2. Spiritualit
meyakini as baik
ajaran- (119-90)
ajarannya 3. Spiritualit
meliputi rukun as kurang
iman, rukun (89-60)
islam serta 4. Spiritualit
pengamalan di as kurang
dalam sekali (59-
kehidupan 30)
sehari-hari.

II. Variabel Dependen


2. Depresi Perubahan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Depresi
status terpimpin ringan
emosional (0-4)
kearah 2. Depresi
negative sedang
seperti (5-10)
perasaan 3. Depresi
tertekan, tidak berat
merasa (11-15)
bahagia, sedih,
meresa tidak
berharga, tidak
mempunyai
39

semangat,
tidak berarti
dan pesimis
terhadap
hidup.
53

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Lokasi

Gampong Meunasah Timu tempat dilakukannya penelitian merupakan

salah satu gampong dalam wilayah Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

Adapaun luas wilayah gampong Meunasah Timu sekitar 95 ha. Jarak pusat

gampong dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh dengan perjalanan

darat lebih kurang 10 km, sedangkan jarak pusat gampong dengan ibu kota

kecamatan dapat ditempuh perjalanan darat kurang lebih 200 m. Batasan-batasan

wilayah gampong Meunasah Timu sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatas dengan Keudeu Matang.

b. Sebelah selatan berbatas dengan gampong Pante Piyeu.

c. Sebelah timur berbatas dengan gampong Pante Gajah.

d. Sebelah barat berbatas dengan Meunasah Dayah.

5.1.2 Demografi

Berdasarkan data yang didapatkan dari kantor geuchik terdapat 1676

penduduk di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten

Bireuen dengan jumlah Kepala keluarga (KK) sebanyak 427 KK. Gampong

Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen terdiri dari 4 dusun

yaitu dusun Agani Mahmud, dusun Tgk. A. salam, dusun Cut Ali dan dusun

Affan.

53
54

5.1.3 Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan masyarakat yang berkualitas dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia untuk mencapai pertumbuhan perekonomian

masyarakat yang handal pada tahun 2018.

b. Misi

a) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan guna kelompok BUMG.

b) Memberikan pelatihan penguatan keterampilan bagi kepala keluarga

dan anggota masyarakat ekonomi kelas bawah.

c) Memberikan pinjaman modal usaha kepada kelompok usaha kecil

menengah.

d) Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pertumbuhan

perekonomian dan keterampilan.

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang disajikan terdiri dari 2 bagian yaitu analisis univariat

dan analisis bivariat. Analisa Univariat adalah analisis yang menyajikan data

secara deskriptif berupa data karakteristik individu, spiritualitas dan depresi.

Sedangkan analisa bivariat uji analisis hubungan antara dua variabel yaitu

spiritualitas (independen) dengan depresi (dependen).


55

5.2.1 Analisa Univariat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 7-29 Agustus 2018 di

Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen dengan 67

sampel, maka hasil analisa univariat adalah sebagai berikut :

5.2.2 Karakteristik Individu

Karakteristik individu dalam penelitian ini meliputi: umur responden, jenis

kelamin, pekerjaan dan pendidikan. Berikut distribusi frekuensi berdasarkan

karakteristik individu:

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Gampong


Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun
2018.
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Umur
60-74 56 83,6
75-90 11 16,4
Total 67 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 31 46,3
Perempuan 36 53,7
Total 67 100,0
3 Pekerjaan
Petani 13 19,4
PNS 21 31,3
Pedagang 13 19,4
Pekerja swasta 11 16,4
Nelayan 0 0
Tidak bekerja 9 13,4
Total 67 100,0
4 Pendidikan
SD 16 23,9
SMP 9 13.4
SMA 17 25,4
DIII 12 17,9
S1 13 19,4
Total 67 100,0
56

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi pada

kategori umur 60-74 tahun yaitu 56 responden (83,6%), pada kategori jenis

kelamin menunjukkan jenis kelamin perempuan paling tinggi yaitu 36 responden

(53,7%). Pada kategori pendidikan menunjukkan tingkat SMA paling tinggi yaitu

17 responden (25,4%) dan kategori pekerjaan menunjukkan bahwa PNS paling

tinggi yaitu 21 responden (31,3%).

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Spiritualitas di Gampong Meunasah Timu


Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.

Spiritualitas Frekuensi Persentase


Baik sekali 12 17,9
Baik 22 32,8
Kurang 19 28,4
Kurang Sekali 14 20,9
Total 67 100,0

Berdasaarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

termasuk ke dalam kategori tingkat spiritualitas baik sebanyak 22 responden

(32,8%) sedangkan responden yang termasuk kategori spiritualitas baik sekali

sebanyak 12 responden (17,9%).

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi depresi di Gampong Meunasah Timu Kecamatan


Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.

Depresi Frekuensi Persentase


Ringan 27 40,3
Sedang 19 28,4
Berat 21 31,3
Total 67 100,0
Berdasaarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

termasuk ke dalam kategori tingkat depresi ringan sebanyak 27 responden


57

(40,3%) sedangkan responden yang termasuk kategori tingkat depresi sedang

sebanyak 19 responde (28,4%).

5.2.3 Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan spiritualitas dengan depresi

pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten

Bireuen tahun 2018. Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini adalah uji che

square dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.

Tabel 5.4 : Hubungan spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong


Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun
2018.

Depresi α P value

Spiritualitas Ringan Sedang Berat Total

f % f % f % f %

Baik sekali 8 11,9 3 4,5 1 1,5 12 17,9

Baik 15 22,4 5 7.5 2 3,0 22 32,8

Kurang 2 3,0 7 10,4 10 14,9 19 28,4 0,05 0,00

Kurang Sekali 2 3,0 4 6.0 8 11,9 14 20,9

Total 27 40,3 19 28,4 21 31,3 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 12 responden

yang memiliki spiritualitas baik sekali lebih cenderung mengalami depresi ringan

sebanyak 8 responden (19,9%). Dari 22 responden yang memiliki spiritualitas

baik juga lebih cenderung mengalami depresi ringan sebanyak 15 responden


58

(22,4%). Dari 19 responden yang memiliki spiritualitas kurang lebih cenderung

mengalami depresi berat sebanyak 10 responden (14,9%) dan dari 14 responden

yang memiliki spiritualitas kurang sekali juga lebih cenderung mengalami depresi

berat sebanyak 8 responden (11,9%).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p value = 0.000 < 0,05 yang

berarti bahwa ρ value < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan

antara spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu

Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan spiritualitas dengan depresi pada

lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

tahun 2018, pembahasan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada penelitian ini berdasarkan variabel usia persentase tingkat depresi

paling banyak terjadi pada kelompok usia 60-74 tahun. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012), yang mendapatkan hasil persentase

terbanyak pada kategori kelompok usia 60-74 tahun dengan persentase 85,7%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Westa, dkk (2014) dimana hasil yang

didapatkan justru paling tinggi berada pada kelompok usia 75-90 tahun. Peneliti

berpendapat walaupun faktor usia sangat mempengaruhi kejadian depresi, dimana

pada usia yang semakin tua terjadi peningkatan depresi dua kali lipat. Namun

depresi juga di pengaruhi oleh faktor lain seperti status sosial ekonomi, status

pernikahan dan dukungan sosial.


59

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, menunjukkan bahwa proporsi

kejadian depresi lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan

laki-laki. Perempuan dua kali lebih sering terdiagnosa depresi dari pada pria

karena perubahan hormonal dalam siklus menstruasinya yang berhubungan

dengan kehamilan, kelahiran dan menopouse (Kurniasari, 2014). Karena pada

penelitian ini usia sampel dimulai pada usia 60 tahun ke atas, kemungkinan pada

masa ini sampel perempuan pada penelitian ini berada dalam tahap post-

menopause. Sehingga sesuai dengan faktor risiko yang dapat menyebabkan

depresi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini juga

disebabkan karena terdapatnya perbedaan tingkat kesadaran berobat antara wanita

dan pria. Pada umumnya kaum wanita lebih banyak memiliki kesadaran yang baik

untuk berobat dari pada kaum pria sehingga depresi yang dialami wanita lebih

sering terdiagnosis. Faktor lain yang juga dapat menyebabkan wanita rentan

depresi adalah faktor lingkungan, terutama terkait peran wanita sebagai ibu, istri,

dan anak bagi orangtuanya. Upaya menyeimbangkan ketiga peran kehidupan

tersebut tidak jarang membuat wanita rentan mengalami stres yang dapat memicu

terjadinya depresi. wanita juga lebih cenderung merenungkan kejadian, yang baik

maupun yang buruk yang dialami dibandingkan pria hal inilah membuat wanita

rentan mengalami depresi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Muna (2013) yang menyatakan bahwa

dari 40 responden, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang

(22, 5%) dan respon yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (77,

5%) dan di dapatkan hasil analis nilai p= 0,034 (<0,05), yang menunjukkan bahwa
60

ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian depresi dipanti Werdha Pelkris

Pegayoman kota Semarang. Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan oleh

(Maulani dan Sutaniah, 2017) di peroleh kesimpulan bahwa ada hubungan jenis

kelamin dengan kejadian depresi dengan hasil uji statistic pvalue < 0,05 yaitu

0.012.

Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas respon bekerja sebagai PNS

mengalami depresi. Hal ini dikarenakan para pekerja PNS kerap dihadapkan

dengan tuntutan tugas dan beban tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan

pekerjaan yang lain. Depresi pada pegawai pemerintah wanita meningkat seiring

dengan jam kerja yang panjang dan ketidak mampuan mereka dalam melakukan

kontrol terhadap pekerjaan, sementara pada pegawai pemerintah pria, tingkat

depresi bertambah seiring dengan rasa ketidakamanan dalam melakukan

pekerjaan dan juga lemah dalam melakukan kontrol terhadap pekerjaan.

Penempatan pegawai tanpa mempertimbangkan latar belakang pendidikan, jam

kerja, hubungan interpersonal, rutinitas dan aturan kerja juga dapat menyebabkan

terjadinya depresi.

Dari studi yang dilakukan oleh Widiantini dan Zarfiel tahun 2014

mengenai stress kerja PNS di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan RI diperoleh hasil bahwa proporsi depresi akibat kerja bervariasi dari

tingkat ringan (6,5%), sedang (33,5%), dan berat (60%) (Kurniawidjaja dan

Laelasari, 2016). Menurut data dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi, rasio PNS di Indonesia masih di bawah rata-rata rasio

PNS negara-negara di Asia yaitu hanya sebanyak 4,5 juta dan harus melayani
61

244,8 juta jiwa penduduk (Kurniawidjaja dan Laelasari, 2016). Ketidaksesuaian

antara jumlah kebutuhan pegawai dengan jumlah pekerjaan akan menambah

beban kerja pegawai, karena pegawai terpaksa melakukan pekerjaan rangkap

sehingga berpotensi menimbulkan depresi.

Ditinjau dari tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan

rendah mengalami depresi hal ini dikarenakan pendidikan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka ia akan semakin

mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Di samping itu, pendidikan juga merupakan modal awal dalam

perkembangan kognitif, di mana kognitif tersebut dapat menjadi mediator antara

suatu kejadian dan mood, sehingga kurangnya pendidikan dapat menjadi faktor

risiko lansia menderita depresi. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dalam menghadapi masalah

sehingga dapat meminimalkan resiko depresi dan juga dalam motivasi kerjanya

akan berpotensi dari pada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang

(Maulani dan Sutaniah, 2017). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Muna (2013) di dapatkan hasil uji statistic menggunakan chi

square nilai p sebesar 0, 003 (<0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia di dipanti Werdha

Pelkris Pegayoman kota Semarang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Maulani dan Sutinah (2017) dengan judul hubungan pendidikan, jenis kelamin

dan status perkawinan dengan depresi pada lansia didapatkan kesimpulan bahwa

adanya hubungan pendidikan dengan kejadian depresi pada lansia.


62

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara spiritualitas dengan depresi pada lansia dimana diperoleh nilai p=0.000 (p

<0.05). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa dari 12 responden yang memiliki

spiritualitas baik sekali lebih cenderung mengalami depresi ringan sebanyak 8

responden (19,9%). Dari 22 responden yang memiliki spiritualitas baik juga lebih

cenderung mengalami depresi ringan sebanyak 15 responden (22,4%). Dari 19

responden yang memiliki spiritualitas kurang lebih cenderung mengalami

depresi berat sebanyak 10 responden (14,9%) dan dari 14 responden yang

memiliki spiritualitas kurang sekali juga lebih cenderung mengalami depresi berat

sebanyak 8 responden (11,9%).

Hasil penelitian mengenai spiritualitas dari keseluruhan responden paling

dominan memiliki spiritualitas yang baik yaitu sebanyak 22 responden (32,8).

Secara teoritis spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan yang maha

kuasa dan maha pencipta (Hamid, 2008). Menurut Taqwa (2016, dalam Agustia,

2017) karakteristik spiritualitas antara lain hubungan dengan diri sendiri,

hubungan dengan alam harmonis, hubungan dengan orang lain harmonis/ suportif

dan hubungan dengan ketuhanan (Agamis atau tidak agamis). Menurut Hamid

(2008) ada beberapa tahap perkembangan spiritual antara lain bayi dan todler (0-2

tahun), Prasekolah, usia sekolah, dewasa dan usia pertengahan.

Hasil penelitian mengenai depresi dari keseluruhan responden didapatkan

sebanyak 27 responden (40,3%) mengalami depresi ringan. Secara teoritis depresi

merupakan gangguan emosional yang sifatnya berupa perasaan tertekan, tidak

merasa bahagia, sedih, merasa tidak berharga, tidak mempunyai semangat, tidak
63

berarti dan pesimis terhadap hidup (Gultom dkk., 2016). Menurut (2002, dalam

Dirgayunita, 2016) faktor – faktor yang dihubungakan dengan penyebab depresi

dapat dibagi atas 3 faktor yaitu faktor biologis, faktor psikologis atau kepribadian

dan faktor sosial. Gejala depresi yaitu pandangan kosong, kurang atau hilangnya

perhatian pada diri, orang lain, atau lingkungan, inisiatif menurun, ketidak

mampuan berkonsentrasi, aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan, mengeluh

tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih, atau cepat lelah sepanjang

waktu dan mungkin susah tidur di malam hari (Nugroho 2008). Dari jawaban

pertanyaan pada kuesioner banyak yang menjawab sering merasa tidak berharga

dan tidak berdaya. Hal ini dapat dirasakan oleh responden karena pada usia lansia

terjadi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental dan psikososial

sehingga menuntut lansia untuk beradaptasi terhadap semua perubahan di dalam

hidupnya, proses adaptasi yang gagal akan menimbulkan depresi pada lansia.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki spiritualitas

baik sekali dan baik cenderung mengalami depresi ringan. Responden yang

memiliki spiritualitas kurang dan kurang sekali cenderung mengalami depresi

sedang dan berat. Hamid (2008) mengungkapkan bahwa keyakinan yang kuat

terhadap ajaran agama, kepatuhan menjalankan ajaran agama dan pengalaman

beragama seorang lansia merupakan faktor spiritualitas yang mempengaruhi

kejadian depresi pada lansia, ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan

yang cenderung menimbulkan perasaan tertekan, stres, dan depresi, maka mereka

akan berusaha untuk mencari sebuah kompensasi agar perasaan yang dirasakan

tersebut bisa diatasi. Salah satu strategi kompensasi yang dapat dilakukan untuk
64

mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah yang mereka hadapi

adalah dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, melalui ritual

keagamaan dan penyembahan, karena tingkat spiritual lanjut usia sangat berkaitan

dengan kejadian depresi pada lanjut usia, dalam hal ini tingkat spiritualitas yang

baik sangat dibutuhkan agar mereka terhindar dari perasaan depresif.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara

spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan

Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2018. Pada responden yang memiliki

spiritualitas yang baik sekali akan membantu mereka dalam menghadapi semua

perubahan di dalam hidunya seperti penurunan kekuatan fisik maupun beradaptasi

terhadap semua penyakit yang diderita. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Gultom, dkk (2016) menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat

kuat antara aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada lansia. Hasil penelitian

yang di lakukan oleh Handayani dan Oktaviani (2018) diperoleh kesimpulan

bahwa lansia yang tidak memiliki hubungan baik terhadap dirinya, orang lain,

lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa maka lebih cenderung menolak perubahan

yang terjadi dirinya suka menyendiri tampak murung tidak bersemangat dan

merasa kehidupan ini tidak menyenangkan sehingga lansia tersebut mudah

mengalami depresi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nafa (2015) di

dapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat religuisitas

dengan tingkat depresi pada lanjut usia di PSTW 4 budi mulia margaguna Jakarta

selatan.
65

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara spiritualitas dengan depresi pada lansia di gampong Meunasah Timu

kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.


66

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 7 s/d 29

Agustus 2018 dengan sampel sebanyak 67 responden tentang hubungan

spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan

Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:

Sebanyak 12 responden memiliki spiritualitas baik sekali lebih cenderung

mengalami depresi ringan sebanyak 8 responden (19,9%). Dari 22 responden

yang memiliki spiritualitas baik juga lebih cenderung mengalami depresi ringan

sebanyak 15 responden (22,4%). Dari 19 responden yang memiliki spiritualitas

kurang lebih cenderung mengalami depresi berat sebanyak 10 responden

(14,9%) dan dari 14 responden yang memiliki spiritualitas kurang sekali juga

lebih cenderung mengalami depresi berat sebanyak 8 responden (11,9%) dengan

hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p value = 0.000 < 0,05 yang berarti

bahwa ρ value < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan antara

spiritualitas dengan depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan

Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018.

66
67

6.2 Saran

Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan spiritualitas dengan

depresi pada lansia di Gampong Meunasah Timu Kecamatan Peusangan

Kabupaten Bireuen tahun 2018, disarankan:

a. Bagi peneliti

Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang hubungan spiritualitas dengan depresi dan bisa menyampaikan

cara mengelola depresi kepada lansia agar tidak berakibat fatal seperti bunuh diri.

b. Bagi responden

Diharapkan dengan hasil penelititn ini responden agar meningkatkan

keaktifannya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dilingkungan tempat

tinggal sehingga dapat menanggulangi depresi.

c. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga untuk mengupayakan melakukan pendekatan

spiritualitas untuk mengurangi angka depresi dengan cara pendampingan lansia

dengan zikir, membaca alqu‟an, menyediakan waktu untuk mendegarkan

permasalahan lansia serta memberikan dukungan dan motivasi yang positif.

d. Bagi Gampong Meunasah Timu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang depresi

dan spiritualitas serta gampong diharapkan untuk mengadakan lebih banyak

kegiatan spiritual.
68

e. Bagi Peneliti Lanjutan

a) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan depresi pada

lansia.

b) Area penelitian perlu diperluas dengan jumlah sampel yang lebih besar

sehingga hasil yang diperoleh lebih memungkinkan untuk dilakukan

generalisasi pada populasi yang lebih besar.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan

untuk penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Agustia, R. (2017). Gambaran Spiritualitas pada Lansia di Gampong Cot Keuranji


Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 20017.

Destarina, V, dkk. (2014). Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna


Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.

Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya.

Faradimah dan Uliyah, M. (2015). Keteraturan Sholat Lima Waktu dengan


Tingkat Depresi pada Lansia.

Gultom, P, dkk. (2016). Hubungan Aktivitas Spiritual dengan Tingkat Depresi


pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Kota Manado.

Hamid, A. Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta: EGC.

Handayani, R, dan Oktaviani, E. (2018). Hubungan Spiritualitas dengan Depresi


Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTWt) Sabai Nan Aluih Sicincin.

Hastono, S.P. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pres.

(2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Hawari, D. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Karomah, N. N. (2015). Hubungan Tingkat Spiritual dengan Kecemasan terhadap


Kematian pada Lansia yang Memiliki Penyakit Kronis.

Kartika S. (2012). Gambaran tingkat depresi pada lanjut usia (lansia) di panti
sosial tresna wredha budi mulia 01 dan 03 jakarta timur [skripsi].
Universitas Indonesia.

Kurniawidjaja, M dan Laelasari, E. (2016). Faktor Kondisi Pekerjaan Yang


Mempengaruhi Stress Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Di Badan Litbang
Kesehatan, Kementerian Kesehatan.

Kurniasari, N. D. (2014). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi


Pada Lansia Di Dusun Kalimanjung Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta.
Machfoedz, I. (2009). Metodolgi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.

Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III. Jakrta: Bagian Ilmu Kedokkteran Jiwa Unika Atmaja Jaya.

Maulyda, R, dkk. (2015).Tingkat Depresi pada Ibu yang Memiliki Anak


Leukemia Limfoblastik Akut di Ruang Rawat Estella RSUP Prof. Dr.
Kandou Manado.

Maulani dan Sutinah. (2017). Hubungan Pendidikan, Jenis Kelamin Dan Status
Perkawinan Dengan Depresi Pada Lansia.

Muhammad, N. (2010). Tanya – Jawab Kesehatan Harian untuk Lansia.


Jogjakarta: Tunas Publishing.

Mubarak, W. I. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Selemaba


Media.

Muna, N. (2013). Hubungan antara karakteristik dengan kejadian depresi pada


lansia dip anti werdha pelkris pengayoman kota semarang.

Nafa, R. A. (2015). Hubungan Tingkat Religusitas dengan Tingkat Depresi Lansia


Beragama Islam di Panti Tresma Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan.

Notoadmojo, S. (2010). Metodolgi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Komunitas & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nurhidayah, dkk. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan


Depresi pada Lansia di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia
“Srikandi”

Saepudi, M. (2011). Metodogi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV.


Trans Info Media.

Stanley, M dan Beare, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Edisi 2).
Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Widianingrum, S. (2016). Gambaran Umum Karakteristik Lansia dengan Depresi


di Panti Wilayah Kota Semarang.

Kurniasari, N (2014). Faktor – faktor yang berhubungan dengan depresi pada


lansia di dusun kalimanjung ambarketawang gamping sleman yogyakarta.
Westa, W. dkk (2014). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Depresi Pada Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kubu Ii Januari-
Februari 2014.

Yuzefo, M. A, dkk. (2015). Hubungan Status Spiritual dengan Kualitas Hidup


pada Lansia.

Zulianto, H. (2016). Hubungan Antara Aktivitas Religi dengan Tigkat Depresi


pada Lansia di Dusun Gamping Tengah Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta.
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon responden penelitian
di- Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Miftahul Jannah
NIM : 1407201057
Adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Lhokseumawe tingkat akhir yang akan melakukan penelitian
dalam rangka menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana keperawatan.
Penelitian yang akan di adakan tersebut berjudul “Hubungan Spiritualitas
Dengan Depresi Pada Lansia Di Gampong Meunasah Timu Timu
Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2018”. Oleh karena itu,
saya memohon kesediaan saudara untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini
sebagai responden dengan menjawab setiap pertanyaan yang telah dipersiapkan
peneliti.
Bila saudara setuju berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudara dan kerahasiaan informasi
yang saudara berikan akan di jaga yang hanya digunakan untuk penelitian. Atas
perhatian dan bantuan yang saudaraberikan, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Miftahul Jannah
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia
untuk ikut berpastipasi dalam penelitian yang akan di laksanakan oleh mahasiswi
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, yang
bernama :
Nama : Miftahul Jannah
NIM : 1407201057
Penelitian ini berjudul “Hubungan Spiritualitas Dengan Depresi Pada
Lansia Di Gampong Meunasah Timu Timu Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen Tahun 2018”.
Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya
demi kepentingan dan pengembangan bidang keperawatan di Indonesia. Demikian
pernyatan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Bireuen, Mei 2018


Responden

(……………………….)
Lampran 3

KUESIONER
HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI
GAMPONG MEUNASAH TIMU KECAMATAN PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2018

Petunjuk pengisian kuesioner :


1. Tulislah tanggal pengisian sesuai dengan tanggal anda mengisi kuesioner
2. Kode responden diisi oleh peneliti.
3. Beri jawaban sesuai dengan pengetahuan saudari sendiri, beritanda (√) pada
jawaban yang benar
4. Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, anda dapat bertanya pada peneliti.

A. Identitas
Tanggal pengisian :
Kode Responden :
Umur :
JenisKelamin : 1. ( ) Laki-laki 2. ( ) Perempuan

Pekerjaan : 1. ( ) Petani 4. ( ) Pekerja Swasta


2. ( ) PNS 5. ( ) Nelayan
3. ( ) Pedagang 6. ( ) Tidak Bekerja

Pendidikan : 1. ( ) SD 4. ( ) DIII
2. ( ) SMP 5. ( ) S1
3. ( ) SMA
B. Tingkat Depresi

No Keluhan yang dialami semiggu Pilihan Jawaban


YA TIDAK
1. Apakah sebenarnya anda puas dengan
kehidupan anda?
2. Apakah anda telah banyak meninggalkan
kegiatan dan hobi anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda
kosong?
4. Apakah anda sering merasa bosan?
5. Apakah anda masih memiliki semangat
hidup?
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk
akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk
sebagain besar hidup anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah,
dari pada pergi keluar untuk mengerjakan
sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa memiliki banyak
masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan orang lain?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda
sekarang menyenagkan?
12. Apakah anda merasa tidak berharga?
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
14. Apakah anda merasa keadaan anda tidak
ada harapan?
15. Apakah anda merasa keadaan orang lain
lebih baik keadaannya dari pada anda?
C. Tingkat Spiritualitas

No PERNYATAAN NILAI ANGKA (SCORE)


1 2 3 4 5
1. Saya yakin, rezeki sudah diatur oleh Allah
SWT.
2. Saya khusyuk saat menjalankan sholat.
3. Saya bersabar ketika ditimpa musibah.
4. Saya membiasakan diri berbicara jujur
kepada siapapun.
5. Saya mengisi hidup saya dengan melakukan
hal‐hal yang bermanfaat.
6. Saya percaya bahwa meskipun saya telah
berusaha sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuan saya dijalan yang benar, namun
berhasil atau tidaknya Allah SWT, yang
menentukan.
7. Saya percaya sesuatu yang hilang dari dalam
hidup saya, tidak membuat saya sangat
bersedih karena pada hakikatnya semua
hanyalah milik Allah SWT.
8. Saya menjadikan Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan.
9. Bila saya sedang menghadapi masalah, saya
akan jadikan sholat dan sabar sebagai
penolong saya.
10. Saya percaya bahwa dengan menjalankan
sholat yang benar dan hanya karena Allah
semata-mata, maka saya akan terhindari dari
perbuatan keji dan munkar.
11. Saya percaya bahwa puasa itu sesungguhnya
adalah perang melawan hawa nafsu diri saya
sendiri.
12. Saya merasa keimanan dan ketaqwaan saya
kepada Allah SWT lebih meningkat.
13. Saya merasa belum beriman, kalau saya
tidur nyenyak karena kekenyangan,
sementara tetangga saya tidak tidur karena
lapar.
14. Setiap saya selesai sholat, saya beristigfar,
berdoa dan berzikir.
15. Saya akan merasa lebih puas memberi
(bantuan/pertolongan) dari pada menerima.
16. Saya menjaga kebersihan dan memelihara
lingkungan hidup sehat.
17. Saya mengaji (membaca kitab suci Al-
qur’an) di rumah atau di mesjid.
18. Saya mengikuti pengajian majelis taklim di
masjid atau di tempat lainnya.
19. Saya menyisihkan sebagian uang guna
membeli buku-buku agama untuk
menambah pengetahuan saya.
20. Saya mengamalkan ilmu yang saya miliki
bagi kemaslahatan orang banyak.
21. Saya tidak melakukan perbuatan tercela di
mata masyarakat, adat istiadat, hukum dan
etika moral agama.
22. Saya menjaga hubungan baik (silaturahmi)
di lingkungan sosial saya.
23 Saya tidak pernah merasa berat dalam
menjalankan perintah Allah SWT.
24. Saya memiliki rasa ingin tau yang sangat
besar terhadap ilmu agama.
25. Saya melaksanakan sholat lima waktu tepat
pada waktunya.
26. Saya lebih senang melaksanakan sholat
berjamaah.
27. Saya berbuat baik terhadap orang yang
menyakiti saya sekalipun.
28. Saya berusaha memaafkan semua kesalahan
orang lain.
29. Saya suka membaca buku keagamaan.
30. Saya menjalankan ibadah sholat idul fitri
dan idul adha.

Keterangan:

5:selalu
4:sering
3:kadang-kadang
2: jarang
1:tidak pernah
MASTER TABEL UJI INSTRUMENT

NO
SPIRITUALITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5
2 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
3 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4
6 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
7 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4
8 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
9 4 3 5 4 4 5 4 4 3 5 5 4 3 3 4 4 5 4 4 4
10 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 3 5 2 5 5 4
5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
5 4 4 5 5 3 3 4 5 4 5 5 5 5 4 4
5 4 5 4 5 5 5 3 4 4 5 5 4 5 4 4
4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 4 5 5
5 5 4 4 2 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
4 4 4 5 5 3 3 5 4 5 4 5 5 4 4 4
4 4 5 3 1 2 4 5 4 4 3 5 1 4 3 3
4 3 1 2 1 2 2 5 2 4 3 4 1 4 3 3
37 38 39 40
5 5 4 4
4 5 5 5
4 4 4 4
4 4 4 4
5 5 4 4
4 4 4 4
5 4 4 4
5 3 4 3
3 2 2 3
2 3 2 2
DE
no. res umur kode jenis kelamin kode pekerjaan kode pendidikan terakhir kode
D1 D2 D3 D4 D5 D6
1 65 1 perempuan 2 PNS 2 DIII 4 1 0 0 1 1 0
2 65 1 perempuan 2 petani 1 SD 1 0 0 0 0 0 0
3 68 1 perempuan 2 petani 1 SMP 2 0 0 1 1 1 0
4 61 1 perempuan 2 pedagang 3 SMP 2 0 0 0 0 0 0
5 70 1 laki-laki 1 pekerja swasta 4 SMA 3 0 0 0 1 1 0
6 71 1 laki-laki 1 pekerja swasta 4 SMA 3 1 1 1 1 0 1
7 61 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 1 0 0 0 1 0
8 64 1 laki-laki 1 pekerja swasta 4 SMP 2 1 1 0 0 0 0
9 65 1 perempuan 2 tidak bekerja 6 SMA 3 1 0 0 0 1 0
10 72 1 laki-laki 1 pekerja swasta 4 DIII 4 0 1 1 1 1 1
11 73 1 laki-laki 1 pedagang 3 SD 1 1 1 1 0 0 0
12 63 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 1 1 1 1 1 0
13 66 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 1 1 1 1 0 0
14 72 1 perempuan 2 PNS 2 DIII 4 1 0 0 0 0 0
15 73 1 laki-laki 1 petani 1 SMP 2 1 0 1 1 1 1
16 74 1 laki-laki 1 petani 1 SD 1 1 1 0 0 0 0
17 65 1 perempuan 2 tidak bekerja 6 DIII 4 1 0 1 0 0 0
18 63 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 1 0 1 1 0 0
19 70 1 laki-laki 1 pedagang 3 SMA 3 0 1 1 1 1 1
20 61 1 laki-laki 1 pedagang 3 SMP 2 1 0 0 0 1 1
21 76 2 perempuan 2 tidak bekerja 6 SD 1 1 1 1 1 1 1
22 77 2 laki-laki 1 pedagang 3 SD 1 1 0 1 1 1 1
23 80 2 laki-laki 1 tidak bekerja 6 SD 1 0 1 1 1 1 1
24 62 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 1 0 1 1 1 1
25 63 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 1 1 1 1 1 1
26 64 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 0 0 0 1 0 1
27 74 1 laki-laki 1 petani 1 SD 1 0 0 0 0 1 1
28 66 1 laki-laki 1 pedagang 3 SMP 2 1 1 1 0 1 1
29 69 1 perempuan 2 pedagang 3 SMA 3 0 0 0 1 1 0
30 71 1 laki-laki 1 pedagang 3 SD 1 1 0 0 0 0 1
31 71 1 laki-laki 1 pedagang 3 SD 1 1 0 1 1 1 1
32 74 1 perempuan 2 petani 1 SD 1 0 0 1 1 1 1
33 60 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 1 1 0 1 1 1
34 61 1 laki-laki 1 PNS 2 S1 5 1 1 1 1 0 1
35 78 2 laki-laki 1 pekerja swasta 4 SMP 2 1 1 1 1 1 1
36 75 2 perempuan 2 pekerja swasta 4 SMP 2 0 0 0 0 1 1
37 76 2 perempuan 2 tidak bekerja 6 SMA 3 1 1 1 1 0 1
38 62 1 laki-laki 1 PNS 2 S1 5 1 1 1 1 1 1
39 63 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 1 1 1 1 0 1
40 66 1 perempuan 2 PNS 2 DIII 4 1 1 1 1 0 0
41 64 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 1 1 1 1 1 1
42 66 1 laki-laki 1 pekerja swasta 4 SD 1 1 1 1 1 1 1
43 73 1 perempuan 2 pedagang 3 SMA 3 1 0 1 0 0 0
44 72 1 perempuan 2 pekerja swasta 4 SMP 2 1 0 1 0 1 0
45 62 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 1 1 1 1 1 1
45 65 1 perempuan 2 petani 1 SD 1 1 0 1 1 1 1
47 64 1 perempuan 2 petani 1 SMA 3 0 0 1 1 0 1
48 67 1 perempuan 2 petani 1 SMA 3 1 1 1 1 1 1
49 68 1 laki-laki 1 PNS 2 S1 5 1 0 0 0 0 0
50 70 1 laki-laki 1 petani 1 SMA 3 1 0 0 0 0 0
51 64 1 laki-laki 1 PNS 2 DIII 4 0 0 0 0 0 1
52 66 1 perempuan 2 tidak bekerja 6 DIII 4 0 0 0 0 0 1
53 67 1 perempuan 2 petani 1 SD 1 0 0 0 0 0 0
54 68 1 perempuan 2 tidak bekerja 6 SD 1 1 0 0 0 0 0
55 69 1 laki-laki 1 pedagang 3 SMA 3 1 1 1 0 0 0
56 70 1 laki-laki 1 pedagang 3 SMA 3 0 0 0 0 0 0
57 75 2 laki-laki 1 PNS 2 S1 5 0 0 1 0 0 0
58 60 1 perempuan 2 petani 1 SMA 3 1 0 0 1 1 0
59 73 1 perempuan 2 pedagang 3 SMA 3 1 0 1 0 0 1
60 76 2 perempuan 2 pekerja swasta 4 S1 5 0 1 0 1 1 0
61 60 1 perempuan 2 pekerja swasta 4 SMA 3 1 1 1 1 1 1
62 76 2 perempuan 2 pekerja swasta 4 SMA 3 1 0 1 1 1 0
63 62 1 laki-laki 1 PNS 2 S1 5 0 1 0 0 0 1
64 78 2 perempuan 2 petani 1 SD 1 0 1 0 1 0 0
65 75 2 perempuan 2 tidak bekerja 6 SD 1 0 1 1 1 1 1
66 63 1 perempuan 2 PNS 2 S1 5 0 0 1 0 2 0
67 65 1 perempuan 2 tidak bekerja 6 SMA 3 1 1 1 1 0 1
TOTAL
RATA-RATA
DEPRESI
D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 total keterangan kode
1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 depresi ringan 1
1 0 0 0 0 1 1 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 depresi ringan 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 depresi ringan 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 1 0 1 0 1 1 0 1 10 depresi sedang 2
0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 depresi ringan 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
1 1 1 1 0 1 0 0 1 11 depresi berat 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 11 depresi berat 3
0 0 0 0 0 0 1 0 0 5 depresi sedang 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 depresi berat 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 depresi berat 3
0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 depresi ringan 1
1 1 1 1 0 1 1 1 0 12 depresi berat 3
1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 depresi berat 3
1 0 0 1 1 1 1 1 0 12 depresi berat 3
1 1 1 1 0 0 0 0 1 10 depresi sedang 2
1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 depresi berat 3
0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 depresi sedang 2
1 0 0 0 1 1 1 0 1 11 depresi berat 3
1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 1 0 1 0 0 0 4 depresi ringan 1
1 1 1 0 1 1 1 1 0 12 depresi berat 3
1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 depresi berat 3
1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 depresi berat 3
1 1 0 0 0 1 1 0 1 10 depresi sedang 2
1 1 1 0 0 0 0 0 0 8 depresi sedang 2
1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 depresi berat 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 depresi ringan 1
0 1 1 0 1 1 0 1 0 10 depresi sedang 2
1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 depresi sedang 2
0 1 0 1 1 1 1 0 1 11 depresi berat 3
1 1 1 1 1 1 0 0 0 10 depresi sedang 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 depresi berat 3
1 1 1 1 1 0 0 0 0 11 depresi berat 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 depresi ringan 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 depresi ringan 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 depresi berat 3
1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 depresi berat 3
0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 depresi sedang 2
1 1 1 1 1 1 0 0 0 12 depresi berat 3
0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 1 0 1 1 0 0 4 depresi ringan 1
1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 depresi sedang 2
1 0 1 0 0 0 0 0 1 4 depresi ringan 1
0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
0 0 0 0 1 1 1 0 1 5 depresi sedang 2
0 0 1 1 1 1 1 1 0 9 depresi sedang 2
1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 depresi ringan 1
1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
1 0 1 1 0 1 0 0 1 8 depresi sedang 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 depresi ringan 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 depresi sedang 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 depresi berat 3
1 1 0 1 0 0 0 0 1 8 depresi sedang 2
1 0 1 1 0 1 1 0 1 8 depresi sedang 2
1 0 1 0 1 0 1 0 1 7 depresi sedang 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 depresi berat 3
0 0 1 1 1 0 0 1 1 8 depresi sedang 2
1 0 1 1 0 1 1 1 1 12 depresi berat 3
485
7,2388
SPIRITUALITAS
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26
5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 3 5 4 5 5 3 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 2 5 4 5 5 4 3 4 2
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
5 3 3 4 5 5 5 4 4 4 3 3 4 4 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 3 3
5 4 4 5 5 5 3 3 5 5 5 2 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 3 3 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5
5 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4 2 3 5 4
5 2 1 2 3 4 2 3 3 4 3 3 2 1 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2
5 2 5 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 2 4 3
4 1 1 2 3 2 1 4 3 4 2 3 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 2
5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 2 3 3 3 5 5 3 4 3 4 5 5 4 4 4 3
5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3
5 1 1 2 3 1 1 1 2 2 3 3 2 1 3 4 5 5 5 2 2 2 4 3 3 4
5 3 3 5 2 4 4 3 3 2 3 5 3 5 3 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4
5 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 5 5 5 4 4 2 4 3 3 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 3 5 4 5 4 2 1 5 5 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 3 4
5 2 3 2 4 2 4 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2
5 4 5 3 4 5 5 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 3 3 3 4 4 5 3 3
5 5 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3
3 1 1 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3
5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 2 2 1
5 1 2 2 2 2 3 3 3 2 5 5 4 1 2 1 1 5 4 3 4 4 4 2 3 1
5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 3 5 4 3 2 2 3 2 1 2 3 3 1 4 3 1 5 4 2 4 2 3 2 2 3
5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 5 5 5 5 5 3 4 5 4 4 4 5 4
5 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 2 5 5 5 5 4 4 3 5 3 3 3 5 4 3
5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4 4 4 4 4
4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5 2 2 2 1 3 4 3 3 3 2 2 3 3
4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 3 2 5 4 4 3 3 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4
4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 5 2 5 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3
5 5 5 5 5 2 3 5 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
3 2 2 2 2 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1
4 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 5
5 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
4 2 1 1 2 1 3 1 2 2 1 2 3 1 2 3 3 1 1 3 2 2 2 1 2 2
4 3 3 3 4 4 3 4 4 5 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 4 4 2 1 3 3
5 4 3 3 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 5 4
4 3 1 3 3 1 1 1 2 1 1 3 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1
4 3 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 3 2 2 2 1 1 1
4 3 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 4 4 4 4 2
4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3
4 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 3 1 1 2
4 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3
5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5
4 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3 3 1 2 1 1 2
5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4
4 3 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2
5 2 2 4 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
4 2 3 3 2 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2
4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2
5 5 3 3 4 5 4 5 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
5 3 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4
5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 2 4 3 3 3 1
4 2 3 3 4 5 5 2 3 3 4 4 2 2 3 2 2 5 3 2 3 2 2 4 2 3
4 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2
4 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3
4 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 3 1 3 1 3 1 2 2 2 2 2 2
5 2 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2
4 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 1
TOTAL
RATA-RATA
S27 S28 S29 S30 total keterangan kode
5 5 5 5 147 spiritualitas baik sekali 1
5 5 5 5 146 spiritualitas baik sekali 1
2 3 3 5 119 spiritualitas baik 2
5 5 5 5 147 spiritualitas baik sekali 1
4 3 4 4 116 spiritualitas baik 2
4 3 4 4 117 spiritualitas baik 2
5 4 5 5 141 spiritualitas baik sekali 1
5 4 4 5 145 spiritualitas baik sekali 1
4 3 3 5 114 spiritualitas baik 2
3 3 4 4 88 spiritualitas kurang 3
2 3 3 3 113 spiritualitas baik 2
2 1 2 2 58 spiritualitas kurang sekali 4
3 2 4 4 118 spiritualitas baik 2
3 3 4 5 136 spiritualitas baik sekali 1
2 3 3 3 81 spiritualitas kurang 3
1 2 3 4 110 spiritualitas baik 2
3 4 4 4 115 spiritualitas baik 2
3 4 4 4 143 spirutualitas baik sekali 1
4 3 4 4 114 spiritualitas baik 2
2 3 2 2 86 spiritualitas kurang 3
3 3 3 3 98 spiritualitas baik 2
2 3 3 3 115 spiritualitas baik 2
3 2 2 2 57 spiritualitas kurang sekali 4
1 1 1 2 117 spiritualitas baik 2
2 2 2 2 82 spiritualitas kurang 3
5 5 5 5 146 spirutualitas baik sekali 1
4 4 4 4 137 spiritualitas baik 2
3 2 4 3 86 spiritualitas kurang 3
4 4 4 4 116 spiritualitas baik 2
3 3 4 3 112 spiritualitas baik 2
4 4 4 4 129 spirutualitas baik sekali 1
4 3 2 4 88 spiritualitas kurang 3
3 3 2 3 110 spiritualitas baik 2
4 4 4 4 138 spirutualitas baik sekali 1
3 3 3 3 83 spiritualitas kurang 3
4 4 4 4 115 spiritualitas baik 2
5 5 4 5 145 spirutualitas baik sekali 1
1 2 2 3 57 spiritualitas kurang sekali 4
3 3 3 2 83 spiritualitas kurang 3
3 4 2 2 86 spiritualitas kurang 3
2 2 2 2 58 spiritualitas kurang sekali 4
1 2 2 3 88 spiritualitas kurang 3
4 4 3 3 112 spiritualitas baik 2
2 1 2 3 59 spiritualitas kurang sekali 4
1 2 3 3 55 spiritualitas kurang sekali 4
3 3 2 3 86 spiritualitas kurang 3
3 3 3 2 89 spiritualitas kurang 3
2 2 2 2 57 spiritualitas kurang sekali 4
3 1 3 3 82 spiritualitas kurang 3
4 3 3 4 117 spiritualitas baik 2
2 1 3 3 57 spiritualitas kurang sekali 4
3 4 3 3 114 spiritualitas baik 2
2 1 2 3 57 spiritualitas kurang sekali 4
2 3 3 2 88 spiritualitas kurang 3
2 2 1 2 54 spiritualitas kurang sekali 4
4 3 3 3 84 spiritualitas kurang 3
4 4 3 3 113 spiritualitas baik 2
1 2 2 2 89 spiritualitas kurang 3
4 4 3 3 115 spiritualitas baik 2
5 5 4 4 146 spiritualitas kurang sekali 1
1 2 2 2 58 spiritualitas kurang sekali 4
2 2 3 3 89 spiritualitas kurang 3
2 1 1 2 56 spiritualitas kurang sekali 4
2 3 2 1 84 spiritualitas kurang 3
2 2 2 2 57 spiritualitas kurang sekali 4
3 4 3 2 85 spiritualitas kurang 3
1 2 1 2 58 spiritualitas kurang sekali 4
6661
99, 4179

Anda mungkin juga menyukai