Anda di halaman 1dari 13

Skor Pemeriksaan Fisik Untuk Memprediksi Kebutuhan Operasi

Pada Neonatus Dengan Necrotizing Enterocolitis


Rubia Khalak1 Carl D'Angio2 Bobby Mathew3 Hongyue Wang2 Stephanie Guilford3 Elizabeth Thomas4 Jeffrey Meyers2
Jurnal Perinatologi https://doi.org/10.1038/s41372-018-0245-1

ABSTRAK

Tujuan Untuk mengevaluasi kegunaan skor pemeriksaan fisik standar (PE-NEC) dalam
memprediksi kebutuhan operasi atau kematian pada neonatus dengan necrotizing
enterocolitis (NEC).

Metode Penelitian prospektif, multisenter, dan observasional ini dilakukan dari 3/1/14 hingga
2/29/16 dengan mengambil data tiga pusat perinatal regional di New York bagian utara. Bayi
dengan NEC Bell's Stage ≥ 2 menerima pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dicatat tiap
12-24 jam selama 48 jam setelah diagnosis. Skor PE-NEC terdiri dari tujuh komponen: bising
usus, capillary refill time, eritema dinding perut, lingkar perut, perubahan warna, indurasi,
dan nyeri tekan. Waktu bedah ditentukan oleh ahli bedah tanpa mengacu skor PE-NEC.
Sensitivitas dan spesifisitas skor PE-NEC yang optimal (hasil primer) untuk
pembedahan/kematian ditentukan oleh analisis kurva karakteristik operasi pasien.

Hasil Dari 100 bayi dengan NEC, 5 memiliki pneumoperitoneum saat diagnosis dan
dikeluarkan dari sampel sehingga menghasilkan 95 data untuk dianalisis. Dari 95 bayi, 35
bayi mengalami hasil: 3 meninggal karena NEC sebelum operasi dan 32 bayi menjalani
operasi (30 laparotomi, 2 drainase). Skor PE-NEC ditemukan sensitif dan spesifik untuk
penentuan kebutuhan operasi/kematian (AUC = 0,89, 95% CI 0,82-0,97); skor ≥3 memiliki
sensitivitas 0,88 (95% CI 0,72-0,97), spesifisitas 0,81 (95% CI 0,69-0,90 ). Semua komponen
skor PE-NEC lebih cenderung hadir di antara bayi dengan NEC bedah atau yang meninggal.

Kesimpulan Skor PE-NEC sensitif dan spesifik dalam memprediksi kebutuhan operasi pada
bayi dengan NEC dan harus divalidasi untuk dijadikan alat pengambilan keputusan klinis.
PENGANTAR

Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah kedaruratan gastrointestinal yang paling


umum pada bayi prematur baru lahir [1]. Etiologi NEC masih belum dapat dipastikan pada
sebagian besar kasus dan menyumbang resiko morbiditas jangka panjang pada pasien di
neonatal intensive care unit (NICU) [2]. Insiden NEC sering terjadi pada bayi dengan berat
lahir <1500 g, dan meningkat seiring dengan penurunan usia kehamilan [3,4]. Meskipun
banyak literatur mengenai studi dan laporan kasus NEC, tidak ada publikasi tentang
kegunaan temuan pemeriksaan fisik untuk membantu membedakan NEC yang stabil secara
medis dengan kasus yang lebih membutuhkan intervensi bedah. Jika menunggu sampai
adanya bukti pneumoperitoneum (PP)-yang merupakan indikasi pasti untuk operasi-mungkin
sudah terlalu terlambat terutama untuk bayi prematur ekstrim [3-6]. Selain itu, beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa tanda udara bebas pada bayi prematur ekstrim sering
terlewatkan pada radiografi standar [7]. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengevaluasi
kemampuan riwayat dan faktor klinis untuk memprediksi kemungkinan suatu bayi terjangkit
NEC, beberapa pelaporan memiliki akurasi hingga 80% [8-11].

Tepas et al., menjelaskan tujuh komponen yang dinilai dalam 24 jam untuk
melengkapi nilai alat pengukuran diagnosis NEC [10]. Ketika dipertimbangkan bersama-
sama, jumlah total dari gangguan metabolisme, yang dikenal sebagai skor MD-7 ditemukan
untuk memprediksi kebutuhan operasi pada bayi dengan NEC. Frekuensi gangguan ini akan
lebih tinggi di antara bayi yang kemudian lebih membutuhkan intervensi bedah. Namun tidak
diketahui, apakah temuan pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan
operasi di NEC. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menetapkan apakah skor
pemeriksaan fisik standar (PE-NEC) dapat memprediksi kebutuhan untuk operasi pada bayi
dengan NEC.
Gbr. 1 Lembar Penelitian Pemeriksaan Fisik untuk Necrotizing Enterocolitis (PE-NEC).
© 2016 Rubia Khalak, Pusat Medis Albany ; Jeffrey Meyers, Universitas Rochester Medical Pusat; Bobby Mathew, Rumah Sakit Anak Buffalo

Bagian yang dinilai : lingkar perut, tampak eritema abdomen, perubahan warna abdomen,
nyeri tekan, bising usus selama 1 menit, capillary refill time, dan indurasi. Pemeriksaan
dilakukan saat : diagnosis, 8-12 jam, 12-36 jam dan 36-48 jam.

*T.N : di tabel buat scoring key Abdominal girth tulisannya >2 cm = 1. Mungkin angka
belakangnya kurang kali ya karena nggak mungkin lingkar pinggang bayi prematur normal
yang dimaksud kurang dari 2 cm.

METODE

Percobaan multicenter observasional prospektif ini dilakukan untuk mengevaluasi


kegunaan sistem skoring pemeriksaan fisik untuk memprediksi kebutuhan operasi pada bayi
prematur yang menderita NEC selama periode yang ditentukan (1 Maret 2014 hingga 29
Februari 2016) di tiga regional pusat perinatal NICU. Studi ini disetujui oleh Dewan Peninjau
Institusi pusat masing-masing regional dan persetujuan penelitian dibebaskan oleh masing-
masing IRB. Untuk tujuan dari penelitian ini, NEC didefinisikan sebagai pertemuan kriteria
klinis dan radiografi untuk Bell’s tahap 2 yang dimodifikasi atau tahap yang lebih tinggi.
Bayi dieksklusikan jika mereka memiliki diagnosis perforasi usus spontan atau jika mereka
diberi diagnosis NEC oleh tim klinis tetapi tidak memenuhi definisi NEC di atas. Dalam hal
ketidakpastian apakah bayi memenuhi kriteria untuk Bell tahap 2 yang dimodifikasi atau
lebih besar, kepala peneliti lokal tiap pusat perawatan akan mereview kasus ragu-ragu
tersebut terlebih dahulu dan kemudian membuat keputusan akhir untuk dimasukkan ke dalam
studi. Bayi yang mengalami PP pada saat itu diagnosis NEC dicatat tetapi tidak dimasukkan
dalam analisis.

Intervensi bedah didefinisikan sebagai kinerja laparotomi eksplorasi atau penempatan


saluran drainase peritoneum. Data yang dikumpulkan termasuk usia kehamilan saat lahir,
berat lahir, jenis kelamin, dan skor Apgar lima menit. Temuan klinis itu dicatat termasuk usia
saat diagnosis NEC, pengobatan PDA, kehadiran NEC kolon, pemberian packed red blood
cell (pRBC), kebutuhan dan waktu untuk intervensi bedah, dan waktu kematian/saat keluar
dari rumah sakit setelah diagnosa NEC.

Skor PE-NEC dihasilkan dengan mencatat kehadiran atau tidak adanya tanda pada
pemeriksaan fisik dalam parameter lingkar perut, eritema abdomen, perubahan warna
abdomen, nyeri tekan, bising usus, capillary refill time, dan indurasi (Gbr. 1). Lingkar perut,
yang diperoleh tepat di atas umbilikus, diukur secara konsisten di bagian tengah. Saat
perubahan pada lingkar perut terjadi, dibandingkan dengan sebelum onset NEC dan saat
onser NEC terjadi. Pemeriksaan fisik lainnya didefnisikan sebagai berikut: eritema dinding
perut: adanya warna kemerahan pada dinding perut, khususnya yang terlihat berbeda dengan
pemeriksaan sebelumnya. Indurasi abdominal: kekerasan dinding perut yang terlokalisir,
terdapat tampilan kencang pada abdomen. Perubahan warna perut: perubahan dalam
pewarnaan dinding perut dari pemeriksaan sebelumnya yang bukan termasuk eritema (misal
warna kebiruan-ungu atau kebiruan-abu-abu).

Temuan parameter normal diberi nilai 0 dan temuan abnormal nilai 1, dengan
pengecualian isi ulang kapiler yang dicatat pada skala 0–2 (Gbr. 1). Pemeriksaan dicatat pada
waktu terdekat dari 0, 12, 24, dan 48 jam setelah diagnosis klinis NEC. Pemeriksaan
dilakukan oleh petugas khusus NICU, termasuk spesialis neonatologi, residen neonatologi,
perawat, dan asisten dokter. NEC kolon didefinisikan sebagai adanya pneumatosis kolon
pada pemeriksaan sinar-X atau catatan NEC kolon dalam laporan operasi, jika ada. Jika
intervensi bedah dilakukan, tanggal dan waktunya dicatat bersama dengan jumlah intervensi
operasi yang diperlukan.

Data laboratorium dan data klinis tambahan yang dikumpulkan termasuk hitung darah
lengkap, elektrolit, status asam-basa, dukungan kardiorespirasi, dan tanda vital. Nilai
laboratorium ini digunakan untuk menilai apakah MD-7 juga memprediksi kebutuhan
operasi dalam kohort kami. Gangguan metabolisme yang digunakan untuk menghitung skor
MD-7 termasuk neutropenia (jumlah neutrofil absolut <2000), bandemia (jumlah sel darah
putih imatur > 0,2), trombositopenia ( jumlah platelet <50.000), asidosis (pH <7,25 atau
menerima bikarbonat/tris (hidroksimetil) aminometana), hipotensi (berarti tekanan arteri
kurang dari usia kehamilan atau jika menerima dukungan inotropik), hiponatremia (Na
<130), dan kultur darah positif [10]. Semua temuan klinis dan laboratorium dalam penelitian
ini direkam pada empat titik waktu: saat diagnosis NEC awal, 8–12 jam, 18-24 jam, dan 30–
48 jam. Untuk memungkinkan imput data terpusat, database REDCap (Research Electronic
Data Capture, supported by Clinical and Translational Science Award UL1 TR000445) yang
diberada di University of Rochester dimanfaatkan.

ANALISIS STATISTIK

Karakteristik antara bayi dengan NEC yang tidak memiliki operasi dibandingkan
dengan bayi yang menjalani pembedahan atau yang meninggal, diuji dengan menggunakan
uji-t atau uji Mann-Whitney U. χ2 atau uji eksak Fisher digunakan untuk variabel kategorik.
Untuk menilai kinerja skor PE-NEC sehubungan dengan memprediksi operasi/kematian,
kurva receiver operating characteristic (ROC) diplot. Area under curve (AUC) dan
confidence interval 95% (CI) diperkirakan. Sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif positif
(PPV) dan negatif (NPV) serta CI 95% dihitung untuk menentukan skor total dari masing-
masing komponen. Youden Indeks digunakan untuk memilih titik cut-off optimal dari skor
total PE-NEC. Analisis regresi logistik berganda dilakukan untuk mengevaluasi asosiasi
independen antara skor PE-NEC dengan operasi/kematian. Skor PE-NEC tertinggi dicatat
dalam 48 jam setelah diagnosis NEC digunakan. Center, jenis kelamin, berat badan, dan
transfusi pRBC <48 h sebelum diagnosis dimasukkan sebagai kovariat. Statistik Hosmer–
Lemeshow dihitung untuk analisis uji kecocokan model (goodness-of-fit). Analisis ROC juga
digunakan untuk membandingkan kinerja skor PE-NEC dan skor MD-7 dengan cara
membandingkan AUC dari masing-masing model. Semua analisis dilakukan dengan
menggunakan SAS 9.4 (SAS Institute Inc. Cary, NC). Semua analisis bersifat dua sisi pada
tingkat signifikansi 0,05.

HASIL

Seratus bayi yang memenuhi kriteria untuk NEC dimasukkan dalam penelitian. Lima
dari 100 bayi memiliki PP pada saat diagnosis sehingga dikeluarkan dari analisis. 95 bayi
tersisa memiliki median GA (gestational age) saat lahir (29,1 vs 30,8 minggu, p = 0,05) dan
BW (body weight) (1275 vs 1609 g, p = 0,03); mayoritas (87 dari 95) lahir <37 minggu. Lima
bayi memiliki anomali gastrointestinal bawaan (volvulus, atresia ileal, gastroschisis,
Hirschsprungs, dan anus imperforata), serta dua bayi memiliki lesi jantung sianotik
(Tetrology of Fallot dan defek kanal atrioventrikular). Dari 95 bayi ini, 35 (37%) mengalami
hasil utama: 32 menjalani pembedahan (30 mengalami laparotomi dan 2 bayi mengalami
drainase peritoneal) sementara tiga bayi lainnya meninggal akibat efek sekunder NEC
sebelum operasi. Insiden NEC di antara pusat penelitian kami bervariasi dari 6,7% hingga
10,4%.

Dibandingkan dengan bayi yang stabil secara medis, bayi dengan hasil operasi/mati
memiliki GA yang lebih rendah. Tidak ada perbedaan yang tercatat dalam skor Apgar 5
menit, kebutuhan akan tekanan positif ventilasi di ruang bersalin, kejadian NEC kolon, atau
transfusi pRBC dalam waktu 48 jam sebelum diagnosis NEC (Tabel 1). Karakteristik
demografis dan klinis serupa di antara pusat studi. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 1,
pengukuran setiap komponen alat PE-NEC di masing-masing titik waktu digunakan untuk
mengembangkan skor total PE-NEC.. Ketika analisis dilakukan, total skor PE-NEC yang
digunakan. Komponen individu tiap skor juga dinilai, seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Ketika skor PE-NEC pada saat diagnosis NEC dinilai kemampuannya untuk memprediksi
hasil gabungan untuk kebutuhan operasi atau kematian tetap kuat (AUC = 0,79, 95% CI 0,68-
0,89).

Skor PE-NEC tertinggi dalam 48 jam setelah diagnosis NEC telah digunakan untuk
analisis, namun harus dicatat bahwa yang skor tertinggi dicapai dalam 24 jam setelah
diagnosis NEC untuk semua bayi kecuali satu dalam kelompok NEC yang dirawat secara
medis, dan untuk 30 dari 35 bayi dengan NEC yang mengalami bedah/mati. Semua
komponen skor PE-NEC lebih cenderung hadir di antara bayi dengan NEC yang menjalani
bedah/mati daripada di antara bayi dengan NEC medis (Tabel 2). Saat dipertimbangkan
terpisah, tidak ada komponen individu dari skor PE-NEC yang terbukti sensitif dan spesifik
dalam menentukan perlunya operasi/kematian pada bayi dengan NEC. Skor PE-NEC
tertinggi ternyata sensitif dan spesifik untuk kebutuhan operasi/kematian (AUC = 0,89, 95%
CI 0,82-0,97), seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2a; skor ≥ 3 memiliki sensitivitas 0,88
(95% CI 0,72-0,97) dan spesifisitas 0,81 (95% CI 0,69-0,90). Dalam model multivariat
termasuk BW, jenis kelamin, skor Apgar 5 menit, pusat, transfusi pRBC <48 jam sebelum
diagnosis, dan skor PE-NEC tertinggi, skor AUC tidak membaik secara signifikan
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh skor PE-NEC tertinggi saja (Gbr. 2a). Di model
regresi, masing-masing peningkatan skor PE-NEC oleh 1 yang dikaitkan dengan peningkatan
lima kali lipat dalam peluang kebutuhan untuk operasi/kematian (OR 5,3, 95% CI 2,6-10,7).
Gambar 2b menggambarkan hasil analisis kurva ROC setelah skor MD-7 dipertimbangkan
untuk setiap bayi. Seperti yang ditunjukkan, skor MD-7 sendiri bekerja dengan cukup baik
dalam memprediksi hasil primer (AUC 0,74, 95% CI 0,63, 0,85), dengan odds rasio 1,73
(95% CI 1,20, 2,50) untuk masing-masing operasi maka bertambah pula poin Untuk
selanjutnya operasi untuk setiap peningkatan poin skor MD-7. Menggabungkan skor PE-NEC
dan MD-7 tidak signifikan meningkatkan AUC, menunjukkan bahwa skor PE-NEC saja lebih
kuat memprediksi perlunya operasi/kematian pada bayi dengan NEC daripada hanya skor
MD-7. Sebuah sub-analisis yang mengeluarkan tujuh bayi yang memiliki kelainan bawaan
dari sampel menunjukkan bahwa skor prediksi PE-NEC yang sangat kuat untuk kebutuhan
operasi atau kematian, AUC 0,91, 95% CI 0,84– 0,98.

Tiga bayi yang telah menjalani operasi beberapa minggu setelah diagnosis NEC untuk
komplikasi setelah medis manajemen NEC dimasukkan kembali dalam Kelompok medis
NEC untuk analisis. Ketiga bayi ini terlambat dioperasi, tidak terkait dengan diagnosis NEC
akut mereka, melainkan komplikasi yang terjadi kemudian, oleh karena itu mereka tidak
termasuk dalam kelompok "operasi atau kematian". Tiga bayi yang terlalu sakit untuk
menjalani intervensi bedah dan meninggal dimasukkan dalam kelompok bayi bedah untuk
analisis.

Kami membuat kurva kalibrasi untuk total PE-NEC oleh memplot kurva loess yang
menghambat respons yang diamati ke probabilitas yang diprediksi dari yang sesuai model
regresi logistik (Gbr. 3). Plot untuk model termasuk kovariat, termasuk; Site, jenis kelamin,
berat lahir, dan transfusi pRBC dalam waktu 48 jam sebelum diagnosis NEC, sebagai
tambahan ketika skor PE-NEC / PE-NEC ≥ 3 sudah dilakukan. Kemungkinan empiris yang
diprediksi sangat dekat dengan satu sama lain, hingga menunjukkan siapa yang
memperlihatkan goodness of fit.
Tabel 1 Karakteristik bayi NEC medis dan bedah

Table 2 Komponen Skor Pemeriksaan Fisik (PE-NEC)


Gambar. 2 kurva ROC untuk memprediksi kebutuhan bedah/kematian pada pasien NEC.
Skor PENEC saja sangat memprediksi hasil gabungan dari kebutuhan untuk
operasi/kematian, dan hampir setara dengan model multivariabel. Variabel model termasuk
skor PE-NEC tertinggi, BW, jenis kelamin, center, dan transfusi pRBC ≤ 48 jam sebelum
diagnosis. b analisis kurva ROC untuk gangguan metabolik (MD-7) dikenal untuk
memprediksi kebutuhan operasi di NEC ditampilkan. Seperti yang ditunjukkan, AUC untuk
skor PE-NEC adalah lebih besar dari AUC untuk skor MD-7. Menggabungkan skor MD-7
dan skor PE-NEC tidak secara signifikan mengubah AUC (kurva diberi label "Keduanya"),
menunjukkan bahwa skor PE-NEC lebih kuat memprediksi kebutuhan untuk
operasi/kematian pada bayi dengan NEC daripada skor MD- 7.

Gbr. 3 Plot kalibrasi total skor PE-NEC untuk model termasuk kovariat seperti site, jenis
kelamin, berat lahir, dan transfusi pRBC dalam waktu 48 jam sebelum diagnosis NEC

DISKUSI

Dengan menerapkan secara prospektif skor pemeriksaan fisik yang diturunkan secara
empiris dalam 48 jam pertama setelah diagnosis NEC, kami menemukan bahwa skor PE-
NEC ≥3 sangat sensitif dan spesifik untuk menentukan hasil gabungan kebutuhan untuk
operasi atau kematian dari NEC sebelum operasi. Setiap kenaikan satu poin dalam skor PE-
NEC terkait dengan peningkatan signifikan dalam peluang operasi/kematian. Skor
dibandingkan dengan skor yang sudah diterbitkan sebelumnya mengenai gangguan metabolik
[10] dan memberikan kontribusi lebih besar pada nilai prediktif ketika kedua pengukuran itu
digabungkan. Semua komponen individu dari skor PE-NEC secara signifikan lebih umum
pada bayi yang menjalani pembedahan. Ini konsisten dengan apa yang ditemukan peneliti
lain dengan temuan klinis yang terkait dengan NEC yang dicatat oleh staf keperawatan [15].
Padahal beberapa komponen skor PE-NEC sangat sensitif atau spesifik dalam menentukan
kebutuhan untuk operasi/kematian, pengamatan dimana tidak ada satu komponen tunggal
yang sensitif dan spesifik menunjukkan pentingnya total skor PE-NEC dalam memprediksi
kebutuhan operasi/kematian. Dua dari tiga pusat memiliki necrotizing enterocolitis surgery
trial (NEST trial) yang membandingkan hasil penempatan drainase sampai laparotomi
eksplorasi yang terjadi secara bersama tetapi ini tidak mempengaruhi keputusan tentang
waktu atau kinerja intervensi bedah.

Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang mengevaluasi skor pemeriksaan
fisik standar untuk memprediksi kebutuhan operasi pada bayi dengan diagnosis NEC.
Pekerjaan sebelumnya berfokus terutama pada memprediksi risiko NEC selama rawat inap
[11-13]. Salah satu studi sebelumnya yang pernah diterbitkan adalah tentang penggunaan
pemeriksaan fisik dan temuan klinis yang dirangkum dalam 9 item disebut NEC Risk Score.
[8]. Para penulis menunjukkan bahwa template ini bisa mengidentifikasi dengan benar 80%
bayi dengan risiko NEC yang rendah atau tinggi. Evaluasi faktor-faktor risiko potensial
menempatkan bayi pada saat peningkatan risiko NEC telah diterbitkan oleh beberapa peneliti
[3, 5, 9]. Baru-baru ini, penulis dari Gut CheckNEC menemukan bahwa faktor yang paling
signifikan dari risiko NEC adalah tingkat NEC NICU tertentu, yang dapat membawa risiko
tiga kali lipat dari usia kehamilan [14]. Rubah et al. mendirikan alat deteksi dini disfungsi
usus memanfaatkan ujian keperawatan disamping tempat tidur dan tanda-tanda vital [15].
Para penulis menemukan bahwa skor ≥5 adalah prediksi dari disfungsi usus dan temuan ini
dikaitkan dengan perubahan kardiorespirasi dini, khususnya peningkatan detak jantung.
Tidak seperti penelitian ini, penelitian kami fokus semata-mata pada nilai temuan
pemeriksaan fisik, yang direkam oleh penyedia tim medis NICU, pernah NEC diagnosis telah
ditetapkan dalam memprediksi kebutuhan untuk pembedahan. Dalam sebuah studi
multisenter besar yang melibatkan 520 bayi dengan diduga atau dikonfirmasi NEC, Ji et al.
mengevaluasi 27 klinis dan parameter laboratorium menggunakan analisis model komputer
untuk mengembangkan sistem penilaian untuk pementasan dan perkembangan NEC dari
NEC [16]. Meskipun analisisnya kuat, kemajuan NEC untuk operasi tidak dapat ditentukan
lebih dari setengah (57%) bayi yang akhirnya membutuhkan operasi, menyarankan batasan
dengan metode prediksi ini. Sebagai perbandingan, hasil kami menunjukkan bahwa skor PE-
NEC akurat dan mandiri memprediksi kebutuhan untuk operasi pada bayi dengan NEC
stadium 2 atau lebih besar. Apalagi itu penambahan data laboratorium ke model prediksi
tidak secara signifikan memperkuat kemampuan untuk memprediksi kebutuhan operasi
seperti yang ditunjukkan pada kurva ROC saja. Shah et al. mempresentasikan penggunaan
analitik data besar untuk memperkuat pengambilan keputusan [17]. Menggunakan kinerja
statistik untuk menentukan hasil klinis melalui plot kalibrasi dengan pengamatan rasio yang
diharapkan dan grafik good-of-fit dapat menjadi hal lain cara yang berguna untuk membuat
penilaian diagnostik. Kami telah menunjukkan bahwa skor total PE-NEC sangat memprediksi
kebutuhan untuk operasi seperti yang ditunjukkan oleh kurva ROC dan kalibrasi metode plot
dan bahkan ketika menggunakan skor di kali pertama skor diagnosis PE-NEC mungkin
berguna untuk penyedia layanan kesehatan maupun manajemen klinis serta untuk konseling /
diskusi dengan orang tua.

Waktu optimal dari intervensi bedah agar mencapai hasil terbaik pada bayi dengan
NEC masih belum jelas, tetapi jika menunggu bukti PP pada bayi dengan NEC (yang
merupakan indikasi definitif/pasti untuk operasi) mungkin sudah terlambat terutama untuk
bayi yang sangat prematur [18]. USG Doppler yang ditingkatkan adalah alat diagnostik non-
invasif yang bisa dibawa ke samping tempat tidur dan mungkin memiliki kegunaan untuk
mendiagnosis dan mendeteksi atau memprediksi perkembangan penyakit pada NEC.
Ketebalan loop usus dan peristaltik yang buruk dapat terdeteksi dengan baik dengan USG
Doppler yang dioperasikan tangan-tangan terampil. Namun penggunaan ultrasound untuk
membantu memprediksi kebutuhan untuk operasi belum diteliti dengan baik [19–22].
Tujuannya yaitu mendeteksi titik bedah paling awal untuk intervensi NEC sehingga
berpotensi membatasi cedera dan nekrosis usus yang tersisa. Beberapa penulis menyarankan
agar bayi lebih kecil, lebih muda dengan NEC mungkin tidak menjalani intervensi bedah
karena takut kematian dari operasi [23]. Namun, dalam penelitian kami, bayi yang menjalani
operasi malah lebih muda dan lebih kecil saat lahir daripada bayi-bayi lain yang dikelola
secara medis. Satu penjelasan potensial untuk ini pengamatan ini yaitu bisa jadi bayi-bayi
yang sangat prematur memiliki lebih sedikit cadangan, menunjukkan respon inflamasi
sistemik yang lebih jelas dalam pengaturan NEC, menunjukkan "sakit" lebih mudah,
sehingga mendorong pembedahan intervensi.

Tepas et al. mencatat tujuh gangguan metabolisme yang bisa menentukan perlunya
operasi pada bayi dengan NEC [10]. Dalam penelitian kami, saat parameter yang sama
sedang ditinjau, skor PE-NEC menjadi lebih kuat dan secara independen meramalkan
perlunya operasi/kemungkinan terjadi kematian. Studi retrospektif lebih besar oleh Gordon et
al. menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih absolut itu bila dievaluasi dengan faktor
laboratorium dan klinis lain memungkinkan prediksi kelangsungan hidup di bayi dengan
NEC medis maupun bedah saat dimasukkan dengan faktor laboratorium dan klinis lainnya
yang tersedia pada hari diagnosis [24]. Namun, tidak seperti penelitian kami, Gordon et al.
tidak mengevaluasi model yang memprediksi kebutuhan operasi. Hasil dari penelitian kami
menunjukkan kelayakan skor PE-NEC sebagai alat pengambilan keputusan dokter untuk
menentukan perkembangan penyakit dan kebutuhan untuk intervensi bedah , meskipun tidak
harus pada hari diagnosis. Studi saat ini tidak dirancang untuk menentukan waktu optimal
intervensi bedah, meskipun begitu tetap harus jadi fokus dalam studi masa depan
selanjutnya.

Kekuatan penelitian ini meliputi multisenternya, desain yang prospektif, dan ukuran
sampel besar menggunakan pemeriksaan fisik standar untuk memprediksi kebutuhan operasi.
Sebagai tambahan, dengan pengembangan dan pemanfaatan alat PE-NEC, kami dapat
menstandarkan cara pemeriksaan dan pelaporan temuan pemeriksaan klinis dan perut, yang
mana merupakan suatu hal yang tak ternilai, terutama saat menyebarkan informasi terbaru
pada para penyedia layanan kesehatan lainnya. Keterbatasan penelitian ini adalah sifat
pengamatannya. Hanya koleksi hasil pemeriksaan fisik real-time yang dibutuhkan oleh
protokol, dan karena adanya kekurangan pada standarisasi pengumpulan data laboratorium
mungkin terjadi bias pada sampling. Pada beberapa kasus hal ini tidak dapat dihindari,
misalnya pasien NEC yang ditangani secara medis menjadi sangat stabil dan studi
laboratorium lanjutan tidak lagi begitu penting dilakukan. Dalam penelitian ini, ada
kemungkinan bayi yang mendapat manfaat dari intervensi bedah hanya dikelola secara medis
selama perawatan NEC. Namun, hal itu perlu dipertanyakan lagi mengapa hanya 9 bayi
menunda laparotomi antara 72 jam sampai 2,5 bulan setelah diagnosis awal NEC. Semua
bayi yang memiliki eksplorasi bedah telah memastikan diagnosis NEC secara intraoperatif.
Keterbatasan potensial lainnya adalah pemeriksaan fisik lebih dilakukan dilakukan oleh
anggota tim medis NICU daripada pemeriksa studi bersertifikat. Meskipun fakta bahwa skor
PE-NEC memang memiliki komponen objektif dan subyektif, kami percaya bahwa dengan
mengizinkan berbagai tingkat pengalaman berperan, antara dokter berbasis NICU yang
melakukan alat pemeriksaan fisik, kami dapat melakukannya tanpa cerminkan praktik klinis
rutin, membuat hasilnya bisa lebih banyak digeneralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai