Paralel 2, Kelompok 6
Muhammad Ridho Fajri A24170102
Hayu Widi Yuana A24170151
Bayu Aji Krisandi A34160001
Dwi Lestari A34160048
Mega Allia Rahmah A34160075
Irma Nurhidayah A34160104
Dosen
Lia Nurulalia S.P, M.Si
Asisten
Rini Wahyuni A34150006
Pertiwi Nur M. Kh A34150093
HASIL PENGAMATAN
No Nama Bahan Aktif Kadar Jenis Kepanjangan Arti Kode Bentuk
Pestisida Bahan Pestisida Kode Formulasi Cara
Aktif Formulasi Semprot
PEMBAHASAN
Pendaftaran pestisida telah diatur dalam peraturan menteri pertanian no 39 tahun
2015, dengan memerhatikan berbagai jenis aspek dan sudut pandang yang terjadi di lapangan.
Sebagai mana pada pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam
penyelenggaraan pendaftaran dan perizinan, dengan tujuan untuk: a. menjamin mutu dan
efektifitas Pestisida yang diedarkan; b. melindungi masyarakat dan lingkungan hidup dari
pengaruh yang membahayakan sebagai akibat Penyimpanan, Peredaran, dan Penggunaan
Pestisida; c. meningkatkan efisiensi dan efektivitas Penggunaan Pestisida; dan d. memberikan
kepastian usaha dan kepastian hukum bagi pelaku usaha dalam melakukan kegiatan produksi,
pengadaan, Penyimpanan, dan Peredaran Pestisida. Praktikum kali ini salah satunya adalah
membandingkan dua produk pestisida dalam segi standart ketentuan mengenai wadah dan
lebel pestisida yang ada pada lampiran XI Peraturan menteri pertanian Republik Indonesia no
39 tahun 2015.
Nama produk pestisida yang pertama adalah Duppot Lannate 40 SP dan yang kedua
adalah Match 50 EC, dari hasil yang telah disajikan pada daftar sebelumnya menunjukan
bahwa kedua produk ini belum memenuhi standart ketentuan mengenai wadah dan lebel
pestisida karena dari aspek-aspek ketentuan yang disebutkan pada lampiran XI Peraturan
menteri pertanian Republik Indonesia no 39 tahun 2015 semuanya belum terpenuhi oleh
kedua produk ini. Produk Duppot Lannate 40 SP tidak melampirkan terkait perihal point R
pada subjudul label pestisida yang seharusnya yakni “pestisida yang bukan untuk tanaman
padi ditambahkan tulisan ‘tidak untuk tanaman padi’”, kemudian pada produk Match 50 EC
tidak melampirkan dua point pada subjudul label pestisida yakni point Q dan R. Point Q
mengenai petunjuk pemusnahan dan point R sama seperti kesalahan Produk Duppot Lannate
40 SP. Dengan demikian bahwa kedua produk tersebut belum memenuhi standart yang tertera
pada peraturan menteri pertanian no 39 tahun 2015.
Formulasi pestisida merupakan campuran antara bahan aktif dan bahan tambahan
(adjuvan) dalam pestisida tersebut. Formulasi pestisida dapat diketahui dari nama pestisida
yang terdapat di kemasannya. Nama pestisida selain mengandung nama dagang juga
mengandung bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif dari pestisida tersebut. Formulasi
sangat diperlukan dalam menentukan aplikasi pestisida yang tepat dan efektif serta keamanan
dalam penggunaan pestisida. Menurut Djojosumarto (2008) formulasi pestisida dapat
dikategorikan kedalam dua kelompok besar yaitu formulasi padat dan formulasi cair.
Formulasi padat terdiri dari wettable powder (WP), soluble powder (SP), butiran, water
dispersible granul (WG dan WDG), soluble granul (SG), dan tepung hembus. Formulasi cari
terdiri dari emusible concentrate (EC), water soluble concentrate ( WCS), aqueous solution
(AS), soluble liquid (SL), dan ultra low volume (ULV). Formulasi- formulasi ini ada yang
siap untuk digunakan ada juga yang masih perlu ditambah dengan air sebelum di aplikasikan.
Granul biasanya bisa langsung di aplikasikan, dalam praktikum terdapat pestida dengan
bentuk granul yang siap pakai yaitu insektisida dan nematisida berkode formulasi GR.
Pestisida dengan formulasi umpan (ready made bait) juga merupakan pestisida siap pakai,
dalam praktikum pestisida jenis rodentisida merupakan yang paling sering ditemukan dalam
formulasi ini. Selain itu dalam praktikum juga terdapat pestisida dengan formulasi tepung
yang siap pakai yaitu pestisida seed treatment dengan kode formulasi DS. Insektisida berkode
formulasi EC juga terdapat pada praktikum. Insektisida dengan formulasi EC merupakan
insektisida yang berbentuk pekatan dan dalam aplikasinya perlu dicampur dengan air terlebih
dahulu. Insektisida ini akan membentuk emulsi (seperti cairan susu) setelah dicampur dengan
air dan pada umumnya tidak memerlukan pengadukan secara terus menerus. Selain
insektisida berkode formulasi EC, pestisida yang membentuk emulsi pada praktikum yaitu
herbisida dengan kode formulasi SL.
Formulasi pestisida setelah dicampur dengan air sebelum aplikasi bisa juga membentuk
suspensi. Suspensi ini merupakan sediaan plipestisida yang akan mengendap kalau tidak
dilakukan pegadukan. Sehingga dalam pengakasian dibutuhkan pengadukan dengan
intensitas lumayan, kalau tidak diaduk bisa menyebebabkan penyumbatan pada nozel sprayer.
Pestisida pada praktikum yang membentuk suspensi yaitu fungisida dengan kode formulasi
WDG dan SC serta insektisida dengan formulasi WP. Terdapat pestisida yang akan
membentuk larutan homogen setelah dilarutkan dalam air. Larutan merupakan sediaan
pestisida yang tidak memelukan pengadukan secara terus- menerus dalam aplikasinya.
Pestisida yang terdapat pada praktikum yang akan berbentuk larutan saat dicampur dengan air
yaitu insektisida dengan kode formulasi SP, SG, dan L. Selain itu juga terdapat bahan
tambahan dengan kode formulasi AS, serta rodentisida dengan kode formulasi PS.
KESIMPULAN
Pendaftaran pestisida telah diatur oleh mentri pertanian guna menjamin mutu dan
efektifitas pestisida. Dalam Permentan no 39 tahun 2015 telah ditentukan standar label dalam
wadah pestisida. Dari hasil pengamatan pestisida Duppot Lannate 40SP dan Match 50EC,
pestisida tersebut belum memenuhi standar ketentuan label yang telah diantur dalam
permentan karena pada Duppot Lannate 40SP tidak mencantumkan keterangan pestisida tidak
untuk tanaman padi dan pada Match 50EC tidak mencantumkan keterangan petunjuk
pemusnahan serta keterangan pestisida tidak untuk tanaman padi. Formulasi pestisida yang
tertera pada nama pestisida dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu formulasi padat dan
formulasi cair. Formulasi pestisida setelah dicampur dengan air sebelum aplikasi dapat
membentuk larutan, suspensi, atau emulsi.
DAFTAR PUSTAKA