Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DALAM PROTEKSI

TANAMAN (PTN 306)


PENGENALAN FORMULASI DAN LABEL PESTISIDA

Paralel 2, Kelompok 6
Muhammad Ridho Fajri A24170102
Hayu Widi Yuana A24170151
Bayu Aji Krisandi A34160001
Dwi Lestari A34160048
Mega Allia Rahmah A34160075
Irma Nurhidayah A34160104

Dosen
Lia Nurulalia S.P, M.Si

Asisten
Rini Wahyuni A34150006
Pertiwi Nur M. Kh A34150093

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dalam budidaya
pertanian di Indonesia umumnya menggunakan bahan sintetik berupa pestisida (Yulisal
2018). Menurut United Stated Environmental Protection Agency (USEPA) dalam Yulisal
2018, pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan, menolak, mematikan OPT. Kementerian Pertanian melalui Komisi Pestisida
merekap data penggunaan pestisida secara nasional pada tahun 2002 yang ditunjukkan
dengan jumlah jenis total pestisida yang terdaftar, yaitu sebanyak 813. Data tersebut
meningkat sebesar 24% pada tahun 2004 dan 45% pada tahun 2006, yaitu 1082 dan 1500
nama dagang (merk). Banyaknya nama dagang yang beredar di masyarakat tersebut
menunjukkan bahwa pestisida tidak bisa dipisahkan dari upaya pengendalian OPT dalam
budidaya pertanian oleh petani nasional.
Penggunaan pestisida yang intensif dalam upaya pengendalian OPT akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan dan lingkungan
(Rahmayani 2016). Ibarat pisau bermata dua, di satu sisi pestisida mampu menjadi alternatif
dalam upaya mengendalikan OPT, sehingga tanaman atau hewan yang diusahakan mampu
berproduksi dan terhindar dari ancaman gagal panen. Di sisi lain, penggunaan pestisida dapat
merusak lingkungan dan mengancam stabilitas keanekaraman organisme lain apabila tidak
dibarengi sikap bijaksana dan pengetahuan yang cukup dalam pemakaian dan teknik aplikasi
pestisida. Sehingga pengetahuan tentang pestisida oleh praktisi pertanian meliputi jenis
pestisida, cara aplikasi dan pemakaian, bahan aktif, formulasi dan informasi lainnya menjadi
hal yang sangat penting

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Januari 2019, di Laboratorium
Pendidikan Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu tabung reaksi, penuntun praktikum, lampiran IX
PERMENTAN Republik Indonesia, dan alat tulis. Bahan yang digunakan, yaitu berbagai
macam pestisida dengan bahan aktif yang berbeda-beda.
Metode
Pengamatan jenis formulasi pestisida
Siapkan tabung reaksi beserta dengan rak tabung reaksi, tiga pestisida dengan jenis
formulasi yang berbeda-beda, dan air. Larutkan masing-masing pestisida kedalam tabung
reaksi berbeda. Setelah itu, amati perbedaan larutan dari ketiga tabung reaksi tersebut.
Pengamatan label pada kemasan pestisida
Siapkan dua pestisida dengan jenis yang berbeda, dan alat tulis, lalu amati label pada
setiap pestisida tersebut. Aspek yang diamati pada label, yaitu nama daang formula, jenis
pestisida, nama dan kadar bahan aktif, isi atau berat bersih dalam kemasan, peringatan
keamanan, klasifikasi dan simbol bahaya, petunjuk keamaanan, gejala keracunan,
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), perawatan medis, petunjuk penyimpanan,
petunjuk penggunaan, pictogram, nomor pendaftaran, nomor pendaftaran, nama dan alamat
serta nomor telepon pemegang nomor pendaftaran, nomor produksi, bulan dan tahun
produksi (batch number) serta bulan dan tahun kadaluwarsa, petunjuk pemusnahan, dan
pestisida yang bukan untuk tanaman padi ditambahkan tulisan “Tulisan untuk tanaman padi”.
Identifikasi jenis pestisida
Siapkan 13 pestisida dengan jenis berbeda satu sama lainnya, lalu amati label pada
setiap pestisida tersebut. Aspek yang dimati pada label, yaitu nama dagang formula, nama
bahan aktif, kadar bahan aktif, jenis pestisida kepanjangan kode formulasi, arti kode
formulasi, dan bentuk cairan semprot.

HASIL PENGAMATAN
No Nama Bahan Aktif Kadar Jenis Kepanjangan Arti Kode Bentuk
Pestisida Bahan Pestisida Kode Formulasi Cara
Aktif Formulasi Semprot

1 Duppot Metomil 40% Insektisida Soluble Apabila Larutan


Lannate Powder dicampur air
40 SP akan
membentuk
larutan
sempurna
2 Match 50 Iufenuron 50 g/l Insektisida Emulsifiable Pekatan yang Emulsi
EC Concentrate bisa
dicampurkan.
Tekstur atau
bentuk
seperti susu
3 Melody Dropineb 61,25% Fungisida Wettable Berbentuk Suspensi
Duo 66,75 Iprovalikarb 5,5% Dispersible butiran halus
WDG Granule seperti
granule
4 Roundup Isopropilamina 486 g/l Herbisida Soluble Apabila Emulsi
486 SL glisofat Liquid dicampur air
Setara Glisofat 360 g/l akan
membentuk
larutan yang
transparan
5 Racumin Kumatetralil 0,0375% Rodentisida Ready-Made Kode untuk Siap
Ready- Bait pestisida pakai
Made Bait jenis umpan
6 Proclaim Emamektin 5% Insektisida Soluble Berbentuk Larutan
5 SG benzoat Granule butiran halus.
Apabila
dicampur air
akan larut
sempurna
7 Marshal25 Karbosulfan 25,53% Insektisida Seed Berbentuk Siap
DS perlakuan Treatment tepung pakai
benih
8 Furadan 3 Karbofuran 3% Insektisida Granula Berbentuk Siap
GR Nemtisida butiran yang pakai
siap pakai
9 Folicur Tebukanozol 430 g/l Fungisida Suspension Apabila Suspensi
430 SC Concentrate dicampur air
akan
membentuk
suspense
10 Confidor Imidakloprid 5% Insektisida Wettable Berbentuk Suspensi
5 WP Powder tepung yang
dapat
disuspensikan
atau
dipastakan
dalam air
11 BESMOR Polioksietilen 207,4 g/l Bahan Aquaeous Larutan pekat Larutan
200 AS akil aril eter tambahan Solution yang dapat
dilarutkan
dalam air
12 Agristick Alkilaril 400ml/l Insektisida Liquid Apabila Larutan
400 L poliglikol eter dicampur air
akan
membentuk
larutan yang
transparan
13 Timikus Belerang 64% Rodentisida Powder Berbentuk Larutan
64 PS Soluble butiran halus
seperti
tepung

Gambar 1 Contoh Formulasi Pestisida

Liquid Emulsi Suspensi


No Keterangan Wajib Match 50 EC Duppot Lannate 40 SP
A Nama Dagang Formula Ada Ada
B Jenis Pestisida Ada Ada
C Nama dan Kadar Bahan Aktif Ada Ada
D Isi atau Berat Bersih dalam Ada Ada
kemasan
E Peringatan Keamanan Ada Ada
F Klasifikasi atau Simbol Bahaya Ada Ada
G Petunjuk Keamanan Ada Ada
H Gejala Keracunan Ada Ada
I Pertolongan Pertama Pada Ada Ada
Kecelakaan
J Perawatan Media Ada Ada
K Petunjuk Penyimpanan Ada Ada
L Petunjuk Penggunaan Ada Ada
M Piktogram Ada Ada
N Nomor Pendaftaran Ada Ada
O Nama dan Alamat serta nomor Ada Ada
telepon pemegang nomor
pendaftaran
P Nomor Produksi, Bulan, dan Ada Ada
Tahun Produksi
Q Petunjuk Pemusnahan Tidak Ada Ada
R Pestisida yang bukan untuk Tidak Ada Tidak Ada
tanaman padi ditambahkan tulisan
“Tidak untuk tanaman padi”

PEMBAHASAN
Pendaftaran pestisida telah diatur dalam peraturan menteri pertanian no 39 tahun
2015, dengan memerhatikan berbagai jenis aspek dan sudut pandang yang terjadi di lapangan.
Sebagai mana pada pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam
penyelenggaraan pendaftaran dan perizinan, dengan tujuan untuk: a. menjamin mutu dan
efektifitas Pestisida yang diedarkan; b. melindungi masyarakat dan lingkungan hidup dari
pengaruh yang membahayakan sebagai akibat Penyimpanan, Peredaran, dan Penggunaan
Pestisida; c. meningkatkan efisiensi dan efektivitas Penggunaan Pestisida; dan d. memberikan
kepastian usaha dan kepastian hukum bagi pelaku usaha dalam melakukan kegiatan produksi,
pengadaan, Penyimpanan, dan Peredaran Pestisida. Praktikum kali ini salah satunya adalah
membandingkan dua produk pestisida dalam segi standart ketentuan mengenai wadah dan
lebel pestisida yang ada pada lampiran XI Peraturan menteri pertanian Republik Indonesia no
39 tahun 2015.
Nama produk pestisida yang pertama adalah Duppot Lannate 40 SP dan yang kedua
adalah Match 50 EC, dari hasil yang telah disajikan pada daftar sebelumnya menunjukan
bahwa kedua produk ini belum memenuhi standart ketentuan mengenai wadah dan lebel
pestisida karena dari aspek-aspek ketentuan yang disebutkan pada lampiran XI Peraturan
menteri pertanian Republik Indonesia no 39 tahun 2015 semuanya belum terpenuhi oleh
kedua produk ini. Produk Duppot Lannate 40 SP tidak melampirkan terkait perihal point R
pada subjudul label pestisida yang seharusnya yakni “pestisida yang bukan untuk tanaman
padi ditambahkan tulisan ‘tidak untuk tanaman padi’”, kemudian pada produk Match 50 EC
tidak melampirkan dua point pada subjudul label pestisida yakni point Q dan R. Point Q
mengenai petunjuk pemusnahan dan point R sama seperti kesalahan Produk Duppot Lannate
40 SP. Dengan demikian bahwa kedua produk tersebut belum memenuhi standart yang tertera
pada peraturan menteri pertanian no 39 tahun 2015.
Formulasi pestisida merupakan campuran antara bahan aktif dan bahan tambahan
(adjuvan) dalam pestisida tersebut. Formulasi pestisida dapat diketahui dari nama pestisida
yang terdapat di kemasannya. Nama pestisida selain mengandung nama dagang juga
mengandung bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif dari pestisida tersebut. Formulasi
sangat diperlukan dalam menentukan aplikasi pestisida yang tepat dan efektif serta keamanan
dalam penggunaan pestisida. Menurut Djojosumarto (2008) formulasi pestisida dapat
dikategorikan kedalam dua kelompok besar yaitu formulasi padat dan formulasi cair.
Formulasi padat terdiri dari wettable powder (WP), soluble powder (SP), butiran, water
dispersible granul (WG dan WDG), soluble granul (SG), dan tepung hembus. Formulasi cari
terdiri dari emusible concentrate (EC), water soluble concentrate ( WCS), aqueous solution
(AS), soluble liquid (SL), dan ultra low volume (ULV). Formulasi- formulasi ini ada yang
siap untuk digunakan ada juga yang masih perlu ditambah dengan air sebelum di aplikasikan.
Granul biasanya bisa langsung di aplikasikan, dalam praktikum terdapat pestida dengan
bentuk granul yang siap pakai yaitu insektisida dan nematisida berkode formulasi GR.
Pestisida dengan formulasi umpan (ready made bait) juga merupakan pestisida siap pakai,
dalam praktikum pestisida jenis rodentisida merupakan yang paling sering ditemukan dalam
formulasi ini. Selain itu dalam praktikum juga terdapat pestisida dengan formulasi tepung
yang siap pakai yaitu pestisida seed treatment dengan kode formulasi DS. Insektisida berkode
formulasi EC juga terdapat pada praktikum. Insektisida dengan formulasi EC merupakan
insektisida yang berbentuk pekatan dan dalam aplikasinya perlu dicampur dengan air terlebih
dahulu. Insektisida ini akan membentuk emulsi (seperti cairan susu) setelah dicampur dengan
air dan pada umumnya tidak memerlukan pengadukan secara terus menerus. Selain
insektisida berkode formulasi EC, pestisida yang membentuk emulsi pada praktikum yaitu
herbisida dengan kode formulasi SL.
Formulasi pestisida setelah dicampur dengan air sebelum aplikasi bisa juga membentuk
suspensi. Suspensi ini merupakan sediaan plipestisida yang akan mengendap kalau tidak
dilakukan pegadukan. Sehingga dalam pengakasian dibutuhkan pengadukan dengan
intensitas lumayan, kalau tidak diaduk bisa menyebebabkan penyumbatan pada nozel sprayer.
Pestisida pada praktikum yang membentuk suspensi yaitu fungisida dengan kode formulasi
WDG dan SC serta insektisida dengan formulasi WP. Terdapat pestisida yang akan
membentuk larutan homogen setelah dilarutkan dalam air. Larutan merupakan sediaan
pestisida yang tidak memelukan pengadukan secara terus- menerus dalam aplikasinya.
Pestisida yang terdapat pada praktikum yang akan berbentuk larutan saat dicampur dengan air
yaitu insektisida dengan kode formulasi SP, SG, dan L. Selain itu juga terdapat bahan
tambahan dengan kode formulasi AS, serta rodentisida dengan kode formulasi PS.

KESIMPULAN
Pendaftaran pestisida telah diatur oleh mentri pertanian guna menjamin mutu dan
efektifitas pestisida. Dalam Permentan no 39 tahun 2015 telah ditentukan standar label dalam
wadah pestisida. Dari hasil pengamatan pestisida Duppot Lannate 40SP dan Match 50EC,
pestisida tersebut belum memenuhi standar ketentuan label yang telah diantur dalam
permentan karena pada Duppot Lannate 40SP tidak mencantumkan keterangan pestisida tidak
untuk tanaman padi dan pada Match 50EC tidak mencantumkan keterangan petunjuk
pemusnahan serta keterangan pestisida tidak untuk tanaman padi. Formulasi pestisida yang
tertera pada nama pestisida dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu formulasi padat dan
formulasi cair. Formulasi pestisida setelah dicampur dengan air sebelum aplikasi dapat
membentuk larutan, suspensi, atau emulsi.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Ed revisi. Yogyakarta (ID):


Kanisius.
Rahmayani D. 2017. Hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pengguna
pestisida dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada petani di
Kabupaten Solok [Skripsi].[Internet]. Padang (ID) : Andalas. Dapat diunduh di
http://scholar.unand.ac.id/30001/.
Yulisal NW. 2018. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani padi dalam penggunaan
pestisida di Kota Solok Sumatera Barat. [Skripsi]. [Internet]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor. Dapat diunduh di https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93362

Anda mungkin juga menyukai