Wa0014
Wa0014
Disusun Oleh :
1. Adnan Al Thoriq (G1F012021)
2. Siti Rochmah Wargiyanti (G1F012023)
3. Nadial Uzmah (G1F012025)
4. Muhammad Khosyie Abror (G1F012027)
5. Okky Dian Pratiwi (G1F012029)
6. Fajar Mulia Budiman (G1F012031)
7. Winres Gita Aditya (G1F012033)
8. Firda Sani Wijayanti (G1F012035)
9. Vina Hilary Khaterina (G1F012039)
10. Abdul Khalim (G1F012041)
2014
FARMAKOTERAPI ASCITES, SIROSIS, DAN HEPATITIS B
A. KASUS
1. Identitas Pasien
2. Riwayat MRS
Tanggal MRS 06/09/13 Tanggal KRS
Riwayat -
Obat/Supplemen
Riwayat -
Lifestyle
Alergi -
N 92 78 80 80 80
RR 24 16 20 20 20
4. Data Laboratorium
Tanggal
Pemeriksaan Satuan
06/9/13
Hb g/dl 10,2
Ht % 29
Cr mg/dl 0,79
SGPT u/L 49
5. Pemeriksaan Penunjang
Nama Pemeriksaan : Hasil
Ultrasonografi
B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
a. Ascites
Ascites merupakan suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan tubuh
pada peritoneal, sehingga menyebabkan pembengkakan pada
peritoneal. Penyebab terjadinya ascites dapat dikarenakan adanya
hipertensi portal yang terjadi pada hati, hipoalbuminemia karena
sirosis dan peningkatan kadar aldosteron. Hipertensi portal ini
kemudian menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga perut
(Moore and Aithal, 2006).
Pada pasien ascites, penumpukan cairan ini akan memudahkan bakteri
untuk tumbuh pada medium cairan yang disebut SBP (spontaneous
bacterial peritonitis), sehingga diperlukan pencegahan terhadap infeksi
bakter tersebut. Sirosis membuat peningkatan kadar aldosteron dalam
cairan tubuh, peningkatan kadar aldoseteron ini sebagai respon dari
saraf simpatik untuk mengatasi vasodilatasi sistemik. Peningkatan
kadar aldosteron yang terakumuasi pada hepar mengakibatkan
hipertensi portal pada hepar dan vasodilatasi sistemik. Hal ini yang
menyebabkan pasien dengan sirosis asites merasa lemah dan tekanan
darah sistemik menurun. (Moore and Aithal, 2006)
b. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit inflamasi pada hati karena infeksi
virus hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat menular lewat transfuse
darah, ibu melahirkan yang terjangkit hepatitis, dan hubungan seksual.
Infeksi hepatitis B mengakibatkan sel-sel hepatosit mengalami lisis.
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual muntah, kadang-
kadang timbul gejala flu, mata dan kulit kuning yang didahului dengan
urin berwarna gelap (Depkes RI, 2007). Hal ini dikarenakan respon
sistem imun tubuh setelah infeksi HBV pada hati kemudian sel CD8+
sitotoksik dengan sel CD4+ mengeluarkan sitokin-sitokin pro
inflamasi yang megngakibatkan inflamasi pada daerah infeksi. BIla
infeksi ini dibiarkan sejak lama tanpa adanya penanganan lebih lanjut,
hepatitis dapat mengakibatkan sirosis hati atau hati mengeras
(Anonim, 2014).
c. Sirosis
Setelah terjadinya peradangan dan bengkak, hati mencoba
memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini
disebut fibrosis yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya.
Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan
mulai menyatu dalam tahap berikutnya disebut sirosis. Pada sirosis,
area hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi sikatriks.
Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak
dan hati mulai menciut serta menjadi keras (Depkes RI, 2007).
Sirosis hati dapat terjadi karena virus hepatitis B dan C yang
berkelanjutan, alkohol, perlemakan hati atau penyakit lain yang
menyebabkan sumbatan saluran empedu. Sirosis tidak dapat
disembuhkan, pengobatan dilakuakn untuk mengobati komplikasi yang
terjadi seperti muntah dan keluar darah pada feses, mata kuning serta
koma hepatikum Pemeriksaan yang dilakuakan untuk mendeteksi
adanya sirosis hati adalah pemeriksaan enzim SGOT-SGPT, waktu
protrombin dan protein(albumin-globulin) elektroforesis (rasio
albumin-globulin terbalik (Depkes RI, 2007)
2. Guideline Terapi
Algoritma Hepatitis B (Dipiro et al, 2008)
Pada algoritma diatas dijelaskan bahwa pada pengecekan ALT yang dialami
pasien mengalami peningkatan. Pada peningkatan ALT dijelaskan bahwa
pengobatan yang disarankan adalah Adefovir, entecavir atau PEG IFN.
Tetapi pengobatan yang kita berikan adalah entecavir.
Algoritma Sirosi dan Ascites (Starr & Daniel, 2011)
3. Assessment
(Retchman, 2010)
6) Antianemia
Penyakit hati sering dikaitkan dengan kelainan hematologi.
Anemia beragam etiologi terjadi pada banyak pasien.
Pendarahan adalah salah satu yang paling parah menyebabkan
anemia, dengan angka kematian yang tinggi, dan cacat
pembekuan darah memberikan kontribusi untuk anemia.
Mekanisme anemia lainnya meliputi anemia aplastik sekunder
hepatitis sebelumnya, atau efek samping pengobatan hepatitis
dengan interferon dan ribavirin. Pada pasien dengan penyakit
hati alkoholik, efek yang berbeda alcohol mungkin
berkontribusi terhadap anemia, seperti malabsorpsi, malnutrisi
atau efek toksik langsung. Patogenesis anemia dalam setiap
kasus berbeda dan penting untuk diterapi dengan tepat(Gisbert,
2009). Berdasarkan data laboratorium pasien kemungkinan
mengalami malnutrisi dan sindrom absorbsi (kemenkes, 2011)
dan berdasarkan Gisbert (2009) defisiensi asam folat dan
vitamin B12 digunakan pada pasien sirosis, oleh karena itu
terapi yang digunakan adalah suplemen Vitamin B-122,4 mcg
dan asam folat 400 mcg perhari.
Beberapa keluhan pasien yang tidak diberikan terapi
farmakologis :
Terapi diet tinggi karbohidrat
Terapi diet tinggi karbohidrat tidak perlu dilakukan karena
kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah
disfungsi hati dan menyebabkan penimbunan lemak pada hati
(Depkes RI, 2007).
Terapi antiemetic
Obat yang digunakan adalah ondansentron. Hal ini perlu
dilakukan jika keadaan sangat parah, gejala seperti muntah atau
diare yang hadir, orang yang terkena mungkin memerlukan
pengobatan untuk mengembalikan cairan dan elektrolit
(Nettleman and Bhupinder, 2014).
d. KIE
Untuk tenaga kesehatan lain:
Pengecekan albumin untuk memastikan keberhasilan bahwa
pemberian albumin itu berhasil
Pengecekan ALT untuk memastikan bahwa fungsi hati
mengalami pemulihan
Menginformasikan untuk menjaga kalori pasien agar kalori
yang dikonsumsi tidak berlebih karena akan dapat
menyebabkan penimbunan lemak pada hati
KIE untuk pasien :
Menjaga kebugaran pasien agar tidak lemas
Cara minum obat dan frekuensinya
Motivasi untuk melakukan diet kalori