Anda di halaman 1dari 34

Sejarah Islamophobia

Peran Snouck Hurgronje di Hindia Belanda


AGUNG WASPODO
KAJIAN DHUHA, MASJID BAITURRAHMAN
Depok, 12 Mei 2019
Snouck Hurgronje Berdedikasi Sampai Mati
• Kita Bagaimana ?

• Setelah Dr. Christiaan Snouck Hurgronje kembali ke Belanda ia menerima tawaran


keprofesoran di Universitas Leiden. Ia mengajar bahasa Arab, bahasa Aceh, serta
Pendidikan Islam. Ia terus menghasilkan banyak karya akademik yang
melambungkan namanya di Eropa untuk tema Dunia Arab dan Agama Islam; versi
orientalis tentunya.

• Snouck Hurgronje dianggap sebagai penasihat ahli di bidangnya oleh berbagai


negara Eropa dan karya-karyanya mulai diterjemahkan ke bahasa Jerman,
Perancis, dan Inggris.

• Hurgronje juga sempat ditawarkan jabatan di National Egyptian University


(sekarang Universitas Kairo) pada tahun id akumekret satisrevinu haubes ;1925
1927 nuhat adaP .hagneT rumiTia meninggalkan jabatan keprofesoran di
Universitas Leiden namun terus menjadi penasihat pemerintah Belanda urusan
koloni dan Islam sampai kematiannya tahun .1936

• Kuburannya terletak di baris 168 B


Telisik Ilmiah Kebijakan Hindia Belanda (1)
• Bahwa Pemerintah Hindia Belanda Konsisten Membela
Agama Kristen untuk Mengusir Ummat Islam itu Sudah
Lama Disimpulkan

• ▶️Profesor Dr. Karel Steenbrink ketika memberikan


kata pengantar pada tahun 1984 pada pembukuan
disertasi Prof. Dr. Husnul Aqib Suminto yang berjudul
"Politik Islam Hindia Belanda" secara jujur - atau
terpaksa - mengakui ketajaman analisis beliau:

• "Ternyata pemerintah kolonial (Belanda) memang tidak


bersikap netral di bidang agama (terhadap Ummat
Islam). Agama Kristen diberikan dukungan di daerah
dan bidang tertentu (ekonomi dan politik utamanya),
dengan alasan politis: untuk mengusir orang Islam dari
daerah (jajahan) tersebut.
Telisik Ilmiah Kebijakan Hindia Belanda (2)
• Perlu dicatat bahwa campur tangan Belanda terhadap agama Islam
ternyata bukan sekedar mencontoh pemerintah pribumi sebelumnya
[patut saya perdalam maksudnya], tapi justru untuk mengadakan
KOTROL, PENGAWASAN, dan kalau mungkin hendak memberikan ARAH
TERSENDIRI kepada Ummat Islam (di Indonesia)."

• ▶️ Prof. Dr. Karel Steenbrink pernah menjadi dosen tamu di IAIN


Jakarta (sekarang UIN Jakarta Syarif Hidayatullah) dan Yogyakarta
dalam rangka kerjasama Indonesia-Belanda tahun 1981-1988.

• ▶️ Saya mulai bisa memahami mengapa Steenbrink memuji tulisan


Prof. Dr. Husnul Aqib Suminto karena yang diserang secara khusus pada
bukunya adalah kantor Adviseur voor Inlandsche Zeken dan peran Dr.
Christiaan Snouck Hurgronje. Secara umum posisi Snouck Hurgronje dan
hegemoni Universitas Leiden memang berseberangan dengan berbagai
universitas lain, khususnya Universitas Utrecht tempat Steenbrink
menjadi peneliti. Namun, sekarang saya mungkin menemukan benang
merah baru perseteruan lintas universitas Belanda di dalam persaingan
pemikiran untuk kebijakan politik Hindia Belanda.
Telisik Ilmiah Kebijakan Hindia Belanda (3)

• 📚Kiri, buku karya Prof. Dr. Karel Steenbrink


berjudul "Kaum Kolonial Beladan dan İslam
Indonesia 1569-1942" terbitan ulang Gading,
Yogyakarta, 2017.

• 📚Kanan, buku karya Prof. Dr. Husnul Aqib


Suminto berjudul "Politik Islam Hindia Belanda"
terbitan LP3ES, Jakarta, 1985.
Keluarganya di Tatar Sunda (1)
• Menikah Empat Kali Sepanjang Hidupnya

• Foto barisan belakang, anak-anak Dr. Christiaan Snouck Hurgronje dari isteri
keduanya yang bernama Sangkana, berdiri dari kiri: Ibrahim, Aminah, Salmah
Emah, dan Umar

• Foto barisan depan, duduk dari kiri: Raden Aju Lasmitakusumah yang merawat
keempat anak Snouck Hurgronje setelah ibunya, Sangkana, meninggal dunia.
Kemudian, Siti Sadijah (isteri ketiga Snouck) yang memangku anak tunggal Snouck
yang bernama Raden Joesoef, satu-satunya anak laki-laki Snouck yang masih hidup
hingga foto ini dipublikasikan.

• Isteri pertama Snouck Hurgronje dinikahi di Jeddah sekitar tahun 1884-85 ketika
dia memata-matai jama'ah haji Hindia Belanda. Isteri keduanya adalah Sangkana
yang dinikahi pada tahun 1890, yaitu puteri dari Raden Haji Mohammad Ta'ib
penghulu Ciamis. Sangkana meninggal pada tahun 1896 ketika melahirkan anak
kelima Snouck. Isteri ketiganya adalah Siti Sadijah yang dinikahinya tahun 1898,
yaitu puteri wakil penghulu Bandung.
Keluarganya di Tatar Sunda (2)
• Raden Joesoef adalah satu-satunya anak laki-laki Snouck yang
hidup dan memiliki 11 anak. Anak pertamanya Eddy Joesoef
menjadi atlit terkenal yang tergabung dalam tim bulu tangkis
Indonesia 🇩🇮tahun 1958 yang pertama kali memenangi Piala
Thomas di Singapura.

• Snouck Hurgronje kembali ke Belanda pada tahun 1906 dengan


meninggalkan seluruh keluarganya. Setelah di Belanda, pada
tahun 1910 ia menikah untuk keempat kalinya dengan Ida
Maria, puteri Dr. A.J. Gort, pendeta di Zutphan.

• Pada tahun 1913 ia dikukuhkan menjadi guru besar di


Universitas Leiden. Prof. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje
menekuni profesi sebagai Penasihat Kerajaan Belanda untuk
Urusan Koloni sampai akhir hidupnya 16 Juli 1936.
Keluarganya di Tatar Sunda (3)
• Tambahan catatan:

• 1. Snouck Hurgronje sendiri mengatakan bahwa dia adalah pengamat


bukan partisipan sehingga Kevin Fogg (2014) meragukan syahadatain-
nya di Jeddah,

• 2. Walau secara syarat Snouck telah dianggap Islam, namun Van


Koningsveld dalam Laffan (2011) menyatakan Snouck Hurgronje
mempertahankan keyakinannya (Kristen) karena profesinya,

• 3. Waktu yg dihabiskannya di Makkah sebagai mualaf tidak mengubah


pandangan (negatifnya) atas Islam menurut Albert Hourani (1991),
bahkan mengubah kostum yang dipakainya selama di Hijaz,

• 4. Snouck Hurgronje tertuduh spionase dan membunuh ketika berada


di Hijaz sehingga diusir oleh petugas Turki Utsmani (Laffan, 2003),
Orang Kepercayaan Snouck (1)
• Memanfaatkan atau Dimanfaatkan Lawan?

• Keberhasilan Snouck Hurgronje dalam memengaruhi kebijakan Belanda untuk


menjaga kelangsungan penjajahan atas Hindia Belanda sudah banyak dibahas,
walau belum benar-benar tuntas.

• ⚠️ Namun sering diabaikan adalah peran para informannya serta keterlibatan


mereka di belakang layar dalam membentuk persepsi Snouck Hurgronje. ⚠️
Entah itu, atau Snouck sendiri sudah punya target dan hanya memanfaatkan
"insider look" dari para informan pribumi tersebut.

• 1 & 2. Sebut saja Raden Aboe Bakar Djajadiningrat (1854-1914) dan dr. Abdul
Ghaffar ibn Abdurrahman al-Baghdadi yang banyak membantunya selama di
Jeddah dan Makkah.

• 3 & 4. Juga, Muhammad Rusjdi sebagai Penghulu (Hoofd) Aceh dan Teungku
Muhammad Nurdin sebagai sekretarisnya selama penugasan di Aceh.
Orang Kepercayaan Snouck (2)

• 5. Sayid Uthman (Osman/Utsman, 1822-1913) seorang


keturunan Arab yang diangkat menjadi Mufti Betawi karena
cenderung akomodatif terhadap pemerintah Belanda.

• 6. Hasan Mustapa (1852-1930) yang menyertainya keliling Tatar


Sunda dan Jawa, kemudian diangkat menjadi Penghulu (Hoofd)
Kutaraja 1893-95 dan Hoofd Bandung sejak 1896.

• Buku karya Dr. Jajang A. Rohmana ini mengupas sosok


keenam yaitu Haji Hasan Mustapa yang lahir di Garut tahun
1852. Beliau adalah sastrawan Sunda terbesar dengan puluhan
karya prosa dan belasan ribu bait puisi Dangding Sunda.
Orang Kepercayaan Snouck (3)
• Haji Hasan Mustapa pernah tinggal di Makkah selama belasan tahun (1860-
62, 1869-73, 1880-1885) dan bertemu Snouck Hurgronje di kota suci pada
akhir mukimnya. ⚠️ Perlu diketahui bahwa Snouck Hurgronje menyusup ke
Makkah dengan mengaku mualaf dalam rangka memata-matai jama'ah haji
Hindia Belanda. Melihat potensi yang dimiliki Hasan Mustapa, Snouck
Hurgronje berjanji akan bertemu kembali. Menurut Algadri, baik Aboe Bakar
Djajadiningrat maupun Haji Hasan Mustapa menjalin hubungan baik dengan
Snouck bukan semata karena kemanfaatan kedekatan dengan seorang
pejabat Belanda, ⚠️ namun adanya keyakinan bahwa Snouck adalah muslim
sejati.

• Surat-menyurat antara Mustapa dan Hurgronje ditulis menggunakan bahasa


Arab fushah karena keduanya menguasai bahasa tersebut. Mereka berdua
bertemu kembali pada tahun 1889 ketika Snouck Hurgronje ditugaskan ke
Hindia Belanda. Haji Hasan Mustapa direkomendasikannya menjadi Hoofd
Kutaraja yang dijabat tahun 1893-1895. Hasan Mustapa dipindahkan
menjadi Hoofd Bandung pada 1896; jabatan yang diembannya cukup lama
hingga tahun 1917.
Orang Kepercayaan Snouck (4)
• Tidak lama setelah itu Snouck Hurgronje menikahi Sangkana (w. 1896) puteri Penghulu
Besar Ciamis, Muhammad Ta'ib. Snouck Hurgronje dikaruniai empat anak dari Sangkana,
yaitu Salmah Emah, Umar, Aminah, dan Ibrahim. Setelah Sangkana wafat, Snouck
Hurgronje menikahi Siti Sadijah (1885-1974) pada tahun 1898 pada usianya 13 tahun.
Snouck Hurgronje dikaruniai R. Jusuf sebagai anak semata wayangnya. Siti Sadijah adalah
anak Wakil Penghulu Bandung, R.H. Muhamad Su'eb.

• Setelah Snouck Hurgronje kembali ke Belanda pada tahun 1906, Hasan Mustapa terus
menjalin komunikasi via surat hingga 9 Agustus 1923 beberapa tahun sebelum beliau
meninggal tahun 1930. ⚠️ Snouck memanfaatkan kedekatan tersebut untuk terus
memantau perkembangan kebijakan pemerintah Hindia Belanda atas Ummat Islam;
khususnya tentang Islam dalam praktik lokal serta dunia Tarekat. Menurut Dr. Jajang
Rohmana, informasi tentang tarekat yang disampaikan oleh Haji Hasan Mustapa "cukup
melembutkan" pandangan Snouck atas "bahaya tarekat" pasca Pemberontakan Cilegon
1888.

• Snouck Hurgronje (lahir 1857) yang pernah menyatakan dibaiat dalam Tarekat Syattariyah
itu mati pada tahun 1936 di Belanda. Apakah Hasan Mustapa dimanfaatkan oleh Snouck
Hurgronje tanpa beliau sadari atau sebaliknya, masih perlu direnungkan kembali.
Koneksi Snouck di Jeddah (1)
• Kitab Muhimmat an-Nafais, Tak Lekang oleh Waktu

• Michael Laffan dalam artikelnya "Raden Aboe Bakar - Sebuah Catatan Pengenalan
terhadap Informan Snouck Hurgronje di Jeddah (1884-1912)" mencatat beberapa
hal penting terkait keterhubungan antara ulama lokal di Nusantara dan ulama
Nusantara di Makkah:

• Abad ke-19 membawa Jazirah Arab ke dalam sistem perekonomian dunia.


Pertama, karena penemuan kapal uap yang memungkinkan efisiensi pelayaran
serta dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869 yang menghidupkan jalur pelayaran
Laut Merah. Faktor signifikan lainnya adalah meningkatnya kemakmuran kaum
strata atas di Jawa dan Sumatera yang memungkinkan ibadah haji dilakukan oleh
banyak orang (Vredenbregt 1962). Faktor tersamar yang mendukung kesimpulan
tersebut tentu saja peningkatan kesadaran religius di kalangan muslim elit berkat
da'wah para ulama.

• Para hujaj asal Nusantara selama berada di Makkah berinteraksi tidak hanya
dengan komunitas muslim dari berbagai belahan Dunia Islam, tetapi juga dengan
komunitas musilm dari Hindia Belanda. Khususnya, berinteraksi dengan para ulama
yang mukim di Makkah.
Koneksi Snouck di Jeddah (2)
• Para ulama asal Hindia Belanda yang mukim di Makkah berperan penting sebagai
pakar rujukan bagi berbagai masalah Islam yang berkembang di Hindia Belanda.
Ketika ulama lokal tidak dapat memecahkan masalah maka mereka menyurati
ulama yang mukim di Makkah untuk mencari keputusan. Posisi ulama yang mukim
di Makkah itu strategis karena memiliki akses terhadap khasanah keilmuan dari
berbagai ulama mancanegara.

• Surat menyurat antara ulama di Nusantara dengan ulama Nusantara yang mukim di
Makkah tidak hanya mengenai masalah perjuangan melawan penjajah Belanda
serta seruan jihad, namun juga masalah fiqih yang menjadi polemik di Hindia
Belanda. Korespondensi yang intensif ini menghasilkan sebuah karya kompendium
fatawa berjudul Muhimmat an-Nafais.

• Kitab bilingual khas Bilad al-Jawa tersebut baru diterbitkan tahun 1892. Bahkan,
kompendium fatawa itu terus dipakai hingga 1920-30an (Kaptein 1997). Bahwa
kitab itu terus lama dipakai memberi sebuah gambaran bahwa pemikiran yang
dicurahkan para ulama era 1870-80 cukup berwawasan ke depan serta meliputi
berbagai aspek yang terus relevan.
Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (1)
• Ketika Indonesia masih dijajah Belanda, keberadaan Het
Kantoor voor Inlandsche Zeken (HKvIZ) memang identik dengan
otak Islamophobe* di belakangnya yaitu Dr. Christiaan Snouck
Hurgronje.

• Namun sejak pendiriannya tahun 1899 kantor urusan Pribumi


itu mengalami pasang surut sesuai dengan pergantian kepala
penasihat (adviseur), karakter Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, serta situasi kondisi di Hindia Belanda dan Kerajaan
Belanda di Eropa.

• Secara umum terjadi enam kali perintah khusus yang


dikeluarkan untuk HKvIZ ini sesuai tantangan serta ancaman
yang dianggap paling mendesak untuk ditangani:
Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (2)
• 1. Instruksi pertama tahun 1899 turun ketika HKvIZ
masih di bawah Departemen Pendidikan dan Agama.
Kepala penasihat pada saat itu dijabat oleh Dr. C.
Snouck Hurgronje.

• 1899-1906 Dr. C. Snouck Hurgronje

• 1899-1914 Adv. Hon. Sayid Oethman

• ⚠️ Instruksi 1899 ini fokus pada penelitian lembaga


Islam, masalah pribumi, dan masalah (keturunan)
Arab. ➡️ Terjadi kekhawatiran akan adanya
pemberontakan dari Ummat Islam untuk
memerdekakan diri dari kolonialisme.
Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (2)
• 3. Instruksi ketiga tahun 1909 turun ketika kepala penasihat masih dijabat
oleh Dr. G.A.J. Hazeu.

• ⚠️ Instruksi 1909 ini fokus pada pendidikan anak-anak pribumi keturunan


bangsawan serta mengakomodasi permintaan tertentu atau orang tuanya.
➡️ Terjadi upaya untuk memengaruhi kalangan Islam abangan serta elit
priyayi agar tidak sejalan dengan semangat kemerdekaan yang bersumber
dari ajaran Islam.

• Pergantian kepala penasihat HKvIZ antara instruksi ketiga dan keempat:

• 1914-1916 Dr. D.A. Rinkes


• 1917-1920 Dr. G.A.J. Hazeu (periode kedua)
• 1920-1921 (pos jabatan vakum)
• 1921-1922 R.A. Kern
• 1923 E. Gobee
• 1924-1926 R.A. Kern (periode kedua)
• 1927-1937 E. Gobee (periode kedua)
Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (3)
• 1920-1925 Adj. Adv. Dr. Hoesein Djajadiningrat
• 1920-1924 Adj. Adv. Dr. BJO Schrieke
• 1929-1931 Adj. Adv. Ch.O. van der Plas

• 4. Instruksi keempat baru turun lagi tahun 1931 ketika


kepala penasihat sudah beralih kepada E. Gobee periode
kedua.

• Keluar keputusan bahwa kepala penasihat HKvIZ langsung


bertanggung-jawab kepada gubernur jenderal Hindia
Belanda. Keputusan lainnya adalah dilarangnya
perjalanan dinas kepala penasihat kecuali atas izin
gubernur jenderal.

• ⚠️ Instruksi 1931 ini fokus pada:


Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (4)
• 4.1. ⚠️ Penelitian tentang pergerakan agama, politik, dan
kebudayaan masyarakat pribumi, ➡️ terjadi upaya pengendalian
atas meningkatnya perlawanan pada tatanan politik secara masif.

• 4.2. ⚠️ Mencari informasi tentang pergerakan masyarakat


(keturunan) Arab dan aliran kerohanian (tarekat dan sufi) dalam
Islam hingga ke jaringan di luar Hindia Belanda, ➡️ terjadi
kekhawatiran bahwa kemerdekaan Indonesia mendapatkan
sokongan dari jaringan Islam di luar negeri.

• 4.3. ⚠️ Memperhatikan masalah haji sebagai prioritas utama, ➡️


terjadi pengulangan ketakutan akan jama'ah haji Hindia Belanda
menjadi pusat pergerakan kemerdekaan.

• 4.4. ⚠️ Mempelajari ilmu bahasa dan etnografi bila dianggap perlu
dalam tugas, ➡️ terjadi upaya untuk mengangkat budaya lokal
sebagai penyeimbang ajaran Islam dalam kebangkitan kesadaran
untuk merdeka.
Enam Instruksi Pelemahan &
Penghambat Kemerdekaan (5)
• 5. Instruksi kelima tahun 1934 turun ketika kepala penasihat masih dijabat oleh E.
Gobee.

• 6. Instruksi keenam tahun 1939 turun ketika kepala penasihat sudah beralih kepada Dr.
G.F. Pijper sebagai pejabat terakhir sebelum Hindia Belanda dikuasai Jepang.

• 1932-1937 Adj. Adv. Dr. GF Pijper


• 1937-1942 Dr. G.F. Pijper

• ⚠️ Instruksi kelima 1934 dan keenam 1939 keduanya fokus pada hak pengangkatan,
skorsing, dan pemberhentian pegawainya, hak untuk mekenaikan gaji berkala serta
pemberian cuti, serta memerintahkan pegawai Dinas Purbakala untuk perjalanan dinas
dengan berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan dan Agama, Departemen Jawatan
Pengawasan, serta Departemen Pemeriksa Keuangan. ➡️ Terjadi upaya serius untuk
melibatkan peran birokrat pribumi dalam mencegah kebangkitan kemerdekaan yang
dipelopori oleh Ummat Islam di Hindia Belanda.

• Husnul Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta: 1985, pp.102-106.
• *Islamophobe adalah prasangka dan diskriminasi atas Islam dan Muslim.
Jangan Mudah Tertipu (1)
• Tertipu Peci, Jubah, dan Seolah (dekat) Ulama
• Pakai peci juga, pakai jubah juga, tapi ini bukan sembarang orang, dia Christiaan
Snouck Hurgronje..
• Bahkan dia ubah nama Londo-nya menjadi Abdul Ghaffar dan belajar Islam serta
bahasa Arab demi menyusup ke Makkah dari posnya di Konsulat Hindia Belanda di
Jeddah. Alhamdulillah, samaran ini hanya bertahan delapan bulan.
• Untuk apa?
• Untuk mengamati dari dekat apa saja kegiatan jama'ah hajji Hindia Belanda selama
di Makkah. Setelah samaran Snouck terbongkar oleh pihak keamanan, ia diusir keluar
Haram oleh petugas hajji Kekhilafahan Turki Utsmani. Ya betul, kedua tanah suci
masih di bawah pengelolaan kekhilafahan; bahkan termasuk kota suci ketiga Masjidil
Aqsha. Snouck kemudahan balik ke Jeddah, apakah misinya selesai?
• Belum!
• Setelah itu, Snouck naik jabatan menjadi penasihat bagi Kantor Urusan Agama Islam
dan Keturunan Arab di Hindia Belanda. Snouck juga memata-matai keturunan Arab di
Hindia Belanda yang dicurigai menyebarkan paham "radikal" yaitu memberontak
kepada penjajah Belanda. Iya betul, Ummat Islam yang mau merdeka dari
kolonialisme disebut radikal. Snouck juga mencurigai Konsulat Jenderal Turki
Utsmani yang dulu berkedudukan di Tanah Abang, Batavia.
Jangan Mudah Tertipu (2)
• Salah satu rekomendasi kebijakan yang Abdul Ghaffar keluarkan adalah:

• 1. Muslim yang hanya beribadah (mahdhoh, ritual) saja, perlu didukung


atau dibiarkan,
• 2. Muslim yang berjiwa sosial (mengembangkan usaha perdagangan yang
berpotensi menyaingi dominasi Etnis Cina, bahkan menyantuni kaum
mustadh'afin), harus diawasi,
• 3. Muslim yang berpolitik, harus ditangkap.

• Bahkan ketiga kebijakan di atas secara tidak langsung disetujui oleh


Mufti Batavia, Sayyid Othman (Utsman/Osman) ibn Yahya al-Alawi yang
melarang melawan Belanda karena dianggap kesia-siaan dan tidak
bernilai jihad. Tokoh mufti ini terkenal kontroversial bahkan di kalangan
keluarga besar keturunan Hadhramaut di Hindia Belanda.
Rencana & Makar Allah (1)
• Agoes Salim, Rencana Snouck, dan Doa Ibu
• Antara Batavia dan Mekkah

• Ketika menyisiri halaman pada buku Batavia saya terhenti pada halaman gedung
Gymnasium Willem III yang sekarang menjadi bagian dari kompleks Gedung
Perpustakaan Nasional, Salemba. Seingat saya Agoes Salim pernah sekolah di sini.
🌏 Lalu, saya terbawa mundur ke waktu yang lalu.

• Pahlawan nasional Agoes Salim dilahirkan dengan nama Masjhoedoelhak Salim


( )‫مشهود الحق سليم‬di Kota Gadang, 8 Oktober 1884, Sumatera Barat. Beliau lahir dari
ayah, Soetan Mohammed Salim seorang pejabat hakim (Kadi) di Tanjung Pinang,
Riau. Sebagai pegawai Belanda, ayahnya ⚠️ melawan tradisi Minang yang
cenderung menjauhi institusi Belanda sejak kekalahan Perang Paderi, dengan
menyekolahkan Agus Salim muda ke sekolah Belanda.

• Mendapatkan perhatian dari guru Belandanya, Salim ⚠️ mengadopsi nama Eropa


dengan julukan August, kemudian menjadi Agus. Agus Salim meneruskan sekolah
ke Gymnasium Willem III di Weltevreden, Batavia, yang telah dibuka sejak 1860.
Sekolah elit ini diperuntukkan bagi anak keluarga Eropa yang berpenghasilan
menengah serta dari kalangan Eurasia yang mukim di Batavia, Hindia Belanda.
Rencana & Makar Allah (2)
• Pada tahun 1901, setelah melalui proses yang panjang, pidato Ratu
Wilhelmina menyinggung pentingnya perhatian pada kesejahteraan
koloni Belanda, khususnya pulau Jawa. Sebuah pidato yang melahirkan
kebijakan yang kemudian dikenal luas sebagai Ethical Policy, Kebijakan
Etis. ⚠️ Tentu ada tujuan terselubung, mengingat kebijakan ini tidak
lepas dari masukan Prof. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang
mengepalai urusan kepribumian di Hindia Belanda sejak 1891.

• Tujuan terselubung Snouck adalah menimbulkan "emansipasi pendidikan"


agar pribumi Indonesia ⚠️ keluar dari, apa yang ia istilahkan, varian
Islam Abad Pertengahan. Snouck Hurgronje yang telah menghabiskan
banyak waktu memata-matai jama'ah haji Hindia Belanda ketika ia
ditugaskan di Jeddah pada akhir dekade 1880an. ⚠️ Bahkan Snouck tidak
segan berpura-pura masuk Islam dengan nama Syeh Abdul Gafar dan
belajar Islam untuk mengelabui petugas Turki Utsmani di Makkah.

• Perangkat lainnya, sebagai penguat dari tujuan Snouck Hurgronje di atas


menurut Prof. Dr. Husnul Aqib Suminto (1985:4-6) adalah dengan ⚠️
mengangkat dan menguatkan kembali kepala adat serta adat-istiadat
lokal pra-Islam untuk ⚠️ membenturkannya dengan sekaligus ⚠️
menggerus peran ulama dalam menanamkan Islam sebagai sendi
kebudayaan Indonesia.
Rencana & Makar Allah (3)
• Dalam kehidupan intelektual, Agus Salim sempat terpana dengan dr. Abdul Rivai,
juga asal Sumatera Barat, yang mengepalai majalah bulanan Bintang Hindia. Dr.
Abdul Rivai menggagas pemikiran Bangsawan Pikiran (intellectual aristocrats) yang
⚠️ sejalan dengan tujuan emansipasi pendidikan ala Snouck Hurgronje. Pemikiran
dr. Abdul Rivai digandrungi oleh siswa pribumi yang bersekolah di institusi
pendidikan Belanda. Bahkan Agus Salim pernah bertekad untuk sekolah di Belanda
mengikuti jejak dr. Abdul Rivai pujaannya. Bahkan menurut Cote (1992), Kartini
pun pernah terkesima dengan dr. Abdul Rivai.

• Agus Salim yang lulus dari KW III School, nama lain Gymnasium Willem, sebagai
siswa terbaik mendapatkan perhatian dari HCC Clockener Brousson. Brousson
adalah rekan Rivai yang bekerja di Batavia. Brousson pernah menulis satu kolom
khusus tentang Agus Salim pada Bintang Hindia dengan pujian: "Seorang pemuda
yang periang dengan cita-cita hidup yanh tinggi dengan bakat yang nampak
sebagai pembelajar cepat" Bintang Hindia vol. 1, no. 20, terbit 3 Oktober 1903.
⚠️ Hati-hati terhadap pujian!

• Dengan segudang prestasi serta keternamaan, Agus Salim muda belum juga
mendapatkan peluang sekolah ke Belanda yang ia idamkan. Atas saran dari Snouck
Hurgronje untuk masuk ke Kantor Kolonial, Agus Salim diarahkannya untuk bekerja
sebagai pegawai Belanda. Keluarganya merasa senang, ketika Agus Salim
mendapatkan rekomendasi dari Snouck untuk magang sebagai trainee penerjemah
(dragoman) di kantor Konsulat Hindia Belanda di Jeddah.
Rencana & Makar Allah (4)
• Pada awalnya, pejabat Residence Sumatera Barat, keberatan dengan rekomendasi
Snouck Hurgronje ini. Hal itu disebabkan karena khawatir Agus Salim muda
bertemu dengan kerabatnya, ⚠️ Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi ulama
Sumatera Barat yang mukim di Makkah, yang tekenal anti Belanda. Khusus untuk
menjawab kekhawatiran ini, Prof. Dr. Snouck Hurgronje mewawancari Agus Salim
muda. ⚠️ Hasil beberapa kali wawancara khusus keislaman oleh profesor
Orientalis yang juga Islamophobe tersebut menyimpulkan bahwa "Agus Salim tidak
cukup Islami untuk terpengaruh oleh pamannya." Betapa kelirunya assessment
Snouck Hurgronje kali ini!

• Sebenarnya Agus Salim muda ragu-ragu untuk berangkat karena ia tahu betapa
kecilnya gaji seorang trainee di Jeddah. Namun doa dan dukungan ibunya yang
mendorongnya berangkat melalui Singapura. ❤️ Betapa berkahnya doa seorang
ibu yang shalihah. Interaksi Agus Salim dengan Syekh Ahmad Khatib al-
Minangkabawi inilah yang kelak mengembalikan beliau dari pemikiran sekuler ala
Belanda menuju nasionalis relijius yang kita lebih kenal atas beliau.

• Sumber:
• * Laffan, Between Batavia and Mecca - Images of Agoes Salim from the Leiden
University Library, 2003
• * Merrilees, Batavia in Ninteenth Century Photographs, 2004
• * Suminto, Politik İslam Hindia Belanda, 1985
Rencana Besar Mereka (1)
• Persahabatan antara Snouck dan Abendanon
• Dua Orang yang Energetik di Hindia Belanda

• Jacques Henrij Abendanon, sering disingkat


• J.H. Abendanon lahir di Paramaribo, Suriname 1852 dan
wafat di Monako 1925. Pernah menjabat sebagai Menteri
Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan di Hindia Belanda antara
tahun 1900-1905.

• J. H. Abendanon datang ke Hindia Belanda pada tahun 1900.


Ia ditugaskan oleh Belanda untuk melaksanakan Politik Etis.
Karena baru tiba di Hindia Belanda, Abendanon tidak
mengetahui seluk-beluk masyarakat Hindia Belanda dan
tidak paham bagaimana dan dari mana ia memulai
programnya. Untuk keperluan itu, Abendanon banyak
meminta nasihat dari temannya, Christiaan Snouck
Hurgronje.
Rencana Besar Mereka (2)
• Di bawah Abendanon, sejak tahun 1900 mulai berdiri sekolah-sekolah
baik untuk kaum priyayi maupun rakyat di daerah-daerah. Pada tahun
ini sekolah Hoofdenscholen (sekolah para kepala) yang lama diubah
menjadi sekolah yang direncanakan untuk menghasilkan pegawai-
pegawai pemerintahan dan diberi nama baru OSVIA (Opleiding School
Voor Inlandsche Ambtenaren). Kaum pegawai Hindia Belanda disebut
ambtenaar.

• J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang


pernah dikirimkan R.A. Kartini kepada para temannya di Eropa. Buku
itu diberinya judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Habis Gelap
Terbitlah Terang. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada
1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

• Foto: menariknya foto ini diambil di kota pelabuhan Jeddah, di


Konsulat Hindia Belanda, tahun 1884. Pada kesempatan ini Snouck
Hurgronje (berdiri baju jubah putih) dan Abendanon (duduk paling
kanan) bertemu sebelum keduanya berpisah. Snouck menyusup ke
Makkah 1884-85 dan Abendanon lanjut ke Hindia Belanda untuk
menempati pos barunya sebagai pejabat Belanda.
Kyai Sholeh Darat (1)
• KH Sholeh Darat Melawan Kebijakan Belanda Menerjemahkan al-Qur'an ke Bahasa Jawa,
Menyentuh Jiwa RA Kartini

• Kebijakan kolonial Belanda dalam meredam kebangkitan kaum pribumi yang mayoritas Ummat
Islam adalah melarang menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa Jawa maupun Latin. Ancaman
atas pelanggaran ini cukup berat dan buku terjemah itu dibakar (1).

• 📖 Belanda tentu memiliki cukup banyak orientalis di universitasnya, termasuk Prof. Dr. FK Holle
dan Prof. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, yang memahami bahwa jika penduduk pribumi
mengerti kandungan al-Qur'an maka cengkraman mereka akan Hindia Belanda akan segera lepas.

• Mengingat RA Kartini tidak mampu membaca Bahasa Arab maka menurut Taufiq Hakim (2016:170)
muncul sikap sinis terhadap Islam. Sehingga, ketika beliau belajar al-Qur'an yang dirasakan
hanyalah kehampaan karena hanya belajar mengeja dan membaca (2).

• Hal lain yang membuat RA Kartini menjadi frustrasi adalah ketika ia meminta gurunya
mengartikan ayat al-Qur'an, sang guru memarahinya, demikian menurut Taufiq Hakim (2016:171).
Kegelisahan sebagai muslimah yang merasa kurang memahami Islam dituangkan beliau dalam
suratnya kepada Stella EH Zeehandelaar tertanggal 6 November 1899:
Kyai Sholeh Darat (2)
• "Qur'an terlalu sutji, tiada boleh diterjemahkan ke dalam bahasa mana djuapun."

• 📖 Sayang sekali kita tidak memiliki cukup informasi siapa guru ngaji RA Kartini yang
memarahinya itu. Akan menarik jika dapat memetakan seperti apa pengaruh Belanda dalam
memaksa kaum terdidik Islam agar patuh pada kebijakan pelarangan menerjemah al-Qur'an

• Ketidakmampuan RA Kartini dalam memahami Bahasa Arab tak lantas membuatnya meninggalkan
Islam, melainkan membuatnya penasaran.

• 📖 Tentu ini adalah ciri mulia seorang RA Kartini yang fitrahnya sebagai muslimah ingin
mengetahui hakikat ad-Din al-Islam secara utuh, bukan sebatas ritual yang "diinginkan" Belanda
serta guru ngajinya tadi.

• Qadarullah, Kiai Haji Sholeh Darat (1820-1903) diundang memberi pengajian di pendopo rumah
Bupati Demak, Pangeran Ario Hadiningrat, pamannya RA Kartini. Pengajian tahun 1901 M (dua
tahun sebelum beliau menikah) itu mengupas tafsir Surah al-Fatihah dengan Bahasa Jawa yang
dapat dipahami beliau. Mendengar pengajian KH Sholeh Darat, RA Kartini pun terkesima karena
sekarang dia bisa memahaminya lebih daripada sekadar membacanya (3).
Kyai Sholeh Darat (3)
• Seusai pengajian, RA Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui KH Sholeh Darat.
Dalam pertemuan itu beliau menyatakan:

• "Saya perlu menyampaikan rasa berterima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Romo Kiai. Saya
bersyukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas keberanian Romo Kiai menerjemahkan
Surah Al-Fatihah ke dalam Bahasa Jawa sehingga mudah dipahami dan dihayati oleh masyarakat
awam, seperti saya. Kiai lain tidak berani (melawan kebijakan Belanda) seperti itu, sebab kata
mereka al-Qur'an tidak boleh diterjemahkan (mengikuti kebijakan pembodohan Belanda) ke
bahasa lain, atau Bahasa Jawa" (4).

• 📖 Adalah sebuah kemuliaan akhlaq seorang muslimah yang ditampilkan oleh RA Kartini ketika
meminta pamannya untuk menemui KH Sholeh Darat. Kontras dengan Kartini masa kini yang bebas
khalwat, bercampur baur dengan yang bukan mahramnya.

• Dari pertemuan tersebut, RA Kartini selanjutnya mengikuti beberapa pengajian KH Sholeh Darat.
Dalam beberapa pertemuan tersebut, beliau secara halus meminta agar bersedia menerjemahkan
al-Qur'an ke dalam Bahasa Jawa (Taufiq Hakim, 2016:176). Menurut Ensiklopedia Nahdlatul Ulama
permintaan itulah yang menjadi salah satu alasan KH Sholeh Darat mempercepat penulisan kitab
Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam al-Malik ad-Dayyan pada tahun 1321 H/1894 M. Namun,
menurut penelitian Taufiq Hakim (2016:176) hal ini agak janggal karena ketika tafsir itu dimulai
tahun 1890 usia RA Kartini (lahir 1879) baru 15 tahun (5). Disamping itu tafsir KH Sholeh Darat ada
juga yang berjudul Hidayat ar-Rahman yang selesai tahun 1893 dan dicetak 1896 oleh Maktab min
Daril Kitab, Semarang pada 1896.
Kyai Sholeh Darat (4)
• Kitab tafsirnya yang mana yang dihadiahkan KH Sholeh Darat kepada RA Kartini pada pernikahannya dengan
Bupati Rembang, RM Joyodiningrat, masih perlu peneliti lebih lanjut menurut Taufiq Hakim (2016:177). Namun
yang jelas, melalui perjuampaannya dengan KH Sholeh Darat, RA Kartini menjadi lebih mencintai Islam. Namun
sayangnya tafsir itu baru sampai Juz-6 sebelum KH Sholeh Darat wafat tahun 1903. Jelas bahwa kitab tafsir
tersebut sangat memengaruhi tulisan-tulisan akhir RA Kartini yang semakin sering menyebut "tjahaja" sebagai
bentuk kebangkitan.

• Baik kumpulan surat RA Kartini yang diterbitkan Balai Pustaka maupun Djembatan tidak ditemukan secara
eksplisit kata-kata "dari gelap menuju terang" kecuali "habis malam datanglah siang." Beliau menyebut "orang
tua, karena kami jang tersesat telah balik kepada dijalan yang benar" dan "menjerahkan naskah bahasa Djawa,
banjak pula jang ditulis dengan huruf Arab" seperti mengisyaratkan tentang peran besar KH Sholeh Darat.
WalLaahu a'lam.

• Sumber induk: Hakim, Taufiq. 2016. Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad 19-20 Masehi.
Indes: Yogyakarta.
• 1. Anonim, 2016. "Biografi KH Sholeh Darat" dalam Syarah al-Hikam: KH Sholeh Darat, Maha Guru Para Ulama
Besar Nusantara 1820-1903, (terj.) Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah, Depok: Penerbit Shaifa, hlm. xxxix.
• 2. Chamami, M. Rizka, Fakta Jawaban KH Sholeh Darat atas Kegelisahan Kartini, www.nu.or,id 2016.
• 3. Anonim, 2016. hlm. xxxviii-xxxix.
• 4. Anonim, 2016. hlm. xxxviii.
• 5. Pengakuan Ki Musa al-Machfud dalam Taufiq Hakim, 2016, hlm. 176.
Jawa Dipisahkan dari Islam? (1)

• Menurut Karel Steenbrink dalam bukunya Dutch Colonialism


and Indonesian Islam* Contacts and Conflicts 1596-1950
pemisahan Jawa dari Islam adalah gagasan 📒 Snouck
Hurgronje serta 📒 Van Lith.

• Keduanya tentu merencanakan itu guna menjinakkan


perlawanan Ummat Islam sekaligus menyebarkan misi
Kristenisasi. Tidak hanya melalui misi kristenisasi, namun
pemerintah Hindia Belanda pun dipengaruhi untuk
mendukung melalui kebijakan pendidikan serta politik yang
selaras.
Jawa Dipisahkan dari Islam? (2)
• Nama lain yang patut dicatat adalah 📒 Hendrik Kreamer sebagai
tokoh penting dalam Studi Agama dan Kebijakan Pemerintah
Kolonial di Hindia Belanda. Kreamer juga duduk sebagai
penasihat dalam Jong Java (perkumpulan Pemuda Jawa) yang
secara rutin menyampaikan kuliah tentang Kejawen dan Islam.
Dalam pemaparannya, Kraemer lebih bersimpati pada ajaran
Kejawen.

• Pengaruh Kraemer yang begitu kental inilah diperkirakan oleh


Steenbrink menyebabkan keluarnya Raden Samsuridjal beserta
pengikutnya membentuk Jong Islamieten Bond (Perkumpulan
Pemuda Islam).

• * Tentang istilah Steenbrink yaitu Indonesian Islam tentu perlu


dibahas pada waktu yang lain.

Anda mungkin juga menyukai