Anda di halaman 1dari 23

FOCUSED GROUP DISCUSSION

SKENARIO 2
Berat Badan Bayi Lahir Rendah

DISUSUN OLEH KELOMPOK D3:

1. Kadek Miranda Atsuri 17700116


2. Dewa Ayu Kartika Dewi 17700124
3. Rizky Fajriyah Romadhon 17700130
4. Raras Luhtitisari Wiharto 17700134
5. Kambey,Stya Teresa Vaticany 17700136
6. Mariatul Ulfa 17700140
7. Gede Utama Diatmika Putra 15700053

PEMBIMBING : Hj. Andiani, dr.,M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan skenario 2 pada Focus Group
Discussion ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada Hj. Andiani, dr.,M.Kes yang telah
membimbing kami dalam menganalisa kasus pada skenario 2 ini serta kepada semua
pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga laporan ini dapat kami
selesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan guna mengembangkan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat berguna di kemudian
hari bagi kita semua.

Surabaya, 09 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGATAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan umum...................................................................................................2
D. Tujuan khusus..................................................................................................2
E. Manfaat ……...................................................................................................2
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi masalah dan faktor resiko ............................................ ..............3
1. Skenario............................................ .............. ........................................3
2. Investigasi masalah............................................ ......................................3
3. Diagram Fishbone............................................ ........................................4
B. Analisis dan pembahasan ...............................................................................5
1. Analisis............................................ .............. ..........................................5
2. Pembahasan............................................ .............. ...................................5
BAB III PENYUSUNAN PROGRAM
A. Upaya/kegiatan pencegahan..........................................................................11
B. Upaya/kegiatan pengendalian pasien dan kontak..........................................11
C. Upaya/ kegiatan perbaikan lingkungan..........................................................11
BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS
A. Tabel Skoring................................................................................................14
B. Rencana Kegiatan (POA)..............................................................................16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor
tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan
(Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih
besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih
dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR
lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR
di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup
bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%)
dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%
(Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan


IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini
dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan.
Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin
selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya
mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak
meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat
badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat
BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) .

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap


bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan
melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50%

1
bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan
malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh
karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan
Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV
yaitu menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu
dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya
dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti
faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR di wilayah
Puskesmas Anggrek.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana metode pengendalian angka kejadian berat badan lahir


rendah di wilayah Puskesmas Anggrek ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengendalikan angka kejadian berat badan lahir rendah di


wilayah Puskesmas Anggrek.

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui faktor resiko BBLR


2) Mengetahui penyebab terjadinya BBLR
3) Mengetahui dampak BBLR
4) Mengetahui pemecahan masalah BBLR

D. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan : dapat menanggulangi dan menekan terjadinya
BBLR.
2. Bagi masyarakat : masyarakat dapat melakukan upaya penangulangan dan
mencegah terjadinya BBLR.

2
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi masalah dan faktor resiko


1. Skenario
Berat Bayi Lahir Rendah
dr. Eva seorang dokter di puskesmas Anggrek. Di wilayah kerja dr. Eva
merupakan daerah terpencil dimana masyarakatnya hanya mengandalkan hutan sebagai
sumber mata pencarihariannya, mayoritas penduduk hanya menamatkan sekolah dasar.
Terlebih lagi anak perempuan disana banyak yang menikah dini dengan alasan untuk
meringankan beban orang tua. Masih banyak dijumpai kasus BBLR di wilayah
Puskesmas Anggrek.berdasarkan data laporan taunan puskesmas Anggrek diperoleh
data BBLR sebagai berikut
Tahun 2013 Tahun 2014 Tshun 2015
15,8% 16,1 % 16,5 %

Ibu hamil enggan untuk memeriksakan kehamilannya, padahal banyak dijumpai ibu
hamil dengan kondisi anemia dan status gizi kurang. Diperparah dengan kurang
aktifnya posyandu yang tidak konsisten dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.
Hanya 50% dari ibu hamil yang melakukan ANC dan 40% K4.
Apa yang harus dilakukan dr. Eva untuk mengatasi hal tersebut.
2. Investigasi Masalah
Dari skenario di atas dapat di peroleh masalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya angka kejadian BBLR pada wilayah puskesmas
Anggrek.
2. Masyarakatnya hanya mengandalkan hutan sebagai mata
pencahariannya.
3. Mayoritas penduduk hanya tamatan SD.
4. Banyak anak perempuan yang menikah dini.
5. Banyak ibu hamil enggan memeriksakan kehamilannya.
6. Banyak ibu hamil dalam kondisi anemia dan status gizi kurang.
7. Kurang aktifnya posyandu yang tidak konsisten dalam
memberikan pelayanan.

3
3. Analisis Masalah
Dari permasalahan tersebut yang menjadi perhatian utama adalah
Meningkatnya BBLR di sekitar wilayah Puskesmas Anggrek. Kejadian ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah diidentifikasi dalam permasalahan sebagai
berikut :
Dari permasalahan di atas meningkatnya angka BBLR menjadi kunci utama
masalah pada kasus ini dimana dari hasil prevalence juga didapatkan hasil yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masalah lainnya. Prevalensi bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) menurut WHO diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupanya di masa depan. Sebagian besar dari masalah bayi baru lahir
adalah sering timbul pada periode perinatal. Masalah-masalah ini bukan hanya bisa
menyebabkan kematian tetapi juga besarnya angka kecacatan dan angka penyakit.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan BBLR, yang dapat dibagi menjadi faktor
intrinsik bayi yang terdiri dari kelainan placenta, jenis kelamin, dan ras. Faktor
maternal biologi serta faktor lingkungan. Faktor-faktor maternal tersebut adalah
umur ibu muda <20 tahun, tinggi badan <145cm, ukuran antropometri
(LLA<23,5cm), nutrisi ibu,adanya infeksi dan aktivitas fisik. Sedangkan faktor
lingkungan dapat berupa status sosial ekonomi, layanan kesehatan, dll.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga berpengaruh pada
meningkatnya BBLR berdampak terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya pemeriksaan secara rutin seperti Antenatal Care dan K4,
khususnya bagi wanita yang sedang hamil sehingga banyak dijumpai ibu hamil
dengan kondisi anemia dan gizi kurang. Faktor yang paling menonjol disini adalah
kurangnya lapangan pekerjaan sehingga menjadi penyebab rendahnya tingkat
ekonomi sebagian besar masyarakat di daerah tersebut. Kondisi tesebut secara
langsung akan mempengaruhi kesehatan, sehingga orang yang kurang mampu dari
segi ekonomi akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Selain faktor-faktor diatas disini juga faktor lingkungan juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR. Pada skenario diatas disebut wilayah sekitas Puskesmas
Anggrek merupakan daerah terpencil dimana masyarakatnya mengandalkan hutan
sebagai mata pencahariannya. lokasi yang terpencil yang berdampak terhadap

4
kurangnya transportasi untuk menjangkau fasilitas kesehatan. Keterbatasan dari segi
transportasi akan membatasi masyarakat untuk bisa melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin sehingga menyebabkan banyak Ibu hamil yang enggan
memeriksakan kehamilannya dan juga di perparah dengan kurang aktifnya
pelayanan posyandu dalam memberikan pelayanan pada masyarakat sangat
diperlukan peran dari petugas kesehatan daerah setempat dalam memberikan
pengetahuan tentang kesehatan kehamilan kepada masyarakat khususnya ibu hamil
di daerah tersebut yang seharusnya masyarakat juga mendapatkan edukasi tentang
pentingnya menjaga gizi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup
nutrisi.

5
4. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek
Dari permasalahan-permasalahan tadi dapat disusun hubungan
sebab-akibat sebagaimana diagram fish bone dibawah:

Gambar II.1: Diagram Fish Bone Meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar
wilayah Puskesmas Anggrek

6
B. Analisis Dan pembahsan
1) Analisis
a. Kurangnya lapangan pekerjaan
b. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
c. Banyaknya terjadi pernikahan dini
d. Ibu hamil enggan memeriksakan kehamilannya
e. Banyak dijumpai ibu hamil dengan kondisi anemia dan kurang gizi
f. Kurang aktifnya Posyandu dalam memberikan pelayanan kesehatan
2) Pembahasan
1) MASUKAN
a) TENAGA
Meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah Puskesmas
Anggrek apabila ditinjau dari manusianya sendiri adalah karena kurangnya
lapangan pekerjaan sehingga menjadi penyebab rendahnya tingkat ekonomi
sebagian besar masyarakat di daerah tersebut. Kondisi tesebut secara
langsung akan mempengaruhi kesehatan, sehingga orang yang kurang
mampu dari segi ekonomi akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Tingkat ekonomi yang rendah akan berdampak pada rendahnya tingkat
pendidikan karena kurangnya pengetahuan masyarakat, sehingga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat juga berdampak terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang Antenatal Care dan K4, khususnya bagi wanita yang sedang hamil
sehingga banyak dijumpai ibu hamil dengan kondisi anemia dan gizi kurang.
Jadi solusinya adalah dengan melakukan kegiatan penyuluhan kepada
masyarakat di sekitar wilayah Puskesmas Anggrek mengenai pentingnya
Antenatal Care dan K4 untuk pengantin baru dan wanita yang sedang hamil.
Solusi lain untuk menyelesaikan masalah kurangnya lapangan pekerjaan
adalah dengan mengadakan suatu loka karya dengan harapan dapat
membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek.

b) FASILITAS
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi fasilitas adalah lokasi yang

7
terpencil yang berdampak terhadap kurangnya transportasi untuk
menjangkau fasilitas kesehatan. Keterbatasan dari segi transportasi akan
membatasi masyarakat untuk bisa melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin sehingga menyebabkan banyak Ibu hamil yang enggan memeriksakan
kehamilannya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab masih
banyak ditemukannya Ibu hamil dengan kondisi anemia dan gizi kurang.
Jadi solusi dari masalah di atas adalah dengan memberikan layanan
transportasi berupa transportasi khusus yang dapat digunakan untuk
menjangkau fasilitas kesehatan.

c) DANA
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi dana adalah kurangnya
lapangan pekerjaan yang berdampak terhadap rendahnya tingkat ekonomi
sebagian besar masyarakat di daerah tersebut, hal itu pula dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat yang masih rendah.
Keterbatasan dana mengakibatkan masyarakat khususnya ibu hamil tidak
mampu memenuhi gizi baik selama masa kehamilannya. Keterbatasan dari
segi ekonomi juga menyebabkan ibu hamil tidak bisa melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin. Jadi solusi untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dapat dilakukan melalui program loka karya untuk
menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat

2) PROSES
a) METODE
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi metode adalah kurangnya
edukasi dan pencegahan mengenai BBLR. Maka dari itu sangat diperlukan
peran dari petugas kesehatan daerah setempat dalam memberikan
pengetahuan tentang kesehatan kehamilan kepada masyarakat khususnya ibu
hamil di daerah tersebut. Jadi solusinya adalah petugas kesehatan harus
terjun ke daerah tersebut untuk lebih sering memberikan edukasi kepada
masyarakat setempat yang dapat berupa sosialisasi mengenai pentingnya

8
menjaga gizi baik pada masa kehamilan serta pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin.
b) MANAJEMEN
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi manajemennya adalah
kurangnya manajemen dalam penyelesaian masalah, hal tersebut disebabkan
karena kurangnya perhatian dari petugas kesehatan dimana petugas
kesehatan yang bertugas di daerah tersebut seharusnya lebih berkomitmen
untuk menjaga kualitas kesehatan masyarakat setempat, misalnya dengan
melakukan monitoring atau melakukan evaluasi rutin mengenai kasus yang
banyak terjadi di daerah tersebut sehingga angka kejadian masalah
kesehatan tidak semakin tinggi.

3) LINGKUNGAN
a) KEBIJAKAN
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi kebijakan adalah karena
program dari puskesmas dan dinas kesehatan belum terlaksana dengan
optimal. Jadi solusinya adalah untuk puskesmas yang berada di wilayah
tersebut mulai menjalankan program-program kesehatan yang sudah ada
ataupun membuat program baru yang lebih efektif dan bermanfaat untuk
menanggulangi masalah kesehatan di daerah tersebut misalnya dengan
melakukan sosialisasi ke daerah-daerah terpencil secara rutin mengenai
masalah kesehatan yang sedang terjadi di daerah tersebut.

b) ORGANISASI
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi organisasi adalah karena
kurangnya peran organisasi seperti Posyandu untuk menanggulangi kejadian
BBLR di daerah tersebut yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya
manusia yang berkometen. Dalam hal ini, Posyandu masih belum konsisten
dalam menjalankan program-programnya dalam upaya pelayanan
masyarakat. Jadi solusinya adalah dengan melaksanakan kegiatan rutin oleh

9
posyandu misalnya membuat program kelas ibu hamil, program lain yang
bisa dilaksanakan secara rutin misalnya dapat berupa pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil dan bayi.
c) PERAN MASYARAKAT
Penyebab utama meningkatnya angka kejadian BBLR di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek apabila ditinjau dari segi peran masyarakat adalah
banyak terjadi pernikahan dini yang dikarenakan adanya anggapan di
masyarakat bahwa pernikahan dini dapat meringankan beban orang tua, hal
tersebut masih dipengaruhi oleh aspek sosial budaya di daerah tersebut.
Pernikahan dini dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan pada usia
muda, hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya masalah
yaitu berat bayi lahir rendah. Menurut BKKBN usia yang ideal untuk hamil
adalah 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu sudah berisiko, kesiapan
untuk hamil dan melahirkan juga ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan
mental/emosi/psikologis serta kesiapan dari segi sosial ekonomi. Jadi
solusinya adalah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat
khususnya para remaja mengenai usia ideal untuk menikah dan hamil, dapat
dipaparkan tentang kesiapan seorang perempuan untuk hamil ditinjau dari
segi kesiapan fisik, mental maupun sosial ekonominya. Solusi kedua yang
ditujukan kepada masyarakat yang sudah menikah adalah dengan cara
memberikan sosialisasi mengenai penundaan kehamilan dan melakukan
pemeriksaan Antenatal Care.

10
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya/Kegiatan Pencegahan
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat Wilayah Puskesmas Anggrek
tentang bahaya dan resiko besar yang dihadapi terkait menikah dini.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat Wilayah Puskesmas Anggrek
terkait pentingnya hubungan gizi yang harus didapatkan ibu hamil dengan
kejadian BBLR.
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat Wilayah Puskesmas Anggrek
terkait kejadian BBLR baik dari penyebab, pencegahan, dan pengobatannya.
4. Memberikan edukasi kepada masyarakat dan khususnya ibu hamil Wilayah
Puskesmas Anggrek terkait asupan makanan dan multi vitamin yang baik
untuk janinnya.
5. Memberikan edukasi pentingnya melakukan pemeriksaan ANC dan K4 bagi
ibu hamil.
B. Upaya/Kegiatan Pengendalian Pasien dan kontak
1. Mengadakan cek status gizi ibu hamil secara berkala melalui posyandu.
2. Mengadakan cek status gizi bayi postnatal secara berkala melalui posyandu.
3. Mengadakan pemberian multi vitamin kepada bayi dan ibunya.
C. Upaya/Kegiatan perbaikan lingkungan
1. Membina kembali peran aktif Puskesmas dan Posyandu dalam menekan
kasus BBLR.
2. Pembentukan lokakarya bagi masyarakat di Wilayah Puskesmas Anggrek.

Pembahasan
Adapun di antaranya beberapa susunan program yang kami akan realisasikan untuk
menangani kasus BBLR di Wilayah Puskesmas Anggrek, yaitu:
1. Gerakan Sosialisasi Terpadu
Gerakan sosialisasi terpadu ini lebih mencangkup mengenai edukasi guna
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat khususnya remaja dan
ibu hamil di wilayah Puskesmas Anggrek. Program ini juga kami lakukan dengan
pendekatan langsung dengan menjelaskan penyebab utama terjadinya kasus BBLR
di wilayah tersebut yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akibat pernikahan

11
dini yang kaitannya nanti dengan terjadinya kasus BBLR, edukasi program ini juga
berkaitan dengan pemberian pemahaman kepada ibu hamil terkait asupan, gizi,
pentingnya pemeriksaan ANC dan K4 yang harus didapatkan selama kehamilan.
Selain itu, dalam program ini nantinya akan dilaksakan cek kesehatan gratis dan
pembagian vitamin bagi bayi, serta pemberian vitamin khusus dan makanan sehat
bagi ibu hamil di wilayah Puskesmas Anggrek.
2. Siaga Sehat Posyandu
Dalam program ini kami harapkan kerja samanya dengan petugas kesehatan
setempat baik Puskesmas dan Posyandu untuk mengadakan cek kesehatan rutin bagi
ibu hamil dan bayi secara berkala 2 kali dalam sebulan di antaranya dengan
melakukan cek status gizi untuk ibu hamil dan balita, imunisasi/vaksin, penyediaan
vitamin yang dibutuhkan ibu hamil. Program ini berguna sebagai preventif adanya
kasus BBLR nantinya. Setelah selesainya cek kesehatan, nantinya akan ada
pemberian makanan sehat pula untuk ibu hamil maupun bayi yang sudah datang
3. Loka karya
Tingkat ekonomi yang rendah akan berdampak pada rendahnya tingkat
pendidikan karena kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga
berdampak terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Antenatal Care dan
K4, khususnya bagi wanita yang sedang hamil sehingga banyak dijumpai ibu hamil
dengan kondisi anemia dan gizi kurang di Wilayah Puskesmas Anggrek. Oleh
karena itu, kami memiliki program untuk menyelesaikan masalah kurangnya
lapangan pekerjaan yaitu dengan mengadakan suatu loka karya dengan harapan
dapat membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek sehingga nantinya masyarakat mempunyai bekal untuk
memeriksakan kesehatan kandungan wanita yang sedang hamil sejak dini.
4. Program Bina Puskesmas dan Posyandu
Program ini merupakan salah satu program yang kami harapkan pula dapat
mengatasi manajemen petugas kesehatan yang kurang di wilayah Puskesmas
Anggrek, hal ini terlihat dari kurangnya perhatian petugas kesehatan yang bertugas
di daerah tersebut sehingga diharapkan pihak puskesmas maupun posyandu
setempat lebih berkomitmen untuk menjaga kualitas kesehatan masyarakatnya,
misalnya dengan melakukan monitoring atau melakukan evaluasi rutin mengenai
kasus yang banyak terjadi di daerah tersebut, serta lebih sering memberikan edukasi

12
kepada masyarakat setempat yang dapat berupa sosialisasi mengenai pentingnya
menjaga gizi baik pada masa kehamilan serta pentingnya melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin dengan membuat program kelas ibu hamil yang dapat
menambah pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan kehamilan..
5. Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil
Dalam program ini kami harapkan kerja samanya pula dengan puskesmas dan
posyandu, di mana pihak kesehatan nantinya mampu menyediakan kebutuhan tablet
Fe untuk ibu hamil di wilayah Puskesmas Anggrek. Di mana melihat selain kasus
BBLR, ibu hamil juga kedapatan mengalami anemia. Hal tersebut sungguh berisiko
terhadap perkembangan kandungannya nanti sehingga pemberian tablet Fe juga
penting untuk mencegah perdarahan saat masa persalinan dan menurunkan risiko
kematian ibu hamil karena perdarahan pada saat kehamilan.

Dari susunan kelima program di atas ada 3 program yang kami pilih, yaitu:
1. Gerakan Sosialisasi Terpadu
2. Siaga Sehat Posyandu
3. Lokakarya
Hal ini dikarenakan, karena menurut kami dari ketiga program tersebut sudah mampu
mengatasi permasalahan dari fish bone mengenai meningkatnya kasus BBLR di wilayah
Puskesmas Anggrek yang telah kami diskusikan sebelumnya. Namun dari ketiga
program tersebut nantinya ada salah satu program lagi yang akan kami prioritaskan
terlebih dulu untuk direalisasikan dalam POA mendatang.

13
BAB IV
PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

A. Tabel scoring prioritas pemecahan masalah

Efektivitas Efisiensi Hasil


No Alternatif Jalan Keluar 𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
M I V C P= 𝐶

1 Gerakan sosialisasi terpadu 5 5 4 5 20

2 Siaga sehat posyandu 4 4 4 5 12,8

3 Lokakarya 4 3 4 5 9,6

Keterangan :
M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya maslah lain)
I : Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah
V : Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan.
C : Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
P : Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah
Simpulan Tabel :
Berdasarkan perhitungan tabel prioritas kegiatan atau pemecahan masalah yang
ditetapkan dalam menanggulangi kasus BBLR di Wilayah Puskesmas Anggrek
diputuskan untuk melaksanakan program kegiatan yaitu “Gerakan sosialisasi
terpadu”. Karena menurut kelompok kami, kegiatan tersebut sangat efektif dan
mencangkup keseluruhan permasalahan di fish bone yang harus kami realisakikan
terlebih dahulu. Program tersebut juga akan kami lakukan dengan terjun langsung ke
dalam masyarakat untuk melakukan pendekatan dengan menjelaskan penyebab utama
terjadinya kasus BBLR di wilayah tersebut yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat di mana tidak lain akibat pernikahan dini. Tentunya dengan gerakan
sosialisasi ini diharapkan masyarakat lebih paham dan menyadari tentang resiko dan
bahaya besar yang akan dihadapi akibat pernikahan dini serta kaitannya nanti dengan
terjadinya BBLR yang tentunya merugikan untuk keselamatan bayi dan ibunya sendiri.

14
Oleh sebab itu, program ini tentunya diharapkan sangat besar dapat menurunkan
prevalensi BBLR di Wilayah Puskesmas Anggrek ke depannya.

15
B. Rencana Kegiatan (Plan of Activity/POA) Gerakan Sosialisasi terpadu di
Wilayah puskesmas Anggrek

16
17
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Menurut skenario yang dibahas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
resiko dari BBLR yaitu banyaknya perempuan menikah dini, lokasi yang
terpencil sehingga ibu hamil enggan memeriksakan kehamilannya menjadi
salah satu penyebab banyaknya ibu hamil dengan kondisi anemia dan gizi
kurang dan kurangnya eduksi dan pencegahan mengenai BBLR. Penyebab
dari terjadinya BBLR ialah banyaknya perempuan menikah dini,ibu hamil
enggan memeriksakan kehamilannya,ibu hamil dalam kondisi anemia dan
status gizi kurang dan kurang aktifnya posyandu. Dampak dari BBLR ialah
kelahiran bayi yang prematur.
2. Penanggulangan dari masalah BBLR ialah melakukan kegiatan penyuluhan
mengenai pentingnya Antenatal Care dan K4 untuk pengantin baru dan
wanita yang sedang hamil,petugas kesehatan harus terjun ke daerah tersebut
untuk memberi edukasi pada masyarakat mengenai pentingnya gizi baik
pada masa kehamilang serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
B. Saran
1. bagi tenanga kesehatan : petugas kesehatan harus terjun ke daerah tersebut
untuk lebih sering memberikan edukasi kepada masyarakat setempat yang
dapat berupa sosialisasi mengenai pentingnya menjaga gizi baik pada masa
kehamilan serta pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Dan dapat menanggulangi dan menekan terjadinya BBLR dengan
melakukan kegiata penyuluhan kepada masyarakat di sekitar wilayah
Puskesmas Anggrek mengenai pentingnya Antenatal Care dan K4 untuk
pengantin baru dan wanita yang sedang hamil.
2. Bagi masyarakat : sosialisasi kepada masyarakat mengenai usia ideal untuk
hamil, dapat dipaparkan tentang kesiapan seorang perempuan untuk hamil
ditinjau dari segi kesiapan fisik, mental maupun sosial ekonominya. Dan
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat ialah\

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman.Kliegman&Alvin,Nelson.2000.ilmu kesehatan anak.EGC.jakarta.


2. Arisman.2004.buku ajar ilmu gizi daur kehidupan.EGC.jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai