A. Latar Belakang
Menurut Evans (1998), osmoregulasi adalah pengaturan air dan ion dalam
tubuh dengan sejumlah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur perbedaan
osmotik diantara intra sel dan ekstrasel dan diantara ekstrasel dengan lingkungan
secara kolektif. Mekanisme osmoregulasi meliputi volume air, kandungan zat
terlarut dan distribusi zat terlarut. Sedangkan, menurut Soetarto (1986),
osmoregulasi adalah mekanisme mahluk hidup untuk mempertahankan
kekonstanan volume air dalam tubuhnya, dimana jumlah air yang masuk harus
sama dengan jumlah air yang keluar. Mekanisme osmoregulasi meliputi volume
air, kandungan zat terlarut dan distribusi zat terlarut. Dimana makhluk hidup
mempertahankan kekonstanan volume air dalam tubuhnya melalui mekanisme
dimana jumlah air yang masuk harus sama dengan jumlah air yang keluar.
Hewan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan
osmoregulasinya menjadi osmoregulator dan osmokonformer. Osmoregulator
adalah hewan yang konsentrasi cairan tubuhnya konstan terhadap konsentrasi
lingkungan eksternalnya, contoh hewan osmoregulator adalah ikan Nila.
Sedangkan, osmokonformer merupakan hewan yang konsentrasi osmotik cairan
tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan konsentrasi lingkungan eksternalnya
misalnya pada ikan laut (Fujaya, 2004).
Hewan pada dasarnya memiliki toleransi terbatas terhadap lingkungan
artinya bila dipindahkan ke suatu habitat akan beradaptasi dan bila tidak mampu
beradaptasi akan mati . Proses pengaturan regulasi pada tubuh hewan berbeda-
beda. Misalnya saja pada ikan air tawar, karena tubuhnya hipertonik terhadap
medium maka ikan air tawar akan mengeluarkan urin yang encer karena kelebihan
air di dalam tubuhnya. Kelebihan air ini disebabkan karena adanya air lingkungan
masuk ke dalam tubuh melalui difusi. Ikan air tawar bila dipindahkan ke air laut
maka keadaan tubuhnya akan menjadi hipotonik terhadap lingkungan. Keadaan
ini menyebabkan air keluar dari tubuh sehingga kadar garam di dalam tubuh akan
meningkat. Seiring meningkatnya kadar garam dalam tubuh, ikan yang melakukan
mekanisme ini disebut euryhalin, sedangkan yang tidak melakukan mekanisme ini
disebut stenohalin (Schmidt-Nielsen, 1990).
B. Tujuan
A. Materi
B. Cara kerja
A. Hasil
Tabel 3.1. Pengamatan Sintasan Ikan Nila pada Perlakuan Direct Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No. Salinitas (ppt)
10 20 30 40
1 0 100% 100% 100% 100%
2 10 100% 100% 100% 100%
3 20 100% 100% 100% 100%
4 30 100% 100% 100% 100%
Tabel 3.2. Pengamatan Sintasan Ikan Nila pada Perlakuan Gradual Transfer
Tabel 3.3. Pengamatan Sintasan Ikan Nilem pada Perlakuan Direct Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No. Salinitas (ppt)
10 20 30 40
1 0 100% 100% 100% 100%
2 10 100% 100% 100% 100%
3 20 100% 100% 100% 80%
4 30 100% 100% 0% 0%
Tabel 3.4. Pengamatan Sintasan Ikan Nilem pada Perlakuan Gradual Transfer
1 0 80% - - -
2 10 - 60% - -
3 20 - - 20% -
4 30 - - - 0%
Tabel 3.5.Pengamatan Water Content pada Ikan
Kadar Air (%)
No. Salinitas Nila Nilem
(ppt)
24 jam 24 jam
1 0 75,9% 0%
2 10 75% 38,9%
3 20 68% 48%
4 30 73,8% 73,2%
Perhitungan :
SR = Nt/No x 100%
1. Toleransi Salinitas Larva Ikan Nilem secara Direct Transfer
a. SR pada 10 menit
SR 0 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 10 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 20 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 30 ppt = 5/5 x 100% = 100%
b. SR pada 20 menit
SR 0 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 10 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 20 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 30 ppt = 5/5 x 100% = 100%
c. SR pada 30 menit
SR 0 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 10 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 20 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 30 ppt = 0/5 x 100% = 0%
a. SR pada 40 menit
SR 0 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 10 ppt = 5/5 x 100% = 100%
SR 20 ppt = 4/5 x 100% = 80%
SR 30 ppt = 0/5 x 100% = 0%
2. Toleransi Salinitas Larva ikan Nilem secara Gradual transfer.
a. SR pada 24 jam
SR 0 ppt = 4/5 x 100% = 80%
b. SR pada 48 jam
SR 10 ppt = 3/5 x 100% = 60%
c. SR pada 72 jam
SR 20 ppt = 1/5 x 100% = 20%
d. SR pada 96 jam
SR 30 ppt = 0/5 x 100% = 0%
3. Kadar Air Ikan Nilem Perlakuan 24 jam.
a. Salinitas 0 ppt
b. WC = (WW-DW)/WW X 100%
= 0%
c. Salinitas 10 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (36-22)/36 X 100%
= 38,9%
d. Salinitas 20 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (50-26)/50 X 100%
= 48%
e. Salinitas 30 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (56-15)/56 X 100%
= 73,2%
4. Kadar Air Ikan Nila Perlakuan 24 jam
a. Salinitas 0 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (83-20)/83 X 100%
= 75,9%
b. Salinitas 10 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (59-15)/59 X 100%
= 75%
c. Salinitas 20 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (58-15)/58 X 100%
= 68%
d. Salinitas 30 ppt
WC = (WW-DW)/WW X 100%
= (88-23)/88 X 100%
= 73,8%
120
100
toleransi salinitas (%)
80
60
40
20
0
10 20 30 40
waktu pengamatan
Grafik 3.1. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nilem pada Perlakuan
Direct Transfer
90
Toleransi Salinitas (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 (24 jam) 5 (48 jam) 15 (72 jam) 25 (96 jam)
Grafik 3.2. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nilem pada Perlakuan
Gradual Transfer
B. Pembahasan
.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Junius., 2012. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betook (Anabas
testudineus) yang dipelihara pada salinitas berbeda. Jurnal Bioscientiae, 9(2)
Pp. 1-8.
Campbell, N.A., Reece, J. B. & Mitchell, L.G., 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.
Jakarta: Erlangga.
Dubey, S. K., Raman, K. T., Bimal, K. C., Basudev, M. & Sangram, K. R., 2016. The
Effect of Salinity on Survival and Growth of The Freshwater Stenohaline Fish
Spotted Snakehead Channa punctata (Bloch, 1793). Zoology and
Ecology, 26(4), pp. 282-291.
Evans, D. H., 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. New York: CRC Press.
Firdaus, M. W., Aristi D. P. F. & Bogi B. J., 2018. Analisis Adaptasi Perubahan
Salinitas dan Survival Rate Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) sebagai
Alternatif Umpan Hidup pada Pole And Line. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 7(2), pp. 19-28.
Fujaya, Y., 2004. Fisiologi Ikan "Dasar Pengembangan Teknik Perikanan”. Jakarta:
Rineka Cipta.
Johnson, K. D., Rayle, D. C. & Alberg, H. L., 1984. Biology on Introduction. New
Delhi: S. Chand & Co.
Papakostas, S., Vasema, A., Perka, J., Himberg, M., Peil. L. & Primmer, C. R., 2012.
A Proteomics Approach Reveals Divergent Molecular Responses to Salinity
Populations of European Whitefish (Coregonus lavaretus). Journal Of
Molecular Ecology, 3(2), pp. 1-15.
Schmidt-Nielsen, K., 1990. Animal Physiology – Adaptation and Environment Fourth
Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
Soetarto,, 1986. Biologi. Surakarta: Widya Duta.
Ville, C. W., Barnes, W. F., & Barnes, R. D., 1988. Zoologi Umum. Jakarta:
Erlangga.
Yuliani, T. A., Sutrisno, A. & Anhar, Solichin. 2018. Pengaruh Salinitas Berbeda
terhadap Respon Osmotik, Regulasi Ion dan Pertumbuhan Ikan Sidat
(Anguilla sp.) Fase Elver Selama Masa Aklimasi dan Kultivasi. Management
of Aquatic Resources Journal, 7(4), pp. 333-341.