Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

BIOKIMIA TANAMAN

ACARA 1 : KARBOHIDRAT

Nama : Aprilia Budhi Setiawan

No. Mahasiswa : 20180210147

Gol/ Kel : C2/4

Tgl Praktikum : 2 April 2019

Assisten : Herda Pratiwi, S. P.

Co. Assisten : Ainuddin

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan kandungan karbohidrat pada
suatu zat berdasarkan reaksi-reaksi tertentu.

II. Bahan dan Alat


Bahan : Alat :

- Ekstrak tebu - Larutan HCL 1M dan 37% - Tabung reaksi


- Ekstrak pisang masak - Larutan NaOH - Pipet
- Ekstrak pisang mentah - Larutan Benedict - Rak tabung reaksi
- Ekstrak kentang - Larutan Fehling A & B - Pinset
- Ekstrak singkong - Larutan Iodine - Bunsen
- Larutan Glukosa - Larutan Resorsinol 0,05%
- Larutan Fruktosa

III. Cara Kerja


A. Uji Benedict
B. Uji Fehling

C. Uji Iodine

D. Uji Selliwanof
IV. Hasil Pengamatan
A. Uji Benedict
Ekstrak +HCL 1M + NaOH 1M + Benedict Keterangan
Ekstrak
Putih
Pisang Putih keruh Orange +++
kekuningan
Mentah
Ekstrak
Pisang Orange Kuning Hijau +
Masak
Ekstrak Tebu Orange +++

B. Uji Fehling
+
+ Fehling Pemanasan Pemanasan
Ekstrak Fehling Keterangan
A 1 2
B
Ekstrak
Putih
Pisang Biru muda Orang Orange +++
kebiruan
Mentah
Ekstrak
Coklat
Pisang Hijau keruh Orange Merah bata +++++
kebiruan
Masak

C. Uji Iodine
Ekstrak + Iodine Keterangan
Ekstrak Kentang Biru tua +++++
Ekstrak Singkong Biru tua +++++

D. Uji Selliwanof
+ Resorsinol
Larutan +HCL 37 % + Pemanasan Keterangan
0,05%
Glukosa Bening Bening Bening -
Bening
Fruktosa Bening Merah ++++
kekuningan
Ekstrak
Kuning Coklat
Pisang Merah Bata +++++
kecoklatan kehitaman
Matang
V. Pembahasan
A. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan sumber energi bagi makhluk hidup di dunia.
Karbohidrat berperan untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein
dalam tubuh yang berlebihan, serta mencegah kehilangan mineral untuk
metabolisme protein dan lemak (Winarno, 1992).
Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa yang memiliki rumus
molekun Cn(H20)n. Karbohidrat merupakan turunan dari alkeid atau keton
yang berasal dari alkohol polihidroksi atau senyawa turunan yang menjadi
hasil hidrolisis senyawa kompleks (Girinda, 1986). Karbohidrat juga
merupakan polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya.
Karbohidrat juga disusun dari 2 sampai 8 monosakarida yang dirujuk sebagai
oligosakarida (Lehnier, 1982)
Karbohidrat yang dihasilkan tanaman merupakan cadangan makanan
yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai amilum / pati. Sedangkan
karbohidrat dalam tubuh tumbuhan dan hewan berasal dari beberapa asam
amino, gliserol, lemak, dan sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011). Peranan lain karbohidrat dalam sel
makhluk hidup adalah sebagai alat komunikasi sel. Kedudukan karbohidrat
sangat penting bagi kehidupan. Karbohidrat berperan sebagai sumber kalori
dan sumber energi (Poedjiadi, 2006).
Terdapat 3 jenis karbohidrat yang brdasarkan penggolongannya, yaitu
monosakarida, disakarida (oligosakarida), dan polisakarida (Wardiana dan
Santoso, 2010). Pada hewan dan manusia karbohidrat akan disimpan sebagai
glikgen. Sedangkan pada tanaman, karbohidrat akan disimpan dalam bentuk
pati. Kedua jenis karbohidrat tersebut merupakan golongan polisakarida
(Sumarlin, 2006).
Monosakarida merupakan karbohidrat yang sederhana dan hanya
terdiri atas beberapa atom karbon yang tidak dapat diuraikan dengan cara
hidrolisis dalam kondisi yang lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida
yang paling sederhana adalah gliserahdehid dan dihidroksiaseton (Poedjiadi,
2006). Jenis-jenis monosakari antara lain adalah glukosa, galaktosa, fruktosa,
pentosa, ribosa, manosa, dan arabinosa.
Disakarida merupakan produk kondensasi dari monosakarida, dan
terdiri atas sukrosa (sakarosa), Maltosa, dan Laktosa. Sedangkan polisakarida
adalah polimer yang tersusun dari lebih dari lima belas monomer gula.
Polisakarida dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan
heteropolisakarida. Berdasarkan jenisnya polisakarida terdiri atas selulosa
(pada dinding sel) dan pati / amilum (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Uji benedict merupakan uji kimia untuk mengetahui kandungan
karbohidrat pereduksi, yang meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa
jenis disakarida. Gula reduksi dapat dibuktikan denga adanya endapan
berwarna merah bata. Uji positif ditandai dengan adanya warna hijau, merah,
orange, dan merah bata. Uji selliwanof dilakukan untuk membuktikan adanya
kentosa. Warna larutan merah orange menunjukan adanya kandungan ketosa
dalam monosakarida. Uji positif ditandai dengan adanya warna merah / merah
bata. Uji iodin untuk menunjukan adanya polisakarida. Amilum dengan
iodine akan menghasilkan warna biru / biru tua. Uji positif mengandung
amilum adalah dengan warna biru. Uji fehling ditujukan untuk menunjukan
adanya gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan warna merah bata
(Almatsier, 2010).

B. Pembahasan Data
Praktikum pengujian karbohidrat bertujuan untuk membuktikan
kandungan karbohidrat dari beberapa zat dengan reaksi tertentu. Uji
karbohidrat pada praktikum yang dilakukan menggunakan jenis uji benedict,
uji fehling, uji iodine, dan uji selliwanof. Pada pengujian benedict digunakan
ekstrak tebu, eksrak pisang mentah, dan ekstrak pisang matang dan
menggunakan larutan benedict, HCL 1M, dan NAOH. Pada pengujian fehling
digunakan ekstrak pisang matang dan ekstrak pisang mentah sebanyak 5 ml.
Larutan yang digunakan adalah fehling A dan B. Dalam pengujian Iodine,
digunakan ekstrak kentang dan ekstrak singkong. Larutan yang digunakan
adalah larutan iodine. Untuk pengujian selliwanof, digunakan ekstrak pisang
matang, larutan glukosa, larutan fruktosa, larutan HCL 37% dan larutan
resorsinol 0,05%.
Berdasarkan hasil praktikum uji karbohidrat, didapatkan data hasil
pengujian yang beragam. Pada pengujian benedict, dengan ekstrak pisang
mentah, ekstrak pisang masak, dan ekstrak tebu diperolah warna akhir pada
larutan ketiganya setelah dilakukan perlakuan dan pengujian dengan HCL IM,
NaOH 1M, larutan benedict, dan pemanasan berturut-turut adalah orange,
hijau, dan orange. Dengan keterangan tingkat karbohidrat pereduktif berturut-
turut +++, +, dan +++.
Pada pengujian fehling dengan ekstrak pisang mentah dan ekstrak
pisang matang, diperoleh warna akhir pada larutan keduannya setelah
dilakukan perlakuan dengan larutan fehling A, fehling B, dan pemanasan
berturut-turut adalah orange dan merah bata. Dengan keterangan tingkat gugus
aldehid berturut-turut +++ dan +++++.
Pada pengujian iodine dengan ekstrak kentang dan singkong, diperoleh
warna akhir pada larutan keduanya setelah dilakukan perlakuan dengan larutan
iodine berturut-turut adalah biru tua dan biru tua. Dengan tingkat keterangan
amilum dan polisakarida berturut-turut +++++ dan +++++.
Pada pengujian selliwanof dengan ekstrak pisang matang, larutan
glukosa, dan fruktosa diperoleh warna akhir pada larutan ketiganya setelah
dilakukan perlakuan dengan HCL 37%, Resorsinol 0,05% dan pemanasan
berturut-turut bening, merah, dan merah bata. Dengan tingkat keterangan
ketosa dalam monosakarida berturut-turut -,++++,dan +++++.
Dengan demikian pada uji benedict ekstrak pisang mentah dan ekstrak
tebu memiliki tingkat karbohidrat pereduksi yang sama dan lebih tinggi dari
pada ekstrak psang masak. Berdasarkan teori Almatsier (2010) ketiganya
positif memiliki kandungan karbohidrat pereduksi. Pada pengujian fehling,
sesuai dengan teori Almatsier (2010) ekstrak pisang mentah dan ekstrak
pisang masak positif mengandung gugus aldehid. Dengan tingkat kandungan
gugus aldehid ekstrak pisang masak lebih besar dari ekstrak pisang mentah.
Pada pengujian iodine, ekstrak kentang dan ekstrak singkong positif
mengandung polisakarida dengan jumlah yang sama. Hal ini didukung dengan
teori Almatsier (2010). Pada pengujian selliwanof glukosa tidak positif
mengandung kentosa. Sedangkan fruktosa dan ekstrak pisang matang positif
mengandung kentosa dengan kandungan kentosa ekstrak pisang matang yang
lebih besar dari larutan fruktosa.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum uji karbohidrat, dapat disimpulkan bahwa pada
pengujian fehling ekstrak pisang mentah, ekstrak pisang masak , dan ekstrak tebu
positif mengandung karbohidrat pereduksi. Pada pengujian fehling ekstrak pisang
mentah dan ekstra pisang masak positif mengandung gugus aldehid. Kemudian pada
uji iodine ekstrak kentang dan singkong positif mengandung polisakarida dengan
jumlah yang sama. Sedangkan pada uji selliwanof larutan glukosa negatif memiliki
kentosa. Kemudian untuk larutan fruktosa dan ekstrak pisang matang positif
mengandung kentosa.
Daftar Pustaka

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1982, Kimia Organik. Diterjemahkan oleh


Pudjaatmakan, A. H., Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia I. Jakarta : PT. Gramedia.
Lehninger, Albert L. 1982, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Alih bahasa Maggi
Thenawijaya. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta : UI – Press.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Sumarlin, L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Sukabumi : Program Studi Kimia
Universitas Muhammadiyah Sukabumi :
Wardiana A dan Santoso A. 2011. PURIFICATION AND CARBOHYDRATE
ANALYSIS OF RECOMBINANT HUMAN ERYTHROPOIETIN
EXPRESSED IN YEAST SYSTEM Pichia pastoris. Jurnal MAKARA.
Sains15: 75-78
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran

A. Uji Benedict
1. Ekstrak Pisang Mentah

Awal Akhir

2. Ekstrak Pisang Masak

Awal Akhir
3. Ekstrak Tebu

Awal Akhir

B. Uji Fehling
1. Ekstrak Pisang Mentah

Awal Akhir
2. Ekstrak Pisang Masak

Awal Akhir

C. Uji Iodine
1. Ekstrak Kentang

Awal Akhir
2. Ekstrak Singkong

Awal Akhir

D. Uji Selliwanof

Pemberian HCl 37% Penetesan 0,5 ml resorsinol

Hasil Akhir

Anda mungkin juga menyukai