UJI VITAMIN
Ibu Dr. Betty Lukiati, M.S. dan Ibu Rahmi Masita, S.Si., M.Sc.
OLEH
KELOMPOK 4 / OFFERING G
B. DATA PENGAMATAN
Setelah dilakukannya praktikum, kami telah mengambil data dan
mengumpulkannya dalam tabel hasil pengamatan, adapun hasil pengamatan
kelompok kami adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Kandungan Vitamin B1
No. Bahan Reagen Gambar Kristal dan
Keterangan
1. Singkong Akuades + Asam Pikrat
(berbentuk serabut-serabut,
berwarna hijau)
3. Kubis
D. PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum serangkaian uji vitamin yang terdiri atas
identifikasi kandungan vitamin B1, vitamin C, dan vitamin B6. Adapun
pembahasan dari hasil pengamatan yang telah kami dapatkan adalah sebagai
berikut.
Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial
yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya.
Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan
manusia hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Vitamin memiliki
peran sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-
fungsi tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal. Vitamin dibagi menjadi
dua golongan utama, yaitu vitamin yang larut dalam air yang meliputi vitamin B
dan C, serta vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K
(Poedjiadi, 1994). Defisiensi suatu vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit.
Penyakit akibat kekurangan vitamin tersebut disebut avitaminosis. Kelebihan salah
satu vitamin pada tubuh dalam jumlah yang banyak dikenal dengan istilah
hipervitaminosis. Kebutuhan tubuh akan vitamin ada batasnya. Kelebihan vitamin
tidak selalu dibuang, tetapi ada juga yang disimpan. Peranan suatu vitamin di dalam
tubuh dapat dipengaruhi oleh zat-zat tertentu yang mempunyai struktur hampir
sama dengan struktur vitamin tersebut. Zat tersebut dikenal sebagai zat antivitamin
atau vitamin antagonis. Secara klasik, vitamin diklasifikasikan atas dasar
kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A,
vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta golongan vitamin yang larut dalam air,
seperti vitamin C dan kelompok vitamin B kompleks. Vitamin B kompleks ini
diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B11,
dan vitamin B12 (Soemardjo, 2008).
Vitamin yang larut dalam air di sebut prakoenzim. Vitamin-vitamin ini
dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Vitamin yang larut dalam air
mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau terlarut bersama air selama
pencucian bahan. Vitamin ini di dalam tubuh disimpan dalam jumlah terbatas dan
kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau diekskresikan melalui urin, oleh karena itu
untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin ini harus sering dikonsumsi
(Poedjiadi, 1994).
Golongan vitamin yang larut dalam lemak di sebut alosterin. Vitamin
setelah diserap dalam tubuh akan disimpan dalam jaringan-jaringan lemak terutama
hati. Vitamin-vitamin ini tidak diekskresikan, sehingga di dalam tubuh akan
disimpan dalam jumlah banyak dan kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih
besar daripada vitamin yang larut dalam air (Poedjiadi 1994). Kebanyakan vitamin
yang larut dalam air berperan sebagai kofaktor enzim tertentu dalam mengkatalisis
berbagai reaksi biokimia. Vitamin A dan D mempunyai sifat menyerupai hormon,
vitamin E memiliki sifat antioksidan, dan vitamin K diperlukan bagi biosintesis
faktor pembekuan darah (Winarno, 1984).
Sumber-sumber provitamin A yang terbaik adalah hati, susu, dan ginjal,
yaitu vitamin ini terutama terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitamin
D yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Cahaya matahari juga
membantu menciptakan vitamin D. Vitamin E dapat diperoleh dari kacang-
kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau. Sumber vitamin K yang paling
baik adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal (Hart, 2003).
Vitamin B1 dapat diperoleh dari hati, kuning telur, ragi, susu, kacang-kacangan,
dan gandum. Vitamin B2 diperoleh dari telur, hati, susu, kedelai, beras, sayuran,
dan teri. Sumber vitamin B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur, daging, susu,
dan kacang tanah. Vitamin B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah, gandum,
sayuran hijau, daging, ikan, dan hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati, ikan, telur,
keju, dan susu. Vitamin C diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam,
seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan
kubis (Kurt dan Isselbacher, 1999).
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat
penting dalam gizi manusia. Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, dan
vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C. (Rohman dan
Sumantri, 2007).
Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial
yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya.
Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan
manusia hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Defisiensi suatu
vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit. Penyakit akibat kekurangan vitamin
tersebut disebut avitaminosis. Kelebihan salah satu vitamin pada tubuh dalam
jumlah yang banyak dikenal dengan istilah hipervitaminosis. Kebutuhan tubuh akan
vitamin ada batasnya. Kelebihan vitamin tidak selalu dibuang, tetapi ada juga yang
disimpan. Peranan suatu vitamin di dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh zat-zat
tertentu yang mempunyai struktur hampir sama dengan struktur vitamin tersebut.
Zat tersebut dikenal sebagai zat antivitamin atau vitamin antagonis. Secara klasik,
vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut
dalam lemak, seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta
golongan vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C dan kelompok vitamin B
kompleks. Vitamin B kompleks ini diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B3, vitamin B6, vitamin B11, dan vitamin B12 (Soemardjo, 2008).
Sumber-sumber provitamin A yang terbaik adalah hati, susu, dan ginjal,
yaitu vitamin ini terutama terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitamin
D yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Cahaya matahari juga
membantu menciptakan vitamin D. Vitamin E dapat diperoleh dari kacang-
kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau. Sumber vitamin K yang paling
baik adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal. Vitamin B1 dapat
diperoleh dari hati, kuning telur, ragi, susu, kacang-kacangan, dan gandum. Vitamin
B2 diperoleh dari telur, hati, susu, kedelai, beras, sayuran, dan teri. Sumber vitamin
B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur, daging, susu, dan kacang tanah. Vitamin
B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah, gandum, sayuran hijau, daging, ikan, dan
hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati, ikan, telur, keju, dan susu. Vitamin C
diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan
semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt, et al., 1999).
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh
dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K,
dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12,
dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya
memproduksi vitamin D dan K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber
berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran,
dan suplemen makanan.
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar,
yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya
terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya,
yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin
yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di
dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh
saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja
di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan
lamanya di dalam tubuh ( Godam, 2006).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam
air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang
bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh.
Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin
(Nemours, 2010).
1. Identifikasi Kandungan Vitamin B1
Thiamin (Vitamin B1) Istilah tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung
sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan yang
larut dalam air (Anonim, 2013).
Thiamin (thiamin hidroklorida) berbentuk hablur putih bersifat higroskopis,
berbau ragi dan mempunyai titik leleh 246-250˚C, dengan berat molekul 337,26.
Thiamin bersifat mudah larut dalam air dan alkohol tapi, tidak larut dalam ethil eter,
benzen dan pelarut lemak yang lain. Thiamin stabil pada pemanasan kering tetapi
rusak bila dipanaskan dlam autoklav ataupun dipanaskan dengan sulft. Dalam
bahan makanan thiamin dalam keadaan bebas atau terikat sebagai senyawa
kompleks dengan protein, fosfoprotein, atau sebagai ester dengan asam pirosulfat.
Dalam larutan netral atau alkalis thiamin mudah sekali mengalami kerusakan tetapi
dalam keadaan asam (pH 3,5) vitamin ini tahan dengan panas sterilisasi sampai
suhu 120˚C (Sudarmadji, 2007).
Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Bentuk murninya adalah tiamin
hidroklorida. Vitamin ini merupakan satu-satunya vitamin yang untuk pertama
kalinya ditemukan di Indonesia (1897) yang dulu masih disebut Hindia-Belanda
oleh sarjana Belanda yang bernama Eijkman (Winarno, 1991).
Defisiensi vitamin ini mengakibatkan terjadinya penyakit beri-beri terutama
negara-negara yang menggunakan makanan pokok nasi. Defisiensi vitamin B1 juga
mengakibatkan rusaknya alat pencernaan makanan yang disertai muntah-muntah
dan diare. Sumber vitamin B1 adalah biji-bijian seperti beras, gandum; sumber
lainnya adalah daging, unggas, telur, hati, kedelai, kacang tanah, sayuran, dan susu
(Poedjiadi, 1994).
Vitamin B1 atau juga disebut tiamin (rumus molekul C12H17N4OS+)
terdapat dalam hampir semua tumbuhan dan jaringan hewan yang umumnya
digunakan sebagai makanan, tetapi kandungannya sangat kecil. Vitamin B1 tidak
stabil terhadap panas dan sinar UV. Vitamin B1 terdapat di beberapa produk
suplemen dan bahan segar seperti sayuran. Contoh sayuran yang mengandung
vitamin B1adalah bayam, kacang panjang. Kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan penyakit beri-beri.