Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI VITAMIN

(Identifikasi Kandungan Vitamin B1, Vitamin C, dan Vitamin B6 dari


produk suplemen dan bahan segar)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia


yang diampu oleh

Ibu Dr. Betty Lukiati, M.S. dan Ibu Rahmi Masita, S.Si., M.Sc.

OLEH
KELOMPOK 4 / OFFERING G

1. DAHNIAR NUR AISYAH (180342618032)


2. DINATUL ISLAMIYAH (180342618020)
3. IKKE ASTRID DEWI (180342618048)
4. RIV’AN AHBAB SHORIH (180342618046)
5. REENO AL HIKMATUS SHOLEKAH (180342618034)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2019
UJI VITAMIN
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat:
1. Mengidentifikasi kandungan vitamin B1, B6, dan C dari bahan segar dan
produk suplemen.
2. Membandingkan kandungan vitamin C dari berbagai produk segar.
3. Membandingkan kandungan vitamin C dari berbagai produk suplemen.

B. DATA PENGAMATAN
Setelah dilakukannya praktikum, kami telah mengambil data dan
mengumpulkannya dalam tabel hasil pengamatan, adapun hasil pengamatan
kelompok kami adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Kandungan Vitamin B1
No. Bahan Reagen Gambar Kristal dan
Keterangan
1. Singkong Akuades + Asam Pikrat

(berbentuk lonjong, berwarna


hijau)
2. Sawi

(berbentuk serabut-serabut,
berwarna hijau)
3. Kubis

(berbentuk jarum, berwarna


hijau )
4. Buncis

(berbentuk lonjong dan


berwarna hijau)
5. Pisang

(berbentuk bulat kecil


berwarna kuning agak bening)
6. Bayam

(berbentuk lonjong dan


berserabut, berwarna hijau )
7. Jambu

(berbentuk bulat kecil,


berwarna agak kuning
kecoklatan)
8. Serbuk
tiamin

(berwarna kuning ukurannya


panjang, kecil seperti jarum)
9. Vitamin B1
IPI

(berbentuk jarum panjang


berwarna kuning)
2. Identifikasi Kandungan Vitamin C
No. Bahan Uji Reagen Perubahan warna Hasil
Sebelum Sesudah (+) (-)
1. Singkong Fehling A Putih Biru keruh -
2. Sawi + Hijau muda Hijau tua -
3. Buncis Fehling B Hijau Biru -
4. Kubis Hijau bening Biru + endapan ++
orange
5. Pisang Kuning keruh Biru -
6. Bayam Hijau Hijau tua +
7. Jambu Pink Kuning pekat ++
8. Vitamin C Orange Kuning kunyit + ++
(IPI) endapan orange
9. Xon-C Orange Hijau keruh+ ++
kekuningan endapan orange
10. Vitacimin Kuning Orange + ++
endapan orange

3. Identifikasi Kandungan Vitamin B6


No. Bahan Uji Reagen Perubahan warna Hasil
Sebelum Sesudah (+) (-)
1. Singkong Larutan CuSO4 Putih Biru +
2 % + larutan muda
2. Sawi NaOH 3N Hijau muda Hijau tua -
3. Buncis Hijau Biru +
4. Kubis Hijau Endapan -
bening orange
5. Pisang Kuning Biru ++
keruh keunguan
6. Bayam Hijau Hijau tua -
7. Jambu Merah Biru +
muda
8. Vitamin B6 (IPI) Putih keruh Biru +
muda
9. Pyridoxin Tidak Hijau + -
berwarna endapan
hitam
C. ANALISIS DATA
Setelah melakukan pengamatan dan mencatat hasilnya dalam hasil
pengamatan, adapun analisis datanya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Kandungan Vitamin B1
Pada produk suplemen, terdapat 2 sampel. sampel pertama serbuk tiamin,
setelah ditambahi asam pikrat + akuades warnanya menjadi kuning, dan setelah
diamati menggunakan mikroskop terdapat Kristal yang berbentuk jarum kecil
panjang dan berwarna kuning. Pada sampel kedua B1( IPI), setelah ditambahi asam
pikrat + akuades menjadi kuning, dan setelah diamati menggunakan mikroskop
terdapat Kristal berbentuk jarum panjang berwarna kuning.
Pada bahan segar, bahan singkong setelah ditambahkan dengan asam pikrat
+ akuades warnanya menjadi kuning, dan setelah diamati dengan mikroskop
terdapat Kristal yang berbentuk lonjong dan berwarna hijau, pada bahan sawi stelah
ditambahkan dengan asam pikrat + akuades warnanya menjadi kuning, setelah
diamati dengan mikroskop terdapat Kristal berbentuk serabut – serabut berwarna
hijau, pada bahan kubis setelah ditambahkan dengan asam pikrat + akuades
warnanya menjadi kuning, dan setelah diamati dengan mikroskop terdapat Kristal
berbentuuk jarum dan berwarna hijau, pada bahan buncis setelah ditambahkan
dengan asam pikrat + akuades warnanya menjadi kuning, dan setelah diamati
dengan mikroskop terdapat Kristal berbentuk lonjong dan berwarna hijau, pada
bahan pisang setelah ditambahkan dengan asam pikrat + akuades warnanya menjadi
kuning, dan setelah diamati dengan mikroskop terdapat Kristal berbentuk bulat
kecil berwarna kuning agak bening, pada bahan bayam setelah ditambahkan dengan
asam pikrat + akuades warnanya menjadi kuning, dan setelah diamati dengan
mikroskop terdapat Kristal bebrbentuk lonjong dan berwarna hijau, dan pada bahan
jambu aetelah ditambahkan dengan asma pikrat + akuades warnanya menjadi
kuning, dan setelah diamati menggunakan mikroskop terdapat Kristal berbentuk
bulat kecil dan berwarna agak kuning kecoklatan.

2. Identifikasi Kandungan Vitamin C


Pada produk suplemen, sampel vitamin C (IPI) sebelum dicampur dengan
fehling A + fehling B berwarna orange, dan setelah dicampur dengan fehling A +
fehling B mengalami perubahan warna menjadi kuning kunyit + terdapat endapan
orange, hal ini mengidentifikasi bahwa sampel ini mengandung positif mengandung
vitamin c. pada sampel xon C sebelum dicampur dengan fehling A + fehling B
berwarna orange kekuningan, setelah dicampur dengan fehling A + fehling B
mengalami perubahan warna menjadi orange + terdapat endapan orange, hal ini
mengidentifikasi bahwa sampel ini positif mengandung vitamin c. pada sampel
vitacimin sebelum dicampur dengan fehling A + fehling B berwarna kuning, dan
setelah dicampur dengan fehling A + fehling B terjadi perubahan warna menjadi
orange + terdapat endapan orange.
Pada bahan segar, bahan singkong sebelum dicampur dengan fehling A +
fehlling B berwarna putih, setelah dicampur dengan fehling A + fehling B terjadi
perubahan warna menjadi biru keruh, hal ini mengidentifikasi bahwa singkong
negative mengandung vitamin c, bahan sawi sebelum dicampur dengan fehling A
+ fehling B berwarna hijau muda, setelah dicampur dengan fehling A + fehling B
mengalami perubahan warna menjadi hijau tua, hal ini mengidentifikasi bahwa sawi
negative mengandung vitamin c, pada bahan buncis sebelum dicampur dengan
fehling A + fehling B berwarna hijau, setelah dicampur dengan fehling A + fehling
B mengalami perubahan warna menjadi biru, hal ini mengidentifikasi bahwa buncis
negative mengandung vitamin c, pada bahan kubis sebelum dicampur dengan
fehling A + B berwarna hijau bening, dan setelah dicampur dengan fehling A +
fehling B mengalami perubahan warna menjadi biru + terdapat endapan orange, hal
ini mengidentifikasi bahwa kubis positif mengandung vitamin c. pada bahan pisang
sebelum dicampur dengan fehling A + fehling B berwarna kuning keruh, setelah
dicampur dengan reagen diatas mengalami perubahan warna menjadi biru, hal ini
mengidentifikasi bahwa pisang negative mengandung vitamin c.pada bahan bayam
sebelum dicampur dengan fehling A + fehling B berwarna hijau, setelah dicampur
dengan fehlig A + fehling B mengalami perubahan warna menjadi hijau tua, hal ini
mengidentifikasi bahwa bayam positif mengandung vitamin c. dan pada bahan
jambu sebelum dicampur dengan fehling A + fehling B berwarna pink/merah muda,
dan setelah dicampur dengan fehling A + fehling B mengalami perubahan warna
menjadi kuning pekat, hal ini mengidentifikasi bahwa jambu positif mengandung
vitamin c.
3. Identifikasi Kandungan Vitamin B6
Sampel (1) vitamin B6 (IPI) sebelum dicampur dengan larutan CuSO4 2%
+ larutan NaOH 3N berwarna putih keruh, setelah dicampur dengan larutan CuSO4
2% + larutan NaOH 3N mengalami perubahan warna menjadi biru muda, hal ini
mengidentifikasi bahwa sampel ini positif mengandung vitamin B6. Sampel (2)
pyridoxil sebelum dicampur dengan larutan CuSO4 2% + larutan NaOH 3N
berwarna bening ( tidak berwarna ), setelah dicampur dengan larutan CuSO4 2% +
NaOH 3N mengalami perubahan warna menjadi hijau + terdapat endapan hitam,
hal ini mengidentifikasi bahwa sampel ini negative mengandung vitamin B6.
Pada bahan singkong sebelum dicampur dengan larutan CuSO4 2% +
NaOH 3N berwarna putih, setelah dicampur dengan larutan CuSO4 2% + NaOH
3N mengalami perubahn warna menjadi biru muda, hal ini mengidentifikasi bahwa
singkong positif mengandung vitamin B6, pada sawi sebelum dicampur dengan
larutan CuSO4 2% + NaOH 3N berwarna hijau muda, setelah dicampur dengan
larutan CuSO4 2% + NaOH 3N mengalami perubahan warna menjadi hijau tua, hal
ini mengidentifikasi bahwa sawi negative mengandung vitamin B6, pada buncis
sebelum dicampur dengan larutan CuSO4 2% + NaOH 3N berwarna hijua, setelah
dicampur dengan larutan CuSO4 2% + NaOH 3N mengalami perubahan warna
menjadi biru, hal ini mengidentifikasi bahwa buncis positif mengandung vitamin
B6, pada kubis sebelum dicampur dengan larutan CuSO4 2% + NaOH 3N berwarna
hijau bening, dan setelah dicampur dengan larutan CuSO4 2% + NaOH 3N
mengalami perubahan dengan terdapat endapan orange, hal ini mengidentifikasi
bahwa kubis negative mengandung vitamin B6, pada bahan pisang sebelum
dicampur dengan reagen berwarna kuning keruh, setelah dicampur dengan reagen
mengalami perubahan warna menjadi biru keunguan, hal ini mengidentifikasi
bahwa pisang positif mengandung vitamin B6, pada bahan bayam sebelum
dicampur dengan reagen berwarna hijau, dan setelah dicampur dengan reagen uji
mengalami perubahan warna menjadi warna hijau tua, hal ini mengidentifikasi
bahwa bayam negative mengandung vitamin B6, dan pada bahan jambu sebelum
dicampur dengan larutan CuSO4 2% + larutan NaOH 3N berwarna merah muda,
dan setelah dicammpur dengan larutan CuSO4 2% + larutan NaOH 3N mengalami
perubahan warna menjadi warna biru, hal ini mengidentifikasi bahwa pada bahan
jambu positif mengandung vitamin B6.

D. PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum serangkaian uji vitamin yang terdiri atas
identifikasi kandungan vitamin B1, vitamin C, dan vitamin B6. Adapun
pembahasan dari hasil pengamatan yang telah kami dapatkan adalah sebagai
berikut.
Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial
yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya.
Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan
manusia hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Vitamin memiliki
peran sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-
fungsi tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal. Vitamin dibagi menjadi
dua golongan utama, yaitu vitamin yang larut dalam air yang meliputi vitamin B
dan C, serta vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K
(Poedjiadi, 1994). Defisiensi suatu vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit.
Penyakit akibat kekurangan vitamin tersebut disebut avitaminosis. Kelebihan salah
satu vitamin pada tubuh dalam jumlah yang banyak dikenal dengan istilah
hipervitaminosis. Kebutuhan tubuh akan vitamin ada batasnya. Kelebihan vitamin
tidak selalu dibuang, tetapi ada juga yang disimpan. Peranan suatu vitamin di dalam
tubuh dapat dipengaruhi oleh zat-zat tertentu yang mempunyai struktur hampir
sama dengan struktur vitamin tersebut. Zat tersebut dikenal sebagai zat antivitamin
atau vitamin antagonis. Secara klasik, vitamin diklasifikasikan atas dasar
kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A,
vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta golongan vitamin yang larut dalam air,
seperti vitamin C dan kelompok vitamin B kompleks. Vitamin B kompleks ini
diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B11,
dan vitamin B12 (Soemardjo, 2008).
Vitamin yang larut dalam air di sebut prakoenzim. Vitamin-vitamin ini
dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Vitamin yang larut dalam air
mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau terlarut bersama air selama
pencucian bahan. Vitamin ini di dalam tubuh disimpan dalam jumlah terbatas dan
kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau diekskresikan melalui urin, oleh karena itu
untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin ini harus sering dikonsumsi
(Poedjiadi, 1994).
Golongan vitamin yang larut dalam lemak di sebut alosterin. Vitamin
setelah diserap dalam tubuh akan disimpan dalam jaringan-jaringan lemak terutama
hati. Vitamin-vitamin ini tidak diekskresikan, sehingga di dalam tubuh akan
disimpan dalam jumlah banyak dan kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih
besar daripada vitamin yang larut dalam air (Poedjiadi 1994). Kebanyakan vitamin
yang larut dalam air berperan sebagai kofaktor enzim tertentu dalam mengkatalisis
berbagai reaksi biokimia. Vitamin A dan D mempunyai sifat menyerupai hormon,
vitamin E memiliki sifat antioksidan, dan vitamin K diperlukan bagi biosintesis
faktor pembekuan darah (Winarno, 1984).
Sumber-sumber provitamin A yang terbaik adalah hati, susu, dan ginjal,
yaitu vitamin ini terutama terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitamin
D yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Cahaya matahari juga
membantu menciptakan vitamin D. Vitamin E dapat diperoleh dari kacang-
kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau. Sumber vitamin K yang paling
baik adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal (Hart, 2003).
Vitamin B1 dapat diperoleh dari hati, kuning telur, ragi, susu, kacang-kacangan,
dan gandum. Vitamin B2 diperoleh dari telur, hati, susu, kedelai, beras, sayuran,
dan teri. Sumber vitamin B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur, daging, susu,
dan kacang tanah. Vitamin B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah, gandum,
sayuran hijau, daging, ikan, dan hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati, ikan, telur,
keju, dan susu. Vitamin C diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam,
seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan
kubis (Kurt dan Isselbacher, 1999).
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat
penting dalam gizi manusia. Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, dan
vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C. (Rohman dan
Sumantri, 2007).
Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial
yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya.
Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan
manusia hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Defisiensi suatu
vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit. Penyakit akibat kekurangan vitamin
tersebut disebut avitaminosis. Kelebihan salah satu vitamin pada tubuh dalam
jumlah yang banyak dikenal dengan istilah hipervitaminosis. Kebutuhan tubuh akan
vitamin ada batasnya. Kelebihan vitamin tidak selalu dibuang, tetapi ada juga yang
disimpan. Peranan suatu vitamin di dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh zat-zat
tertentu yang mempunyai struktur hampir sama dengan struktur vitamin tersebut.
Zat tersebut dikenal sebagai zat antivitamin atau vitamin antagonis. Secara klasik,
vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut
dalam lemak, seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta
golongan vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C dan kelompok vitamin B
kompleks. Vitamin B kompleks ini diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B3, vitamin B6, vitamin B11, dan vitamin B12 (Soemardjo, 2008).
Sumber-sumber provitamin A yang terbaik adalah hati, susu, dan ginjal,
yaitu vitamin ini terutama terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitamin
D yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Cahaya matahari juga
membantu menciptakan vitamin D. Vitamin E dapat diperoleh dari kacang-
kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau. Sumber vitamin K yang paling
baik adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal. Vitamin B1 dapat
diperoleh dari hati, kuning telur, ragi, susu, kacang-kacangan, dan gandum. Vitamin
B2 diperoleh dari telur, hati, susu, kedelai, beras, sayuran, dan teri. Sumber vitamin
B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur, daging, susu, dan kacang tanah. Vitamin
B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah, gandum, sayuran hijau, daging, ikan, dan
hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati, ikan, telur, keju, dan susu. Vitamin C
diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan
semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt, et al., 1999).
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh
dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K,
dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12,
dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya
memproduksi vitamin D dan K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber
berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran,
dan suplemen makanan.
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar,
yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya
terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya,
yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin
yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di
dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh
saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja
di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan
lamanya di dalam tubuh ( Godam, 2006).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam
air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang
bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh.
Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin
(Nemours, 2010).
1. Identifikasi Kandungan Vitamin B1
Thiamin (Vitamin B1) Istilah tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung
sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan yang
larut dalam air (Anonim, 2013).
Thiamin (thiamin hidroklorida) berbentuk hablur putih bersifat higroskopis,
berbau ragi dan mempunyai titik leleh 246-250˚C, dengan berat molekul 337,26.
Thiamin bersifat mudah larut dalam air dan alkohol tapi, tidak larut dalam ethil eter,
benzen dan pelarut lemak yang lain. Thiamin stabil pada pemanasan kering tetapi
rusak bila dipanaskan dlam autoklav ataupun dipanaskan dengan sulft. Dalam
bahan makanan thiamin dalam keadaan bebas atau terikat sebagai senyawa
kompleks dengan protein, fosfoprotein, atau sebagai ester dengan asam pirosulfat.
Dalam larutan netral atau alkalis thiamin mudah sekali mengalami kerusakan tetapi
dalam keadaan asam (pH 3,5) vitamin ini tahan dengan panas sterilisasi sampai
suhu 120˚C (Sudarmadji, 2007).
Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Bentuk murninya adalah tiamin
hidroklorida. Vitamin ini merupakan satu-satunya vitamin yang untuk pertama
kalinya ditemukan di Indonesia (1897) yang dulu masih disebut Hindia-Belanda
oleh sarjana Belanda yang bernama Eijkman (Winarno, 1991).
Defisiensi vitamin ini mengakibatkan terjadinya penyakit beri-beri terutama
negara-negara yang menggunakan makanan pokok nasi. Defisiensi vitamin B1 juga
mengakibatkan rusaknya alat pencernaan makanan yang disertai muntah-muntah
dan diare. Sumber vitamin B1 adalah biji-bijian seperti beras, gandum; sumber
lainnya adalah daging, unggas, telur, hati, kedelai, kacang tanah, sayuran, dan susu
(Poedjiadi, 1994).
Vitamin B1 atau juga disebut tiamin (rumus molekul C12H17N4OS+)
terdapat dalam hampir semua tumbuhan dan jaringan hewan yang umumnya
digunakan sebagai makanan, tetapi kandungannya sangat kecil. Vitamin B1 tidak
stabil terhadap panas dan sinar UV. Vitamin B1 terdapat di beberapa produk
suplemen dan bahan segar seperti sayuran. Contoh sayuran yang mengandung
vitamin B1adalah bayam, kacang panjang. Kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan penyakit beri-beri.

Gambar 1. Struktur kimia tiamin


Pengujian positif adanya vitamin B1 terhadap suatu zat dengan reagen asam
pikrat akan menghasilkan endapan berbentuk kristal. Hal ini dikarenakan asam
pikrat merupakan pereaksi alkaloid yang dapat mengendapkan larutan yang juga
bersifat alkaloid sehingga terbentuk kristal.
Hasil pengamatan kristal pada bahan yang diuji dibawah mikroskop cahaya
yaitu 1. Pada pengujian serbuk Tiamin diperoleh Kristal tidak berwarna (bening),
dengan ukuran sangat panjang dan kecil seperti jarum. 2. Pada pengujian vitamin
B1(IPI) diperoleh Kristal berwarna hijau kekuninngan. 3. Pada pengujian larutan
sawi diperoleh Kristal berwarna hijau, sangat panjang dan berukuran kecil seperti
jarum berbentuk serabut-serabut. 4. Pada pengujian larutan bayam diperoleh Kristal
berwarna hijau, berbentuk lonjong berserabut dengan ukuran lumayan panjang. 5.
Pada pengujian larutan singkong diperoleh Kristal berwarna hijau dengan ukuran
lumayan panjang berbentuk lonjong. 6. Pada pengujian larutan jambu diperoleh
Kristal berwarna kuning kecoklatan dan berbentuk bulat kecil. 7. Pada pengujian
larutan pisang diperoleh Kristal berwarna kuning agak bening, berbentuk bulat
kecil. 8. Pada bagian larutan buncis diperoleh Kristal berwarna hijau berbentuk
agaka lonjong. 9. Pada bagian larutan kubis diperoleh Kristal berwarna hijau
berbentuk jarum. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara bahan yang
digunakan yaitu serbuk tiamin, vitamin B1 (IPI), dan beberapa bahan segar (kubis,
buncis, jambu, sawi, pisang, singkong, dan bayam) positif mengandung vitamin B1.

2. Identifikasi Kandungan Vitamin C


Manusia membutuhkan zat gizi yang beraneka ragam, tetapi yang dibutuhkan
dalam jumlah besar adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Tubuh juga
membutuhkan zat gizi yang mempunyai peranan penting bagi fungsi sel tubuh,
misalnya vitamin C (Muchtadi, 2009). Kebanyakan vitamin yang larut dalam air
bertindak sebagi batu bangunan oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C)
sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C
adalah vital dalam pembentukan dari kolagen protein struktural (Thenawijaya,
1982).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Kebutuhan vitamin C dalam
tubuh didapatkan dari bahan makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Vitamin C juga memiliki fungsi sebagai sistem kekebalan tubuh, misalnya untuk
menangkal flu dan mencegah infeksi pada telinga (Puspaningtyas, 2013).
Apabila tubuh kekurangan vitamin C maka akan mengakibatkan anemia,
kulit kering, pendarahan internal yang terjadi pada bagian mata, radang gusi,
menurunnya sistem imun, sulit menyembuhkan luka, nyeri otot, dan mudah memar.
Namun apabila tubuh kelebihan vitamin C dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh,
seperti fungsi penyerapan vitamin B12 yang terganggu, produksi asam lambung
meningkat, meningkatnya kadar asam urat di dalam kantung kemih, menyebabkan
gangguan dan kerusakan pada otak, dan menyebabkan alergi serta iritasi pada
bagian kulit (Youngson, 2005).
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang
dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa
dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki
enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor
vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis
vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatty, 2003).
Vitamin C dibutuhkan tubuh hanya dalam jumlah yang sedikit. Vitamin C
(asam askorbat dengan rumus molekul C6H8O6) berfungsi sebagai kofaktor dalam
hidroksilasi enzimatik residu prolin pada kolagen pada vertebra. Sehingga ia
berfungsi sebagai pembentuk kolagen yang dapat memberikan kekuatan dan
fleksibilitas pada suatu jaringan. Vitamin C juga dapat berperan sebagai
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang akan masuk dalam tubuh.
Vitamin C sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C
terdapat di beberapa produk suplemen dan bahan segar seperti sayuran dan buah-
buahan. Contoh sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C adalah
Tomat, Jeruk, Kubis.

Gambar 2. Struktur kimia vitamin C


Pengujian positif adanya vitamin C terhadap suatu zat dengan reagen
fehling A dan fehling B akan menghasilkan perubahan warna menjadi hijau dan
terdapat endapan hijau kekuningan-merah. Hal ini dikarenakan prinsip dari uji
vitamin C, yakni vitamin C merupakan reduktor kuat dengan adanya gugus enadiol
sehingga mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi fehling A dan fehling B
menjadi ion Cu+ dengan membentuk endapan Cu2O yang berwarna merah, kuning
atau hijau kekuningan.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang telah tertera
dalam tabel hasil pengamatan. Dalam percobaan ini kami melakukan percobaan
pada produk suplemen antara lain: vitamin C (IPI), vitacimin, dan Xon-C, dan pada
bahan segar antara lain: singkong, sawi, buncis, kubis, pisang, bayam, dan jambu.
Pada produk suplemen setelah memasukkan 1 ml Fehling A dan 1 ml Fehling B
pada masing-masing tabung reaksi yang telah berlabel prosuk suplemen, kemudian
ditambahkan 10 tetes larutan produk suplemen 1 %, dan semua hasil uji vitamin C
pada produk suplemen (vitamin C, vitacimin, dan Xon-C) menunjukkan positif (+),
dikarenakan terdapat perubahan warna dan terjadi endapan warna orange didasar
tabung reaksi.
Sedangkan pada bahan segar, yang pertama adalah pada singkong setelah
dilakukan cara yang sama dengan pengujian pada produk suplemen, singkong dari
yang warna awalnya adalah putih berubah menjadi warna biru keruh itu artinya uji
yang dilakukan (-), hal ini tidak sesuai dengan Kementrian Pertanian RI (2017),
yang menyatakan bahwa kandungan zat gizi dalam singkong berjumlah 31 mg.
Kedua, adalah pada bahan sawi, terjadi perubahan warna dari yang awalnya hijau
muda, menjadi hijau tua tetapi tanpa endapan, hal ini uji yang dilakukan adalah
negative (-), hal ini tidak sesuai dengan Fatsecret (tanpa tahun), bahwa sawi
memiliki kandungan vitamin C sebanyak 21 %, dapat dipastikan pengujian yang
kami lakukan terjadi kesalahan, misalnya pada saat memasukkan fehling A dan B
kurang tepat jumlahnya, atau kurang lama didiamkan. Ketiga adalah pada bahan
buncis terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru ini berarti negative (-).
Keempat adalah pada bahan kubis terjadi perubahan warna dari hijau bening
menjadi biru dengan endapan orange berarti ini positif (+), hal ini sesuai dengan
Fatsecret (tanpa tahun), bahwa vitamin C dalam kubis 100 g adalah sebanyak 54 %.
Kelima adalah pada bahan pisang terjadi perubahan warna dari kuning keruh
menjadi biru ini berarti negative (-). Keenam adalah pada bahan bayam terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi hijau tua ini berarti negative (-), hal ini tidak
sesuai dengan Fatsecret (tanpa tahun), yang menyatakan bahwa vitamin C dalam
bayam 100 g adalah 47 %. Ketujuh adalah pada bahan buah jambu terjadi perubahan
warna dari merah muda menjadi kuning pekat endapan, jadi ini uji yang dilakukan
positif (+), hal ini sesuai dengan Susanti (2016), bahwa setiap 100 gram jambu biji
terdapat 183 mg Vitamin C sedangkan jeruk hanya mengandung sekitar 50 mg
Vitamin C. Dapat simpulkan bahwa kebanyakan dari bahan segar yang telah kami
uji menunjukkan hasil yang negative, padahal sebenarnya berdasarkan literatur,
bahan-bahan segar seperti singkong dan bayam juga mengandung vitamin C
walapun hanya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan yang
dilakukan saat praktikum, misalnya kurang telitinya meneteskan reagen, kurang
teliti saat mengamati warna larutan, dan kurang pahamnya prosedur kerja dari uji
vitamin C.

3. Identifikasi Kandungan Vitamin B6


Vitamin B6 terdapat dalam tiga bentuk senyawa yaitu piridoksin, piridoksal
dan piridoksamin. Koenzim piridoksal fosfat berpartisipasi dalam reaksi-reaksi
metabolisme asam amino. Seperti reaksi transaminasi, dekarboksilasi dan
resemisasi. Masing-masing reaksi ini berlangsung dengan katalis enzim yang
berbeda-beda. Tetapi semua enzim ini memerlukan koenzim yang sama yaitu
piridoksal fosfat. Piridoksin stabil terhadap pemanasan,alkali dan asam. Piridoksal
dan pridoksamin mudah rusak oleh pemanasan, udara dan cahaya. Dari ketiga
bentuk vitamin B6 hanya piridoksin yang paling tahan terhadap pengaruh
pengolahan dan penyimpanan.
Vitamin B6 terdiri dari kelompok piridina yang banyak kesamaannya satu
dengan yang lain, yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamina. Meskipun
demikian, dalam mimbar ilmiah dan kehidupan sehari-hari lebih disukai
penggunaan istilah vitamin B6 dan bukan piridoksin, karena piridoksin hanyalah
satu dari tiga senyawa aktif. Karena itu vitamin B6 dan piridoksin tidaklah sinonim
(Winarno, 1991).
Piridoksin (vitamin B6) terdapat di alam dalam tiga bentuk : piridoksin,
piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang
digunakan sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai
koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin (PMP) dalam berbagai
reaksi transaminasi. Di samping itu PLP berperan dalam berbagai reaksi lain
(Anonim, 2013).

Gambar 3. Struktur kimia dari Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin


Vitamin B6 larut dalam air dan relative sangat stabil terhadap panas dan
asam. Piridoksal akan rusak dalam laurtan alkali. Dari tiga bentuk Vitamin B6
piridoksinlah yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan
(Winarno, 2002).
Vitamin B6 memiliki berbagai fungsi antra lain memperlancar
metabolisme, membantu transmisi impuls syaraf, meningkatkan kekebalan tubuh,
membantu sintesis RNA dan DNA, menjaga keseimbangan garam-garam mineral.
Akibat dari kekeurangan vitamin ini adalah kulit pecah-pecah, keram pada otot,
insomnia, dan lain-lain. Vitamin B6 (piridoksin) diperlukan dalam beberapa proses
metabolisme. Tubuh membutuhkan vitamin B6 untuk reaksi lebih dari 100 enzim,
perkembangan otak selama masa kehamilan, serta fungsi kekebalan tubuh. Vitamin
B6 juga berperan sebagai kofaktor dalam reaksi enzimatis tubuh yang essensial.
Pada orang dewasa kebutuhan vitamin B6 adalah 100 mg per hari, sedangkan pada
anak usia 1 sampai 3 tahun 30 mg, anak usia 4 sampai 8 tahun 40 mg, anak usia 9
sampai 13 tahun 60 mg dan pada remaja 14 tahun sampai 18 tahun 80 mg per hari.
Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan anemia, ruam kulit, depresi serta
system kekebalan tubuh yang lemah. Vitamin B6 sering dikombinasikan dengan
vitamin B1 dan B12 sebagai vitamin neurotropi. Kombinasi dengan vitamin B1 dan
B12 akan memperbaiki serta mengoptimalkan system syaraf. Hal ini menunjukkan
pentingnya asupan vitamin B6 yang cukup pada tubuh (Mooney, et al, 2009 and
Nugrahani, 2016).
Vitamin B6 atau juga disebut piridoksin (rumus molekul C8H11NO3)
Berperan sebagai koenzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
berujung pada pelepasan energi. Vitamin B6 juga berperan pada metabolisme asam
amino. Vitamin B6 terdapat di beberapa produk suplemen dan bahan segar seperti
sayuran.

Gambar 4. Struktur kimia piridoksin


Pengujian positif adanya vitamin B6 terhadap suatu zat dengan reagen
CuSO4 dan NaOH akan menghasilkan perubahan warna menjadi biru-ungu. Hal ini
dikarenakan vitamin B6 memilki gugus C, H, O, dan N serta berperan sebagai
koenzim dan metabolism asam amino sehingga ketika diujikan dengan CuSO4 dan
NaOH yang merupakan reagen biuret akan bereaksi menghasilkan perubahan warna
biru keunguan.
Prinsip uji vitamin B6 ini adalah Larutan sampel direaksikan dengan CuSO4
2% dan NaOH 3N, uji positif mengandung vitamin B6 ditandai dengan
terbentuknya endapan ungu. Piridoksin dapat rusak dalam suasana netral atau
alkalis. Karena itu ditambahkan NaOH untuk membuat larutan dalam suasana basa.
Disamping itu, piridoksin terurai zat-zat pengoksida dan dalam hal ini karena itulah
ditambahkan CuSO4 untuk mengoksidasi piridoksin dan ion Cu2+ akan tereduksi
menjadi Cu+ yang akhirnya akan mengahasilkan larutan berwarna kompleks biru-
ungu CuSO4.
Pada percobaan yang telah dilakukan yakni dilakukan dalam 2 jenis bahan
yaitu produk suplemen dan bahan segar. Pada produk suplemen terdiri dari vitamin
B6 (IPI) dan larutan piridoksin 1 %. Pada vitamin b6 (IPI) dilakukan pengujian
dengan tata cara diatas dan didapatkan hasil yang warna awalnya adalah putih keruh
berubah menjadi biru muda (+) perubahan warna ini menunjukkan bahwa uji yang
dilakukan adalah positif. Pada larutan piridoksin 1 % terjadi perubahan warna dari
yang semua tidak berwarna menjadi berwarna hijau disertai endapan hitam, hal ini
menunjukkan bahwa ujinya negatif (-), hal ini tidak sesuai dengan Winarno (1991),
bahwa vitamin B6 terdiri dari kelompok piridina yang banyak kesamaannya satu
dengan yang lain, yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamina. Dimana
seharusnya CuSO4 + NaOH dapat membentuk biuret dan piridoksin mengandung
unsur C, H, O, N yang berperan dalam metabolisme asam amino, sehingga CuSO4
+ NaOH dapat berikatan dengan piridoksin dan menghasilkan warna biru-ungu.
Ketidaksesuaian dengan literatur ini mungkin dikarenakan, dalam larutan
piridoksin yang kami gunakan uji kadar piridoksinnya sedikit sehingga ketika diuji
warnanya tidak mencapai biru keunguan.
Pengujian pada bahan segar, yang pertama yakni pada singkong, dilakukan
tata cara pengujian yang sama dan didapatkan hasil perubahan warna dari putih
menjadi biru, warna ini menandakan singkong positif (+) mengandung vitamin B6.
Yang kedua adalah bahan sawi, terjadi perubahan warna dari yang awalnya hijau
muda setelah diuji menjadi berwarna hijau tua, hal ini menandakan pada sawi
negatif (-) atau tidak mengandung vitamin B6. Yang ketiga adalah bahan buncis,
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi warna biru, ini berarti ujinya positif (+).
Yang keempat adalah kubis, terjadi perubahan warna dari yang awalnya hijau
bening menjadi endapan orange, ini menunjukkan bahwa negatif (-). Yang kelima
adalah bahan pisang, yang awalnya kuning keruh berubah menjadi biru keunguan
hal ini sesuai dengan literatur, maka hasilnya adalah positif (+). Yang keenam
adalah bayam, dari warna awal hijau menjadi hijau tua, berrati ujinya adalah negatif
(-). Bahan yang ketujuh (terakhir) adalah buah jambu, terjadi perubahan warna yang
semua adalah merah muda berubah menjadi warna biru, ini menandakan adanya
vitamin B6 pada buah jambu. Dari data yang telah di dapatkan dapat disimpulkan
bahwa pada produk suplemen keduanya seharusnya positif mengandung vitamin
B6 dan pada bahan segar ketujuh bahan segar semuanya menunjukkan warna biru
(pada singkong, buncis, pisang), dimana warna tersebut menunjukkan bahwa ujinya
positif (+) mengandung vitamin B6 akan tetapi kadarnya tidak banyak sehingga
tidak sampai biru keunguan seperti pada pisang, kecuali pada bahan kubis sawi dan
bayam, reaksi yang ditunjukkan negative (-) atau tidak mengandung vitamin B6.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah kami susun, adapun kesimpulan dari
tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pada uji identifikasi vitamin B1 yang telah dilakukan, bahan segar berupa
kacang tanah, serbuk tiamin, jambu biji, buncis, bayam, sawi, pisang, dan kubis
menghasilkan hasil uji positif dan produk suplemen vitamin B1 (IPI) juga
menghasilkan hasil uji positif mengandung vitamin B1. Pada uji identifikasi
vitamin C, bahan segar berupa jambu biji dan kubis menghasilkan hasil uji
positif, singkong, buncis, pisang, sawi, dan bayam menghasilkan uji negatif, dan
produk suplemen vitamin C (IPI), Xon-C, vitacimin menghasilkan uji positif.
Pada uji identifikasi vitamin B6, bahan segar yang menghasilkan hasil uji positif
yaitu kacang tanah, jambu biji, buncis, dan pisang. Sedangkan bahan uji lainnya
yaitu piridoxin, suplemen vitamin B1 (IPI), bayam, kubis dan sawi
menghasilkan hasil negatif.
2. Kandungan vitamin C pada produk suplemen jika dilihat dalam uji kualitatif,
produk suplemen yang kami identifikasi antara lain yaitu vitamin C (IPI),
vitacimin, dan Xon-C. diantara ketiganya uji kandungan vitamin C adalah positif
(+), ketiga bahan tersebut mengandung vitamin C karena terjadi perubahan
warna dan endapan berwarna orange di dasar tabung reaksi. Perubahan warna
yang signifikan terjadi pada Xon-C dimana warna awalnya adalah kuning orange
menjadi hijau disertai endapan orange, berarti kandugan vitamin C terbanyak
adalah pada Xon-C, sedangkan pada vitamin C (IPI) dan vitacimin endapan yang
muncul paling banyak adalah pada vitamin C (IPI) dari pada endapan pada
vitacimin, berarti vitamin C (IPI) lebih banyak mengandung vitamin C dari pada
produk suolemen vitacimin.
3. Kandungan vitamin C pada bahan segar, bahan segar yang kami identifikasi
antara lain yaitu singkong, sawi, buncis, kubis, pisang, bayam, dan buah jambu.
Hasil yang kami dapat adalah pada singkong, sawi, buncis, bayam, dan pisang
adalah negatif, dan hasil pada kubis dan jambu biji adalah positif. Dilihat dari
literatur bahwa terdapat kesalahan dimana seharusnya sawi dan buncis
mengandung vitamin C. Jika dilihat dari kualitatif, perubahan warna dan
terjadinya endapan terbanyak adalah pada kubis yakni berubah warna menjadi
biru dengan disertai endapan orange, sedangkan pada jambu perubahan warna
tidak terlalu signifikan yaitu orange dengan endapan orange. Jadi diantara kubis
dan jambu biji didapatkan hasil kandungan vitamin C pada kubis lebih banyak
dari pada jambu biji.
F. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Vitamin Larut dalam air. (Online),


(http://kuntummawar.wordpress.com), diakses 22 April 2019.
Fatsecret. Tanpa Tahun. Vitamin dalam Bayam. (Online),
(https://mobile.fatsecret.co.id/kalori-gizi/makanan/bayam/vitamin), diakses
21 April 2019.
Fatsecret. Tanpa Tahun. Vitamin dalam Kubis. (Online),
(https://mobile.fatsecret.co.id/kalori-gizi/makanan/kubis/vitamin), diakses
21 April 2019.
Fatsecret. Tanpa Tahun. Vitamin dalam Sawi. (Online),
(https://mobile.fatsecret.co.id/kalori-gizi/makanan/sawi/vitamin), diakses
21 April 2019.
Godam. 2006. Pengertian dan Definisi Vitamin. (Online),
(http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#), diakses 21
April 2019.
Hart H, Leslie E, David J. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Terjemahan
dari: Organic Chemistry. Ed. Ke-11.
Kementrian Pertanian RI. 2017. Informasi Gizi. (Online),
(http://pangannusantara.bkp.pertanian.go.id/?show=page&act=view&id=1
6), diakses 21 April 2019.
Kurt T, Isselbacher. 1999. Harrison Prinip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie
AH, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari : Harrison’s Principles of
Internal Medicine.
Mooney, S., Leuendorf, J. E., Hendrickson, C., & Hellmann, H. (2009). Vitamin
B6: a long known compound of surprising complexity. Molecules, 14(1),
329-351.
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.
Nemours. 2010. Vitamin. (Online),
(http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#), diakses 21
April 2019.
Nugrahani, I. L. M. A., & Kirana, C. (2016). Determination of thiamine HCl
(vitamin b1) and pyridoxine HCl (vitamin b6) content in tablet by FTIR. Int
J Appl Pharm, 8, 257- 264.
Padayatty, SJ. 2003. Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease
prevention. (Online), (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12569111),
diakses 21 April 2019.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Puspaningtyas, D.E. 2013. The Miracle of Fruits. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Rohman, A., & Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Soemardjo D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Susanti, Epa. 2016. Siapa Sangka Kandungan Vitamin C Jambu Biji Mengalahkan
Jeruk. (Online), (http://www.tribunnews.com/tribunners/2016/02/28/siapa-
sangka-kandungan-vitamin-c-jambu-biji-mengalahkan-jeruk), diakses 21
April 2019.
Thenawijaya, Meiji. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
US National Library of Medicine dan National Institue of Health. Tanpa Tahun.
Vitamin. (Online), (http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/vitamins.html),
diakses 21 April 2019.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Youngson, R. 2005. Antioksidan: Manfaat Vitamin C dan E bagi Kesehatan.
Jakarta: Arcan.
G. LAMPIRAN
Setelah melakukan pengamatan serangkaian Uji Vitamin, adapun
dokumentasi hasil pengamatan adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai