Anda di halaman 1dari 2

Nama : Agie Dwi Prasasti

NIM : 118206002

Analisis Pendekatan Semiotic pada Iklan Go-Pay x Alfamart


Ibuku Pahlawanku | Kebahagiaan Kecil

Link youtube: https://www.youtube.com/watch?v=TWwvclW-pig

Iklan yang dibuat oleh Go-Pay dan Alfamart pada akhir tahun 2018 ini merupakan
iklan yang menyentuh, menarik, dan edukatif. Namun iklan ini hanya dipublikasikan melalui
media digital atau internet karena berupa cerita pendek berdurasi 3 menit. Menurut saya iklan
ini merupakan salah satu iklan terbaik sepanjang tahun 2018 karena memiliki kreatif,
memiliki makna yang mendalam, dan saya tidak menduga twist yang terdapat dalam iklan
tersebut. Saya pikir konten-konten iklan seperti ini perlu ditingkatkan karena memberikan
pesan-pesan bagi audience nya, tidak semata-mata mengiklankan produknya.

Dalam iklan Go-Pay x Alfamart ini, ditunjukkan seorang siswi SD yang menceritakan
tentang ibunya di depan kelas. Setelah bercerita panjang lebar tentang ibunya, di detik 1:44
dimunculkan twist bahwa ibu yang ia bicarakan dari tadi ternyata adalah seorang laki-laki tua.
Hal ini menyiratkan bahwa ibunya adalah ayahnya, atau dengan kata lain ayahnya adalah
seorang single father yang memiliki dua peran penting sekaligus dalam kehidupan sang siswi
yaitu ayah sekaligus ibu. Di detik 2:41 juga ditunjukkan bahwa sang siswi bahagia dengan
kehidupannya sebagai anak yang diasuh oleh single father.
Pada detik 1:26 ditunjukkan bahwa sang anak menyelipkan pulpen ke dalam
belanjaan ketika berbelanja di Alfamart dengan raut muka ragu-ragu. Hal tersebut
menyiratkan bahwa sang anak tau jika meminta dibelikan ayahnya kemungkinan besar akan
menolak. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sang ayah berasal dari keluarga miskin –
yang dikonfimasi pada detik 2:01 bahwa ayahnya adalah seorang kuli bangunan yang secara
umum gajinya tidak besar dan tidak tentu.

Ketika melihat raut wajah si anak, petugas kasir ragu-ragu menanyakan “Ini (pulpen)
juga sekalian?” lalu setelah jeda beberapa saat ia menawarkan “Bayar pakai Go-Pay dapat
cashback”. Setelah mendengar penawaran tersebut sang ayah pun setuju membelikan pulpen
tersebut dengan menggunakan Go-Pay. Disini Go-Pay ditampilkan memiliki peran besar
dalam mempengaruhi keputusan membeli sang ayah. Selain itu Go-Pay juga ditunjukkan
tidak hanya cocok digunakan masyarakat kelas atas, namun juga masyarakat kelas bawah.
Karena Go-Pay bisa memberikan kebahagiaan kecil (sesuai judulnya) dalam belanja sehari-
hari dengan cashback dan promo-promo lainnya.

Alfamart dalam iklan ini juga tidak diiklankan secara eksplisit sepanjang cerita, hanya
diakhir saja. Alfamart hanya ditampilkan sebagai lokasi berbelanja sang siswi dan ayahnya.
Namun Alfamart disini ditampilkan dengan kasir yang sangat ramah, peduli terhadap
pelanggannya (memperhatikan raut wajah sang anak), dan secara tidak langsung memberikan
kebahagiaan pada keluarga tersebut karena menyediakan pembayaran Go-Pay. Iklan secara
implisit seperti ini menurut saya lebih efektif daripada menyebutkan keunggulan-keunggulan
dengan tagline tertentu. Show, don’t tell – Tunjukkan, jangan katakan.

Iklan Go-Pay x Alfamart ini masih mengandung beberapa unsur semiotic lain yang
tidak saya bahas seluruhnya di dalam tulisan ini agar tidak terlalu panjang. Yang menjadi inti
dalam pembahasan saya adalah unsur semiotic visual yang terkait erat dengan konteks cerita
dalam 3 hal, yaitu : twist single father, penyediaan Go-Pay yang memberikan kebahagiaan
kecil, dan kesan yang ditampilkan Alfamart sebagai salah satu lokasi cerita. Menurut saya
format iklan melalui media digital dengan format cerita pendek seperti ini merupakan hal
yang fresh dan menarik. Selain itu format cerita pendek juga membuat lebih banyak ruang
bagi pembuat konten untuk menciptakan konten yang edukatif dan bermakna mendalam,
tidak sekedar menghibur dan mengiklankan produknya saja.

Anda mungkin juga menyukai