Anda di halaman 1dari 3

Secara berurutan pemeriksaan thorax harus meliputi; inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi
1. Diamati bentuk thorax, apakah biasa/normal ataukah ada kelainan bentuk seperti;
 Kifosis, Iordosis, scoliosis gibbus (kiposis yang ekstrim).
 Bentuk dada burung (pigeon chest)-sternum menonjol
 Bentuk dada tukang sepatu/cekung (funnel chest)
 Barrel chest (besar-mengembung muka-belakang)
2. Diamati pernapasan pasien seperti:
 Terdengar stridor inspirasi/ekspirasi
 Menghitung frekuensi pernapasan, yang normalnya 16-24x/menit dan juga ada perbandingan frekuensi napas,
dengan HR yang kira-kira 1 : 4. Napas lebih dari 24x/menit disebut Tachypnea. Bila kurang dari 16 disebut
Bradipnea.
 Catat pola/irama pernapasannya. Teratur, periodic ceynes stokes, periodic biot, Kussmaul ( cepat-dalam),
Hiperventilasi (hanya dalam) atau irama satu-satu pada pasien sebelum meninggal.
 Amati ada tidaknya Dyspnea (setiap ketidaknyamanan bernapas dalam bentuk apapun);
- Tanda-tanda retraksi intercostals
- Tanda-tanda retraksi supra sterna
- Pernapasan cuping hidung
- D’effort inspirasi seperti pada disteria.
- D’effort ekspirasi seperti pada asthma bronchiale
- Orthopnea, lebih nyaman bernapas pada posisi duduk.
3. Ada 2 hal lain yang dihubungkan dengan fungsi pernapasan adalah;
 Pengamatan Cyanosis disekitar bibir, mulut dan dasar kuku
 Clubbing of the fingers (seperti ujung pemukul genderang).
4. Amati suara batuk yang kita dengar (produktif, kering, whooping, pendek-pendek/dehem-dehem)

Palpasi
Palpasi pada dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari kiri dan kanan dengan maksud meraba dan
merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien mengucapkan kata “tujuh puluh tujuh…….” berulang-ulang.
Getaran yang dirasakan disebut: Vocal fremitus, perabaan dilakukan diseluruh permukaan dada (kiri, kanan, depan dan
belakang).
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar. Pemadatan
jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan terasa lebih bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa
kurang bergetar.

Perkusi
Perkusi dinding thorax, dengan cara mengetuk dengan jari tengah tangan kanan pada jari tengah-tangan kiri yang
ditempelkan dengan erat di dinding dada dicelah intercosta (kecuali pemeriksa kidal tentu sebaliknya). Ilmu ini meniru
para pembuat anggur yang bisa memeriksa tong-tong anggur yang mereka perkusi dan memastikan dimana batas
permukaan cairan anggur mereka karena memberikan getaran suara yang jelas berbeda.
Pada praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik sampai trampil dengan cara yang benar. Penilaian suara
yang ditimbulkan oleh perkusi:
1. Sonor adalahsuara perkusi jaringan paru yang normal.
2. Redup adalahsuara perkusi jaringan yang lebih padat/konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.
3. Pekak adalahsuara perkusi jaringan yang padat seperti pada;
 Adanya cairan di rongga pleura
 Perkusi daerah jantung
 Perkusi daerah hepar
4. Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong seperti : daerah Caverne-
caverne paru, penderita asthma kronik terutama dengan bentuk dada barrel-chest akan terdengar seperti ketukan
benda-benda kosong, bergema. Perkusi dilakukan dengan cara membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan thorax.
Catatan:
1. Dengan perkusi juga bisa diperiksa tentang turunnya diafragma, sejak akhir ekspirasi sampai inspirasi
maksimal yang normalnya berkisar 3-5cm. Rentang turunnya diafragma diperiksa di :
 Thorax bagian belakang
 Atas di batas paru-hepar/ICS-4 kanan
Bila paru-paru collaps, maka diafragma sisi yang bersangkutan tidak turun pada inspirasi maksimal
2. Dengan perkusi thorax-depan, sekaligus menilai batas-batas jantung (perkusi di atas jantung terdengar
pekak). Pada keadaan normal :
 Batas atas jantung ICS 2-3
 Batas kanan jantung linea sternalis kanan
 Batas kiri jantung linea medio-clavicularis kiri (pada pasien dengan dada lebar batas kiri jantung : 1 jari
medial dari linea mid-clav kiri).
Auskultasi
Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan menggunakn stetoskop, caranya : pasien
diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan
membandingkan kiri-kanan.
Ada 3 suara yang di dengar pada pemeriksaan auskultasi :
1. Suara nafas :
 Vesicular, suara nafas vesicular terdengar di semua lapangan paru yang normal. Barsifat halus, nada rendah,
inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
 broncho-vesicular, suara nafas broncho-vesicular terdengar di daerah percabangan broncus dan trache. Jadi
sekitar sternum dan region interscapular, nadanya sedang lebih kasar di bandingkan vesicular, inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi.
 bronchial, suara nafas bronchial terdengar di daerah trachea (leher) dan supra sternal notch. Bersifat kasar,
nada tinggi/inspirasi lebih pendek di bandingkan dengan ekspirasi.
Catatan :
 bila didapat suara broncho-vesicular atau bronchial dilapangan paru (yang semestinya vesicular), tentu
merupakan suatu kelainan
 bila tidak terdengar suara sama sekali, hal ini bisa karna paru-parunya colaps/atelektasis atau pleural
effusion yang banyak jumlahnya. Jumlah cairan pleura yang tidak banyak bisa menimbulkan suara
vesicular yang melemah.
 Bila terdengar suara seperti tiupan pada mulut botol, disebut suara amforik merupakan suara resonansi
dari rongga-rongga Caverne yang ada dalam paru-paru.
2. Suara ucapan (= vocal resonans)
Penderita diminta mengucapkan “tujuh puluh tujuh…” berulang-ulang setiap sesudah inspirasi secara berbisik
dengan intonasi yang sama kuat. Pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop secara sistematik di semua
lapangan paru serta membandingkannya kiri dan kanan.
 Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada orang sehat. Intensitas dan kualitas di kiri
sama dengan kanan
 Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan daerah sisi lain. Umumnya, ini
akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi paru.
 Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (= ngereyem). Bisa terdapat pada effusion atau
atelaktasis.
 Egophony, sura bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat(= bindeng) dan terasa dekat. Suara
semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru yang disertai caverne/berongga-rongga besar.
Tidak jarang ditemui pada sebuah paru sekaligus ada daerah effusion, ada daerah konsolidasi, mempunyai
caverne ada daerah yang masih normal maka vocal resonansnya bercampur sesuai distribusi kelainan
parunya.
3. Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan menun jukan ada kelainan. Macam-
macam suara tambahan :
 Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus pernfasan mengembang pada
inspirasi :
1. Rales halus, terdengar “meritik” halus pada akhir inspirasi jadi pendek saja.
2. Rales sedang, terdengar lebih kasar dan di tengah fase akhir inspirasi.
3. Rales kasar, terdengar lebih lama, yaitu pada seluruh fase inspirasi
Suara rales tidak hilang bila pasien disuruh batuk. Rales seringkali ditemui pada peradangan jaringan
paru (pneumonia t.b.c).
 Ronchi, ciri khas ronchi adalah pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun
ekspirasi. Ciri lain ronchi adalah akan hilang bila pasien disuruh batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya
cairan mucus dalam trachea atau bronchus-bronchus besar (misalnya pada edema paru).
 Wheezing, adalah bunyi musical terdengar “ngiii….ik” atau pendek ngiik. Yang bisa didapat pada fase
inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya lebih jelas pada ekspirasi. Wheezing terjadi karena adanya
exsudat lengket tertiup aliran udara dan bergetar nyaring.
 Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan Amplas pada kayu.
(catatan;Rales dan Ronchi terdengar “basah” karena seperti gemercik cairan), pleural friction –rub terjadi
karena peradangan pleura terdengar sepanjang fase pernapasan (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas
suara ini terdengar di daerah posteri-lateral bawah dinding thorax.

Anda mungkin juga menyukai