(Halaman 163)
Tingkatan tersebut dimulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu belum
mampu membedakan diri dengan lingkungan. Tingkatan terakhir, in-tegrated, merupakan
tingkat yang jarang dicapai oleh orang kebanyakan. Oleh karena itu, bangun tingkatan
perkembangan dalam ITP terdiri atas tujuh tingkatan, yaitu :
1. Tingkatan Implusif
Memiliki ciri-ciri menempatkan identitas diri sebagai bagian yang terpisah dari
orang lain. Pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungan sebagai
sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak berorientasi
pada masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai faktor
penyebab perilaku.
2. Tingkat Perlindungan Diri
Memiliki ciri-ciri peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh
dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara oportunistik dan
hedonistik (prinsip menyenangkan diri). Berpikir tidak logis dan stereotip.
Cenderung melihat kehidupan sebagai “Zero-Sum Game”. Cenderung
menyalahkan dan mencela orang lain dengan lingkungan.
3. Tingkat Konformistik
Memiliki ciri-ciri meliputi 1) Peduli terhadap penampilan diri dan Penerimaan
Sosial, 2) Cenderung berpikir stereotip dan klise, 3) Peduli akan aturan eksternal,
4) Bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian), 5) Menyamakan
diri dalam ekspresi emosi, 6) Kurang introspeksi, 7) Perbedaan Kelompok
didasarkan atas ciri-ciri eksternal, 8) Takut tidak diterima kelompok, 9) Tidak
sensitif terhadap keindividualan dan, 10) Merasa berdosa jika melanggar aturan
4. Tingkat Sadar Diri
Memiliki ciri-ciri meliputi 1) Mampu berpikir alternatif, 2) Melihat harapan dan
berbagai kemungkinan dalam situasi, 3) Peduli untuk mengabil manfaat dari
kesempatan yang ada, 4) Orientasi pemecahan masalah, 5) Memikirkan cara
hidup, 6) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan
5. Tahap Seksama
Memiliki ciri-ciri meliputi 1) Bertindak atas dasar nilai internal, 2) Mampu
melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan, 3) Mampu melihat
keragaman emosi, motif, dan perspektif diri, 4) Peduli akan hubungan
mutualistik, 5) Memiliki tujuan jangka panjang, 6) Cenderung melihat peristiwa
dalam konteks sosial, 7) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar analisis
6. Tingkat Individualistik
Memiliki ciri-ciri meliputi 1) Peningkatan kesadaran individualitas, 2) Kesadaran
akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan 3) Menjadi
lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, 4) Mengenal ekstensi pebedaan
individual, 5) Mampu bersikap tolerar terhadap pertentangan dalam kehidupan, 6)
Membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya, 7) Mengenal
kompleksitas diri, dan 8) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
7. Tahap Otonomi
Memiliki ciri-ciri meliputi; 1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu
keseluruhan, 2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri 3)
Peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial, 4) Mampu mengintegrasikan
nilai-nilai yang bertentangan, 5) Peduli akan Self-fulfillment (pemuasaan
kebutuhan diri), 6) Ada keberanian untuk menyelesaian konflik internal, 7)
Respek terhadap kemandirian orang lain, dan 9) Mampu mengekspresikan
perasan dengan penuh keyakinan dan kecerian
Angket Inventori Tugas Perkembangan memiliki beberapa karakteristik yang khas, yaitu:
(Halaman 65)
Inventori (inventaris, inventarisasi) adalah suatu alat untuk menaksir dan meilai ada atau
tidak adanya tingkah laku, minat, sikap tertentu, dan seterusnya biasanya inventaris ini
berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab (Chaplin, 2004: 260)
Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data tentang:
temperamen, karakter, penyesuaian diri, sikap, minat, kebiasaan belajar, gambaran diri,
jenis masalah, inventori tugas perkembangan, ungkap masalah, dan sebagainya
Kelebihan Inventori tugas perkembangan adapun kelebihan ITP antara lain a) melalui
skor hasil ITP konselor dapat lebih mudah memahami tingkat perkembangan individu, b)
Alat asesmen yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan program bimbingan dan
konseling berbasis perkembangan individu, c) Pengolahan hasil ITP dapat dilakukan
dengan cepat karena dilengkapi dengan program pengolahan ATP berbasis komputer
versi 3.5. Sedangkan kekurangan atau keterbatasannya antara lain a) Belum dapat
digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan kelulusan maupun untuk
penempatan, b) Skor ITP belum diuji hubungan dengan aspek perkembangan atau aspek
kepribadian lainnya, sehingga belum dapat digunakan untuk memprediksi aspek
kepribadian secara lengkap, c) Penggunaan ITP sebagai dasar pengembangan model
bimbingan di perguruan tinggi telah diuji secara empirik. Namun jumlah sekolah uji coba
masih terbatas, d) Penggunaan ATP untuk kalangan luas masih dalam tahap awal,
sehingga masukan untuk penyempurnaan ITP maupun ATP masih di harapkan dari para
pemakai.
(Halaman 14)
Inventori adalah metode untuk memahami individu dengan cara memberikan sejumlah
pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan keadaan dirinya. Jawaban
responden tersebut selanjutnya ditafsirkan (dipahami) oleh pengumpul data tentang
keadaan responden, dan responden memahami keadaan dirinya sendiri.21 Inventori tugas
perkembangan (ITP) merupakan instrument yang digunakan untuk memahami tingkat
perkembangan individu. Instrument ini dikembangkan oleh Tim Pengembang dari
Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinata, dkk). Penyusunannya
dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Inventori
tugas perkembangan (ITP) disusun dalam bentuk empat buku inventori, masing-masing
untuk memahami perkembangan individu di tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan
Tinggi. Dengan mengetahui tingkat perkembangan individu, diharapkan konselor
memiliki kedasaran bahwa program dan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
harus berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan individu. Pengembangan
instrument mengacu pada teori perkembangan diri dari Loevinger yang terdiri dari tujuh
tingkatan.
Tingkatan tersebut dimulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu belum mampu
membedakan diri dengan lingkungan. Tingkatan terakhir, integrated, merupakan tingkat
yang jarang dicapai oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu, bangun tingkatan
perkembangan dalam inventori tugas perkembangan (ITP) terdiri dari tujuh tingkatan
yaitu: (1) tingkat impulsif, (2) tingkat perlindungan diri, (3) tingkat konformistik, (4)
tingkat sadar diri, (5) tingkat seksama, (6) tingkat individualistik, (7) tahap otonomi
Kesimpulan
Yang dapat saya simpulkan dari intisari diatas ialah ITP merupakan alat pengumpulan
data yang mengukur perkembangan siswa yang dimulai dari tingkatan pra sosial yaitu
tingkatan dimana individu belum mampu membedakan diri dengan lingkungan.
Tingkatan terakhir, integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh kebanyakan
orang. Oleh karena itu, bangun tingkatan perkembangan dalam inventori tugas
perkembangan (ITP) terdiri dari tujuh tingkatan yaitu: (1) tingkat impulsif, (2) tingkat
perlindungan diri, (3) tingkat konformistik, (4) tingkat sadar diri, (5) tingkat seksama, (6)
tingkat individualistik, (7) tahap otonomi Dengan mengetahui tingkat perkembangan
individu, diharapkan konselor memiliki kedasaran bahwa program dan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan dan
perkembangan individu.