Calon Pembahasan
Calon Pembahasan
4.2. Pembahasn
4.2.1. Belalang kayu (Valanga nigricornis)
Gejala serangan dari belalang kayu adalah daun yang termakan dilihat
tercabik-cabik tidak teratur. Gejala serangan belalang kayu yang sangat berat
ketika daun hanya tersisa tulangnya saja.
4.2.2. Walang sangit (Leptocorisa acuta )
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang
tubuh Kutudewasa 3,5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila Kutu
hidup pada jagung,ukuran rata-rata 4,5 mm, sedang pada beras hanya 3,5
mm. larva Kutu tidak berkaki,berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agakmembulat. Pupa Kutu ini tampak seperti
kutu dewasa. Daur hidup dari kutu beras ( Sitophilus oryzae) kutu betina dapat
bertelur 2 -6 butir setiap harinya. Untuk menyimpan telurnya, kutu betina
melubangi bulir beras dengan rahangnya. Satu lubang hanya untuk satu butir telur.
Kutu beras dapat hidup selama beberapabulan. Selama hidup, kutu betina mampu
menghasilkan sekitar 400 butir telur. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3
hari. Larva akan hidup pada lubang beras selama 18 hari.Setelah itu akan menjadi
pupa selama 5 hari, lalu bermetamorfosis menjadi kutu.
Hama kumbang beras (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak
butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra,
dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang
kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan
butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung.
Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur
dengan air liur hama.
4.2.4. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Orcytes
Spesies: Orcytes rhinoceros
Secara morfologi kumbang kelapa mempunyai tipe alat mulut mengigit-
mengunyah dan termasuk dalam ordo Coleoptera. Kumbang kelapa betina akan
bertelur pada tempat yang banyak mengandung bahan organik, misalnya daun
busuk, batang busuk, tempat sampah, kompos dan lain-lain. Siklus hidup
kumpang berkisar 4-9 bulan, umumnya berkisar 4-7 bulan. Jumlah telur betina 30-
70 butir bahkan lebih, dan menetas sekitar 12 hari. Telur tersebut memiliki warna
putih, bentuk menjorong, dan akan berubah menjadi bulat, panjang telur 3 mm
dan lebar 2 mm.
Gejala serangan dari kumbang kelapa yaitu daun yang diserang kelihatan seperti
bekas tergunting akan terlihat jelas pada saat pelepah daun mulai terbuka bekas
guntingan itu seperti membuntuk huruf V.
Famili : Tephritidae
Genus : Dacus
Spesies : Dacus Sp
Morfoogi dari Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah
dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak
dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-
400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan
imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm
berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan
ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang
fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada
medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle,
yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya
sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi
larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga
periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat
pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada
kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari
bergantung pada spesies dan suhu lingkungan. Pada saat dewasa lalat buah pada
dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat
buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat
betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam
jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat
mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma
yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan
pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan
jaringan embrio.
16
seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubang. Apabila tingkat
populasi larva tinggi hampir seluruh daun dimakan dan hanya tulang daun yang
ditinggalkan. Umumnya serangan berat terjadi pada musim kemarau pada umur 5
- 8 minggu.
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi
mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji
menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman
terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa
dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap
polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan
yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan bijimenghitam dan busuk.
ditempat yang gelap dan bersembunyi. Serangga ini memiliki telur dengan bentuk
bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2
barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah,
dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi
kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya
diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 – 3 lapisan telur, dan
kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan
dengan umur telur 3 – 4 hari. Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6
dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 – 35 mm
berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 – 22 hari. Pada bagian
punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang
badan.Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 – 26 hari, namun
perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua
tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan. Siklus hidupnya
setelah 20 – 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah
menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur
dan setelah 4 – 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang
tanaman.
Gejala serangannya Larva yang masih kecil merusak daun dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-
tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun.
21
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan terganggu. Hama bisa merusak
tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama juga dibagi menjadi
beberapa ordo yaitu dari Ordo Ortoptera, Ordo Hemiptera, Ordo Homoptera,
Ordo Diptera, Ordo Lepidoptera, dan Ordo Celeoptera.
Hama memiliki kepala, kaki, perut, sayap, dan mempunyai tipe alat mulut,
menggigit, mengispa, mengunyah, dan menusuk. Siklus hidupnya terdiri dari
telur, nimfa, dan imago. Dan dengan tipe perkembangan secara Holometabola dan
Paurometabola. Siklus penyerangan dari hama baik dari menyerang daun, batang,
dan buah sehingga tanaman menjadi rusak. Dan sehingga menurunkan kuantitas
secara ekonomis.
V.2. Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya saya harapkan para praktikan dapat
memperhatikan pemateri dan pada saat penyampaian cara kerja praktikan dapat
memperhatikannya juga.
22
DAFTAR PUSTAKA
Cholis, Zanuar. 2015. Upaya Pengendalian Hama Secara Biologi dan Kimiawi.
Jurnal Teknologi Pendidikan. Universitas Gadjah Mada 11(10) : 7-9.
(http://jurnal.ugm.ac.id).(Diakses pada tanggal 27 Desember 2018).
Maulana, Agung. 2013. Ordo Hama yang Menyerang Tanaman. Jurnal Bahan
Alam Terbarukan. Universitas Muhammadiyah Malang (12) : 11-15.
(http://jurnal.umm.ac.id). (Diakses pada tanggal 27 Desember 2018).
Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Natawigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya.
Bandung.
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha
Nasional. Surabaya.