Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Istinbath Hukum
Disusun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Manthuq dan Mafhum?
b. Apa saja pembagian Manthuq dan Mafhum?
c. Bagaimana hukum berhujjah dengan Mafhum Mukhalafah?
d. Apa syarat-syarat untuk berhujjah dengan Mafhum Mukhalafah?
3. Tujuan Penulisan
Dengan kata lain, bahwa manthuq itu ialah makna yang tersurat atau
terbaca. Contoh, QS. Al-Baqarah (2):275 …الربا حرم و البيع هلل أحلّ و
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”3
داللة اللفظ ال في محل النطق على ثبوت حكم ما ذكر لما سكت عليه أو
على نفي الحكم عنه
“penunjukan lafazh yang tidak dibicarakan atas berlakunya hukum
yang disebutkan terhadap apa yang tidak disebutkan, atau tidak berlakunya
hukum itu”6
1
Rosihon, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 233
2
Garis-Garis besar Ushul Fiqh, Amir Syarifudin, Kencana: Jakarta, 2012, hal. 121
3
Ilmu Ushul Fiqh fi Tsubuti al-Jadid, Muhammad Jawad Mughniyah, Darul ‘Ilmi, Beirut, hal. 142
4
Ushul Fiqh, Satria Effendi M, Zein, Kencana: Jakarta, 2005, hal. 210
5
Ushul Fiqih, Sapiudin Shidiq, Kencana: Jakarta, 2011, hal. 192
6
Garis-Garis besar Ushul Fiqh, Amir Syarifudin, Kencana: Jakarta, 2012, hal. 121
a. Manthuq Sharih
Secara Bahasa berarti sesuatu yang diucapkan secara tegas,
menurut istilah, seperti dikemukakan oleh Musthafa Sa’id al-Khin
ialah:
ما وضع اللفظ له فيدل له با لمطابقة أو با لتضمين
“makna yang secara tegas ditunjukan oleh suatu lafazh sesuai
dengan penciptaannya baik secara penuh atau berupa bagiannya”.
Misalnya, QS An-Nisa (3): 3
فإن خفتم ا َ ّال تعدلوا,فا نكحوا ما طاب لكم من النسآء مثنى و ثالث و رباع
.....فواحدة
“….maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga,
atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku
adil, maka (nikahilah) seorang saja….”
i. Dalalat al-‘ima
Yaitu suatu pengertian yang bukan ditunjukan
langsung oleh suatu lafal, tetapi melalui pengertian logisnya,
karena menyebutkan suatu hukum langsung setelah
menyebut suatu sifat atau peristiwa. Contohnya, hadits
riwayat ahmad bin tirmidzi dari said bin Zaid bahwa
Rasulullah bersabda:
عن جابر بن عبدهللا عن النبي قال َمن أحيى أرضا ميّتة فهي له
)(رواه الترمذى
7
Ushul Fiqh, Satria Effendi M, Zein, Kencana: Jakarta, 2005, hal. 211
3. Pembagian Mafhum
a. Mafhum Muwafaqah
Ialah penunjukan hukum melalui motivasi tersirat atau
alasan logis dimana rumusan hukum dalam manthuq dilandaskan.
Contoh QS An-Nisa (3): 10
إنّ الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنّما يأكلون في بطونهم نارا و
سيصلون سعيرا
8
Ushul Fiqh, Satria Effendi M, Zein, Kencana: Jakarta, 2005, hal. 211-214
ّو قضى ربك أالّ تعبد إالّ إياه و بلوالدين إحسانا إ ّما يبلغن
أف وال تنهر هما و قل ّ عندك الكبر أحدهما أو كال هما فال تقل لهما
لهما قوال كريما
9
Ushul Fiqh, Satria Effendi M, Zein, Kencana: Jakarta, 2005, hal. 211-214
إنّ الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنّما يأكلون في بطونهم نارا و
سيصلون سعيرا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak
yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api
sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang
menyala-nyala (neraka)”.
Hukum yang disebutkan dalam ayat ini adalah
haramnya memakan harta anak yatim, sedangkan hukum
yang tidak disebutkan adalah membakar harta anak yatim
yang kedudukannya adalah sama.10
b. Mafhum Mukhalafah
10
Amir syarifudin, Garis-Garis besar Ushul Fiqih, Kencana: Jakarta, 2012, hal. 123-125
11
Amir syarifudin, Garis-Garis besar Ushul Fiqih, Kencana: Jakarta, 2012, hal. 125
12
Asmawi, Perbandingan ushul Fiqih, UIN Jakarta Press: Ciputat, 2006, hal. 154
13
Amir syarifudin, Garis-Garis besar Ushul Fiqih, Kencana: Jakarta, 2012, hal. 126
14
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2011, hal.193-195
15
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid II, Kencana: Jakarta, 2008. Halaman 162
16
Tumin, Pendapat Ulama Tentang Hukum Berhujjah dengan Mafhum Mukhalafah, Syarah:
Jurnal Hukum Islam, Vol.7. No.1. Januari-Juni 2018, hal. 10-11
17
Tumin, Pendapat Ulama Tentang Hukum Berhujjah dengan Mafhum Mukhalafah, Syarah:
Jurnal Hukum Islam, Vol.7. No.1. Januari-Juni 2018, hal. 10-11
18
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid II, Kencana: Jakarta, 2008. Halaman 163-164
1. Kesimpulan