Makalah Referat Lidokain Sebagai Obat Disritmia Kelvin Pangestu
Makalah Referat Lidokain Sebagai Obat Disritmia Kelvin Pangestu
Pembimbing:
dr. Taufik E.N, Sp.An
Oleh:
Kelvin Pangestu 406181016
Laporan Kasus
Disusun oleh :
Kelvin Pangestu (406181016)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Anestesi di RSUD K.M.R.T. Ketileng
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya,
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
dr. Taufik E. N, Sp.An
Yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan
Anestesi RSUD K.M.R.T. Ketileng sejak tanggal 20 Mei s/d 30 Juni 2019.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................................2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...…………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..………………23
BAB 1
PENDAHULUAN
Lidokain (Xylocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan. Tiap ml mengandung : 2 – (Dietilamino) – N – (2,6 –
dimetilfenil) asetamida hidroklorida. Obat Lidokain termasuk ke dalam anestesi lokal yang
sekarang ini semakin berkembang dan semakin meluas pemakaiannya dengan keuntungannya
yang relative murah, pengaruh sistemik yang minimal, menghasilkan analgesik kuat dan
kemampuan mencegah respon stress yang lebih baik.1,2,3
Obat anestesi lokal sintetis yang pertama adalah derivat ester, yaitu prokain,
diperkenalkan oleh Einhorn pada tahun 1904. Lidokain disintesa sebagai obat anestesi lokal
amida oleh Lofgren pada tahun 1943. Ia menimbulkan hambatan hantaran yang lebih cepat, lebih
kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain
merupakan aminoetilamid. Tidak seperti prokain, lidokain efektif digunakan secara topikal dan
merupakan obat antidisritmik jantung dengan kemanjuran yang tinggi. Untuk alasan ini, lidokain
merupakan standar pembanding semua obat anestesi lokal yang lain.1,2,3
Pada pembahasan tinjauan pustaka nanti, akan dibahas tentang lidokain dan penggunaan
lidokain sebagai obat antidisritmik jantung, efek yang dapat ditimbulkan hingga komplikasi yang
dapat ditimbulkan oleh lidokain beserta penanganannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal, terapi aritmia ventrikuler,
mengurangi fasikulasi suksinilkolin dan untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan
batuk pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea.6,11
Dosis yang diberikan pada terapi aritmia ventrikuler (takikardi ventrikel) adalah 1-1,5
mg/kgBB bolus intravena kemudian diikuti infus 1-4 mg/kgBB/menit. Cara ini biasanya
menghasilkan kadar dalam plasma 2-6 mg/L, bila tidak diikuti dengan infus, kadar dalam plasma
akan menurun dalam 30 menit setelah dosis bolus. Hal ini memerlukan bolus lanjutan 0,5
mg/kgBB. Untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler pada tindakan laringoskopi biasanya
diberikan dosis 1-2 mg/kgBB bolus intravena sebelum tindakan. Efek ini sebagian disebabkan
oleh efek analgesik dan efek anestesi lokal dari lidokain.6
Sebagai obat anestesi lokal lidokain dapat diberikan dosis 3-4 mg/kgBB, bila
ditambahkan adrenalin dosis maksimal mencapai 6 mg/kgBB. Lidokain menyebabkan penurunan
tekanan intrakranial (tergantung dosis) yang disebabkan oleh efek sekunder peningkatan
resistensi vaskuler otak dan penurunan aliran darah otak.6
Sifat analgesik intravena (IV) lidokain pertama kali dilaporkan pada pasien kanker dan pasien
pasca operasi. Kemudian, lidokain terbukti memberikan analgesia, dengan memblokir saluran
natrium bergantung voltase pada saraf perifer dan sentral. Dalam rute pemberian IV, lidokain
dapat meringankan nyeri baik deaferentasi maupun sentral. Sifat antinosiseptif lidokain
tampaknya berasal dari proses yang lebih beraneka ragam, bukan hanya penghambatan
sederhana dari pelepasan neuronal ektopik.6
Lidokain intravena digunakan secara luas dalam pengelolaan nyeri neuropatik, nyeri pasca
operasi, neuralgia post herpetik, nyeri yang dimediasi saraf sentral, sakit kepala dan lesi
neurologis ganas infiltratif. Lidokain adalah obat yang relatif aman, yang dapat digunakan pada
dosis rendah tanpa masalah keamanan penting. Sensitivitas terhadap lidokain merupakan
komplikasi berbahaya namun sangat jarang terjadi, yang dapat ditandai dengan dispnea dan
peningkatan kejadian detak jantung yang tak beraturan (disritmia). Komplikasi yang paling
sering dilaporkan adalah mati rasa periorbital, pusing, vertigo dan disartria yang disebabkan
karena akumulasi lidokain dalam tubuh. Efek samping yang lebih jarang terjadi seperti
takikardia, reaksi alergi, mulut kering, insomnia, tremor, dan rasa logam, kadang-kadang
dilaporkan. Lidokain mempunyai harga yang murah dan mudah untuk diakses.Komplikasi ketika
menggunakan lidokain jauh lebih jarang ditemui dibandingkan ketika menggunkan opioid dan
analgesik lainnya. Lebih jauh lagi, efek samping lidokain intravena dapat diprediksi sehingga
memberikan margin keamanan yang luas. Lidokain mempunyai waktu paruh yang pendek
sehingga gejala toksisitasnya bersifat sementara dan reversibel cepat. Hal tersebut menambah
popularitasnya di antara dokter yang bekerja di departemen gawat darurat dan rumah sakit.
Seperti dijelaskan sebelumnya, lidokain memiliki berbagai aplikasi dalam pengelolaan nyeri
neuropatik, nyeri pasca operasi, neuralgia post herpetik, nyeri yang dimediasi saraf sentral, sakit
kepala dan lesi neurologis ganas infiltratif.6
2.2 Struktur Lidokain6
Sampai saat ini lidokain masih merupakan obat terpilih untuk berbagai tindakan dalam
bidang kedokteran gigi, karena lidokain mempunyai potensi anestesi yang cukup kuat, mula
kerja cepat, masa kerja cukup panjang dan batas keamanan yang lebar. Obat ini ter- masuk
golongan amino asilamid yang jarang menimbulkan alergi. Rumus kimianya terdiri dari tiga
komponen dasar yaitu: gugus amin hidrofil, gugus residu aromatik dan gugus intermedier.6
Lidokain mempunyai rumus dasar yang terdiri dari gugus amin hidrofil, gugus residu
aromatik dan gugus intermedier yang menghubungkan kedua gugus tersebut. Gugus amin
merupakan amin tarsier atau sekunder, antara gugus residu aromatik dan gugus intermedier
dihubungkan dengan ikatan amid. Bersifat basa lemah dengan pKa antara 7,5 9,0 dan sulit
larut dalam air, kemampuan berdifusi ke jaringan rendah dan tidak stabil dalam larutan. Oleh
karena itu preparat anestetik lokal untuk injeksi terdapat dalam bentuk garam asam dengan
penambahan asam klorida. Dalam sediaan demikian, anestetik lokal mempunyai kelarutan
dalam air tinggi, kemampuan berdifusi ke jaringan besar dan stabil dalam larutan. Lidocaine
dapat dibuat dalam dua langkah oleh reaksi 2,6-xylidine dengan klorida chloroacetyl, diikuti
oleh reaksi dengan dietilamina.6
2.3 Mekanisme Kerja Lidokain6
Setelah disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam jaringan tubuh pada pH
7,4 menghasilkan basa bebas (B) dan kation bermuatan positif (BH). Proporsi basa bebas dan
kation bermuatan positif tergantung pada pKa larutan anestetik lokal dan pH jaringan.
Hubungan kedua faktor tersebut dinyatakan dengan rumus: pH = pKa log (BH/B) yang
dikenal sebagai persamaan Henderson Hasselbach. Anestetik lokal dengan pKa tinggi
cenderung mempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam (jaringan
inflamasi) akan menghambat kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih
lama. Hal tersebut karena suasana asam akan menghambat terbentuknya asam bebas yang
diperlukan untuk menimbulkan efek anestesi. Dari kedua bentuk di atas yaitu B dan BH,
bentuk yang berperan dalam menimbulkan efek blok anestesi masih banyak dipertanyakan.
Dikatakan baik basa bebas (B) maupun kationnya (BH) ikut berperan dalam proses blok
anesteri. Bentuk basa bebas (B) penting untuk penetrasi optimal melalui selubung saraf, dan
kation (BH) akan berikatan dengan reseptor pada sel membran. Cara kerja anestetik lokal
secara molekular (teori ikatan reseptor spesifik) adalah sebagai berikut : molekul anestetik
lokal mencegah konduksi saraf dengan cara berikatan dengan reseptor spesifik pada celah
natrium. Seperti diketahui bahwa untuk konduksi impuls saraf diperlukan ion natrium untuk
menghasilkan potensial aksi saraf.6
Antiaritmia
Toksisitas lidokain muncul pada penggunaan sediaan oral mengandung lidokain pada pasien
yang mendapatkan mexiletin.6
Antiepilepsi
Studi pada subjek sehat dan pasien epilepsi menunjukkan bahwa penggunaan lama dari obat
fenitoin atau barbiturat dapat meningkatkan pemberian dosis lidokain karena induksi enzim
mikrosomal. Fenitoin juga dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari α1-acid glycoprotein dan
hal tersebut mengurangi konsentrasi obat bebas lidokain dalam plasma. Efek depresi kardiak
lidokain sangat berbahaya dengan adanya fenitoin IV.6
Beta blockers
Peningkatan signifikan konsentrasi lidokain dalam plasma terjadi dengan propranolol,karena
mengurangi klirens lidokain dari plasma. Interaksi sama terjadi pada nadolol dan metoprolol
meskipun pada beberapa studi metoprolol tidak mempengaruhi farmakokinetik lidokain.6
Antagonis H2
Simetidine mengurangi metabolisme hepatik lidokain. Juga dapat mengurangi klirens lidokain
karena penurunan aliran darah hepatik. Peningkatan signifikan dari konsentrasi lidokain dalam
plasma telah dilaporkan.6
Anestesi Lokal
Bupivacin dapat mengurangi jumlah lidokain yang berikatan pada α1-acid glycoprotein
2.7.1 Patofisiologi6,8-10
1. Disritmia Nodus Sinus
a. Bradikardi sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulus vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan
tekanan intracranial/ infark miokard. Bradikardi sinus juga dijumpai pada
olahragawan berat, orang yang sangat kesakitan/ orang yang mendapat pengobatan,
pada hipotermia.
Karakteristik:
1) Frekwensi: 40-60 denyut/ menit
2) Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
3) Kompleks QRS: biasanya normal
4) Hantaran: biasanya normal
5) Hantaran: biasanya normal
6) Irama: regular
b. Takikardi sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan
darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, kecemasan,
simpatomimetika/ pengobatan parasimpatoliktik.
Karakteristik:
1) Frekuensi: 100-180 denyut/ menit
2) Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam
gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
3) Kompleks QRS: biasanya mempunyai durasi normal
4) Hantaran: biasanya normal
5) Irama: regular
2. Disritmia Atrium
Kontraksi premature atrium
Kontraksi premature atrium dapat disebabkan oleh iritabilitas otot atrium
karena kafein, alcohol, nikotin, miokardium atrium yang teregang seperti pada
gagal jantung kongestif, stress atau kecemasan, cedera, infark, atau keadaan
hipermetabolik.
3. Abnormalitas Hantaran
a. Penyekat AV derajat-satu
Biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan
oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark miokard
dinding inferior jantung.
b. Penyekat AV derajat-dua
Ini juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, IM, atau intoksikasi digitalis.
Bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan bisanya
penurunan curah jantung (curah jantung = volume sekuncup X frekuensi jantung).
c. Penyekat AV derajat-tiga
Juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI.
frekuensi jantung berkurang drastis, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital.
Seperti otak, jantung, paru, dan kulit.
4. Asistole Ventrikel
Tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan
pernafasan. Tanpa penatalaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal.
KESIMPULAN
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray ML. Local Anesthetics. In : Clinical Anesthesiology
4th ed. New York: Mc Graw Hill Lange Medical Books; 2006, 151-52, 263-75
2. Snow JC. Manual of Anesthesia. Boston: Little Brown & CO; 1979; 149-65.
3. Brown DL. Local Anesthetics Toxicity. In: Finucane BT. Complications of Refional
Anesthesia. New York: Churchill Livingstone; 2000, 94-102.
4. Stoelting RK. Local Anesthetics. In: Stoelting RK. Pharmacology and Physiology in
Anaesthetic practice. Philadelphia: JB Lippincott Company 1987: 148-66
5. Berde CB, Strichartz GR. Ocal Aanesthetics. In: Miller RD Anesthesia. 5th ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone; 2000, 491-517
6. Sulistia GG. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta. Departemen Farmakologi Dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007: 314-330.
7. Rahimi Mitra, Elmi Mahboubeh, Shadnia Shahin. Acute Lidocaine Toxicity a case
series. Iran. Department of Clinical Toxicology Iran. 2018; 6(1): E38.
8. Bruchim Yaron, Itay Srugo, Shira BN et al. Evaluation of lidocaine treatment on
frequency ofcardiac arrhythmias. Sweden. Journal of Veterinary Emergency and Critical
Care. 2013; 22(4).
9. Suzuki Makoto, Nagahori Wataru, Mizukami Akira et al. A multicenter observational
study of the effectiveness of antiarrhythmic agents in ventricular arrhythmias: a
prospensity score adjusted analysis. Japan. Departement of Cardiology Kameda Medical
Center. 2016; 32(3): 186-190.
10. Mittal, Saurabh, Mohan, Anant, et al. Ventricular tachycardia and cardiovascular
Collapse following flexible Bronschoscopy: Lidocaine Cardiotoxicity. Sweden. Journal
of Bronchology and interventional Pulmonology. 2018; 25(2): pe024-e026.
11. Panchal AR, Berg KM, Kudenchuk PJ, et al. 2018 Focused Update on ACLS Use of
Antiarrhythmic Drugs. Americal College of Cardiology. 2018.