Anda di halaman 1dari 47

PENATALAKSANAAN CT ABDOMENTANPA KONTRAS

DENGAN KLINIS URETROLITHIASISDI INSTALASI RADIOLOGI

BLUD RUMAH SAKIT ULIN BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH:

MUHAMMAD AMIN

713001S15016

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

CITRA INTAN PERSADA

BANJARMASIN

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

yangtelah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Atas ijin-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Teknik Pemeriksaan CT

Scan Abdomen Tanpa Kontras Dengan Klinis Uretrolithiasis Di Instalasi

Radiologi BLUD Ulin Banjarmasin”.

Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada insan kebanggaan umat

Islam di seluruh dunia, yaitu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam. Nabi

pembawa kedamaian, nabi yang membawa kebenaran dunia dan akhirat.

Syukur alhamdulillah dengan tekad yang bulat, kesungguhan, serta ketekunan

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tepat pada

waktunya.Merupakan kebanggaan tersendiri karena hasil yang terdapat di dalam

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan murni dari pemikiran penulis sendiri dengan

dibantu oleh beberapa pihak.

Di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini ada begitu banyak pihak yang

terlibat.Baik pihak yang secara langsung membantu dalam pembuatan, maupun pihak

yang membantu dalam bentuk saran, kritik, koreksi, dan sebagainya. Semua bentuk

dukungan yang masuk sangat bermanfaat saat proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini.

ii
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan ................................................. 4

1.4.1 Untuk Penulis ............................................. 4

1.4.2 Untuk Pembaca ........................................... 4

1.4.3 Untuk Instalasi Radiologi ............................ 4

1.4.4 Untuk Institusi ............................................... 5

iii
1.5 Sistematika Penulisan ........................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi ........................................................... 6

2.2 Fisiologi ................................................................. 13

2.3 Patologi Klinis ………........................................... 12

2.4 Computed Tomography ......................................... 17

2.4.1 Sistem CT Scanner ...................................... 17

2.4.2 CT Dual Slice............................................... 18

2.4.3 Prinsip Fisika ............................................... 19

2.4.4 Parameter CT-Scanner ................................. 25

2.4.5 Teknik Pemeriksaan ................................... 30

2.5 Proteksi Radiasi...................................................... 32

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kerangka Konsep ................................................... 35

3.2 Definisi Operasional............................................... 35

3.2.1 Input ............................................................. 35

3.2.2 Proses ........................................................... 35

3.2.3 Output .......................................................... 37

3.3 Sumber Data……….. ............................................. 38

3.2.1 Studi Kepustakaan ...................................... 38

3.2.2 Observasi Lapangan ................................... 38

3.4 Tempat dan Waktu ................................................ 38

iv
3.5 Metodologi Penelitian ........................................... 39

3.5 Alat .............. .......................................................... 39

DAFTAR GAMBAR

2.1 Anatomi Abdomen............................................................................... 6

2.2 Ginjal .................. ......... ....................................................................... 10

2.3 Ureter ................... ............................................................................... 11

2.4 Vesica Urinaria ................................................................................ 12

2.5 Uretra ........... .............................................................................. 13

2.6 Highspeed CT/e dual slice GE .................................................. ........... 19

2.7 Diagram hubungan dari tabung x-ray, pasien, detektor, rekonstruksi

gambar dan penampilan gambar di monitor ........................................ 20

2.8 Pengaruh hubungan mAs dengan terjadinya Noise ............................ 26

2.9 Tampilan windowing pada CT Scan .................. ....................... ......... 29

3.1 CT Scan Unit.................. ........................................................... ......... 39

3.2 Workstation CT Scan.................................................................. ......... 40

3.3 Film Radiografi .......................................................................... ......... 40

3.4 Printer Laser................................................................................ ......... 41

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CT Scan (Computed Tomography Scanning) telah berkembang menjadi

sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan

radiodiagnostik sehari-hari. Perkembangan CT Scan dimulai pada awal tahun

1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold Hounsfield dan Ambrose di

London Inggris, berhasil menghasilkan sebuah gambaran klinis pertama

CTScan Kepala. Sejak itulah peralatan CT (Computed Tomography) yang

merupakan perpaduan peralatan pencitraan sinar x dengan komputer pengolah

data sehingga dapat menampilkan potongan melintang (tranversal/axial)

bagian tubuh manusia dan berkembang dengan sangat cepat dan menjadi

teknologi imaging yang sangat mengagumkan. Inovasi dalam perkembangan

teknologi CT Scanberkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi

komputer.

Tehnik pemeriksaan CT Scan menjadi sebuah pemeriksaan

radiodiagnostik yang mampu menampilkan gambar bagian dalam tubuh

manusia yang tidak terpengaruh oleh super posisi dari struktur anatomi yang

berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pada teknik pencitraan ini, didapat dari

seluruh informasi objek yang diproyeksikan pada bidang dua dimensi dengan

menggunakan teknik rekontruksi algoritma gambar dan diolah dengan bantuan

1
2

komputer, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran dua dimensi tanpa

kehilangan informasi tiga dimensinya.

Pada CT Scan pengolahan gambar yang dihasilkan dilakukan oleh

sistem komputer. Data yang diterima oleh komputer pada awalnya adalah data

analog yang kemudian akan diubah kedalam gambar digital dalam

serangkaian angka yang diatur dalam baris dan kolom, yang disebut dengan

matrix.(Ballinger, 1999).

Pada saat ini peran CT Scan mulai mengambil alih pemeriksaan

konvensional yang lain seperti untuk pemeriksaan pasien dengan indikasi batu

ginjal. Sebelumya, untuk melihat ada tidak nya batu ginjal pada pasien

dilakukan pemeriksaan BNO IVP yang memakan waktu cukup lama dengan

menggunakan kontras media yang beresiko menyebabkan alergi terhadap

pasien. Di CT Scan, untuk pemeriksaan dengan indikasi batu dapat dilakukan

lebih cepat jika dibandingkan dengan pemeriksaan BNO IVP.

Atas dasar inilah penulis mengangkat judul karya tulis ilmiah “Teknik

Pemeriksaan CT ScanAbdomenDengan Klinis Uretrolithiasis Di Instalasi

Radiologi BLUD Ulin Banjarmasin”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang dikemukakan oleh penulis dalam Karya Tulis

Ilmiah ini adalah bagaimana penatalaksanaan CT Scan Abdomen dengan klinis

uretrolithiasis ?

1.3 Batasan Masalah

Pada Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis membatasi masalah hanya

pada penatalaksaanCT Scan Abdomen dengan klinis uretrolithiasis.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian atau penulisan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah untuk mempelajari penatalaksanaan CT Scan Abdomen

dengan klinis uretrolithiasis.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini akan membawa manfaat

bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama untuk penulis sendiri, institusi kesehatan,

dan untuk Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.


4

1.5.1 Bagi Penulis

Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) ini bagi penulis adalah di

antaranya sebagai berikut.

1. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta wawasan tentang

penatalsanaan CT Scan Abdomen dengan klinis uretrolithiasis.

2. Dapat memahami sendiri bagaimana penatalaksanaan CT Scan Abdomen

dengan klinis uretrolithiasis.

1.5.2 Bagi Institusi

Manfaat-manfaat yang didapat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) ini

di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Menambah perbendaharaan bahan bacaan di Perpustakaan ATRO Citra Intan

Persada Banjarmasin.

2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa CT Scan Abdomen dengan klinis

uretrolithiasis.

1.5.3 Bagi pembaca

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai refrensi yang dapat

menambah wawasan dalam ilmu kesehatan khususnya di bidang radiologi

terutama penatalaksanaan CT Scan Abdomen dengan klinis uretrolithiasis.


5

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis membagi dalam

lima bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka, berisi tentang anatomi dan fisiologi, patologi, Ct-

Scan, teknik pemeriksaan dan proteksi radiasi.

BAB III : Metodologi Penelitian,berisi tentang penjelasan metode penelitian,

kerangka konsep, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian,

metode pengumpulan data dan sampel.

BAB IV : Hasil Dan Pembahasan,pada bab ini diuraikan tentang hasil

penelitian dan pembahasan hasil expetise

BAB V : Penutup,Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi

Kata anatomi berasal dari bahasa yunani (Greek) yang secara literatur

diartikan sebagai “membuka suatu potongan”.Antomi adalah suatu ilmu yang

mempelajari bagian dalam (internal) dan luar (external) dari struktur tubuh manusia

dan hubungan fisiknya dengan bagian tubuh yang lainnya. Contoh: mempelajari

organ jantung dan posisinya dalam tubuh. (Martini,2001)

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh.Bentuknya lonjong dan

meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah.Rongga abdomen

dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas

dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-

batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu

masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal,

tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang

punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.Bagian dari rongga abdomen

dan pelvis beserta daerah-daerah (Pearce, 1999).

6
7

Gambar 2.1 Anatomi Abdomen

Anonymous, 2012

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan,

yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).

1. Lambung

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di

belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia

terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai

ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak
8

di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan

duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.

2. Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang

dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo

kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah

umbilicus dan dikelilingi usus besar.

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.

b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.

c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.

3. Usus Besar

Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup

ileokdik yaitu tempat sisa makanan.Panjang usus besar kira-kira satu setengah

meter.

4. Hati

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas

dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar

dilindungioleh iga-iga.
9

5. Kandung Empedu

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan

membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah

hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas

centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.

6. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip

dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari

duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas

yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen,

badan pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre

lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh

limpa.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses

penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh

tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air

kemih) (Speakman, 2008).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang

menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
10

urinaria(kandung kemih), satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan satu

uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).

2.1.1 Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada

kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.Bentuk

ginjal seperti biji kacang.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,

karena adanya lobus hepatis dextra yang besar.(Panahi, 2010).

Gambar 2.2 Ginjal (Purwanto, 2010)

2.1.2 Ureter

Menurut Panahi, ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing

bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan

penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan

sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter


11

menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke

dalam kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah lapisan otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Gambar 2.3 Ureter (Purwanto, 2010)

2.1.3 Vesica Urinaria

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini berbentuk

seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga

panggul.Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon

karet.(Panahi, 2010).
12

Gambar 2.4 Visica Urinaria (Purwanto, 2010)

2.1.4 Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang

berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-

16,2 cm, terdiri dari:

a. Uretra pars prostatika

b. Uretra pars membranosa

c. Uretra pars spongiosa.


13

Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra

terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya

sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).

Gambar 2.5 Ureter (Purwanto, 2010)

2.2 Fisiologi

Kata fisiologi juga juga berasal dari bahasa yunani (Greek) yaitu ilmu yang

mempelajari bagaimana suatu organisme melakukan fungsi utamanya.

(Martini,2001)
14

1. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat

toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan

amoniak.

2. Fascia renalis

Fascia renalis terdiri dari:

a. Fascia (fascia renalis)

b. Jaringan lemak perirenal,

c. Kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan

erat pada permukaan luar ginjal.

3. Stuktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsulafibrosa,

terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla

renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan

korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,

puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang

disebut papilla renalis (Panahi, 2010).


15

4. Hilum

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu

masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis

berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi

dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang

menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari

banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta

nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal,

ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).

5. Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin :

a. Proses filtrasi, di glomerulus. Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah

bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh

simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,

bikarbonat diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat

glomerulus.

b. Proses reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar

dari glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya

terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan


16

pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat

bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)

dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal

dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).

2.3 Patologi Klinis

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue

Hinchliff,1999).

Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke

ureter.Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian

keluar bersama kemih.Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan

kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.Batu juga bisa

tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik

dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik.Tidak jarang terjadi hematuria yang

didahului oleh serangan kolik.(R. Sjamsuhidajat, 1998).


17

2.4 Computed Tomography

2.4.1 Sistem CT Scanner

Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses

citra, sistem komputer dan sistem kontrol. Sistem pemroses citra merupakan

bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati

(pasien).Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan

akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak

dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan

zat fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan

daya tembus yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x

dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi

sistem kontrol yang mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari

sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem

akusisi data (Hasan, 1998).

Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisik-dalam hal ini

radiasi-menjadi besaran listrik.Detektor radiasi yang sering digunakan

adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh

radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik.

Semakin besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn
18

besar. Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat.

Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner.

Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi

intensitas sina-x setelah melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas

pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek

dapat ditentukan.Dengan menggunakan sistem akusisi data maka data-data

dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer.Sistem akusisi data terdiri

atas sistem pengkondisi sinyal dan antarmuka analog ke komputer (Hasan,

1998).

2.4.2 CT dual slice

Sejarah pembacaan lebih dari satu irisan ke dua irisan, pertama

diperkenalkan oleh salah satu CT scan EMI awal (generasi kedua). Scan ini

menggunakan dua detector dan didasarkan pada rotasi dan metode

pengumpulan data lebih dari 180 derajat. CT scan dual slice menawarkan

cakupan volume kecepatan kinerja dibandingkan dengan CT scan volume

single slice, mengurangi waktu scan sampai 50% dengan tetap menjaga

kualitas gambar untuk volume yang sama. (Seeram, 2001).

Liang dan Kruger (1996) membandingkan karakteristik kinerja CT

scan double slice dan menemukan bahwa “kualitas gambar sama pada

kebanyakan hal mengenai dua scan”. Berdasarkan pada noise dan


19

pengukuran rendah kontras, tidak ada peningkatan noise yang ditemukan

pada sinar-x dual slice (Seeram, 2001).

2.4.3 Prinsip Fisika


Gambar 2.6 Highspeed CT/e dual slice GE (GE medical system, 2009).
Menurut Seeram (2001) prinsip fisika dan teknologi pada CT

meliputi tiga proses yang terdiri dari :

1. Akuisisi data

2. Pengolahan data

3. Tampilan gambar, penyimpanan dan dokumentasi.

a. Akuisisi data

Data akusisi mengacu pada sistem pengumpulan informasi dari

pasien untuk menghasilkan gambaran CT. Ada 2 ( dua ) cara / metode

akusisi data yaitu data akusisi slice by slice dan volume data akusisi.

Pada data akuisisi konvensional slice by slice, data dikumpulkan

melalui perbedaan sinar geometry untuk men-scan pasien. Yang

penting, tabung sinar X berputar mengelilingi pasien dan


20

mengumpulkan data pada irisan pertama. Tabung berhenti, dan pasien

pindah posisi untuk scan slice selanjutnya. Proses ini berlanjut sampai

semua irisan telah di scan satu persatu.

Gambar 2.7 Diagram hubungan dari tabung x-ray, pasien, detektor, rekonstruksi
gambar dan penampilan gambar di monitor (Imaginis.com, 2009).

Pada Volume data akuisisi berkas sinar geometri khusus

disebut spiral atau helical geometri digunakan untuk scan volume

jaringan dibandingkan dengan satu irisan pada waktu yang sama. Pada

spiral / helical CT, tabung sinar X berputar mengelilingi pasien dan

membentuk alur spiral untuk men scan seluruh volume jaringan selagi

pasien tahan nafas. Metode ini menghasilkan satu irisan per satu
21

revolusi tabung sinar X, lebih baru – baru ini, CT helical / spiral

menjadi lebih cepat penggambaran pasien.

b. Pengolahan data menurut Seeram (2001).

Pengolahan data merupakan penyusunan prinsip matematika

yang ada pada CT. Pengolahan data merupakan tiga satuan langkah

suatu proses. Pertama, data mentah yang mengalami beberapa bentuk

sebelum pengolahan (processing), yang mana terdapat perbaikan dan

beberapa reformatting (format ulang) pada data yang terjadi. Hal ini

diperlukan untuk mempermudah tahap selanjutnya pada pengolahan

data, yaitu rekonstruksi gambar. Pada tahap ini, scan data yang

menggambarkan proses attenuasi, yaitu diubah kedalam karakteristik

gambar digital oleh CT numbers. Konversi proses attenuasi kedalam

gambar CT dilakukan dengan ketentuan matematika sebagai teknik

rekonstruksi atau rekonstruksi logaritma.

Menurut Hasan (1998) banyak metode yang dapat digunakan

untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari back projection

sampai konvolusi. Metode back projection banyak digunakan dalam

bidang kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel

yang kecil dari suatu irisan melintang.Pixel didasarkan pada nilai

absorbsi linier.Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil


22

dan terbentuklah sebuah matrik.Rekonstruksi dilakukan dengan jalan

saling menambah antar elemen matrik. Untuk mendapatkan gambar

rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode konvolusi.

Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk

matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan

konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat

dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih

baik.

Prinsip dasar yang berhubungan dengan proses rekonstruksi gambar

dapat dijelaskan sebagai berikut (Seeram, 2001) :

1. Algorithma

Menurut Knuth, satu algoritma adalah "Suatu aturan atau arah agar

menjadi suatu keluaran yang spesifik dari suatu masukan yang spesifik”.

Tehnik rekonstruksi ini meliputi back-projection yang sederhana, metode

interaktif dan analitik.

2. Transformasi fourier

Di radiologi, transformasi fourier itu digunakan untuk

merekonstruksi gambaran dari anatomi pasien di CT dan juga di dalam

Magnetik Resonans Imaging (MRI). Bracewell menggambarkan


23

Transformasi Fourier seperti "suatu fungsi yang menguraikan amplitudo

dan tahap-tahap dari tiap sinusoid, yang berpasangan dengan suatu

frekuensi yang spesifik. Dengan kata lain, Transformasi Fourier itu

adalah suatu fungsi mathematika yaitu dengan mengkonversi suatu sinyal

di dalam suatu daerah menjadi suatu sinyal di daerah frekuensi.

3. Konvulsi

Konvolusi adalah suatu teknik pengolahan citra yang digital untuk

memodifikasi gambaran-gambaran melalui suatu fungsi filter. "Proses ini

melibatkan perkalian dan memilih respon kurva detektor untuk

menghasilkan sepertiga fungsi yang digunakan untuk rekonstruksi suatu

image (Berland, 1987).

4. Interpolasi

Interpolasi adalah suatu teknik matematika untuk memperkirakan

fungsí suatu nilai dari nilai yang sudah diketahui pada suatu fungsi

tertentu. Interpolasi digunakan di CT dalam proses rekonstruksi gambar

dan penentuan irisan di CT spiral/ helical imaging.

5. Tampilan gambar, penyimpanan dan dokumentasi

Setelah gambar direkonstruksi, gambar yang keluar pada komputer

berbentuk digital. Hal ini harus diubah menjadi bentuk yang sesuai untuk
24

penggambaran dan pengetahuan pada observer (Seeram,1982). Pada CT

rekonstruksi gambar digital diubah kedalam gambar gray scale untuk

interpretasi radiolog. Karena diagnosa dibuat dari gambar tersebut, ini

sangat penting untuk menunjukkan gambar tersebut dalam memudahkan

diagnosa (Seeram, 2001).

Pada penyimpanan gambar, data disimpan dalam bentuk digital

pada daerah penyimpanan dinamik yang luas dari gambar. Terdapat

kemampuan untuk memproses gambar dan intensitas pemindahan, dan

untuk mengurangi kemungkinan hilangnya rekaman dan untuk

mengurangi ruang yang dibutuhkan untuk pengarsipan (Seeram, 2001).

Gambar digital disimpan dalam bentuk 2 dimensi berkas pixel,

masing–masing pixel point diwakili oleh nomor bits yang menentukan

berapa banyak skala keabuan yang dapat diwakili oleh pixel tertentu. Tipe

gambar CT memiliki matrik 512 x 512 x 8 bytes (12 bits). Pada kasus ini

masing–masing memiliki daerah gray level 512 (28) sampai 4096 (212).

Gambar CT terdiri dari 512 x 512 x 2 bytes (16 Bits) akan memerlukan

0,5 megabyte (MB) pada penyimpanan. Jika pemeriksaan CT berisi 50

gambar, akan membutuhkan penyimpanan 25 MB (Seeram, 2001).


25

2.4.4 Parameter CT scan

1. kV dan mAs (Ardiyanto, 2008)

a. kV

Penggunaan kV berpengaruh terhadap banyaknya emisi quantum

sinar x dan dosis radiasi.Semakin tinggi kV yang diberikan spektrum

radiasi akan tinggi, dan level energi akan tinggi.

Tujuan Aksi Aplikasi

Parameter Kv

a. Daya tembus objek yang Pemberian 137 Shoulder


lebih baik kV
b. Mengurangi gangguan pada Spine
fixel Pelvis
c. Mengurangi artefact beam
hardening Lung

Resolusi Soft Tissue yang baik Pemberian 120 kV standard pada


kV semua pemeriksaan

Dosis pasien rendah Pemberian 80 Pediatric


kV
Treatment Planning

Tabel 2.1 Aplikasi kV pada pemeriksaan CT Scan secara umum

(Ardiyanto, 2008)

b. mAs

Parameter mAs merupakan kuantitas sinar x yang digunakan

dalam melakukan scanning suatu objek yang bertujuan Untuk


26

menghasilkan resolusi gambar. Pada studi kasus jaringan lunak, yang

paling utama untuk menghindari dari terjadinya noise yaitu dengan

teknik penggunaan mAs yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat noise

dengan memberi variasi waktu (mAs) mempermudah kita untuk

mengenal densitas struktur anatomi. Tetapi tidak di benarkan untuk

studi paru dan tulang.

Noise

high

low

low high
Gambar 2.8 Hubungan penggunaan mAs dengan terjadinya noise

(Ardiyanto, 2008)
27

Tujuan Aksi Aplikasi

Parameter mAs

Resolusi Soft Tissue 1.Menggunakan mAs Untuk struktur soft


yang baik yang lebih tinggi tissue
2.Slice agak tebal.
Agar fixel lebih baik Menggunakan KV Pemeriksaan Shoulder
yang lebih tinggi
Pelvis

Resolusi Kontras yang Penggunaaan KV dan Struktur tulang


Tinggi mAs agak rendah
Jaringan Paru-paru

Tabel 2.2 Aplikasi mAs pada pemeriksaan CT Scan secara umum

(Ardiyanto, 2008)

2. Slice thickness (Ardiyanto, 2008)

Penentuan slice thickness berpengaruh terhadap noise dan spasial

resolusion. Semakin tebal slice maka semakin rendah noise, semakin tipis

slice maka semakin tinggi noise. Semakin tebal slice semakin rendah

resolusinya dan semakin tipis slice maka semakin tinggi resolusi.

Tujuan Aksi Aplikasi

1. Good Soft Tissue Slice Thickness > Cerebrum,


2. Fast examination 5mm Abdomen

3. Good Spatial Resolution Thin Slice < 3 Baik untuk struktur


4. 2. MPR, 3 D reformats mm tulang dan paru
28

5. Good soft tissue contrast VAR technique Base of skull


6. Avoidance of partial
volume artifact Petrous bone

Posterior Fossa

a
Tabel 2.3 Aplikasi Slice Thickness pada pemeriksaan CT scan secara umum

(Ardiyanto, 2008)

3. Waktu scanning (Ardiyanto, 2008)

Parameter scan time mempunyai pengaruh terhadap mereduksi

artifact akibat dari pergerakan objek. Semakin kecil waktu maka semakin

sedikit pula artifak yang diakibat pergerakan objek. Selain itu juga waktu

scanning juga dipengaruhi dari jumlah detektor yang digunakan oleh

pesawat CT scan.

4. Window (Seeram, 2001)

Gambaran CT memiliki jarak CT numbers dari (+1000 sampai –

1000, untuk total 2000 numbers) untuk menunjukkan bayangan gray.

Jarak CT numbers disebut dengan Window Width (WW), dan titik tengah

dari jarak tersebut adalah Window Level (WL). Antara WW dan WL

keduanya berada pada control console, terdapat 2 knob yang ada dibawah

monitor gambar. Pengontrol tersebut dapat mengubah kontras gambar.

Dengan WW 2000 dan WL 0, jumlah gray scale dapat ditampilkan dan

kecakapan peneliti untuk melihat perbedaan yang kecil pada attenuasi soft
29

tissueakan hilang karena mata manusia dapat melihat hanya sekitar 40

bayangan gray (Castleman, 1994).

Gambar 2.9 Tampilan windowing pada CT scan

(Ardiyanto, 2008)

a. Ukuran objek

Parameter patient size mempunyai pengaruh terhadap

atenuasi sinar x. Setiap pertambahan ketebalan objek 4 cm

berpengaruh terhadap bertambahnya atenuasi. 50 %, juga

berpengaruh pada pixel noise. Noise akan semakin bertambah 2 kali

lipat jika ketebalan bertambah 8 cm (Ardiyanto, 2008).

b. Variasi parameter

Tampilan parameter pada pesawat CT Scan sangat bervariasi

karena adanya perkembangan teknologi masing-masing pesawat yang

berbeda. Tiap-tiap pesawat memberikan acuan parameter dalam


30

bentuk protokol, contoh tampilan parameter pada pemeriksaan CT

Scan yang menggunakan pesawat CT Scan Hellical akan berbeda

dengan Multislice (MSCT). Pesawat CT Scan Hellical menggunakan

prinsip spiral CT / Slip Ring pada perputaran tabung sinar x.

Ada 3 jenis Protokol dalam penetuan parameter pemeriksaan CT

Scan :

a. Protocol Pemeriksaan untuk orang Dewasa

b. Protocol Pemeriksaan untuk Anak-anak

c. Protokol Pemeriksaan Spesial.

Tiap-tiap pemeriksaan terbagi menjadi beberapa bagian organ

(region of examination) Contoh : ”Head, Neck, Shoulder, Thorax,

Abdomen, Spine, Extremities” (Ardiyanto, 2008).

2.4.5 Teknik Pemeriksaan CT Scan Abdomen

Pemeriksaan CT Scan Abdomen sering digunakan menggunakan

kontras media dimana pemberian kontras diberikan antara 1 jam hingga 24

jam sebelum dilakukannya pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter

spesialis radiologi. Letak untuk menyuntik kontras media adalah pada

daerah antecubital. (Philip W Ballinger,1986)


31

1. Posisi Pasien (Philip W Ballinger,1986)

a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan dan kepala diletakkan pada

bantal.

b. Letakkan ganjalan pada bagian bawah lutut agar pasien lebih

nyaman.

c. Pasien berada rata di atas meja pemeriksaan dengan tidak ada

perputaran maupun kemiringan.

2. Posisi Obyek (Philip W Ballinger,1986)

a. Posisikan garis coronal tepat berada di tengah bagian abdomen.

b. Letakkan kedua tangan pasien di atas kepala dan letakkan pada

bantal agar pasien nyaman dan memudahkan petugas memasukkan

kontras media.

3. Dilakukkan scanogram CT Scan Abdomen non kontras untuk

menentukan batas lokasi dari atas hemidiapphragms hingga illiac crest.

4. Pemberian kontras untuk pemeriksaan dan scan delay untuk kontras

adalah 60 detik.
32

5. Parameter CT Scan Abdomen

Di atas hemidiapragm hingga


Scan Range illiac crest

Scan Type Helical

Localizer AP, LAT

kVp 120

200
mAs Auto

FOV Body Margin

Slice Thickness 5 mm

Recon Slice Thickness 2.5 mm

Gantry Tilt None

Recon Kernel Medium Average.

IV Contrast Yes.

Oral Contrast Yes. 24 / 1 hour.

Tabel 2.4 Parameter CT Scan Abdomen

(Philip W Ballinger, 1986)


33

2.5 Proteksi Radiasi

MenurutSeminar BAPETEN Tahun 2014dalam pengambilan data primer,

informasi yang digunakan sebagai estimasi dosis pasien yang menggunakan CT-Scan

adalah data pasien yang terekam dalam konsol tersebut. Data-data pasien yang terekam

meliputi jenis kelamin, usia, jenis pemeriksaan, kondisi penyinaran (tegangan, beban

tabung, waktu penyinaran, tebal dan jumlah slice, panjang scan), CTDIvol dan DLP.

Setelah dilakukan pengolahan terhadap data-data pasien maka hasil pengambilan data

primer dapat disajikan dalam informasi yang terangkum pada tabel 2.5sesuai dengan

kondisi penyinaran yang dilakukan.

CTDIvol (kolom 3 tabel 2.5) yang merupakan representasi dari besarnya

dosis radiasi yang diterima pasien per tindakan diagnosa dijadikan sebagai acuan

dalam membandingkan apakah dosis pasien per tindakan masih dalam batasan yang

diperkenankan sesuai dengan peraturan yang berlaku.Sementara dalam lampiran Perka

8/2011, besaran dosis yang digunakan untuk tingkat panduan CT-Scan merupakan

dosis rata-rata untuk pasien yang diperoleh dari ukuran sumbu perputaran pada

phantom yang setara air dengan panjang 15 cm dan 16 cm untuk kepala serta 30 cm

untuk lumbal dan abdomen dalam diameter.


34

Tabel 2.5 Estimasi dosis pasien CT-Scan dengan CTDIvol


dan dosis pasien yang diperkenankan.

(Seminar BAPETEN 2014)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Input Proses Output

Pasien, CT Scan Dilakukan Hasil akhir dari


Unit, pemeriksaan CT pemeriksaan CT
Workstation CT Scan Abdomen Scan
Scan, Baju dengan klinis Abdomendengan
Pasien, Film urethrolithiasis. klinis
Radiologi, dan urethrolithiasis
Printer Laser. yaitu hasil film
yang telah di
rekonstruksi dan
dilakukan
pengeditan.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Input

1. Pasien

Pasien adalah seseorang yang datang ruang radiologi dengan

membawa surat permintaan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dari

35
36

dokter pengirim. Pasien kemudian mendaftarkan dirinya ke loket agar

dapat dilakukan pemeriksaan radiologi.

2. CT Scan Unit

CT Scan Unit adalah sebuah alat yang digunakan untuk pemeriksaan

radiologi. CT Scan Unit ini akan mengeluarkan paparan radiasi yang akan

menghasilkan gambaran radiologi yang berguna untuk membantu

diagnosis dari dokter pengirim.

3. Workstation CT Scan

Workstation digunakan oleh dokter spesialis radiologi untuk

melakukan pembacaan dari klinis yang terlihat pada hasil gambaran

radiologi CT Scan.

4. Baju Pasien

Baju pasien adalah baju yang digunakan oleh pasien selama

pemeriksaan yang tidak akan menimbulkan gangguan pelaksanaan

pemeriksaan CT Scan.

5. Film Radiologi

Film radiologi adalah sebuah media yang akan digunakan untuk

menghasilkan gambaran CT Scan menggunakan printer.


37

6. Printer Laser

Printer laser akan melakukan penyinaran terhadap film radiologi

yang akan menghasilkan gambaran permanen hasil pemeriksaan radiologi

setelah dilakukan editing.

3.2.2 Proses

Pemeriksaan CT Scan Abdomendengan klinis urethrolithiasis

dilakukan setelah pasien menghabiskan 500-1000 ml air mineral dan tidak

diperlukan persiapan lainnya. Pasien dijelaskan mengenai jalannya

pemeriksaan tersebut dan dilakukanlah pemeriksaan CT Scan Abdomen

dengan range bagian atas kidney hingga sympisis pubis.

3.2.3 Output

Hasil radiografi untuk pemeriksaan CT Scan Abdomen yaitu sebuah

cetakan film radiologi yang telah dilakukan editing dan bacaan dari dokter

spesialis radiologi.
38

3.3 Sumber Data

3.3.1 Studi Kepustakaan

Penulis megumpulkan bahan dari berbagai literatur, buku – buku,

dan juga dari sumber internet sebagai bahan referensi.

3.3.2 Observasi Lapangan

Untuk menunjang data yang diperlukan untuk penulisan karya tulis

ilmiah ini, penulis melakukan observasi langsung dan mengadakan tanya

jawab dengan radiografer dan dokter spesialis radiologi di Instalasi

Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.

Data yang telah diperoleh dari observasi tanya jawab kemudian

dikumpulkan dan diolah dengan menganalisa observasi dan tanya jawab.

Analisa hasil observasi dan tanya jawab digunakan sebagai bahan validitas

dari data yang telah dikumpulkan.

3.4 Tempat dan Waktu

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Instalasi Radiologi RSUD

Brigjend.H. Hasan Basry Kandangan dengan waktu penelitian dimulai dari tanggal

6 Februari 2017 hingga 28 Februari 2017.


39

3.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu

penulis menggambarkan pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan klinis

urethrolithiasis di Instalasi Radiologi BLUD Ulin Banjarmasin.

3.6 Alat

Dalam melakukan pemeriksaan ini, diperlukan alat – alat sebagai berikut :

1. CT Scan Unit

Merk Pesawat : Hitachi Scenaria CT-Scan

No Seri Pesawat : 86326-P4

Tipe Tabung : MCS7070HP

Maksimum kV : 140

Maksimum mA : 510

2. Work Station Gambar 3.2CT Scan Unit


Instalasi Radiologi Ulin Banjarmasin
40

Merk : DELL

Software Develope : Terra Recon

Gambar 3.3Workstation CT Scan


Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin

3. Film Radiologi

Merk : Agfa

Ukuran : 14 x 10

Gambar 3.4Film Radiologi


Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.
41

4. Printer Laser

Merk : Drystar

Gambar 3.5Printer Laser


Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.
DAFTAR PUSTAKA

Rasad, S. 2000. Radiologi Diagnostik. FKUI. Jakarta.

Seeram, Euclid. 2001. Computed Tomography Physical Principles, Clinical

Applications, and Quality Control. Second Edition. W.B Saunders Company.

USA.

Balllinger, P. W. 1995. Merill’s Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic

Prosedur.Volume Two. Eight Edition. Mosby Company, St Louis.

Bontrager, Kenneth L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning andRelated

Anatomy. Mosby A Harcourt Science Company, St . Louis London Philadelphia

Sydey Toronto.

Martini, F. H., 2001,Fundamental of Anatomy and Physiology, 5th ed, Prentiece

Hall, New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai