Prolaps Uteri
Prolaps Uteri
PROLAPS UTERI
1.2 Fisiologi
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah
depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-
7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan
endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang janin,
1
2
lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterups
adalah arteria Ovarika kiri dan kanan. Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem
saraf simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik dan
serebrospinal.
Prinsip terjadinya prolaps uteri adalah terjadinya defek pada dasar pelvik yang
disebabkan oleh proses melahirkan akibat regangan dan robekan fasia
endopelvik, muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial
pudenda juga terlibat dalam proses persalinan. Sehingga, wanita multipara
sangat rentan terhadap faktor resiko terjadi nya prolaps uteri (Prawirohardjo,
2005).
2.2 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain
(Hanifa, 2007):
2.2.1 Faktor Bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka
khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah
yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin
bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan.
Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola
makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka yang
sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat seperti
protein dan vitamin.
2.2.2 Proses kehamilan dan persalinan
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan
otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan
4
dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan
walaupun tidak seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak
tubuh atau exercise untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan
lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan
sangat penting untuk mencegah prolapsus. Oleh karena itu tidak
melakukan exercise ini merupakan salah satu yang menyebabkan
kekenduran atau prolapsus uteri.
2.2.3Usia/Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu
ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena
penyakit seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan hormon atau
seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan ligamen peranakan.
Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan
prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi pada wanita yang
berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena menopause.
Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul pun akan semakin
melemah.
2.2.4 Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan
kerusakan otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar
panggul mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul
bisa mengalami penurunan.
2.2.5 Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan
tekanan di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-
bulan, adanya tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau
susah buang air besar berkepanjangan.
2.3 Klasifikasi
Menurut beratnya dapat dibagi menjadi 3:
Tingkat I : Prolaps vagina (prolaps dinding vagina)
Tingkat II : Prolaps uteri (portio tampak di dalam vulva)
Tingkat III : Prolaps totalis, procidentia (korpus uteri terdapat diluar vulva)
5
2.4 Patofisiolgis
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan
pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang
tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar
panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik
akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang
seperti pada penderita dalam menopause (Mitayani,2013).
2.5 Patway
Faktor bawaan, proses
kehamilan dan persalinan, usia
atau menopause, multiparitas,
dsb
Prolaps Uteri
Ansietas
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut (Hanifa, 2007)
adalah:
2.6.1 Mukosa vagina dan porsio uteri.
Prosidensia uteri disertai degan keluarnya dinding vagina (inversio);
karena itu mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta brkerut, dan
berwarna keputih-putihan.
2.6.2 Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha
dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan
8
3.1.4Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
a. Urin residu pasca berkemih
b. Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan
mengukur volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung
kemih yang penuh, kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu
urin pasca berkemih dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
c. Skrining infeksi saluran kemih.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi
Diagnosa 3 : Ansietas
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom (sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasan atakut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
b. Batasan Karakteristik
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
c) Gerakan yang tidak relevan
13
d) Gelisah
e) Memandang sekilas
f) Insomnia
g) Kontak mata buruk
h) Resah
i) Menyelidik dan tidak waspada
2) Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distress
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
f) Fokus pada diri sendiri
g) Peningkatan kekhawatiran
h) Iritabilitas
i) Gembira berlebihan
j) Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
k) Marah
l) Menyesal
m) Perasaan takut
n) Ketidakpastian’
o) Khawatir
3) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Peningkatan keringat
c) Peningkatan ketegangan
d) Terguncang
e) Gemetar/tremor
f) Suara bergeta
4) Parasimpatis
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan TD, nadi
c) Diare
14
d) Pingsan
e) Keletihan
f) Mual
g) Gangguan tidur
h) Kesemutan pada ekstremitas
i) Sering berkemih\
5) Simpatis
a) Anoreksia
b) Mulut kering
c) Wajah kemerahan
d) Jantung berdebar-debar
e) Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan
f) Dilatasi pupil
g) Kesulitan bernapas
h) Kedutan otot
i) Kelemahan
6) Kognitif
a) Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
b) Bloking fikiran
c) Konfusi
d) Penurunan lapang pandang
e) Kesulitan untuk berkonsentrasi
f) Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
g) Keterbatasan kemampuan untuk belajar
h) Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i) Mudah lupa
j) Gangguan perhatian
k) Melamun
l) Kecenderungan untuk menyalahkan ornag lain
c. Faktor yang berhubungan
1) Hubungan keluarga/hereditas
2) Transmisi dan penularan interpersonal
3) Krisis situasi dan maturasi
15
4) Stress
5) Penyalahgunaan zat
6) Ancaman kematian
7) Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan,
status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi
8) Ancaman terhadap konsep diri
9) Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Risiko kekurangan volume cairan
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Kekurangan volume cairan akan dicegah yang dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, keseimbangan elektrolit dan asam-basa, hidrasi dan status nutrisi:
asupan makanan dan cairan
4) Perawatan dirumah
a) Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
b) Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
Diagnosa 3 : Ansietas
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selau menunjukkanpengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
Kriteria hasil
1) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
2) Mempertahankan performa peran
3) Memantau distorsi persepsi
4) Memantau manifestasi perilaku ansietas
5) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas
18
c) bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
d) sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi
okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
e) coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
f) dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta
izinkan pasien untuk menangis
g) yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara
verbal dan nonverbal secara bergantian
h) sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
i) sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat
diterima oleh pasien
j) singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
k) penurunan ansietas (NIC);
l) gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
m) nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
n) damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa
takut
o) berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
p) jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
q) bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
ansietas
20
Pelaihari, 28 Maret2017
Preseptor Lapangan
( )