Anda di halaman 1dari 2

Celana Ibu

Oleh : Joko Pinurbo


Maria sangat sedih
menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berballutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.

Ketika tiga hari kemudian


Yesus bangkit dari mati,
pagi – pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa
celana yang dijahitnya sendiri
dan meminta Yesus mencobanya.

“Paskah?” tanya Maria.


“Pas!” jawab Yesus gembira.

Mengenakan celana buatan ibunya,


Yesus naik ke surga.
(2004)

Ulasan
Pada beberapa puisinya, Bapak Joko Pinurbo sering sekali menyisipkan beberapa
humor atau guyonan ringan di dalamnya. Seperti yang terjadi di puisi yang berjudul Celana Ibu
yang dibuat pada tahun 2004. Humor pada puisi ini ditemukan pada bait ketiga dimana kata
“Paskah” merupakan hari raya umat nasrani yang memperingati kenaikan Yesus Kristus di
alihfungsikan menjadi pertanyaan Maria tentang celana buatanya. Mungkin sebagian orang
beranggapan bahwa puisi ini hanya sebuah gurauan belaka. Namun, bukan Joko Pinurbo
namanya jika tidak menyisipkan pesan yang dalam pada puisinya. Setelah kami melakukan
analisis dan didukung dengan wawancara beliau tentang puisi ini, kami menyimpulkan bahwa
puisi ini adalah puisi religi. Bapak Joko Pinurbo adalah seorang Katholik. Di dalam puisi ini
Pak jokpin mengumpamakan kasih sayang Tuhan sebagai sebuah celana buatan ibu. Kenapa
celana ibu? Karena Pak Jokpin menemukan bahwa Tuhan di dalam agamanya digambarkan
sangat maskulin, dan Pak Jokpin berpikiran bahwa Tuhan tidak hanya ayah tapi juga berupa
ibu, oleh karena itu kasih sayang Tuhan itu sendiri diumpamakan menjadi kasih sayang tuhan.
Menurut beliau puisi tidak hanya sebagai sarana mengekspresi diri tapi juga sarana untuk
beribadah. Dengan puisi Celana Ibu Pak Jokpin mengajak pembacanya untuk lebih mengenal
Tuhan dan mengimaninya dengan cara yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai