Disusunoleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HubungantumbuhKembangWajah”.
Selawat beriringkan salam tidak lupa kita haturkan atas pahlawan
besarkita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnyadari alam kegelapan dan
kebodohankealam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang
ini.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diembankan kepada kami selaku mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Unissula.Walaupun
makalah ini telah dapat kami selesaikan, namun masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi
bahasa maupun dari segi penyusunan karena kami selaku manusia tidak luput dari salah dan lupa.
Maka dengan senang hati, kami mengharapkan saran ,kritikan, dan bimbingan yang bersifat
membangun ke arah yang positif demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembacapada umumnya.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
……………………………………………………………………………………2
Daftar Isi
………………………………………………………………………………………….3
Abstrak
……………………………………………………………………………………………4
Isi
………………………………………………………………………………………………….5
Kesimpulan
……………………………………………………………………………………...20
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………...21
3
BAB I
ABSTRAK
Proses tumbuh kembang pada anak bisa disebut masa rentan karena masa kanak-kanak
merupakan masa kritis dalam proses tumbuh kembang. Pada umumnya proses tumbuh kembang
bersifat dinamis dan berjalan secara kesinambungan. Ukuran dan pola pertumbuhan pada anak
berbeda-beda dan bervariasi, baik menurut kelompok umur maupun jenis kelamin. Ini semua
disebabkan karena adanya proses interaksi faktor genetik dan lingkungan yang berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berlainan, namun keduanya saling
mempengaruhi dan berlangsung secara bersamaan atau bergantian. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, sebagai hasil dari proses pematangan yang dapat diramalkan sebelumnya. Terdapat
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang mampu
berkembang sehingga dapat memenuhi fungsinya masing-masing.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ras, keturunan, jenis kelamin
dan nutrisi. Pertumbuhan fisik merupakan hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme.
Pertumbuhan fisik terbagi menjadi dua yaitu pertumbuhan janin intrauterin dan pertumbuhan
setelah lahir.
Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Tulang kepala terdiri dari dua kesatuan tulang yaitu
tulang kranial dan tulang fasial. Maksila dan mandibula merupakan bagian dari tulang kranium.
Pertumbuhan dan perkembangan craniofacial dipengaruhi oleh pusat-pusat pertumbuhan,
sehingga kecepatan pertumbuhan komponen-komponen craniofacial bervariasi. Pusat-pusat
pertumbuhan craniofacial akan membentuk wajah sesuai dengan pola pertumbuhannya yaitu ke
arah sagital, vertikal, dan lateral. Akan terjadi gangguan pada bentuk wajah, jika terjadi
ketidakseimbangan pada arah dan kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan periosteal dan endosteal
sangat berperan penting dalam pertumbuhan kepala, termasuk dalam memberikan penambahan,
baik pada ukuran maupun perubahan bentuk dari tulang-tulang basis kranium. Faktor genetik dan
faktor lingkungan dapat mempengaruhi penyimpangan pertumbuhan craniofacial.
4
Pertumbuhan wajah umumnya ditentukan oleh ras, jenis kelamin, genetik, dan usia. Wajah
dan kepala mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda-beda pada usia tertentu. Pertumbuhan
tulang-tulang wajah berlangsung sepanjang sutura yang menghubungkan tulang muka, tulang
kranial, serta antara tulang-tulang muka itu sendiri. Wajah berkembang ke arah depan dan ke
bawah dalam kaitannya dengan kranium. Laju pertumbuhan wajah mencapai puncaknya sewaktu
lahir, dan akan menurun tajam, selanjutnya mencapai minimal prapubertas, dua tahun lebih cepat
terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
5
BAB II
ISI
6
2.2 Prinsip dan Konsep Tumbuh Kembang Wajah terhadap Kurva Oklusi Gigi Geligi
7
3. Periode Fetus
Berlangsung dari kehidupan hari ke 56 sampai kelahiran.
Terjadi peningkatan pertumbuhan struktur cranio-facial yang dapat meningkatkan
ukuran struktur tersebut
Terjadi sebuah perubahan proporsi di antara macam struktur
- Chondro-cranial Ossification
Basis cranii yang merupakan jaringan kartilago dibawah kendali ossifikasi.
9
(iii) Medial pterygoid plate : Berossifikasi endochondral dari 1 kartilago sekunder di
prosesus hamular
(iv) Pars Anterior corpus sphenoid : Berossifikasi endochondral dari 5 pusat (2 pasang
dan 1 di midline). Pusat ossifikasi terlihat di kartilago presphenoid
(v) Pars Posterior corpus sphenoid : Berossifikasi endchondral dari 4 pusat yang ada di
kartilago pusat sphenoid.
- Basis cranii (chondro-cranium) penting sebagai junction (penghubung) antara cranial vault
(ruang atau space pada cranium) dan tulang facial. Basis cranii menjadi relatif stabil di saat
pertumbuhan pada cranial vault dan tulang facial. Dapat dibandingkan pada cranial vault
dan tulang facial dengan basis cranii dimana jika basis cranii lebih luas, maka cranial vault
dan tulang facial pun juga bisa lebih luas yang dapat membuat basis cranii jadi stabil.
Kondisi stabil ini bisa memelihara awal pembentukan hubungan pembuluh darah dan
nervus yang menuju dan dari otak. Basis cranii saat masih bayi lahir ukurannya lebih kecil
dari pada cranial vault yang meluas secara lateral dan posterior.
10
Dua prosesus mandibular tumbuh secara medial dan berfusi membentuk bibir bawah dan
rahang bawah. Selama dibawah kerja tumbuh pada prosesus maxilla, prosesus fronto nasal
lebih sempit yang dapat mendekatkan 2 nasal pit. Garis fusi dari proc. Maxilla dan proc.
Media nasal berhubungan dengan duktus naso-lacrimal.
- Perkembangan Palatum
Dibentuk dari kontribusi :
a. Prosesus maxilla
b. 2 Palatal shelf dari prosesus maxila
c. Prosesus fronto nasal
Prosesus fronto nasal membentuk region premaxila di saat 2 palatal shelf mebentuk sisa
palatum. Dua Palatal shelf tumbuh secara medial , gabungan dari keduanya dicegah adanya
lidah. Maka awal perekembangan 2 palatal shelf tumbuh secara vertical kebawah terhadap
alas mulut. Di saaat minggu ke 7 kehidupan intra uterus, terjadi perubahan 2 palatal shelf
dengan merubah posisi vertical menjadi horizontal selama berjam-jam. Minggu ke 8
setengah, 2 palatal shelf sudah menutup yang dilindungi oleh epitel lining. Sel epitel lama-
lama degenerasi. Seluruh palatum tidak terjadi kontak dan fusi pada waktu yang sama.
Awal kontak terjadi di region tengah palatum sekunder pars posterior. Maka penutupan
terjadi pada anterior dan posterior. Mesial edges pada prosesus palatum berfusi dengan
ujung bawah septi nasi dan maka terpisah jadi 2 cavum nasi dan cavum oris.
Ossifikasi palatum terjadi dari minggu ke 8 kehidupan intra uterus dengan ossifikasi
intramembranosa . Hampir bagian posterior palatum tidak ossifikasi maka disebut soft
palate. Bagian sutura tengah palatum berossifikasi selama 12-14 tahun.
11
a. Proseus condyles
Sekitar minggu ke 5 intra uterus, area mesenkim berkembang menjadi kartilago bentuk
kerucut selama 10 minggu dan mulai ossifikasi selama 14 minggu. Terus migrasi ke
bawah dan berfusi dengan ramus mandibular selama 4 bulan. Kartilago tersebut diganti
tulang saat awal hidup fetus tapi untuk bagian atas kartilago tetap bertahan sampai
dewasa selama pertumbuhan kartilago.
b. Prosesus coronoid
Adanya kartilago prosesus coronoid sekunder saat minggu ke 10-14 intra uterus.
Prosesus ini tumbuh untuk respon perkembangan otot temporal. Kartilago ini menjadi
tulang intramembranosa dari ramus dan mnghilang saat kelahiran.
c. Regio mental
Sisi samping simfisis, 1 atau 2 kartilago kecil terjadi dan berossifikasi saat bulan ke 7
intra uterus untuk membentuk tulang kecil (ossikel) mentalis di simfisis. Ossikel ini
menjadi tulang inteamembranosa saat simfisis berossifikasi lengkap saat 1 tahun
kehidupan post natal.
12
4. Fronto – ethmoid
5. Fronto – zygomatikus
- Waktu basis cranii tumbuh
a. Saat kelahiran, ukuran dewasa basis cranii mencapai 55-60%
b. Saat usia 4-7 tahun, ukurannya mencapai 94%
c. Saat usia 8-13 tahun, ukuran mencapai 98%
13
- Corpus mandibular
Pars anterior pada dewasa mengelami resorpsi tulang dan posteriornya berdeposisi yang
dimana itu semua merupakan displacement ramus untuk perubahan bentuk ramus menjadi
pars posterior dari ramus.
- Angulus mandibular
Terjadi reorpsi di sisi lingua angulus mandibular di posterior-anterior, deposisi terjadi di
anterior-superior. Pada sisi bukal, resorpsi terjadi di pars anterior-superior saat deposisi di
posterior-superior. Dari itu semua dapat terbentuk angulus mandibular
- Tuberositas lingua
Membentuk area utama pertumbuhan pada arcus bawah tulang dan juga membentuk batas
antara ramus dan corpus mandibular.
- Proseus alveolar
Berkembang untuk respon adanya tooth buds. Saat gigi erupsi, prosesus alveolar
berkembang dan tambah tinggi oleh deposit tulang. Tulang alveolar untuk menambah
tinggi dan ketebalan korpus mandibular dan mengakomodasi adanya molar ke 3. Saat tidak
ada gigi, alveolar gagal berkembang dan resorbsi di mana tempat gigi diextraksi.
- Dagu
Saat masa bayi, dagu kurang berkembang. Protuberantia mentalis terbentuk oleh deposit
tulang sata masa anak-anak.
- Condyle
Caput condyle dilindungi oleh lapisan tipis kartilago yang disebut kartilago condyl.
Adanya kartilago condyle untuk adapatasi menahan pergerakan dari sendi. Pertumbuhan
condyle meningkat saat pubertas dan meraih puncak antara usia 12 setengah sampai 14
tahun. Pertumbuhan berhenti saat usia 20 tahun.
- Prosesus Coronoid
Pertumbuhannya mengikuti pembesaran prinsip “V” yang di saat secara longitudinal dari
aspek posterior, terjadi deposisi di lingua medial kanan dan kiri prosesus coronoid. Dari
aspek oklusal, deposisi lingua prosesus coronoid membawa pergerkan pertumbuhan
posterior pada pola “V” .
2.4 Konsep Pertumbuhan
A. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan suatu ukuran melalui penambahan jumlah sel, ukuran, dan
matriks ekstra seluler yang dapat diukur secara kuantitatif. Pertumbuhan juga diartikan
sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada seseorang yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu.
B. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
14
a. Keturunan
Gen dapt mempengaruhi sifat – sifat pertumbuhan, ukuran, kecepatan, kapan mulai
terjadinya perubahan erupsi gigi dan sebagainya. Penyelidikan pada anak kambar
bahwa ukuran gigi, lebar kepala dan lebar mandibula sangat dipengaruhi oleh faktor
keturunan dibandingkan dengan ukuran antero posterior
b. Nutrisi
Malnutrisi yang terjadi pada anak – anak yang sedang tumbuh akan memperlambat
pertumbuhan. Malnutrisi dapat dipengaruhi ukuran bagian badan, sehingga terjadi
perbandingan ukuran badan yang berbeda – beda dan kualitas jaringan yang berbeda
seperti kualitas gigi dan tulang.
c. Penyakit
Penyakit sistemik yang berlangsung lama dan berat dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak. Gangguan kelenjar endokrin yang ikut berperan pada pertumbuhan seperti:
hipofise, tiroidea, suprarenalis dan gonad dapat menyebabkan kemunduran
pertumbuhan.
d. Perbedaan ras dan etnik
Pada ras dan etnik yang berbeda – beda terlihat adanya perbedaan kongenital,
kecepatan tinggi dan berat badan, pertumbuhan pada masing - masing ras dan etnik
juga berbeda, begitu juga waktu maturasi, pembentukan tulang, kalsifikasi gigi, dan
waktu erupsi gigi.
e. Pengaruh hormon
Pertumbuhan badan manusia prinsipnya di pengaruhi oleh hormon perutumbuhan yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Pada masa pubertas dimana hormon sex mulai aktif,
maka hormon ini juga mempengaruhi perkembangan wajah.
2.5 Gangguan pada Tumbuh Kembang Wajah yang Mengakibatkan Perubahan Kurva Gigi
atau Sebaliknya
15
Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi sulung dan 32 gigi tetap, tetapi
dapat dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah tersebut. Kelainan jumlah gigi
adalah dijumpainya gigi yang berlebih karena benih berlebih atau penyebab lain dan
kekurangan jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang tidak ada atau kurang.
a. Benih tidak ada (anodonsia /hipodonsia)
Definisi : Anodonsia yaitu tidak dijumpainya seluruh gigi geligi dalam rongga
mulut sedangkan hipodonsia atau disebut juga oligodonsia yaitu tidak adanya satu atau
beberapa elemen gigi. Kedua keadaan ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi
tetap. Gigi yang sering mengalami hipodonsia yaitu gigi insisivus lateralis atas, premolar
dua bawah, premolar dua atas, molar tiga dan insisivus sentralis bawah.
Anodonsia mempunyai dampak terhadap perkembangan psikologis karena
adanya penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan menyebabkan gangguan pada
fungsi pengunyahan dan bicara.
b. Supernumerary Teeth (Jumlah gigi yang berlebih)
Definisi Hiperdonsia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth yaitu
adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal, dapat terjadi pada
gigi sulung maupun gigi tetap. Gigi ini bisa erupsi dan bisa juga tidak erupsi. Beberapa
penelitian melaporkan prevalensinya pada anak-anak 0,3 – 2,94 %. Menurut Bodin dan
Kaler, kasus ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki.
Akibat yang ditimbulkan tergantung pada posisi yang berlebih, dapat berupa ;
malposisi, krowded, tidak erupsinya gigi tetangga, persistensi gigi sulung, terlambatnya
erupsi gigi insisivus sentralis tetap, rotasi, diastema, impaksi, resobsi akar dan hilangnya
vitalitas. Pembentukan kista dan masalah estetis juga dapat dijumpai.
16
Karena sulitnya menentukan apakah gigi yang besar akibat fusi atau geminasi, maka
digunakan istilah gigi ganda saja. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.
b. Malformasi Insisivus Dua Atas
Insisivus dua atas sering mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak normal yang
disebut dengan Peg Shaped .
c. . Dilaserasi
Definisi: Bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokan yang
tajam (membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa pembentukan dan perkembangan
gigi tahap/fase kalsifikasi.
Kurve/pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa jauh
pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan.
IV. KELAINAN WAKTU ERUPSI
a.. Natal Teeth
Definisi Gigi Natal adalah gigi yang telah erupsi/telah ada dalam mulut pada
waktu bayi dilahirkan. Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada usia 6
bulan, jika gigi sulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui. Gigi ini
merupakan gigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk gigi supernumerary
atau gangguan pertumbuhan lainnya.
b Teething
Menurut Burket, definisi teething yaitu suatu proses fisiologis dari waktu erupsi
gigi yang terjadi pada masa bayi, anak dan remaja (sewaktu gigi molar tiga akan erupsi)
yang diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik. Teething lebih sering timbul pada erupsi
gigi sulung, terutama erupsi gigi molar yang relatif besar, sedangkan gigi insisivus sulung
yang ukurannya relatif lebih kecil dapat erupsi tanpa mengalami gangguan kesulitan,
walaupun gejala lokal dan sistemik dapat juga menyertainya.
b Kista Erupsi
Definisi : Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi akibat
rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung/tetap yang akan erupsi mengembang
karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah.
V. GANGGUAN ERUPSI
a. Ankylosis
Yaitu gigi yang dapat erupsi tetapi tidak dapat berokiusi dengan gigi antagonis.
Ankylosis dapat dimulai dan suatu infeksi atau trauma jaringan periodontal. Gigi M2
bawah sering gagal erupsi ketika rahang tumbuh, jaraknya: 1-2 mm dan okiusi
17
menarik untuk dilakukan dan diamati. Terkadang keberhasilan yang telah dicapai dapat berubah atau
bahkan relaps.1-2 Peran orang tua pasien sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi dan bekerjasama tentang
keadaan maloklusi, rencana perawatan dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.5 Menurut
Bjork, perawatan yang dilakukan di masa tumbuh kembang, akan melalui masa pertumbuhan cepat, terjadi
perubahan wajah dankemajuan perawatan. Penting diperhatikan arah dan kecepatan pertumbuhan wajah
serta bagaimana pertumbuhan skeletal lainnya karena pertumbuhan maksila dan mandibula sangat
berkaitan dengan pertumbuhan pada umumnya. Bjork menambahkan bahwa maksila akan lebih dahulu
berhenti tumbuh sementara mandibula masih akan tumbuh dan berhenti bersamaan dengan berhentinya
pertumbuhan tulang tubuh lainnya. Tingkat pencapaian pertumbuhan dapat dilihat dari tingkat kematangan
seksual, kalsifikasi tulang serta laju pertumbuhan tulang tubuh.1,6 Pada kurva pertumbuhan dari Scammon
pertumbuhan maksila dan mandibula merupakan bagian dari pertumbuhan general memiliki bentuk ”s”,
yakni meningkat pada usia 2-3 tahun kemudian melambat dan meningkat lagi pada prepubertal, yaitu usia
10 tahun dan menurun hingga usia 18-10 tahun.
Terkadang dijumpai maloklusi yang tidak memerlukan perawatan, seperti keadaan yang
merupakan hal normal, misalnya diastema sentralis pada periode gigi bercampur dan kaninus belum
erupsi.1,7 Dapat pula dijumpai maloklusi yang dapat dirawat hanya dengan melakukan pencabutan, seperti
kasus persistensi yang menghambat erupsi gigi tetap. Kadang diperlukan perawatan maloklusi dengan
piranti ortodontik lepas dan kadang dengan piranti ortodontik cekat. Hendaknya penggunaan piranti
disesuaikan dengan indikasi perawatan yang diharapkan. Penggunaan piranti fungsional baik cekat ataupun
lepas dapat memodifikasi pertumbuhan dan disarankan digunakan pada masa menjelang puncak
pertumbuhan. Sedangkan perawatan bedah, menjadikan pilihan ideal pada perawatan yang membutuhkan
perbaikan skeletal.4,7 Pada prinsipnya sasaran perawatan maloklusi Klas III adalah memberi kesempatan
maksila untuk tumbuh dan menahan pertumbuhan mandibula.4-5 Pada kasus Klas III pseudo keadaan
gigitan silang diperbaiki dengan memprotraksi gigi anterior atas untuk memberikan waktu maksila
tumbuh.1,6 Protraksi maksila dapat menggunakan incline bite plane, pegas, quadhelix, ataupun piranti
ortodontik cekat. Terkadang diperlukan pencabutan gigi pada mandibula atau maksila. Disarankan untuk
menggunakan elastomerik intermaksilar Klas III saat meretraksi gigi anterior dan untuk mendapatkan
interdigitasi yang lebih baik. Rabie melaporkan bahwa protraksi gigi anterior dengan alat ortodontik cekat
diperlukan waktu 4–8 bulan dan stabilisasi setelah 3 tahun memperlihatkan hasil yang memuaskan.2 Masa
retensi diakhir perawatan maloklusi Klas III perlu mendapat perhatian.1,5 Masa retensi adalah masa
mempertahankan posisi gigi pada tempat yang baru setelah perawatan selesai. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadi relaps.5 Hal-hal yang mempengaruhi stabilisasi antara lain oklusi, etiologi, erupsi molar ketiga,
keadaan jaringan penyangga gigi, keseimbangan otot-otot, serta ada tidaknya pertumbuhan. Riedel
menambahkan penanganan maloklusi Klas III dan Klas II disarankan melakukan overcorection untuk
18
mengantisipasi relaps yang mungkin terjadi.1,5 Pada artikel ini dilaporkan salah satuperawatan maloklusi
Klas III pada masa tumbuh kembang.
BAB III
KESIMPULAN
19
Pertumbuhan dan perkembangan orokraniofacial pada embrio meliputi rongga mulut,
facial, rongga hidung dan sinus paranasal, maxilla, palatum,mandibula, lidah, kelenjar saliva,
temporo mandibular joint, serta kelenjar tiroid . Apa bila dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan orokraniofasial terjadi gangguan seperti trauma dan lain-lain maka akan
mengakibatkan anomaly baik itu pada gigi maupun pada palatum dan bibir. Oleh sebab itu, maka
seorang dokter gigi professional harus mempunyai ilmu pengetahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan orocraniofacial pada embrion untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
mengenai hubungan structuralantar organ dangan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
yang mungkin terjadi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Iyyer, Sundaresa Bhalajhi. Orthodontics The Art and Science. Third Edition. Arya (Medi)
Publishing House
Ikalor, Allvanialista. Pertumbuhan dan Perkmbangan. ISSN: 2104-199 Volume: 7, Nomor 1,
Mei 2013: 1-6
S.I.Bhalajhi.2003.Orthodontics : The Art And Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing
House
21