Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN TUMBUH KEMBANG WAJAH

Disusunoleh :

1. Ainan Salsabila Rosyada 31101700008


2. Apriliana Firdayanti 31101700011
3. Millania Murtikasari 31101700049
4. Monalisa 31101700051
5. Morin Nurul Hidayah 31101700052
6. Muhammad Henri Indrawan 31101700057
7. Rakhmat Noor Hidayat 31101700067
8. Regilia Shinta Mayangsari 31101700068
9. Ridho RifkiaNashir 31101700070
10. Untung Prasetyo 31101700085
11. Waritsa Arbyta Putri 31101700087

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HubungantumbuhKembangWajah”.
Selawat beriringkan salam tidak lupa kita haturkan atas pahlawan
besarkita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnyadari alam kegelapan dan
kebodohankealam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang
ini.

Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diembankan kepada kami selaku mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Unissula.Walaupun
makalah ini telah dapat kami selesaikan, namun masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi
bahasa maupun dari segi penyusunan karena kami selaku manusia tidak luput dari salah dan lupa.
Maka dengan senang hati, kami mengharapkan saran ,kritikan, dan bimbingan yang bersifat
membangun ke arah yang positif demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembacapada umumnya.

Semarang, 8 April 2018

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
……………………………………………………………………………………2
Daftar Isi
………………………………………………………………………………………….3
Abstrak
……………………………………………………………………………………………4
Isi
………………………………………………………………………………………………….5
Kesimpulan
……………………………………………………………………………………...20
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………...21

3
BAB I
ABSTRAK
Proses tumbuh kembang pada anak bisa disebut masa rentan karena masa kanak-kanak
merupakan masa kritis dalam proses tumbuh kembang. Pada umumnya proses tumbuh kembang
bersifat dinamis dan berjalan secara kesinambungan. Ukuran dan pola pertumbuhan pada anak
berbeda-beda dan bervariasi, baik menurut kelompok umur maupun jenis kelamin. Ini semua
disebabkan karena adanya proses interaksi faktor genetik dan lingkungan yang berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berlainan, namun keduanya saling
mempengaruhi dan berlangsung secara bersamaan atau bergantian. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, sebagai hasil dari proses pematangan yang dapat diramalkan sebelumnya. Terdapat
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang mampu
berkembang sehingga dapat memenuhi fungsinya masing-masing.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ras, keturunan, jenis kelamin
dan nutrisi. Pertumbuhan fisik merupakan hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme.
Pertumbuhan fisik terbagi menjadi dua yaitu pertumbuhan janin intrauterin dan pertumbuhan
setelah lahir.
Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Tulang kepala terdiri dari dua kesatuan tulang yaitu
tulang kranial dan tulang fasial. Maksila dan mandibula merupakan bagian dari tulang kranium.
Pertumbuhan dan perkembangan craniofacial dipengaruhi oleh pusat-pusat pertumbuhan,
sehingga kecepatan pertumbuhan komponen-komponen craniofacial bervariasi. Pusat-pusat
pertumbuhan craniofacial akan membentuk wajah sesuai dengan pola pertumbuhannya yaitu ke
arah sagital, vertikal, dan lateral. Akan terjadi gangguan pada bentuk wajah, jika terjadi
ketidakseimbangan pada arah dan kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan periosteal dan endosteal
sangat berperan penting dalam pertumbuhan kepala, termasuk dalam memberikan penambahan,
baik pada ukuran maupun perubahan bentuk dari tulang-tulang basis kranium. Faktor genetik dan
faktor lingkungan dapat mempengaruhi penyimpangan pertumbuhan craniofacial.

4
Pertumbuhan wajah umumnya ditentukan oleh ras, jenis kelamin, genetik, dan usia. Wajah
dan kepala mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda-beda pada usia tertentu. Pertumbuhan
tulang-tulang wajah berlangsung sepanjang sutura yang menghubungkan tulang muka, tulang
kranial, serta antara tulang-tulang muka itu sendiri. Wajah berkembang ke arah depan dan ke
bawah dalam kaitannya dengan kranium. Laju pertumbuhan wajah mencapai puncaknya sewaktu
lahir, dan akan menurun tajam, selanjutnya mencapai minimal prapubertas, dua tahun lebih cepat
terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

5
BAB II
ISI

2.1 Hubungan Tumbuh Kembang Wajah dengan Kurva Oklusi


Tulang kepala terdiri dari 2 kesatuan tulang yaitu neurokranium atau tulang
cranial yang berisi otak dan viserokranium atau tulang-tulang yang membentuk
wajah. Secara umum wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia.
Bentuk wajah setiap orang berbeda karena bentuk kontur dari setiap wajah
seseorang dengan orang lain berbeda, pertumbuhan kepala meliputi pertumbuhan
cranium dan wajah. Wajah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu sepertiga bagian
atas, sepertiga bagian tengah, dan sepertiga bagian bawah.
Variasi ukuran dan bentuk wajah yang paling besar dipengaruhi oleh 2
tulang, yaitu mandibula dan maxilla, hal ini karena tulang maxilla mendukung
lekung gigi atas dan processus alveolaris dan tulang mandibula mendukung
lengkung gigi bawah dan processus alveolaris. Setiap orang mempunyai variasi
tumbuh yang berbeda tidak satu orangpun yang mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda, sehingga tidak satu orangpun mempunyai ukuran lengkung gigi dan
bentuk lengkung gigi sama persis.pertumbuhan wajah tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh perkembangan fungsi rahang, pertumbuhan sinus, kedudukan serta
perkembangan gigi, otot wajah dan faktor-faktor sekelilingnya, masing-masing
bentuk wajah mempunyai karakteristik lengkung gigi yang berbeda.
Oklusi adalah peristiwa saat kontak antar geligi, kontak tersebut akan
dikatakan normal jika termasuk kedalam oklusi kelas 1, namun apa bila ada salah
satu dari rahang, entah itu maxilla ataupun mandibula yang lebih kedepan hal
tersebut disebut maloklusi. Pertumbuhan rahanglah yang sangat mempengaruhi
bagaimana oklusi terbentuk, selain itu juga lengkung dari rahang, dan ukuran gigi,
bagaimana oklusi sendiri terbentuk dengan baik saat kedua rahang mempertemukan
geligi pada garis tengah dan tidak terjadi kemajuaan dari salah satu rahang.
Pertembuhan rahangpun bergantung dari beberapa hal, antara lain
tergantung RAS, lingkungan, jenis makanan yang dimakan dan masih banyak hal
lainnya.

6
2.2 Prinsip dan Konsep Tumbuh Kembang Wajah terhadap Kurva Oklusi Gigi Geligi

a. Konsep dari Normal


normal adalah sesuatu yang mengacu pada yang biasa terlihat atau sebuah typical.
Normal tidak bisa disamakan dengan ideal. Karena ideal dicapai seiringan dengan
berjalannya waktu atau faktor usia.
b. Growth Spurt
Pertumbuhan juga mengalami fase dimana terjadi peningkatan. Yaitu pada: - usia sebelum
lahir, - usia 1 tahun, - lakilaki usia 8-9 tahun perempuan usia 7-9 tahun, - pre pubertas :
laki-laki 14-16 tahun perempuan 11-13 tahun. Pada fase growth spurt ini terjadi
pertumbuhan ortodontic secara cepat dan apabila terjadi kelainan pada kurva oklusi lebih
baik dirawat pada usia ini karena pertumbuhan sel yang sangat cepat, maka akan
mendapatkan hasil yang maksimal.
c. Differential Growth
disamping adalah kurva dari pertumbuhan
Scammon. Kurva disamping menunjukkan bahwa
perkembangan secara umum mandibular dan
maxilla serta neural mengalami growth spurt pada
usia lahir dan 10 tahun. Jadi pada usia tersebut
wajah dan oklusi gigi geligi terjadi perubahan
yang sangatsignifikan.

2.3 Regio dari Tumbuh Kembang Wajah


- Tumbuh kembang dapat dibagi jadi 2 yaitu periode prenatal dan post natal. Pada periode
prenatal merupakan suatu perkembangan yang secara dinamis dapat meningkatkan tinggi
mencapai hampir 5000 kali yang dapat dibandingkan dari periode post natal.
- Periode prenatal dapat dibagi jadi 3 yaitu:
1. Periode Ovum
Berlangsung 2 minggu dari waktu fertilisasi.
Terbentuk cleavage dan attachment pada ovum yang menuju ke dinding intra uterus
2. Periode Embrio
Berlangsung dari hari ke 14 sampai hari ke 56 pada kehidupan intra-uterus.
Terbentuk region cranial dan perkembangan facial pada sebagian besar

7
3. Periode Fetus
Berlangsung dari kehidupan hari ke 56 sampai kelahiran.
Terjadi peningkatan pertumbuhan struktur cranio-facial yang dapat meningkatkan
ukuran struktur tersebut
Terjadi sebuah perubahan proporsi di antara macam struktur

- Pertumbahan prenatal pada cranial base


Berlangsung masa pembentukan cranial base pada periode post somatic (minggu ke 4
sampai ke 8 di saat kehidupan intra uterus
Saat periode post (late) somitic , jaringan mesenkim terbagi dari primitive streak, neural
crest, dan sklerotom occipital yang memadat mengelilingi otak yang berkembang. Maka
sebuah kapsul terbentuk yang mengelilingi otak. Kapsul tersebut yaitu Kapsul Ectomenix
(Ectomeningeal). Bagian basal kapsul tersebut yang menimbulkan cranial base nanti.
Perkembangan craniuml dan pembentukan cranial base dipengaruhi oleh adanya struktur
cranial seperti otak, nervus cranial, dan mata. Maka terbentuknya cranium dapat terlihat
setelah adanya pembentukan dan perkembangan struktur cranial lain.
Sekitar 14 hari kedepan, capsul ectomenix pelan-pelan menjadi kartilago.
- Perubahan sel mesenkim jadi kartilago (chondrification) terjadi 4 tahap :
1. Parachordal
Pembentukan chondrification centre mengelilingi ujung cranium notochord yang
disebut cartilage parachordal
2. Hypophyseal
Tempat dari cranial sampai ujung notochord
Membrane oropharyngeal (hypoophyseal pouch) berkembang yang dapat
menimbulkan lobus anterior pada glandula pituitary
Salah satu sisi sel hyphopyseal stem atau cartilage post sphenoid berkembang. Kedua
cartilage tersebut berfusi dan membentuk bagian posterior corpus sphenoid.
Dari cranial sampai ke glandula pituitary, 2 kartilago trabecular atau presphenoid
berkembang yang dimana berfusi bersama dan membentuk bagian anterior corpus
sphenoid. Cartilago sphenoid membentuk vertical cartilaginous plate (kartilago
mesethmoid) yang menimbulkan perpendicular plate pada ethmoid dan crista gali.
3. Nasal
Di saat perkembangan, sebuah kapsul mengelilingi organ nasal. Kapsul ini
mengalami chondrifikasi dan pembentukan cartilage pada lubang hidung yang
dimana nanti berfusi dengan kartilago cranial base.
4. Otic
Sebuah kapsul terlihat mengelilingi organ vestibulocochlea. Kapsul ini mengalami
chondrifikasi dan ossifikasi yang dapat membentuk os mastoid dan pars petrosa pada
os temporal. Kartilago otic juga berfusi dengan kartilago cranial base.
Pada pusat pembentukan kartilago pada cranial base, akan berfusi bersama menjadi
cranial base.
Pusat awal terpisah pada cartilage berfusi bersama menjadi basis cranii (cranial base)
yang single, ireguler (tidak rata), dan memiliki berbagai foramen. Pembentukan awal
8
dari macam nervus, pembuluh darah, dan lain-lain dari dan menuju otak dapat
menimbulkan pembentukan foramen di saat perkembangan cranial base.

- Chondro-cranial Ossification
Basis cranii yang merupakan jaringan kartilago dibawah kendali ossifikasi.

- Occipital Bones : menunjukkan kedua endochondral dan ossifikasi intra-membranosa.


Dapat terlihat 7 pusat ossifikasi, 2 membran intranosa, dan 5 endochondral.
(i) Pars supranuchal squamous berossifikasi secara intramembranosa dari satu pasang
pusat ossifikasi yang terjadi pada minggu ke 8 pada kehidupan di intra uterus.
(ii) Pars infranuchal berossifikasi secara endochondral dari 2 pusat yang terjadi pada
minggu ke 10 pada kehidupan intra uterus.
(iii) Pars basal berossifikasi secara endochondral dari pusat ossifikasi median yang
single terjadi di minggu ke 11 pada kehidupan intra uterus. Ini dapat menimbulkan
pars anterior pada conylus occipitalis dan boundary anterior pada foramen magnum
(iv) Sepasang pusat ossifikasi endochondral terjadi minggu ke 12 yang membentuk
boundary lateral pada foramen magnum dan pars posterior pada condyus occipitalis

- Temporal Bone : ossifikasi secara endochondral dan intra-membranosa dari 11 pusat.


(i) Pars squamous os temporal berossifikasi dari pusat intramembranosa yang single
terjadi di minggu ke 8 kehidupan intra uterus
(ii) Cincin timpanica berossifikasi dari 4 pusat intramembranosa yang terjadi di minggu
ke 12 kehidupan intra uterus.
(iii) Pars petrosa os temporal berossifikasi dari 4 pusat endochondral yang terjadi di
bulan ke 5 kehidupan intra uterus
(iv) Prosesus styloideus berossifikasi dair 2 pusat endochondral

- Ethmoid Bone : Menunjukkan ossifikasi endochondral yang berossfikasi dari 3 pusat :


(i) 1 pusat ossifikasi berlokasi di pusat yang memebentuk lantai medial di anterior
fossa cranial.
(ii) 2 Pusat lateral di kapsul nasal.

- Sphenoid Bone : Berossifikasi intramembranosa dan endochondral. Terdapat 15 pusat


ossifikasi :
(i) Ala lesser : Terjadi Ossifikasi endochondral. Terdapat pusat ossifikasi di kartilago
orbitosphenoid
(ii) Ala greater dan lateral pterygoid plate : 2 pusat ossifikasi intramembranosa terlihat
di kartilago olisphenoid. Bagian ala greater berossifikasi endochondral.

9
(iii) Medial pterygoid plate : Berossifikasi endochondral dari 1 kartilago sekunder di
prosesus hamular
(iv) Pars Anterior corpus sphenoid : Berossifikasi endochondral dari 5 pusat (2 pasang
dan 1 di midline). Pusat ossifikasi terlihat di kartilago presphenoid
(v) Pars Posterior corpus sphenoid : Berossifikasi endchondral dari 4 pusat yang ada di
kartilago pusat sphenoid.

- Basis cranii (chondro-cranium) penting sebagai junction (penghubung) antara cranial vault
(ruang atau space pada cranium) dan tulang facial. Basis cranii menjadi relatif stabil di saat
pertumbuhan pada cranial vault dan tulang facial. Dapat dibandingkan pada cranial vault
dan tulang facial dengan basis cranii dimana jika basis cranii lebih luas, maka cranial vault
dan tulang facial pun juga bisa lebih luas yang dapat membuat basis cranii jadi stabil.
Kondisi stabil ini bisa memelihara awal pembentukan hubungan pembuluh darah dan
nervus yang menuju dan dari otak. Basis cranii saat masih bayi lahir ukurannya lebih kecil
dari pada cranial vault yang meluas secara lateral dan posterior.

- Kelenturan basis cranii


Saat periode embrionik dan awal fetus, basis cranii jadi lentur. Kelenturan basis cranii
diikuti kelenturan pada batang otak. Maka spinal chord dan foragmen magnum pada tahap
awal perkembangan menjadi menuju ke belakang yang terarah dan sekarang menjadi
menuju ke bawah secara terarah.Maka foramen magnum pun menjadi mengarah ke bawah
secara terarah. Kelenturan ini dapat membantu meningkatka kapasitas neurocranial. Pada
minggu ke 10 kehidupan intra uterus, kelenturan basis cranii menjadi 65 derajat ke bawah.

- Pertumbuhan basis cranii.


Pertumbuhannya tidak pasti. Pars anterior dan posterior basis cranii tumbuh pada
kecepatan yang berbeda. Di minggu ke 10 dan ke 40 kehidupan intra uterus, basis cranii
nambah panjang dan lebar sekitar 7 kali, pada periode yang sama posterior pada basis cranii
meningkat hanya 5 lipatan.

- Embriologi Pre Natal pada Maxila


Sekitar minggu ke 4 Kehidupan intra uterus, terdapat tonjolan di aspek ventral embrio yang
berhubungan perkembangan otak. Di bagian bawah tonjolan yang berhubungan dengan
terjadinya primitive mouth dinamakan stomodeum. Alas stormodeum dibentuk membrane
buccapharyngeal. Terdapat 5 arcus branchial dari region kepala dan leher. Setiap arcus
akan menimbulkan otot, jaringan konnektif, vasculature, komponen tulang,dan komponen
sel saraf. Yang pertama berada di atas stomodeum yang disebut nasal placod yang nantinya
degenerasi dan membentuk nasal pit.
Pembentukan nasal pit dibagi jadi prosesus frontonasal yang menjadi 2 bagian :
a. Prosesus media nasal
b. Prosesus lateral nasal

10
Dua prosesus mandibular tumbuh secara medial dan berfusi membentuk bibir bawah dan
rahang bawah. Selama dibawah kerja tumbuh pada prosesus maxilla, prosesus fronto nasal
lebih sempit yang dapat mendekatkan 2 nasal pit. Garis fusi dari proc. Maxilla dan proc.
Media nasal berhubungan dengan duktus naso-lacrimal.
- Perkembangan Palatum
Dibentuk dari kontribusi :
a. Prosesus maxilla
b. 2 Palatal shelf dari prosesus maxila
c. Prosesus fronto nasal

Prosesus fronto nasal membentuk region premaxila di saat 2 palatal shelf mebentuk sisa
palatum. Dua Palatal shelf tumbuh secara medial , gabungan dari keduanya dicegah adanya
lidah. Maka awal perekembangan 2 palatal shelf tumbuh secara vertical kebawah terhadap
alas mulut. Di saaat minggu ke 7 kehidupan intra uterus, terjadi perubahan 2 palatal shelf
dengan merubah posisi vertical menjadi horizontal selama berjam-jam. Minggu ke 8
setengah, 2 palatal shelf sudah menutup yang dilindungi oleh epitel lining. Sel epitel lama-
lama degenerasi. Seluruh palatum tidak terjadi kontak dan fusi pada waktu yang sama.
Awal kontak terjadi di region tengah palatum sekunder pars posterior. Maka penutupan
terjadi pada anterior dan posterior. Mesial edges pada prosesus palatum berfusi dengan
ujung bawah septi nasi dan maka terpisah jadi 2 cavum nasi dan cavum oris.
Ossifikasi palatum terjadi dari minggu ke 8 kehidupan intra uterus dengan ossifikasi
intramembranosa . Hampir bagian posterior palatum tidak ossifikasi maka disebut soft
palate. Bagian sutura tengah palatum berossifikasi selama 12-14 tahun.

- Perkembangan sinus maxilla


Terjadi di bulan ke 3, berkembang dari membrane mucus nasal yang menjadi tulang
maxilla. Sinus membesar oleh resorpsi dinding internal dari maxilla. Pada

- Embriologi prenatal dari mandibula


Minggu ke 4, terjadi perkembangan otak dan pericardium membentuk 2 prominent bulges
(tonjolan) di aspek ventral embrio. Kedua bulges ini terdiri cavum oris primitive atau
stomodeum. Alas stomodeum terbentuk dari membrane bucco-pharyngeal. Arcus
mandibular terbentuk membentuk dinding lateral stomodeum yang dapat menghasilkan
prosesus maxilla di ujung dorsal yang tumbuh secara ventro-medial dari cranial ke bagian
utama arcus, yang disebut prosesus mandibular. Sisi samping proc. Mandibular tumbuh
secara medial dan berfusi di midline yang dimana terbentuk bibir bawah dan rahang bawah.

- Pembentukan tulang endochondral


Dapat terlihat pada 3 area mandibular :

11
a. Proseus condyles
Sekitar minggu ke 5 intra uterus, area mesenkim berkembang menjadi kartilago bentuk
kerucut selama 10 minggu dan mulai ossifikasi selama 14 minggu. Terus migrasi ke
bawah dan berfusi dengan ramus mandibular selama 4 bulan. Kartilago tersebut diganti
tulang saat awal hidup fetus tapi untuk bagian atas kartilago tetap bertahan sampai
dewasa selama pertumbuhan kartilago.
b. Prosesus coronoid
Adanya kartilago prosesus coronoid sekunder saat minggu ke 10-14 intra uterus.
Prosesus ini tumbuh untuk respon perkembangan otot temporal. Kartilago ini menjadi
tulang intramembranosa dari ramus dan mnghilang saat kelahiran.
c. Regio mental
Sisi samping simfisis, 1 atau 2 kartilago kecil terjadi dan berossifikasi saat bulan ke 7
intra uterus untuk membentuk tulang kecil (ossikel) mentalis di simfisis. Ossikel ini
menjadi tulang inteamembranosa saat simfisis berossifikasi lengkap saat 1 tahun
kehidupan post natal.

Pertumbuhan Post Natal pada Basis Cranii


Terjadi oleh banyak interaksi yang ada 3 proses pertumbuhan :
a. Cortical drift dan remodelling
Proses deposit dan resorpsi terjadi perubahan ukuran, bentuk dan hubungan tulang
pada basis cranii. Cranium dibagi jadi beberapa kompartemen oleh elevasi tulang
dan ridges di basis cranii. Pada ridge yang elevasi dan bagian tulangnya mengalami
deposisi. Pada intracranial tulang mengalami resorpsi membantu menambah ruang
intracranial untuk mengakomodasi perumbuhan otak. Basis cranii diisi pembuluh
darah dan nervus.
Foramen mengisi nervus dan pembuluh darah yang dimana dibawah kendali
deposit tulang dan resorpsi yang dapat menahan proper hubungan dengan
pertumbuhan otak.
b. Pemanjangan sinkondrosis
Hampir tulang basis cranii dibentuk dari prosesus kartilago. Terus kartilago diganti
tulang keras. Tapi kartilago tetap untuk area junction dari macam tulang yang siebut
area Siknondrosis yang menjadi area penting pertumbuhan basis cranii.
Sinkondrosis yang ditemukan di basis cranii yaitu :
a. Sinkondrosis spheno-occipital : berossifikasi selama usia 12-15 tahun
b. Sinkondrosis spheno-ethmoid : berossifikasi selama usia 5-25 tahun
c. Sinkondrosis inter-sphenoid : berossifikasi saat kelahiran
d. Sinkondrosis intra-occipital : berossifikasi selama usia 3-5 tahun
c. Pertumbuhan sutura
Sutura yang dimakus meliputi:
1. Spheno – frontal
2. Fronto – temporal
3. Spheno – ethmoid

12
4. Fronto – ethmoid
5. Fronto – zygomatikus
- Waktu basis cranii tumbuh
a. Saat kelahiran, ukuran dewasa basis cranii mencapai 55-60%
b. Saat usia 4-7 tahun, ukurannya mencapai 94%
c. Saat usia 8-13 tahun, ukuran mencapai 98%

- Pertumbuhan Post-Natal di Maxilla


Pertumbuhan naso-maxila di lakukan oleh mekanisme :
a. Displacement
Terjadi displacement sekunder (pasif) pada naso-maxila dengan arah ke bawah dan ke
depan selama basis cranii tumbuh. Naso-maxila kompleks bergerak ke anterior selama
fossa cranial tengah tumbuh pada arah itu. Untuk tipe primer displacement bergerak ke
depan dan terjadi pertumbuhan tuberositas maxilla kea rah posterior yang dapat
membawa maxilla terbawa ke depan.
b. Perutmbuhan Sutura
Pemebntukan sutura :
a. Fronto-nasal suture
b. Fronto-maxilla suture
c. Zygomatikus-temporal suture
d. Zygomatikus-maxillary suture
e. Pterygo-palatine suture
Sutura ini tersusun oblique (miring) dan kurang lebih parallel tiap sutura.
c. Surface Remodelling
Remodelling banyak oleh dopiest tulang dan resoprsi terjadi untuk :
a. Menambah ukuran
b. Merubah bentuk tulang
c. Merubah hubungan fungsional

Pertumbuhan Post-Natal di Mandibula


Saat mandibular ada di dewasa, mandibular akan menjadi sub-unit secara
perkembangan dan fungsional nya. Bagian basal corpus mandibular membentuk satu
unit yang menempel pada prosesus alveolar, prosesus coronoid, prosys
condyles,proseus angular,ramus, tuberositas lingua, dan dagu.
- Ramus
Bergerak progressive ke posterior dari kombinasi deposisi dan resorpsi. Resoprsi terjadi
pada pars anterior ramus saat tulang deposisi di pars posterior. Fungsi remodelling ramus
yaitu :
1. Peningkatan massa otot mastikasi
2. Manambah pembesaran luasnya ruang pharyng
3. Memfasilitasi pemanjangan mandibular yang untuk erupsi pada gigi molar

13
- Corpus mandibular
Pars anterior pada dewasa mengelami resorpsi tulang dan posteriornya berdeposisi yang
dimana itu semua merupakan displacement ramus untuk perubahan bentuk ramus menjadi
pars posterior dari ramus.

- Angulus mandibular
Terjadi reorpsi di sisi lingua angulus mandibular di posterior-anterior, deposisi terjadi di
anterior-superior. Pada sisi bukal, resorpsi terjadi di pars anterior-superior saat deposisi di
posterior-superior. Dari itu semua dapat terbentuk angulus mandibular
- Tuberositas lingua
Membentuk area utama pertumbuhan pada arcus bawah tulang dan juga membentuk batas
antara ramus dan corpus mandibular.
- Proseus alveolar
Berkembang untuk respon adanya tooth buds. Saat gigi erupsi, prosesus alveolar
berkembang dan tambah tinggi oleh deposit tulang. Tulang alveolar untuk menambah
tinggi dan ketebalan korpus mandibular dan mengakomodasi adanya molar ke 3. Saat tidak
ada gigi, alveolar gagal berkembang dan resorbsi di mana tempat gigi diextraksi.
- Dagu
Saat masa bayi, dagu kurang berkembang. Protuberantia mentalis terbentuk oleh deposit
tulang sata masa anak-anak.
- Condyle
Caput condyle dilindungi oleh lapisan tipis kartilago yang disebut kartilago condyl.
Adanya kartilago condyle untuk adapatasi menahan pergerakan dari sendi. Pertumbuhan
condyle meningkat saat pubertas dan meraih puncak antara usia 12 setengah sampai 14
tahun. Pertumbuhan berhenti saat usia 20 tahun.
- Prosesus Coronoid
Pertumbuhannya mengikuti pembesaran prinsip “V” yang di saat secara longitudinal dari
aspek posterior, terjadi deposisi di lingua medial kanan dan kiri prosesus coronoid. Dari
aspek oklusal, deposisi lingua prosesus coronoid membawa pergerkan pertumbuhan
posterior pada pola “V” .
2.4 Konsep Pertumbuhan
A. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan suatu ukuran melalui penambahan jumlah sel, ukuran, dan
matriks ekstra seluler yang dapat diukur secara kuantitatif. Pertumbuhan juga diartikan
sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada seseorang yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu.
B. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik

14
a. Keturunan
Gen dapt mempengaruhi sifat – sifat pertumbuhan, ukuran, kecepatan, kapan mulai
terjadinya perubahan erupsi gigi dan sebagainya. Penyelidikan pada anak kambar
bahwa ukuran gigi, lebar kepala dan lebar mandibula sangat dipengaruhi oleh faktor
keturunan dibandingkan dengan ukuran antero posterior
b. Nutrisi
Malnutrisi yang terjadi pada anak – anak yang sedang tumbuh akan memperlambat
pertumbuhan. Malnutrisi dapat dipengaruhi ukuran bagian badan, sehingga terjadi
perbandingan ukuran badan yang berbeda – beda dan kualitas jaringan yang berbeda
seperti kualitas gigi dan tulang.
c. Penyakit
Penyakit sistemik yang berlangsung lama dan berat dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak. Gangguan kelenjar endokrin yang ikut berperan pada pertumbuhan seperti:
hipofise, tiroidea, suprarenalis dan gonad dapat menyebabkan kemunduran
pertumbuhan.
d. Perbedaan ras dan etnik
Pada ras dan etnik yang berbeda – beda terlihat adanya perbedaan kongenital,
kecepatan tinggi dan berat badan, pertumbuhan pada masing - masing ras dan etnik
juga berbeda, begitu juga waktu maturasi, pembentukan tulang, kalsifikasi gigi, dan
waktu erupsi gigi.
e. Pengaruh hormon
Pertumbuhan badan manusia prinsipnya di pengaruhi oleh hormon perutumbuhan yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Pada masa pubertas dimana hormon sex mulai aktif,
maka hormon ini juga mempengaruhi perkembangan wajah.

2.5 Gangguan pada Tumbuh Kembang Wajah yang Mengakibatkan Perubahan Kurva Gigi
atau Sebaliknya

I. KELAINAN JUMLAH GIGI

15
Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi sulung dan 32 gigi tetap, tetapi
dapat dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah tersebut. Kelainan jumlah gigi
adalah dijumpainya gigi yang berlebih karena benih berlebih atau penyebab lain dan
kekurangan jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang tidak ada atau kurang.
a. Benih tidak ada (anodonsia /hipodonsia)
Definisi : Anodonsia yaitu tidak dijumpainya seluruh gigi geligi dalam rongga
mulut sedangkan hipodonsia atau disebut juga oligodonsia yaitu tidak adanya satu atau
beberapa elemen gigi. Kedua keadaan ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi
tetap. Gigi yang sering mengalami hipodonsia yaitu gigi insisivus lateralis atas, premolar
dua bawah, premolar dua atas, molar tiga dan insisivus sentralis bawah.
Anodonsia mempunyai dampak terhadap perkembangan psikologis karena
adanya penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan menyebabkan gangguan pada
fungsi pengunyahan dan bicara.
b. Supernumerary Teeth (Jumlah gigi yang berlebih)
Definisi Hiperdonsia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth yaitu
adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal, dapat terjadi pada
gigi sulung maupun gigi tetap. Gigi ini bisa erupsi dan bisa juga tidak erupsi. Beberapa
penelitian melaporkan prevalensinya pada anak-anak 0,3 – 2,94 %. Menurut Bodin dan
Kaler, kasus ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki.
Akibat yang ditimbulkan tergantung pada posisi yang berlebih, dapat berupa ;
malposisi, krowded, tidak erupsinya gigi tetangga, persistensi gigi sulung, terlambatnya
erupsi gigi insisivus sentralis tetap, rotasi, diastema, impaksi, resobsi akar dan hilangnya
vitalitas. Pembentukan kista dan masalah estetis juga dapat dijumpai.

II. KELAINAN UKURAN GIGI


a. Makrodonsia
Definisi : Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih
besar dari normal, hampir 80 % lebih besar (bisa mencapai 7,7-9,2 mm). Keadaan ini
jarang dijumpai, sering di DD (Diferensial Diagnosa/Diagnosa Banding) dengan Fusion
Teeth. Gigi yang sering mengalaminya adalah gigi insisivus satu atas.
b. Mikrodonsia
Definisi : Yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih kecil dari
normal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau peg shaped. Sering diduga
sebagai gigi berlebih dan sering dijumpai pada gigi insisivus dua atas atau molar tiga.
Ukuran gigi yang kecil ini dapat menimbulkan diastema.

III. KELAINAN BENTUK GIGI


a. Gigi Ganda
Definisi : Gigi ganda yaitu penyatuan (fusi) dua benih yang sedang berkembang
atau terbelahnya (partial dichotomy atau geminasi) benih gigi, sehingga terdapat dua
gigi yang bersatu.

16
Karena sulitnya menentukan apakah gigi yang besar akibat fusi atau geminasi, maka
digunakan istilah gigi ganda saja. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.
b. Malformasi Insisivus Dua Atas
Insisivus dua atas sering mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak normal yang
disebut dengan Peg Shaped .
c. . Dilaserasi
Definisi: Bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokan yang
tajam (membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa pembentukan dan perkembangan
gigi tahap/fase kalsifikasi.
Kurve/pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa jauh
pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan.
IV. KELAINAN WAKTU ERUPSI
a.. Natal Teeth
Definisi Gigi Natal adalah gigi yang telah erupsi/telah ada dalam mulut pada
waktu bayi dilahirkan. Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada usia 6
bulan, jika gigi sulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui. Gigi ini
merupakan gigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk gigi supernumerary
atau gangguan pertumbuhan lainnya.
b Teething
Menurut Burket, definisi teething yaitu suatu proses fisiologis dari waktu erupsi
gigi yang terjadi pada masa bayi, anak dan remaja (sewaktu gigi molar tiga akan erupsi)
yang diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik. Teething lebih sering timbul pada erupsi
gigi sulung, terutama erupsi gigi molar yang relatif besar, sedangkan gigi insisivus sulung
yang ukurannya relatif lebih kecil dapat erupsi tanpa mengalami gangguan kesulitan,
walaupun gejala lokal dan sistemik dapat juga menyertainya.
b Kista Erupsi
Definisi : Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi akibat
rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung/tetap yang akan erupsi mengembang
karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah.

V. GANGGUAN ERUPSI
a. Ankylosis
Yaitu gigi yang dapat erupsi tetapi tidak dapat berokiusi dengan gigi antagonis.
Ankylosis dapat dimulai dan suatu infeksi atau trauma jaringan periodontal. Gigi M2
bawah sering gagal erupsi ketika rahang tumbuh, jaraknya: 1-2 mm dan okiusi

2.6 Perawatan Gangguan.


Maloklusi Klas III merupakan maloklusi yang mudah dideteksi namun memerlukan perawatan
yang rumit.1 Perawatan maloklusi Klas III pada masa tumbuh kembang memiliki tantangan tersendiri bagi
ahli ortodontik. Penegakan diagnosis, perawatan dan prediksi keberhasilan perawatan merupakan hal yang

17
menarik untuk dilakukan dan diamati. Terkadang keberhasilan yang telah dicapai dapat berubah atau
bahkan relaps.1-2 Peran orang tua pasien sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi dan bekerjasama tentang
keadaan maloklusi, rencana perawatan dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.5 Menurut
Bjork, perawatan yang dilakukan di masa tumbuh kembang, akan melalui masa pertumbuhan cepat, terjadi
perubahan wajah dankemajuan perawatan. Penting diperhatikan arah dan kecepatan pertumbuhan wajah
serta bagaimana pertumbuhan skeletal lainnya karena pertumbuhan maksila dan mandibula sangat
berkaitan dengan pertumbuhan pada umumnya. Bjork menambahkan bahwa maksila akan lebih dahulu
berhenti tumbuh sementara mandibula masih akan tumbuh dan berhenti bersamaan dengan berhentinya
pertumbuhan tulang tubuh lainnya. Tingkat pencapaian pertumbuhan dapat dilihat dari tingkat kematangan
seksual, kalsifikasi tulang serta laju pertumbuhan tulang tubuh.1,6 Pada kurva pertumbuhan dari Scammon
pertumbuhan maksila dan mandibula merupakan bagian dari pertumbuhan general memiliki bentuk ”s”,
yakni meningkat pada usia 2-3 tahun kemudian melambat dan meningkat lagi pada prepubertal, yaitu usia
10 tahun dan menurun hingga usia 18-10 tahun.

Terkadang dijumpai maloklusi yang tidak memerlukan perawatan, seperti keadaan yang
merupakan hal normal, misalnya diastema sentralis pada periode gigi bercampur dan kaninus belum
erupsi.1,7 Dapat pula dijumpai maloklusi yang dapat dirawat hanya dengan melakukan pencabutan, seperti
kasus persistensi yang menghambat erupsi gigi tetap. Kadang diperlukan perawatan maloklusi dengan
piranti ortodontik lepas dan kadang dengan piranti ortodontik cekat. Hendaknya penggunaan piranti
disesuaikan dengan indikasi perawatan yang diharapkan. Penggunaan piranti fungsional baik cekat ataupun
lepas dapat memodifikasi pertumbuhan dan disarankan digunakan pada masa menjelang puncak
pertumbuhan. Sedangkan perawatan bedah, menjadikan pilihan ideal pada perawatan yang membutuhkan
perbaikan skeletal.4,7 Pada prinsipnya sasaran perawatan maloklusi Klas III adalah memberi kesempatan
maksila untuk tumbuh dan menahan pertumbuhan mandibula.4-5 Pada kasus Klas III pseudo keadaan
gigitan silang diperbaiki dengan memprotraksi gigi anterior atas untuk memberikan waktu maksila
tumbuh.1,6 Protraksi maksila dapat menggunakan incline bite plane, pegas, quadhelix, ataupun piranti
ortodontik cekat. Terkadang diperlukan pencabutan gigi pada mandibula atau maksila. Disarankan untuk
menggunakan elastomerik intermaksilar Klas III saat meretraksi gigi anterior dan untuk mendapatkan
interdigitasi yang lebih baik. Rabie melaporkan bahwa protraksi gigi anterior dengan alat ortodontik cekat
diperlukan waktu 4–8 bulan dan stabilisasi setelah 3 tahun memperlihatkan hasil yang memuaskan.2 Masa
retensi diakhir perawatan maloklusi Klas III perlu mendapat perhatian.1,5 Masa retensi adalah masa
mempertahankan posisi gigi pada tempat yang baru setelah perawatan selesai. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadi relaps.5 Hal-hal yang mempengaruhi stabilisasi antara lain oklusi, etiologi, erupsi molar ketiga,
keadaan jaringan penyangga gigi, keseimbangan otot-otot, serta ada tidaknya pertumbuhan. Riedel
menambahkan penanganan maloklusi Klas III dan Klas II disarankan melakukan overcorection untuk

18
mengantisipasi relaps yang mungkin terjadi.1,5 Pada artikel ini dilaporkan salah satuperawatan maloklusi
Klas III pada masa tumbuh kembang.

BAB III
KESIMPULAN

19
Pertumbuhan dan perkembangan orokraniofacial pada embrio meliputi rongga mulut,
facial, rongga hidung dan sinus paranasal, maxilla, palatum,mandibula, lidah, kelenjar saliva,
temporo mandibular joint, serta kelenjar tiroid . Apa bila dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan orokraniofasial terjadi gangguan seperti trauma dan lain-lain maka akan
mengakibatkan anomaly baik itu pada gigi maupun pada palatum dan bibir. Oleh sebab itu, maka
seorang dokter gigi professional harus mempunyai ilmu pengetahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan orocraniofacial pada embrion untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
mengenai hubungan structuralantar organ dangan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
yang mungkin terjadi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Iyyer, Sundaresa Bhalajhi. Orthodontics The Art and Science. Third Edition. Arya (Medi)
Publishing House
Ikalor, Allvanialista. Pertumbuhan dan Perkmbangan. ISSN: 2104-199 Volume: 7, Nomor 1,
Mei 2013: 1-6
S.I.Bhalajhi.2003.Orthodontics : The Art And Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing
House

21

Anda mungkin juga menyukai