di susun oleh :
Dewi : stb
1
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Pada dasarnya teori dirumuskan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang ada.
Teori dibangun berdasarkan bahasa abstrak dari sejumlah konsep yang disepakati dan dalam
tidak relevan dan kurang berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Suatu teori
dapat diakui sebagai ilmiah dan mempunyai hubungan dengan teori-teori lain yang telah
menggunakan metode bahasa dari ilmuwan yang merumuskannya. Kemampuan suatu teori
untuk memprediksi apa yang akan terjadi merupakan kriteria bagi validitas teori tersebut.
Semakin prediksi bahasa dari teori dapat dibuktikan, semakin besar pula teori tersebut akan
diterima di dalam komunitas ilmiah. Ketika suatu bentuk teori telah dianggap valid di dalam,
komunitas ilmiah, maka hampir semua ilmuwan dalam komunitas ilmiah menggunakan teori
yang mapan itu didalam penelitian mereka. Teori yang mapan dan dominan itu disebut oleh
kuhn sebagai paradigma. Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berfikir yang
berdasarkannya fakta atau gejala dapat diinterpretasikan dan dipahami. Para ilmuwan bekerja
dalam kerangka seperangkat aturan yang sudah dirumuskan secara jelas berdasarkan
2
mendeskripsikan alasan mengapa perlu mempelajari konstruksi teori dan mendeskripsikan
B. Tujuan
3
Bab II
pembahasan
Ada 2 alasan kenapa seseorang harus mempelajari konstruk teori, yaitu alasan pragmatis dan
alasan fundamental.
1. Pragmatis
Konstruksi teori merupakan suatu pokok bahasan yang sangat langka dan tak banyak
dibicarakan atau di tulis di indonesia. Dalam buku konstruksi teori oleh John J.O.I. Ihalauw
yang dipublikasikan merupakan salah satu upaya untuk membagi beberapa kemampuan
tentang berbagai aspek dari membangun sebuah teori. Upaya untuk membuat publikasi ini
membangun sendiri sebuah teori sederhana, seorang mahasiswa tidak memiliki rasa
percaya diri dan merasakan kesulitan yang besar. Timbul kesan bahwa teori merupakan
suatu hasil karya ilmuan kenamaan saja. Kesan semacam ini timbul dan berkembang
karena kemahiran membangun sendiri sebuah teori bahkan yang paling sederhana
b. Teori yang selama ini dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu biasanya dipelajari sebagai
sebuah produk yang telah siap, sudah rampung dibuat tanpa mengetahui sendiri apa
tersebut. Akibat dari ketidakmampuan ini dapat diduga karena teori dipandang sebagai
sesuatu yang sulit dan menakutkan, momok dan dihadapi dengan sikap tak berdaya.
4
Tidak banyak yang memiliki kemahiran menyanggah teori dan karena teori diterima
relevan dengan situasi dan kondisinya sendiri serta kemampuan untuk membentuk sendiri
sebuah teori.
Upaya ini di dorong pula oleh kenyataan bahwa sejak awal dekade 1970-an begitu banyak
kemampuan dan memiliki kemahiran membangun teori, hasil-hasil penelitian empirik itu
2. Alasan fundamental
Penjelajahan manusia dalam kehidupannya setiap hari dipicu antara lain oleh keinginan
untuk mencari kebenaran. Ada beberapa alternatif cara manusia mencari kebenaran. Wallace
(1971) mengemukakan empat cara untuk memperoleh dan menguji kebenaran dari suatu
rational, dan cara scientific. Selanjutnya Wallace (1971 :11-16) menyatakan bahwa
perbedaan antara cara yang satu dan cara yang lain dapat di lihat dari : (1) Produser, yaitu
siapa yang mengatakan bahwa pernyataan empirik itu benar. (2) prosedur, yaitu bagaimana
seseorang mengetahui bahwa pernyataan empirik itu benar. (3) effect yaitu apa akibat yang
Cara memperoleh dan menguji kebenaran dari suatu pernyataan empirik oleh Wallace (1971)
melalui cara :
a. Cara authoritarian, melalui cara authoritarian pengetahuan dicari dan diuji dengan
mengacu kepada orang yang secara sosial dipandang memenuhi persyaratan sebagai
5
sumber pengetahuan. Sebagai contoh seorang professor, tetua atau para pemimpin yang
karena kedudukan sosial dipandang sebagai sumber kebenaran. Apa yang dikatakan
mereka diterima oleh pihak lain sebagai suatu kebenaran. Dalam prosedurnya melalui
cara ini mengandalkan pada posisi sosial dari orang yang bersangkutan. Jadi, posisi sosial
merupakan jalan supaya sesuatu pernyataan empirik tertentu menjadi pengetahuan yang
benar. Karena orang yang membuat pernyataan empirik tersebut menduduki posisi sosial
yang terpandang, maka diperlukan bukti-bukti yang cukup banyak dan kuat jika ingin
b. Cara mystical bersumber pada orang yang mempunyai otoritas supranatural antara lain
nabi dan paranormal. Prosedur untuk memperoleh pengetahuan semacam ini bergantung
pada karunia pribadi yang dimiliki oleh seseorang. salah satu langkah dalam prosedur ini
c. Pengetahuan yang benar melalui cara logico rational mengandalkan pada logika nalar
atau logika formal. Itu berarti siapapun dapat menjadi sumber pengetahuan yang benar
asalkan didasarkan pada penalaran yang benar. Pernyataan empirik yang dibuatnya
masuk akal dan bernalar. Prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang benar
mengandalkan pada rules of formal logic. Untuk menyanggah kebenaran dari suatu
d. Untuk memperoleh kebenaran secara ilmiah (scientific) bersumber pada siapapun asalkan
membuka peluang dilakukannya replikasi dari prosedur yang digunakan oleh orang yang
6
bersangkutan. cara ilmiah ini terbuka terhadap kritik ilmiah dan pengetahuan ilmiah yang
Uraian ini menunjukkan adanya dua macam kebenaran yaitu pengetahuan dan pengetahuan
ilmiah. pengetahuan diperoleh melalui tiga cara : authoritarian, mystical, logico rational.
Pengetahuan ilmiah mengandalkan pada cara ilmiah. walaupun diantara empat cara ini ada
perbedaan–perbedaan yang dilihat dari produser, prosedur, dan effect namun perbedaan
mendasar terletak pada prosedur. Pada tiga cara pertama, sangat sulit bagi pihak lain untuk
meniru, menguji dan melacak ketepatan dan kesesuaian langkah-langkah yang ditempuh
Prosedur untuk memperoleh pengetahuan ilmiah tidak lekat dengan diri pribadi seseorang.
Prosedur ini berada diluar diri pribadi langkah demi langkah terbuka untuk diketahui dan
dilacak oleh setiap orang, dapat diuji ketepatannya, dapat ditiru atau replikasi oleh siapapun.
Vercruysse (LPIS, 1973) bahkan menyatakan bahwa prosedur ilmiah dilandasi oleh nilai-
nilai ilmiah tertentu yang akan diuraikan lebih rinci dalam bagian tersendiri.
a. Landasan filsafat
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang secara khusus mempelajari
pengetahuan ilmiah dan ilmu tentang pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan telaah
secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan tentang hakikat ilmu dan
membagi kedalam tiga pokok bahasan (Suriasumantri, 1984) : (1) Landasan ontologi
yaitu mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu, bagaimana wujud dari
objek tersebut, bagaimana hubungan objek dan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
7
merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan/ mengungkapkan hakikat dari
apa yang dikaji. (2) Landasan epistemologi yaitu mempertanyakan proses yang
apa yang harus diperhatikan sehingga didapat pengetahuan yang benar, apa yang disebut
kebenaran itu sendiri, apa kriterianya, cara apa yang membantu ilmuan dalam
cara mendapatkan pengetahuan yang benar. (3) Landasan aksiologi yaitu mempersoalkan
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan, bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral, bagaimana penentuan objek yang ditelaah
Ada dua arah tentang pola pikir ilmiah yaitu abstrak dan empirik. Kedua arah ini pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan hanya saja dapat dibedakan dalam proses berpikir.
Bahwa abstrak erat kaitannya dengan penalaran, sedangkan empirik berkaitan dengan
amatan, fakta atau peristiwa. Arah empirik sangat terikat dengan waktu dan ruang
tertentu dan amatan, fakta atau peristiwa terjadi pada waktu tertantu dan ditempat
tertentu. Namun ketika arah berpikir seseorang bergeser kerarah abstrak, keterikatan
dengan waktu dan ruang tertentu semakin menipis. Pemahaman yang benar tentang arah
yang tak perlu karena adanya perbedaan dalam arah pikir mengenai permasalahan
tertentu.
8
Terdapat dua strategi ilmiah yaitu strategi induktif dan strategi deduktif. Strategi induktif
bergerak dari fakta, peristiwa atau amatan yang dilakukan manusia (dalam arah empirik)
mengarah ke pembentukan konsep, preposisi atau menata preposisi hingga terbentuk teori
yang kesemuanya itu berada pada arah abstrak. Strategi deduktif bertitik tolak dari telaah
teoritis, penalaran, perenungan dan pengalaman pada arah abstrak dengan tujuan
mengukur konsep, menguji preposisi, menguji teori atau model yang dilakukan pada arah
empirik. Strategi ilmiah terdiri atas 5 komponen , yaitu : teori, preposisi, amatan,
keputusan menerima atau menolak hipotesis dan kerapatan empirik. Sedangkan ada
enam metode ilmiah yaitu ; deduksi nalar, penafsiran, instrumentasi, perskalaan dan
hipotesis, inferensi nalar dan pembentukan konsep, pembentukan preposisi serta penataan
d. Nilai-nilai ilmiah
cara ilmiah berpegang pada nilai-nilai ilmiah tertentu. Vercruysse (LPIS , 1973)
mengemukakan empat nilai yang harus dijadikan patokan dalam kegiatan ilmiah/kegiatan
penelitian, diantaranya :
- Netralitas emosional
Bahwa dalam setiap usaha ilmiah, pendekatan yang dilakukan haruslah tidak pribadi.
Kebenaran ilmiah tidak ditentukan oleh siapa yang diteliti atau siapa yang menjadi
peneliti.
- Universal. Nilai itu universal karena apa yang secara ilmiah benar disuatu tempat
tertentu, idealnya juga benar secara ilmiah disemua tempat yang lain.
9
- Orientasi persekutuan. Nilai menuntut adanya keterbukaan dari suatu usaha
e. Bahasa ilmiah
Untuk mewujudkan berbagai kegiatan ilmiah diperlukan bahasa ilmiah. Terdapat empat
- Konsep
Konsep dari sudut konstruksi teori merupakan unsure dasar pembentuk teori atau
model.
- Preposisi
Adalah kaitan antara dua konsep sehingga terwujud antara dua pernyataan tentang
sifat fenomena.
- Teori/model
Teori atau model merupakan suatu sistem preposisi-preposisi atau kaitan antara
preposisi-preposisi.
- Paradigma
Paradigma adalah seperangkat asumsi tersirat atau tersurat tentang fenomen atau
landasan tentang berbagai landasan ilmiah. (ritzer , 1975 dan lin , 1976 dalam John
J.O.I. Ihalauw).
10
Teori kognitif seperti pemrosesan informasi memahami pikiran sebagai suatu sistem
pemrosesan simbol yang merubah informasi sensor ke dalam struktur simbol (misalnya,
kesan, skema) sehingga pengetahuan dapat disimpan dalam memory dan didapatkan kembali
apabila dibutuhkan. Belajar merupakan modifikasi dari struktur simbol internal. Dunia luar
merupakan suatu sumber informasi, tetapi belajar yang lebih penting terjadi “di dalam
kepala” dari setiap individual (Schunk, 1996a). Perspektif konstruktivis menentang telaah
belajar. Teori konstruktivis dilandaskan dalam filosofi pendidikan John Dewey dan
penelitian Piaget, Vygotsky, psikilog Gestalt Bartlett dan Brunner, dengan sebutan sebagai
beberapa pelopor intelektual. Pendekatan konstruktivis terdapat dalam pendidikan sains dan
matematika, dalam psikologi pendidikan dan antropologi, dan dalam pendidikan berbasis-
komputer (Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1991; Driscoll, 1999; Perkins,
1. Tipe-tipe Konstruktivisme
berbeda, yang dikenal sebagai konstruktivisme rasional, radikal, dan dialektis (rational,
a. Konstruktivisme Rasional
dan aturan kondisi-tindakan. Sehingga belajar adalah membangun struktur mental akurat
yang merefleksikan “sesuatu cara secara real” dalam dunia eksternal. Banyak aspek
beberapa sarjana memperlakukan jenis konstruktivisme ini sebagai bagian dari suatu
11
Resnick, 1996). konstruktivisme rasional memperlihatkan konstruksi sebagai suatu proses
b. Konstruktivisme Radikal
Pengetahuan dikonstruk secara luas oleh interaksi antar personal dan pembatas kultur dan
ideologi. Tidak ada basis untuk mengevaluasi atau menginterpretasi setiap keyakinan
seperti setiap yang baik atau yang lebih jelek daripada setiap yang lainnya.
c. Konstruktivisme Dialektis
Konstruktivisme dialektis adalah cara pengetahuan tumbuh melalui interaksi dari faktor
internal (kognitif) dan eksternal (lingkunganan sosial). Pada satu pihak, konstruktivuisme
dialektis sedikit berbagi dengan telaah radikal kecuali perspektif bahwa pengetahuan
adalah suatu perspektif pluralis dan rasional yang mengabaikan relativisme ekstrem dari
1. Teori Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld dalam Suparno (1997) Kontruktivisme adalah salah satu filsafat
Hal ini berarti bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan yang ada. Tetapi
pengetahuan merupakan akibat dari suatu kunstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang. Dalam kontruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak kemungkinan transfer pengetahuan
dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil. Menurut Slavin (2000:256)
12
contructivist theories of learning, theories that state that state that learners must
against old rules and revising rules when they no longer work. Jadi teori konstruktivis
adalah teori yang menyatakan bahwa perolehan pengetahuan atas bentukan sendiri dari
pebelajar untuk menjadi miliknya dan mentransfer informasi secara komplek menjadi
Dalam teori belajar konstruktivistik (Brooks, 1990. Slavin,2000) ciri khas belajar
informasi yang kompleks menjadi sederhana bermakna, agar menjadi miliknya sendiri.
Teori ini berpendapat bahwa pebelajar selalu membandingkan informasi yang satu
dengan informasi yang lain jika tidak cocok ia berupaya untuk mengubahnya agar sesuai
sebagai proses berpikir pada saat terjadinya penemuan ilmiah, pemecahan masalah,
D. Paradigma konstruktivisme
menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas
tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu
13
konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil
BAB III
Kesimpulan
1. konstruksi teori memaparkan bukan hanya bentuk tatanan dari sebuah teori melainkan juga
proses untuk membuat sendiri komponen-komponen dari sebuah teori, dan proses
2. memicu untuk mempelajari konstruksi teori bukan hanya alasan pragmatis malainkan juga
3. konsekuensi dari pilihan untuk mencari kebenaran ilmiah adalah seseorang harus memahami
bukan hanya landasan filsafat dari cara ilmiah melainkan harus mahir memanfaatkan pula
14
arah kiblat pikir, strategi/metode ilmiah, nilai-nilai ilmiah dan mampu membuat serta
4. konstruksi teori terdiri atas konsep dan preposisi. apabila setiap komponen tersebut dibuat
sendiri dengan mahir maka dengan sendirinya seseorang akan mampu membangun sebuah
5. Tipe-tipe konstruktivisme dalam pendidikan terdiri atas tiga, yaitu : konstruktivisme rasional,
6. Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita konstruksi (bentukan) sendiri. Hal ini berarti bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan
dari kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan merupakan akibat dari suatu kunstruksi kognitif
informasi pengertian konstruktif dapat digambarkan sebagai proses berpikir pada saat
melibatkan eksplorasi, eksperimentasi, kreatifitas, ketekunan, kesabaran, rasa ingin tahu, dan
kerjasama.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://books.google.co.id/books?id=zfujc7tpJHwC&pg=PA6&lpg=PA6&dq=filsafat+konstruksi+teori&
source=bl&ots=HIPFBksMOU&sig=NG5SOwFKcLGkMt0CjvMeolowH54&hl=en&sa=X&ei=DChqUu25M
5DMrQfN9oGwDA&redir_esc=y#v=onepage&q=filsafat%20konstruksi%20teori&f=false. di unduh
http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F%2Fjaringskripsi.
wordpress.com%2F2009%2F09%2F22%2Fkonstruk-teori-theoritical-construction-dan-
file:///C:/Documents%20and%20Settings/Owner/My%20Documents/doc-
16