Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

KETERANGAN TANDA TANGAN

Brotosari Rahayu, dr.,Sp.B.FInaCS. Pembuat Dokumen

Ida Irmawati, drg.,MARS Authorized Person

Prijambodo Tjatur Adi, dr.,Sp.U Direktur

i
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO
NOMOR : 279/RSKM/PD/V/2016

TENTANG

PANDUAN ASESMEN THT KL


RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO .............. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................ v
BAB I DEFINISI ......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................ 2
A. TUJUAN ........................................................................................................ 2
B. UNIT KERJA TERKAIT PELAKSANAAN ASESMEN PASIEN ............. 2
C. KEWENANGAN PELAKSANA.................................................................. 2
D. WAKTU PELAKSANAAN .......................................................................... 3
E. ISI MINIMAL ASESMEN AWAL ............................................................... 3
F. ASESMEN ULANG...................................................................................... 4
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................... 4
BAB III TATA LAKSANA......................................................................................... 5
A. TATA LAKSANA PENILAIAN RIWAYAT PENYAKIT.......................... 5
B. TATA LAKSANA PENILAIAN STATUS FISIK ....................................... 6
C. TATA LAKSANA PENEGAKAN DIAGNOSIS KERJA ........................... 9
D. TATA LAKSANA PENENTUAN RENCANA PELAYANAN .................. 9
BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................ 14
FORM REKAM MEDIS PENYAKIT THT KL ................................................ 14

v
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Kristen Mojowarno
Nomor : 279/RSKM/PD/V/2016
Tanggal : 2 Mei 2016

BAB I
DEFINISI

1. Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter umum dan dokter
spesialis THT KL mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif
untuk membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien.
b. Kebutuhan perawatan.
c. Intervensi.
d. Evaluasi.
2. Asesmen Awal THT KL adalah pengumpulan informasi mengenai kebutuhan
pelayanan pasien terkait dengan kesehatan THT KL berupa data subyektif dan
obyektif untuk selanjutnya dianalisis serta menghasilkan rencana pelayanan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan klinis yang diberikan kepada masing-
masing dokter umum dan dokter spesialis THT KL.
3. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter umum
dan/atau dokter spesialis THT KL mengevaluasi ulang data pasien atas adanya
perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya berdasarkan pelayanan klinis
yang telah diberikan sebelumnya.
4. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
5. DPJP adalah seorang dokter umum / dokter spesialis THT KL yang bertanggung
jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung
jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu
pengembalian dari rekam medis pasien tersebut.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. TUJUAN
Asesmen awal dari seorang pasien, khususnya pasien dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan THT KL, dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pasien dan untuk memulai proses pelayanan. Asesmen awal memberikan
informasi untuk:
1. Mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah
pasien.
2. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien.
3. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien.
4. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
5. Melakukan intervensi segera.
6. Menetapkan diagnosis awal.
7. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.

B. UNIT KERJA TERKAIT PELAKSANAAN ASESMEN PASIEN


1. Unit Rawat Jalan.
2. Unit Rawat Inap.
3. Unit Laboratorium.
4. Unit Radiologi.

C. KEWENANGAN PELAKSANA
1. Dokter Spesialis THT KL.
Dokter Spesialis THT KL adalah dokter atau dokter spesialis THT KL
lulusan fakultas atau Universitas yang terakreditasi. Dokter dapat melakukan
asesmen berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan permintaan pemeriksaan
penunjang berdasarkan kompetensinya, dan berdasarkan Panduan Praktik
Klinis.
2. Perawat.
Perawat adalah perawat dengan pendidikan keperawatan setara diploma tiga
yang telah mendapatkan pelatihan mengenai keperawatan dan mendapatkan
penugasan klinis di bidang kesehatan THT KL.

2
D. WAKTU PELAKSANAAN
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat kontak pertama Pemberi Pelayanan
Kesehatan dengan pasien, di setiap unit pelayanan. Asesmen awal pasien
rawat inap harus sudah selesai dilakukan dan dicatat dalam berkas rekam
medis pasien selambat-lambatnya 24 jam sejak pasien masuk rumah sakit.
2. Asesmen yang sebagian atau seluruhnya dibuat di luar rumah sakit, maka
segera dilakukan penilaian ulang atau verifikasi pada saat masuk sebagai
pasien rawat inap, antara lain:
a. Temuan yang bersifat penting sesuai dengan kompleksitas pasien,
rencana pelayanan dan pengobatan
b. Kejelasan diagnosis,
c. Adanya foto radiologi yang diperlukan untuk operasi,
d. Adanya perubahan kondisi pasien, seperti pengendalian gula darah,
identifikasi hasil laboratorium yang penting dan perlu diperiksa ulang.
3. Asesmen yang dibuat di luar Rumah Sakit, apabila pasien masuk rumah sakit
melebihi 30 hari, maka asesmen tersebut harus dinilai ulang dan diverifikasi
pada saat pasien masuk rawat inap, untuk memperbarui atau mengulang
bagian-bagian dari asesmen yang sudah lebih dari 30 hari.
4. Asemen ulang dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit lewat rawat
jalan dan Instalasi Gawat Darurat, berdasarkan kebutuhan dan kondisinya.

E. ISI MINIMAL ASESMEN AWAL


1. Asesmen Awal Medis THT KL.
a. Identitas Pasien.
b. Riwayat Kesehatan :
1) Keluhan utama.
2) Riwayat penyakit sekarang.
3) Riwayat penyakit dahulu dan terapinya.
4) Riwayat Alergi.
5) Riwayat penyakit dalam keluarga.
6) Riwayat pekerjaan.
7) Riwayat tumbuh kembang.
c. Status Psikologi.
d. Status Sosial – Ekonomi.
e. Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher.

3
F. ASESMEN ULANG
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subyektif, Obyektif,
Asesmen, Planning).
1. Bagian Subyektif (S): berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau
yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
a. Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit,
menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat
penyakit saat ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien,
bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Tinjauan/ulasan sistem organ.
2. Bagian Obyektif (O): berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes – tes
diagnostik dan laboratorium dan terapi obat.
3. Bagian Asesmen (A): menilai kondisi pasien untuk diterapi.
4. Bagian Plan (P): berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan,
rencana terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang
akan dilakukan untuk menili perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut
maka lembar SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi
lebih efisien. Catatan SOAP adalah format yang akan digunakan pada
keseluruhan tindakan medik, keperawatan dan gizi dalam rencana terapi/
terapeutik serta asuhan pasien.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiodiagnostik. Semua catatan hasil
pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis pasien.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PENILAIAN RIWAYAT PENYAKIT


Kegiatan skrining dilakukan pada saat kontak pertama pasien dengan petugas
Rumah Sakit, dengan:
1. Identitas Pasien.
a. Data personal.
1) Nomor Rekam Medis apabila pasien sudah pernah berobat ke Rumah
Sakit sebelumnya.
2) Nama lengkap (sesuai dengan kartu identitas yang sah, seperti
SIM/KTP/paspor).
3) Alamat lengkap.
4) Tanggal lahir.
5) Agama.
6) Suku bangsa.
7) Pekerjaan.
8) Pendidikan.
b. Riwayat Penyakit Keluarga dan Pola Hidup.
Mengumpulkan informasi mengenai riwayat penyakit gigi dan mulut
dalam keluarga, pola hidup seperti: merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi gula; untuk mengetahui faktor risiko atas timbulnya penyakit
gigi dan mulut.
2. Riwayat Sosial.
3. Keluhan Utama:
a. Telinga.
1) Kehilangan daya pendengaran (unilateral atau bilateral);
2) Nyeri pada telinga (otalgia) disertai/tanpa discharge (otorhoea),
diskripsikan jenis discharge: simple wax, purulent, blood-stained atau
watery
3) Telinga berdenging (tinnitus).
4) Suara popping dan cracking pada telinga (perasaan seperti ada
tekanan di dalam telinga) mengindikasikan adanya disfungsi Tuba
Eustachius.

5
5) Pusing (dizziness) merupakan gejala lain terkait telinga.
b. Hidung.
1) Kebanyakan pasien datang dengan keluhan hidung buntu, tanyakan
unilateral atau bilateral; berlangsung terus menerus atau hilang
timbul; apakah keluhan tersebut disertai bersin, hidung gatal, hidung
berair.
2) Keluhan yang berkaitan dengan nyeri pada pipi atau dahi.
3) Epistaxis atau discharge hidung bercampur darah.
4) Gangguan penciuman, hilangnya penghiduan (anosmia), penghiduan
yang tidak nyaman (cachosmia).
c. Tenggorok
1) Suara serak.
2) Nyeri telan.
4. Riwayat Penyakit Lainnya
a. Riwayat alergi (alcohol, latex, dan lain-lain).
b. Konsumsi obat-obatan.
c. Riwayat penyakit yang dapat meningkatkan faktor risiko, seperti penyakit
kardiovaskular, kelainan pembekuan darah, penggunaan immuno-sup-
pressant, dan lain-lain).
d. Riwayat penyakit atau kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit
THT KL, seperti diabetes, asma).
6. Riwayat Sosial.
a. Pekerjaan pasien.

B. TATA LAKSANA PENILAIAN STATUS FISIK


1. Pemeriksaan Telinga.
a. Pemeriksaan Telinga Luar.
1) Periksa ukuran, bentuk dan posisi pinna auricularis.
2) Periksa adanya luka bekas operasi di sekitar telinga.
3) Periksa adanya kelainan congenital, seperti: accessory auricle, skin
tags, dan sinus pre-auricular.
b. Pemeriksaan auroscope.
1) Alat auroscope harus dipegang dengan tangan kiri untuk memeriksa
telinga kiri, dan menggunakan tangan kanan untuk memeriksa telinga
kanan.

6
2) Pemeriksaan Meatus Auricularis Externa dilakukan dengan menarik
spina ke atas dan ke belakang; pilihlah spekulum yang terbesar yang
sesuai dengan lubang telinga, setelah itu masukkan auroscope.
3) Amati kulit lubang telinga, pars tensa beserta processus malleus, pars
flaccida, dan refleks cahaya.
c. Pemeriksaan garpu tala (512-1024 Hz)
1) Tes Weber.
a) Getarkan garpu tala, tempelkan pada dahi pasien
b) Hasil normal apabila bunyi suara garpu tala ditangkap sama oleh
kedua telinga.
c) Bunyi suara garpu tala ditangkap salah satu telinga ipsilateral (tuli
konduksi) atau telinga kontra lateral (tuli sensoris).
2) Tes Rinne.
a) Getarkan garpu tala, tempelkan pada salah satu tulang mastoid
(pasien menutup telinga sisi berlawanan); pasien diminta memberi
tahu apabila bunyi suara garpu tala sudah tidak terdengar,
pindahkan garpu tala ke depan lubang telinga (tidak menyentuh
telinga).
b) Hasil normal apabila konduksi udara lebih baik daripada konduksi
tulang (tes positif).
c) Apabila konduksi tulang lebih baik daripada konduksi udara,
mengindikasikan adanya tuli konduksi (tes negatif).
2. Pemeriksaan Hidung.
a. Pemeriksaan hidung luar.
Periksa bentuk dan ukuran hidung, simetri dan adanya deformitas
kosmetik; adanya pembengkakan (inflamasi, kiste, tumor) atau ulserasi
(trauma, neoplasma, infeksi).
b. Rhinoscopy anterior.
1) Periksa saluran udara (airway) masing-masing lubang hidung, dengan
cara menutup salah satu lubang hidung menggunakan ibu jari (jangan
menekan hidung dari sisi luar) dan meminta pasien mengeluarkan
udara; cara lain dengan menempatkan permukaan logam mengkilap
yang dingin di bawah lubang hidung untuk melihat pola
pengembunan di permukaan logam tersebut ketika pasien bernapas.

7
2) Periksa lubang hidung menggunakan flash light/head lamp dan
spekulum hidung, untuk melihat septum, dinding bawah luabng
hidung, dan dinding lateral lubang hidung.
c. Rhinoscopy posterior.
1) Pegang cermin seperti memegang pensil dengan tangan kanan.
2) Hangatkan cermin.
3) Minta pasien membuka mulut
4) Pegang spatel lidah dengan tangan kiri, tekan dua pertiga bagian
anterior lidah.
5) Rasakan terlebih dahulu panas cermin dengan punggung tangan,
untuk mengetahui tingkat kepanasan cermin.
6) Masukkan cermin ke rongga mulut sampai bagian belakang uvula,
tanpa menyentuh dinding posterior laring untuk mencegah refleks
muntah.
7) Gerakkan cermin untuk melihat struktur nasopharynx.
3. Pemeriksaan Mulut dan Larynx.
a. Pemeriksaan rongga mulut.
1) Lidah.
a) Sensasi indera pengecap.
b) Ukuran lidah: macroglossia (pada acromegali Down sindrom).
c) Gerakan lidah: keterbatasan gerak (pada hypoglossal palsies) atau
infiltrasi tumor.
d) Fasikulasi: penyakit motor neuron.
e) Depapilasi: defisiensi vitamin.
f) Furrowing (gambaran geographic tounge).
2) Rongga mulut.
a) Mukosa buccal: liubang kelenjar parotis (di depan molar 2),
adanya bercak kemerahan/putih, ulkus.
b) Palatum durum: pembengkakan, ulkus.
c) Uvula: posisi, deviasi, ulkus.
d) Dasar rongga mulut: Wharton duct, ulkus.
e) Gigi dan oklusi rahang.
b. Oropharynx.
1) Palatum mole: pembengkakan, ulkus, gerakan, perforasi.
2) Tonsil: keberadaan, ukuran, kripta, ulkus.

8
3) Dinding pharynx posterior: folikel lymphoid, ulkus.
4. Pemeriksaan Fisik Kepala Leher.
a. Kelenjar Limfe servikal.
1) Kelenjar submental dan submandibular.
2) Kelenjar jugulogastric superior.
3) Kelenjar jugulogastric medial.
4) Kelenjar jugulogastric inferior.
5) Kelenjar posterior triangle.
6) Kelenjar anterior compartment.
b. Kelenjar thyroid dan parathyroid.
5. Pemeriksaan Kelenjar Liur.
a. Kelenjar sublingual.
b. Kelenjar submaksilaris.
c. Kelenjar parotis.

C. TATA LAKSANA PENEGAKAN DIAGNOSIS KERJA


1. Berdasarkan informasi subyektif dan obyektif, dilakukan analisis faktor risiko
yang terkait penyakit THT KL.
2. Diagnosis kerja ditetapkan berupa diagnosis pasti atau diagnosis banding
yang terkait dengan permasalahan klinis seputar kesehatan THT KL.
3. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik.

D. TATA LAKSANA PENENTUAN RENCANA PELAYANAN


Rencana pelayanan meliputi:
1. Edukasi pasien.
a. Memberikan informasi dan edukasi mengenai diagnosis kerja.
b. Memberikan informasi mengenai pelayanan yang akan diberikan.
c. Memberikan informasi mengenai hasil pelayanan yang diharapkan.
d. Memberikan informasi mengenai hasil pelayanan yang tidak diharapkan.
2. Tindakan operatif.
Meminta persetujuan tertulis (informed consent) kepada pasien atau
pengampunya, sebelum dilakukan tindakan operatif.
3. Perawatan lanjutan dan monitoring.
4. Rujukan.
5. Kontrol ulang terprogram.

9
E. TATA LAKSANA ASESMEN RISIKO JATUH
1. Penilaian terhadap kondisi pasien yang menyebabkan pasien berisiko jatuh
selama perawatan di rumah sakit.
2. Pengukuran risiko jatuh menggunakan skala yang telah ditetapkan rumah
sakit.
Faktor predisposisi untuk risiko jatuh:
Instrinsik Ekstrinsik
(Berhubungan dengan (Berhubungan dengan
kondisi Pasien) lingkungan)
Dapat • Riwayat jatuh • Lantai basah/silau,
Diperkirakan sebelumnya. • Ruang berantakan,
• Inkontinesia. • Pencahayaan kurang,
• Gangguan kabel longgar/ lepas.
kognitif/psikologis. • Alas kaki tidak pas.
• Gangguan • Dudukanb toilet yang
keseimbangan rendah.
/mobilitas. • Kursi atau tempat tidur
• Usia > 65 tahun. beroda.
• Osteoporosis. • Rawat inap berkepan-
• Status kesehatan yang jangan.
buruk. • Peralatan yang tidak
aman.
• Peralatan rusak.
• Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi.
Tidak dapat • Kejang • Reaksi individu terhadap
diperkirakan • Aritmia jantung obat-obatan
• Stroke atau Serangan
Iskemik Sementara
(Transient Ischaemic
Attack-TIA)
• Pingsan.
• Serangan jatuh (Drop
Attack).
Etiologi jatuh:
a) Ketidaksengajaaan: 31%,
b) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%,
c) Vertigo: 13%,
d) Serangan jatuh (drop attack): 10%,
e) Gangguan kognitif: 4%,
f) Hipotensi postural: 3% gr,
g) Gangguan visus: 3%,
h) Tidak diketahui: 18%.

10
3. Risiko Jatuh Pasien Anak (0 s/d 14 Tahun).
Asesmen risiko jatuh pada anak menggunakan Humpty Dumpty Score:
FAKTOR
SKALA POINT
RISIKO
<3 tahun. 4
Usia 3-7 tahun. 3
7-13 tahun. 2
Laki-laki. 2
Jenis kelamin
Perempuan. 1
Ada diagnosis neurologi. 4
Gangguan oksigenasi (respiratorik, dehidrasi, anemia,
3
Diagnosis anoreksia, sinkop).
Gangguan prilaku/psikiatri. 2
Diagnosis lainnya. 1
Tidak menyadari keterbatasan. 3
Gangguan Lupa akan adanya keterbatasan. 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri. 1
Riwayat jatuh/bayi diletakkan ditempat tidur Dewasa. 4
Pasien menggunakan alat bantu/bayi diletakkan.
3
Faktor Lingkungan dalam tempat tidur bayi/perabot rumah
Pasien diletakkan ditempat tidur. 2
Area diluar rumah sakit. 1
Dalam 24 jam. 3
Respon terhadap :
1.Pembedahan Dalam 48 jam. 2
sedasi/Anestesi 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/ sedasi/
1
anestesi.
Penggunaan multiple: Sedatif, obat Hipnosis,
3
Barbiturat, anti pencahar, Diuretik, Narkose.
2.Penggunaan Medika/ Penggunaan salah satu obat diatas. 2
Mentosa
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada medikasi. 1

Kategori risiko jatuh pada anak:


Score 7-11 : Risiko rendah.
Score ≥ 12 : Risiko tinggi.
4. Risiko Jatuh Pasien Dewasa (> 13 Tahun).
Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse Fall Scale
(Skala Jatuh Morse) sebagai berikut:
SKOR
FAKTOR RISIKO SKALA POINT
PASIEN
Ya 25
Riwayat Jatuh
Tidak 0
Diagnosis sekunder (>2 Ya 15
diagnosis medik) Tidak 0
Alat bantu Berpegangan pada perabot 30

11
Tongkat / alat penopang
15

Tidak ada/kursi
0
roda/perawat/tirah baring
Ya 20
Terpasang infus Tidak 0
Terganggu 20
Lemah 10
Normal/Tirah
Gaya berjalan 0
Baring/Imobilisasi
Sering lupa akan
15
keterbatasan yang dimiliki
Status Mental
Sadar akan kemampuan diri
0
sendiri
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 51
Risiko sedang = 25 – 50
Risiko rendah = 0 – 24

F. TATA LAKSANA ASESMEN NYERI


1. Perawat atau dokter melakukan asesmen awal mengenai nyeri terhadap
semua pasien yang datang ke bagian IGD, poliklinik, ataupun pasien rawat
inap.
2. Asesmen nyeri dilakukan dengan pengkajian sebagai berikut:
a. Skala Asesmen Nyeri :
1) Pada pasien anak (0 s/d 14 tahun), menggunakan asesmen Wong
Baker Scale

Tidak Nyeri Sedikit Jauh Sakit Jauh Sakit Berat


Nyeri Hanya Lebih Lebih Lebih Bahkan
Sedikit Nyeri Sakit Bertambah Sampai
Menangis

2) Pada pasien dewasa (> 14 tahun), menggunakan Numeric Rating


Scale.
a) Buat garis lurus sepanjang 10 cm dan berikan tanda 0 pada ujung
kiri garis dan 10 pada ujung kanan garis.

12
b) Intruksikan pada pasien untuk membuat tanda ( ) yang memotong
rentang garis dengan skala 0 – 10 cm tersebut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Terkontrol Nyeri


Nyeri Berat
Tidak
Terkontrol
b. Frekuensi nyeri : jarang/ hilang timbul/ terus-menerus,
c. Lama nyeri,
d. Menjalar : Ya/ Tidak, bila Ya, dijelaskan arah penjalaran nyeri,
e. Kualitas nyeri : nyeri tumpul/ nyeri tajam/ panas/ terbakar,
f. Faktor yang memperberat nyeri,
g. Faktor yang mengurangi nyeri.

13
BAB IV
DOKUMENTASI

FORM REKAM MEDIS PENYAKIT THT KL


Terlampir

Rawat Jalan Form Asesmen Penyakit THT KL Rawat Jalan


Form Asesmen Keperawatan Rawat Jalan
Form Asesmen Kebidanan Rawat Jalan
Form Asesmen Gizi Rawat Jalan
Form Asesmen Fisioterapi Rawat Jalan
Form Asesmen Psikologis Rawat Jalan
Rawat Inap Form Asesmen Awal Penyakit THT KL Rawat Inap
Form Asesmen Awal Keperawatan Pasien Anak Rawat Inap
Form Asesmen Awal Keperawatan Pasien Dewasa Rawat Inap
Form Asesmen Awal Keperawatan Bayi Baru Lahir
Form Asesmen Awal Kebidanan Rawat Inap
Form Asesmen Awal Gizi Rawat Inap
Form Asesmen Awal Fisioterapi Rawat Inap
Form Asesmen Awal Farmasi Rawat Inap
Form Asesmen Awal Psikologis Rawat Inap
Semua Tempat Form Asesmen Risiko Jatuh

Rumah Sakit Kristen Mojowarno


Direktur,

Prijambodo Tjatur Adi, dr., Sp.U.

14

Anda mungkin juga menyukai