Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

“ RETENSI URIN”
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Bedah

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Fx. Nanang Heru, Sp.B

Disusun Oleh :
Deasy Silvia Lestari H2A011014

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD Dr. ADHYATMA, MPH
Periode 2015-201

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter pembimbing dari :
Nama : Deasy Silvia Lestari
NIM : H2A011014
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Muhammadiyah Semarang
Judul : Retensi Urin
Pembimbing : dr. Fx. Nanang Heru SP.B

Semarang , Maret 2016


Dokter Pembimbing

dr. Fx. Nanang Heru SP.B

2
BAB I
PENDAHULUAN

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan
(ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam
ginjal.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli.Gangguan miksi terjadi pada
pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli
neurogenik. Kateter yang terpasang pada buli-buli dalam waktu lama, adanya benda
asing lain yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali
menjadi ini terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli juga dapat berasal
dari batu ginjal yang turun ke buli-buli.Di Negara-negara berkembang sering
dijumpai batu endemic pada buli-buli yang banyak dijumpai pada anak anak yang
menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau diare.
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain; disuria
hingga stranguria, perassan tidak enak waktu kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti
kemudian menjadi lancer kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat
miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai
kaki.
Seringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit,
sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai
bayangan opak pada cavum pelvis.USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada buli-
buli.
Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi ataupun jika terlalu besar
menggunakan pembedahan terbuka atau vesikolitotomi.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
a. Nama : Tn. S
b. Usia : 42 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Kapri Bawah No:06 RT09/X Ngaliyan, Semarang
g. Pekerjaan : Pedagang
h. Status : Menikah
i. Tanggal masuk RS : 10 Maret 2016

II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama: nyeri saat BAK
b. RPS :
Pasien Tuan S. 45 tahun datang dengan ke IGD RSUD Tugurejo Semarang
dengan keluhan tidak bisa BAK. Awalnya pasien mengeluh nyeri saat BAK 1
minggu yang lalu, terasa panas di alat kemaluan pada saat BAK, BAK serasa tidak
tuntas, pancaran urin melemah (menetes), apabila pasien berubah posisi pada saat
BAK (bergeser) urin yang keluar kembali lancar, dan pasien juga mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah. 2 hari SMRS, pasien tidak dapat BAK, nyeri perut
bagian bawah bertambah, mual (-), muntah (-).
Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai ke lipat paha., BAK
berpasir (-), pancaran kemih bercabang (-), warna urin kuning, riwayat trauma di perut
bagianbawah (-), operasi di daerah perut (-).

4
c. RPD :
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat batu saluran kemih : disangkal
d. RPK :
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien merupakan seorang pedagang. Pasien tinggal bersama dengana istri
dan anaknya. Biaya pengobatan menggunakan BPJS. Kesan ekonomi cukup.
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi :82 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
RR : 22 x /menit (reguler)
T : 37°C (axiler)
Status Gizi :
BB : 65 kg
TB : 150 cm
IMT : 28,9 kg/m2
Kesan gizi : normoweight

5
1. Status Interna
Kepala : kesan mesocephal, Deformitas (-)
Mata : Corpus alienum (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edem palpebra (-/-), hematoma palpebra inferior (-/-)
peflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+)
pupil isokor (D: 3mm/3mm), raccoon eyes (-/-).
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), jejas (-),
rhinorea (-/-)
Telinga : jejas (-), othorea (-/-), battle sign (-/-)
Mulut : Lembab (+), sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Tiroid (Normal), Jejas (-), deviasi trakea (-),
deformitas (-), pembengkakan (-), JVP (Normal)
Thorax :
Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis Normochest, simetris, Normochest, simetris,
kelainan kulit (-/-), sudut kelainan kulit (-/-)
arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas
normal
Dinamis Pengembangan pernafasan Pengembangan pernapasan
paru normal paru normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan Simetris (N/N), Nyeri
(-/-), ICS dalam batas tekan (-/-), ICS dalam
normal, taktil fremitus sulit batas normal, taktil
dinilai fremitus sulit dinilai

6
Perkusi
Kanan Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Kiri Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki Suara dasar vesicular,
(-/-), Wheezing (-/-) Ronki (-/-),Wheezing (-/-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : Ronki (-), wheezing (-) ST: Ronki (-), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus
parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula
sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi : regular, Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)

7
Abdomen
 Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar

 Auskultasi : Bising usus 15 kali/menit (normal)

 Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)


normal, pekak alih (-)

 Palpasi : Nyeri tekan (+) arean suprapubik,supel, Tidak


teraba pembesaran organ

Ekstremitas
Superior Inferior
Warna kulit Tampak pucat / Sama dengan
sama dengan sekitar / sama
sekitar dengan sekitar
Vulnus laserasi -/- -/-

Hematom -/- -/-

Deformitas -/- -/-

Oedem -/- -/-

Parestesi -/- -/-

Nyeri -/- -/-

Gerak aktif Bebas/bebas Bebas/bebas

Gerak pasif Bebas/bebas Bebas/bebas

Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik

Akral dingin -/- -/-

8
2. Status Lokalis
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar

Auskultasi : Bising usus 15 kali/menit (normal)

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)


normal, pekak alih (-)

Palpasi : Nyeri tekan (+) arean suprapubik,supel, Tidak


teraba pembesaran organ

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Leukosit H13,10 ribu/ul 3,8-10,6
Eritrosit 5,67 juta/ul 4,4-5,9
Hb 13,9 g/dl 13,7-17,3
Hematokrit 49,10 % 40-52
MCV 86,60 Fl 80 – 100
MCH 30,90 Pg 26 – 34
MCHC 35,60 g/Dl 32 – 36
Trombosit 242 10^3/ul 150-440
RDW 12,30 % 11.5-14.5
Eosinofil absolut L0,01 10^3/ul 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,03 10^3/ul 0 – 0,2
Netrofil absolut H10,63 10^3/ul 1,8 – 8
Limfosit absolut 1,84 10^3/ul 0,9 – 5,2

9
Monosit absolut 0,59 10^3/ul 0,16 – 1
Eosinofil L0,10 % 2–4
Basofil 0,20 % 0–1
Neutrofil H 81,20 % 50 -70
Limfosit L 14,00 % 25 - 40
Monosit 4,50 % 2 –8

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


GDS 95 ml/dL <125
SGOT 31 U/L 0-30
SGPT H 61 U/L 0-32
Ureum 19,0 mg/dL 10-50
Creatinin 0,94 mg/dL 0,70-1,10
Clorida H 109 mmol/L 95-105
Natrium 140 mmol/L 135-145
Albumin 4,2 g/dL 3,2-5,2
HbsAg (-) Non Reaktif(-)

b. Foto BNO Abdomen

10
- Udara dalam usus tampak normal
- Tampak Peritoneal fat line
- Gambaran opak di vesika urinaria
Kesan : vesikolithiasis

c. USG Abdomen

11
- Ginjal kanan : ukuran normal, batas krtikomeduler baik, PCS
tak melebar, batu (-)
- Ginjal kiri : ukuran normal, batas krtikomeduler baik, PCS
tak melebar, batu (+) multipel, ukuran terbesar 0,9 cm.
- Vesika urinaria : dinding tidak menebal, batu (+) multipel,
terbesar ukuran 1,5 cm
- Prostat : ukuran tak membesar, volume 23,92 cc,
klasifikasi (-).
Kesan : vesikolithiasis dan neprolithiasis multiple.

V. RESUME
Pasien Tuan S. 45 tahun datang dengan ke IGD RSUD Tugurejo Semarang
dengan keluhan tidak bisa BAK. Awalnya pasien mengeluh nyeri saat BAK 1
minggu yang lalu, terasa panas di alat kemaluan pada saat BAK, BAK serasa tidak
tuntas, pancaran urin melemah (menetes), apabila pasien berubah posisi pada saat
BAK (bergeser) urin yang keluar kembali lancar, dan pasien juga mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah. 2 hari SMRS, pasien tidak dapat BAK, nyeri perut
bagian bawah bertambah, mual (-), muntah (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak baik. TD 110/70 mmHg, nadi
82 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup), RR 22 x /menit (reguler), suhu

12
37°C (axiler), IMT : 28,9 kg/m2.
Pada status lokalis nyeri tekan diregio suprapubik. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil laboratorium leukosit H 13,10, neutrofil H 81,20,
eosinofil L 0,10 , limfosit L 14,00, clorida H 109, HbsAg reaktif (+).
Pada pemeriksaan foto BNO abdomen didapatkan kesan vesikolitiasis. Pada
pemeriksaan USG abdomen didapatkan ginjal kanan ukuran normal, batas
krtikomeduler baik, PCS tak melebar, batu (-). Ginjal kiri ukuran normal,
batas krtikomeduler baik, PCS tak melebar, batu (+) multipel, ukuran terbesar 0,9
cm. Vesika urinaria dinding tidak menebal, batu (+) multipel, terbesar ukuran 1,5
cm. Prostat ukuran tak membesar, volume 23,92 cc, klasifikasi (-). Kesan :
vesikolithiasis dan neprolithiasis multiple.

VI. INITIAL PLAN


Ip Dx :
Vesikolithiasis dan neprolithiasis multipel
a. Ip Tx:
- Pasang DC
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi dexketoprofen 2x1 ampul
b. Ip Mx:
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Jumlah urin
- Warna urin
c. Ip. Ex :
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang
dialami pasien
- Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi.

13
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba
akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih
yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung
komponen kristal dan matriks organik. Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika
urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium
fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu,
seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin.

2.2 Anatomi
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapatsepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) danposisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kuranglebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yangmendesak ginjal sebelah
kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11(vertebra T12), sedangkan
kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11atau iga 12. Adapun kutub bawah
ginjal kiri adalah processus transversusvertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista
iliaka) sedangkan kutub bawah ginjalkanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihatbahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari

15
korpusrenalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortusproksimal dan tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari
tubulusrektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke
arahkorteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus
pengumpuldan calix minor.
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria

16
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpusrenalis/ Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortusproksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara padatubulus pengumpul. Di
sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang
membawa darah dari dan menuju glomerulus)serta kapiler peritubulus (yang
memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkanletakya nefron dapat dibagi menjadi:
(1) nefron kortikal, yaitu nefron di manakorpus renalisnya terletak di korteks
yang relatif jauh dari medula serta hanyasedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan (2)nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus
renalisnya terletak di tepimedula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh
ke dalam medula danpembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut
sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangandari
aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cavainferior.
Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabangmenjadi arteri
sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu
segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferiorserta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk
persarafansimpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui
n.splanchnicusmajor, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan
untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui
n.vagus.

17
Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa


hasilpenyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menujuvesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal,masing-masing satu untuk setiap ginjal.Ureter setelah keluar dari
ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoasmajor, lalu menyilangi pintu
atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureterberjalan secara postero-inferior di
dinding lateral pelvis, lalu melengkungsecara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah
memasuki kandung kemih.Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami
penyempitan yaituperalihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara
ureter kedalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis,
a.iliacacommunis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan
persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus
aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau kandung kemih merupakan reservoir. Terdapat
variasi dalam ukuran, bentuk, posisi dan hubungan, tergantungkandungan isi dan
organ sekitarnya. Ketika kosong, terletak lebih rendah dari pelvis tetapi

18
jikadistensi akan mengembang anterosuperior ke dalam rongga perut. Ketika
kosong, bentuknya agak tetrahedral dan memiliki basis (fundus), leher, puncak,
unggul dan dua permukaan inferolateral.
Dasar (fundus) dari kandung kemih berbentuk segitiga dan terletak
posteroinferior. Pada wanita berkaitan erat dengan dinding vagina anterior, pada
laki-lakiberhubungan dengan rektum meskipun dipisahkan dari rektumoleh
kantong rectovesical dan batas bawah dibatasi oleh vesikel seminalis dan vas
deferens di setiap sisi. Di daerah segitiga antara vas deferens, kandung kemih dan
rektum dipisahkan hanya oleh fasia rectovesical, umumnya dikenal sebagai fasia
Denonvillier.
Leher buli-buli adalah wilayah terendah dan juga yang paling tak
berubah. Tempatnya sekitar 3-4 cm di belakang simphisis pubis bagian
bawah.Leher buli-buli adalah orifisium uretra interna dan dapat berubah posisinya
dengan berbagai kondisi kandung kemih dan rektum. Pada laki-laki leher
bersandardan dalam kontinuitas langsung dengandasar prostat, pada wanita
berhubungan dengan fasia pelvis, yang mengelilingi uretra bagian atas.

19
Apex buli-buli pada kedua jenis kelamin berhadapan langsung dengan
simfisis pubis. Ligamentum umbilikalis median naik ke arah dinding perut
anterior dari apex buli-buli ke umbilikus, tertutup oleh peritoneum untuk
membentuk lipatan umbilikalis median .
Permukaan superior segitiga dibatasi oleh batas lateral dari apex buli-
buli ke pintu masuk ureter dan dengan batas posterior, yang bergabung menjadi
satu. Pada laki-laki permukaan superior benar-benar tertutup oleh peritoneum,
jikaterjadi ekstensi akan sedikit ke pangkalan dan terus ke arah posterior ke dalam
kantong rectovesical dan anterior ke dalam lipatan umbilical median. Hal ini
berhubungan dengan kolon sigmoid dan gulungan ileum terminal. Pada wanita
permukaan superior sebagian besar tertutup oleh peritoneum, yang tercermin
posterior ke uterus pada tingkatan os interna ( yaitu persimpangan badan rahim
dan leher rahim ), untuk membentuk kantong vesikouterina. Bagian posterior dari
permukaan superior, tanpa peritoneum, dipisahkan dari serviks supravaginal oleh
jaringan fibroareolar.
Pada laki-laki, masing-masing permukaan inferolateral dipisahkan
anterior dari pubis dan ligamen puboprostatic olehruang retropubik. Pada wanita
hubungan mirip, kecuali bahwa ligamen pubovesical menggantikan ligamen
puboprostatic. Permukaan inferolateral tidak tercakup oleh peritoneum.

20
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretradalam mekanisme berkemih (miksi). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa sekitar 300 – 450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak
menurut formula Koff adalah:
Kapasitas buli-buli = [ Umur (tahun) + 2 ] x 30 ml
Buli-buli mendapatkan vaskularisasi dari cabang arteria iliaka interna, yakni
arteria vesikalis superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari buli-
buli bermuara ke vena iliaka interna.

Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi
sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra
pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter
yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat
involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,bersifat volunter),
sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa(distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
 Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae
danaspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot
m.sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar
prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar

21
dibandingbagian lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus
penismelintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya
olehm.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali
volunter(somatis).
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling
panjang,membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung
kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian
luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra
pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuarapada
orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.spchinter
urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti
uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.

22
2.3Epidemiologi
Banyak terjadi pada laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 3:1.Batu
saluran kencing mempunyai kecenderungan untuk kambuh lebih besar, oleh karena
itu penting memeriksa secermat mungkin agar diketahui penyebab dan jenis batunya
untuk menentukan pencegahan selanjutnya.
Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan
terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%.
Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika,
neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda
asing, divertikel kandung kemih. Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi
dikarenakan adanya beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih
banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan diet rendah protein, tinggi
karbohidrat dan dehidrasi kronik.

2.4 Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena
infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering
menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik
itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme
dapat menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan
statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan
mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

23
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose,
3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan
kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui
daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat
mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal.
Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin
akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

2.5Etiologi
Menurut Smeltzer bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin
dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih (Vesikolitiasis)
adalah :
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi
natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan
kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

24
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap
atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein
tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus
anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan
oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan
penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu
absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.

25
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
 75 % kalsium.
 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
 6 % batu asam urat.
 1-2 % sistin (cystine).

2.6 Manifestasi
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis,
kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat
tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya
tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika
penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan
koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada
sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan
(Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di
daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.

26
9. Menggigil.
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan
batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a. Foto IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu saluran
kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah
dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

27
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi gejala
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,
berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi
koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a. Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6
mm.
b. Vesikolithotomi
Bila batu berukuran lebih dari 3 cm.
c. Pengangkatan Batu
Dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih yang
dikerjakan oleh para ahli di luar negeri maka di Indonesia hanya beberapa
tindakan saja yang bisa dikerjakan, dengan alasan masalah ketersediaan
alat dan sumber daya manusia. Penggunaan istilah ‘standar’,
‘rekomendasi’ dan ‘opsional’ digunakan berdasarkan fleksibilitas yang
akan digunakan sebagai kebijakan dalam penanganan penderita. Pedoman
untuk batu ukuran kurang dari 20 mm adalah Litotripsi endoskopik,
operasi terbuka adalah pedoman untuk batu ukuran lebih dari 20 mm atau
vesikolithotomi.
d. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan
cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

28
3. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft
drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan
natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
4. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan
metabolik yang ada.

2.8 Komplikasi
Dapat menyebabkan kerusakan pada buli-buli (erosi pada mukosa) yang
mengakibatkan :
 Perdarahan
 Divertikel buli
 Radang kronis
 Obstruksi : Hidronefrosis, Hidroureter
 Infeksi : sistitis, pionefrosis, urosepsis
 Gagal ginjal akut dan kronis

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Ansari A, Shamsodini A, Younis N, et al: Extracorporeal shock wave


lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder stone
presenting with acute urinary retention. Urology 2005.

2. Purnomo, B.B. 2011. Dasar-dasar Urologi; Edisi Ketiga, Jakarta: Sagung Seto.R
Sjamsu Hidajat. 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

3. Richter S, Ringer A, Sluzker D: Combined cystolithotomy and transurethral


resection of prostate: best management of infravesical obstruction and massive or
multiple bladder stone. Urology 2002;59(5):688-691.

4. Schwartz BF, Stoller ML.: The vesical calculus. Urol Clin North Am
2000;27(2):333-346

5. Standring, S. 2004. Gray’s Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice.


London: Elsevier.

30

Anda mungkin juga menyukai