Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2018

A. Pegertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Smeltzer & Suzanne C,2002).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi
klinis panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, serta btuk kering dan produktif (Hidayat, 2008)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai, lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh
bakteri atau virus

B. Etiologi
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

C. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya diawali oleh infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal penderita
Bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot, aksesorius dan bisa timbul sianosis (Bara C,
Long.1996:39 dikutip Nurarif & kusuma. 2015). Terdengar adanya krekels
diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien
bronkopneumonia adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu
antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus
dirawat inap. Maka hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
antibiotic berdasarkan usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab.
Antibiotic yang mungkin diberikan adalah penosolin prokain dan
kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin atau eritromisin
dan kloramfenikol dan sejenisnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan sputum
c) Analisa gas darah
d) Kultur darah
e) Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Rontgen Thorax
b) Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada
saat pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak,
konsolidasi, infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung
jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan
organisme penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.

F. Patofisiologis
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan,
membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan
keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel
darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura
yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri
2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya
diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan
perjalanan penyakit maka hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.

G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan
5. Hipertermia b.d proses penyakit
6. Resiko Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta :
EGC.
Nurarif & kusuma. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai