PENDAHULUAN
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan wawasan akademik dalam bidang ilmu yang terkait dengan
industri pulp dan kertas bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya,
terutama yang berhubungan dengan pengaruh lokasi penambahan OBA
penggunaan bahan kimia OBA pada proses pembuatan kertas.
2. Manfaat Industri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai
bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kertas, khususnya melalui
penggunaan bahan kimia OBA dengan lokasi penambahan yang berbeda dan
jenis OBA yang berbeda.
1.5. Hipotesis
Hipotesis penulis berdasarkan hasil studi literatur awal dan analisis masalah
dari penelitian ini yaitu efektivitas penggunaan OBA dilihat dari sifat optik yang
dihasilkan pada kertas dipengaruhi lokasi penambahan dan jenis OBA yang
digunakan.
Agar penelitian tugas akhir ini terfokus pada topik utamanya, maka penulis
memaparkan ruang lingkup penelitian sebagaimana berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada pembuatan kertas tulis cetak 80 gsm
2. Bahan baku yang digunakan ialah pulp LBKP((Leaf Bleached Kraft Pulp)
after refining
3. Dosis Optical Brightening Agent(OBA) yang digunakan diantaranya 1 kg, 2
kg, 3 kg, dan 4 kg per ton produk(kertas).
4. Jenis Optical Brightening Agent(OBA) yang dipakai ialah OBA jenis
Disulpho, Tetrasulpho, dan Hexasulpho.
5. Bahan kimia Optical Brightening Agent(OBA) diaplikasikan pada proses wet-
end dan surface sizing.
6. Uji sampel dalam penelitian ini meliputi brightness, whiteness, dan warna
(L*a*b).
Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain
sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah
pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena
digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu (Setyowati, 2000). Serat yang
digunakan untuk membuat kertas biasanya adalah serat alami yang mengandung
selulosa dan hemiselulosa.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis
dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas
pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
1. Retention Aids
Retention aids merupakan bahan kimia tambahan yang digunakan untuk
membantu meningkatkan retensi bahan kimia tambahan lainnya,
misalnya filler, dry strength, dan fines (serat yang terpotong kecil).
Contoh : alum, PEI(polyethylenimine), PAM (polyacrylamide), dan lain-
lain.
2. Biocide
Biocide berguna untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan masalah pada mesin kertas
(slime, korosi, deposit, dll) dan menyebabkan cacat pada kertas (spots,
hole, spores, dirt, dll). Contoh : organobromides, organosulfurs,
thiocyanates, dan lain-lain
3. Bahan anti busa (defoamer dan antifoam)
Defoamer merupakan bahan kimia tambahan yang digunakan untuk
menghilagkan busa yang sudah terbentuk, sedangkan antifoam adalah
bahan kimia tambahan yang digunakan untuk mencegah terbentuknya
busa.
4. Drainage Aid
Bahan kimia ini berfungsi untuk membantu mempercepat pelepasan air
selama proses pembentukan formasi kertas. Drainage aid yang biasanya
digunakakan adalah polimer anorganik yang juga digunakan sebagai
retention aid seperti alum, PEI (polyethylenimine),PAM
(polyacrylamide), atau PVA (polyvinylamine).
Pada industri pulp dan kertas, mesin kertas yang paling banyak
digunakan adalah mesin kertas fourdrinier. Mesin kertas fourdrinier
memiliki beberapa bagian, dan setiap bagian memiliki fungsi tertentu,
diantaranya :
a. Headbox, berfungsi untuk menyemprotkan buburan secara seragam
diatas forming fabric.
b. Wire part, berfungsi untuk membentuk serat menjadi lembaran kertas
basah, dan mengeluarkan air pada lembaran tersebut melalui vacuum
dan foil.
c. Press part, berfungsi untuk mengeluarkan air dari lembaran melalui
mekanisme jepitan rol.
d. Dryer part, berfungsi untuk mengeluarkan sisa air pada lembaran
melalui kontak dengan silinder yang berisi uap panas (steam).
e. Size press berfungsi untuk memberikan bahan kimia surface sizing
pada permukaan kertas. surface sizing ini akan meningkatkan sifat
dari permukaan kertas.
f. Calender, berfungsi untuk mengurangi tebal kertas dan meningkatkan
kehalusan permukaan kertas.
g. Reel (pope reel), berfungsi untuk menggulung lembaran kertas yang
telah jadi.
8
0
6
0 F
l
uor
e
sce
n
ce
4
0
2
0
U
V
Ab
s
or
p
ti
on
0
3
0
0 4
0
0 5
0
0 6
0
0 7
0
0
W
a
v
el
en
gt
h(
nm
)
Semakin besar jumlah sinar UV yang diserap akan semakin besar pula
jumlah intensitas cahaya yang dipantulkan pada area spektrum biru
tersebut sehingga nilai derajat keputihan dan kecerahannya meningkat
(Smook, 2003).
Spektrum cahaya pada Spektrum cahaya pada
Objek yang belum Objek yang sudah
ditambahkan OBA ditambahkan OBA
dimana:
1, 2, 3, 4 rantai radikal yang bisa disubstitusi oleh gugus sulphonic
1 and 2 = -R, maka ada dua gugus sulphonic
1 and 2 = -RSO3Na, maka ada empat gugus sulphonic
2.5.3 Jenis-jenis OBA
Dalam pembuatan kertas banyak sekali bahan kimia dan aditif yang
ditambahkan pada pulp untuk mendapatkan kualitas kertas, baik secara
visual ataupun kualitas lainnya. Untuk itu, penambahan OBA hendaknya
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan bahan-bahan kimia tersebut.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja OBA dalam
pembuatan kertas, antara lain:
1. Kecerahan pulp.
Pulp dengan tingkat kecerahan yang tinggi akan mengurangi beban
OBA dalam mengurangi warna kekuningan pada pulp itu sendiri.
2. Kualitas air.
Air yang dipakai baik untuk melarutkan OBA maupun air yang
dipakai untuk melarutkan pulp akan mempengaruhi kinerja OBA. Air
yang terlalu sadah dan banyak mengandung logam akan mengganggu
reaktivitas OBA terhadap pulp.
Pada bab ini dijelaskan mengenai tahapan penelitian yang meliputi metode
pengumpulan data, alat dan bahan yang digunakan, serta rancangan penelitian meliputi
variabel penelitian, diagram alir penelitian, dan deskripsi proses yang meliputi tahap
persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, serta tahap pengujian.
2. Alat Pengujian
Alat pengujian merupakan alat yang digunakan untuk menguji sifat
tertentu dari sampel. Alat yang digunakan ialah elrepho tester
3. Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Air
2. Pulp LBKP (Leaf
Bleached Kraft Pulp)
after refining
3. Cationic Starch
4. Native Starch
5. Optical Brightening
Agent (OBA)
6. Filler
- PCC (Precipitated calcium
carbonate)
- GCC (Grown calcium carbonate)
7. AKD
8. APAM
9. CPAM
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri dari variable penelitian, diagram alir
penelitian, deskripsi proses penelitian, dan tahap pengujian.
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau
tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Terdapat 3 variabel
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam
penelitian tugas akhir ini, variabel bebasnya adalah lokasi penambahan
OBA, dosis OBA dan jenis OBA yang digunakan.
b. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat
adanya variabel bebas. Dalam penelitian tugas akhir ini, variabel
terikatnya adalah sifat optik dari kertas yang dihasilkan yaitu nilai
brightness, whiteness, dan warna (L*a*b).
c. Variabel kontrol
Variable kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Dalam penelitian
tugas akhir ini, variabel kontrolnya adalah dosis filler, cationic starch,
retention aid chemical, AKD dan suhu.
Pembuatan Handsheet
Pengeringan
Pengumpulan Data
Analisa
Kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat dan bahan untuk penelitian,
diantaranya adalah :
1. Persiapan Alat
Pada tahap ini dilakukan persiapan dan pengecekan alat percobaan
dan alat uji yang akan digunakan untuk penelitian.
2. Persiapan Bahan Kimia
Persiapan bahan kimia bertujuan untuk perhitungan dosis
formula handsheet. Pada bagian ini, kita lakukan pengujian solid
content masing-masing bahan kimia tersebut. Bahan-bahan kimia yang
dilakukan pengecekan solid content antara lain adalah cationic starch,
native starch, filler,dan retention aid. Hasil dari pengujian ini juga
dapat digunakan untuk menghitung dosis bahan yang harus
ditambahkan ke larutan stock untuk pembuatan handsheet.
Untuk pengecekan solid content starch, kita dapat menggunakan
refractometer, berikut langkah-langkahnya :
Pada penelitian ini diperoleh solid content filler jenis PCC sebesar
17,37% dan GCC sebesar 66,23%. Untuk membuat larutan filler, kita
encerkan filler GCC dengan air hingga solid contentnya juga sebesar
17.37%. Setelah kedua jenis filler memiliki solid content yang sama,
kita campurkan kedua jenis filler dengan rasio 50% PCC dan 50% GCC
lalu diaduk dengan dispermat.
3. Persiapan Pulp
Pulp yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pulp LBKP yang
diambil dari stock pada sampling point after refiner pada unit stock
preparation paper machine 2 PT.IKPP Perawang. Setelah diambil, stock
pulp dicek nilai konsistensinya untuk digunakan sebagai acuan pada
perhitungan dosis pada formula handsheet. Berikut langkah
pengujiannya :
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑂𝐷
Usage = 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦
Stock OD = AD × Consistency
2. Pembuatan Handsheet
Pada tahap ini, buburan yang telah siap akan dibentuk menjadilembaran
kertas. Langkah-langkah pembuatan handsheet adalahsebagai berikut :
a. Dipastikan alat automatic handsheet maker dalam keadaan ON dan
bersih. Selain itu, suhu dryer yang terbaca di layar dipastikan ± 95oC.
b. Dipastikan panel proses pada posisi 1 (automatic).
c. Dipasang screen pada tempatnya, kemudian tabung handsheet
ditutup dan dikunci.
d. Ditekan tombol berwarna hijau yang berada di bawah panel proses.
e. Ditunggu tabung handsheet terisi dengan air sampai batas nomor 4,
kemudian dimasukkan stock yang telah diambil sesuai target
gramatur dan nilai % TC stock.
f. Selanjutnya stock teraduk dan airnya ter-drain secara otomatis
sehingga terbentuk lembaran basah di atas screen.
g. Setelah air terbuang semua, tabung handsheet dibuka dan dipasang 1
lembar blotting paper tebal di atas lembaran basah tersebut.
h. Kemudian diletakkan roll di atas lembaran basah yang tertutup
blotting paper sambil dijalankan ke depan, belakang, kanan, dan kiri.
i. Diangkat screen bersama lembaran basah kemudian dilepaskan
lembaran tersebut dengan cara membenturkan ujung screen pada
meja yang telah dilapisi rubber.
j. Lembaran basah yang melekat pada blotting paper tebal ditutup
dengan blotting paper tipis pada bagian atasnya.
k. Dipastikan tekanan dryer menunjukkan angka nol.
l. Dryer dibuka dan lembaran basah yang telah tertutup blotting paper
dimasukkan.
m. Dryer ditutup sambil ditekan dan menekan tombol panel dryer
berwarna hijau sampai tekanan 6 bar kemudian dilepaskan.
n. Ditunggu hingga proses drying selesai (panel berwarna merah
menyala).
o. Selanjutnya ditekan tombol panel dryer berwarna merah sampai
tekanan menunjukkan angka nol.
p. Dryer dibuka dan diambil lembaran handsheet yang sudah kering,
kemudian dryer ditutup kembali. Handsheet yang sudah kering
diletakkan di dalam desicator. Jika proses telah selesai, posisi dryer
harus tertutup dan tabung handsheet terbuka.
3. Tahap Surface Sizing
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat uji elrepho yang dapat
mengukur berbagai properties sifat optik yang telah penulis sebutkan
sebelumnya. Berikut langkah pengujiannya :
1. Disiapkan sampel handsheet yang telah ditumpuk per variasi
2. Handsheet diletakkan pada alat uji
3. Diklik ikon M (measure) pada monitor sebagai tanda dimulainya
pengukuran.
4. Setelah beberapa detik, hasil uji yang keluar lalu dicatat
5. Kemudian pindahkan handsheet yang telah diuji ke bagian bawah
tumpukan lalu lakukan pengujian serupa pada handsheet
selanjutnya.
2. Dry Brightness
Bahan baku pulp yang digunakan pada penelitian ini adalah pulp LBKP
after refining PPM #2 PT. IKPP Perawang. Berdasarkan data sekunder yang
penulis peroleh dari lab RnD PPM tersebut diketahui bahwa brightness pulp yang
penulis gunakan ialah sebesar 88.95%. Pada penelitian dilakukan pengujian dry
brightness dari filler yang digunakan. Berikut hasil pengujian optical properties
dari filler PCC dan GCC yang digunakan :
Tabel 4.1 Optical Properties Filler
Setiap handsheet dari setiap variasi dilakukan pengecekan terhadap sifat optik.
Pengecekan tersebut meliputi pengecekan nilai brightness, whiteness, dan
warna(L*a*b).
4.2.1 Brightness
Pengujian Brightness kertas dilakukan untuk mengetahui banyaknya
cahaya biru yang direfleksikan oleh kertas yang diukur pada panjang
gelombang 457 nm. Pengujian dilakukan berdasarkan TAPPI T 525. Hasil
pengujian akan ditampilkan dalam tabel berikut :
Brightness, %
92
90
88
86
84
Blanko 1 2 3 4
Disulpho 88.28 91.70 92.85 94.37 94.63
Tetrasulpho 88.28 90.57 91.27 92.65 92.97
Hexasulpho 88.28 88.75 89.25 89.63 89.87
Dosis Kg/Tp
Brightness, %
92
90
88
86
84
0/100 25/75 50/50 75/25 100/0
Disulpho 91.81 92.37 93.25 94.24 94.63
Tetrasulpho 92.73 93.30 93.34 93.85 92.97
Hexasulpho 93.68 93.16 92.40 91.12 89.87
Wet-end/Surface
Dari grafik 4.3 di atas dapat kita lihat terjadi perubahan nilai
brightness di setiap kombinasi tergantung jenis OBA nya. Garis berwarna
kuning menunjukkan penurunan nilai brightness dari penggunaan OBA jenis
Hexasulpho seiring dengan bertambahnya penggunaan OBA jenis ini di
proses Wet-end. Pada kombinasi pertama di garis kuning pada penggunaan
OBA sebanyak 100% dari 4 Kg/TP di surface sizing didapat nilai brightness
sebesar 93.68 % sementara pada kombinasi selanjutnya terjadi penurunan
nilai brightness hingga pada kombinasi kelima, nilai brightness menjadi
sebesar 89.87%.
4.2.2 Whiteness
Menurut James P. Casey (1981), whiteness adalah kombinasi dari total
reflektansi cahaya putih dan keseragaman reflektansi pada semua panjang
gelombang. Kertas yang merefleksikan semua spektrum cahaya tampak
dengan seragam dan memiliki reflektansi yang tinggi maka kertas itu akan
kelihatan lebih putih dan menaikkan nilai whiteness.
Tabel 4.3 Hasil Uji Whiteness
Dosis OBA Disulpho Tetrasulpho Hexasulpho
Blanko 79.64 79.64 79.64
1 107.79 99.26 90.14
2 115.90 105.03 94.06
Wet-End
3 122.72 113.48 96.45
4 126.39 118.84 97.97
1 94.72 96.80 103.67
2 107.02 105.26 107.26
Surface Sizing
3 113.06 113.91 115.91
4 113.92 115.32 120.84
Wet- 1+3 119.52 118.99 120.12
End+Surface 2+2 120.96 119.57 117.25
Sizing 3+1 124.99 120.73 109.00
110
100
90
80
70
60
Blanko 1 2 3 4
Disulpho 79.64 107.79 115.90 122.72 126.39
Tetrasulpho 79.64 99.26 105.03 113.48 118.84
Hexasulpho 79.64 90.14 94.06 96.45 97.97
Dosis Kg/TP
120
110
100
90
80
70
60
Blanko 1 2 3 4
Disulpho 79.64 94.72 107.02 113.06 113.92
Tetrasulpho 79.64 96.80 105.26 113.91 115.32
Hexasulpho 79.64 103.67 107.26 115.91 120.84
Dosis OBA Kg/TP
100
90
80
70
0/100 25/75 50/50 75/25 100/0
Disulpho 113.92 119.52 120.96 124.99 126.39
Tetrasulpho 115.32 118.99 119.57 120.73 118.84
Hexasulpho 120.84 120.12 117.25 109.00 97.97
Wet-End/Surface
Dosis
Disulpho Tetrasulpho Hexasulpho
OBA
Blanko 96.53 96.53 96.53
1 96.80 96.83 96.65
Wet-End
2 96.78 96.81 96.62
3 96.89 96.93 96.63
4 96.85 96.84 96.65
1 96.38 96.21 96.06
Surface 2 96.27 96.24 96.31
Sizing 3 96.34 96.55 96.37
4 96.49 96.48 96.41
Wet- 1+3 96.49 96.78 96.46
End+Surface 2+2 96.70 96.78 96.29
Sizing 3+1 96.56 96.92 96.26
4.2.3.2 Nilai a*
Dosis
Disulpho Tetrasulpho Hexasulpho
OBA
Blanko -0.39 -0.39 -0.39
1 0.71 0.00 -0.03
2 1.04 0.00 0.11
Wet-End
3 1.30 0.00 0.21
4 1.41 0.00 0.28
1 0.36 0.00 0.29
Surface 2 0.41 0.00 0.67
Sizing 3 0.44 0.00 1.00
4 0.49 0.00 1.18
1+3 0.68 0.79 1.14
Wet- 2+2 0.95 0.92 1.06
End+Surface
Sizing 3+1 1.37 1.12 0.74
0.40
0.20
0.00
-0.20
-0.40
-0.60
0 1 2 3 4
Disulpho -0.39 0.71 1.04 1.30 1.41
Tetrasulpho -0.39 0.25 0.63 0.96 1.14
Hexasulpho -0.39 -0.03 0.11 0.21 0.28
Dosis Kg/TP
4.2.3.2 Nilai b*
Tabel 4.6 Hasil Uji Nilai b*
Dosis
Disulpho Tetrasulpho Hexasulpho
OBA
Blanko 3.15 3.15 3.15
1 0.11 1.43 2.10
2 -0.81 0.42 1.65
Wet-End
3 -1.70 -0.64 1.39
4 -2.18 -1.19 1.24
1 0.61 1.03 1.33
Surface 2 -0.24 0.44 0.32
Sizing 3 -0.46 -0.38 -0.74
4 -0.59 -0.77 -1.29
Wet- 1+3 -1.10 -1.01 -1.23
End+Surface 2+2 -1.30 -1.10 -0.97
Sizing 3+1 -1.96 -1.18 -0.07
Hasil Uji Nilai b* Pada Penggunaan OBA di Wet-End
4.00
3.00
2.00
1.00
b* 0.00
-1.00
-2.00
-3.00
0 1 2 3 4
Disulpho 3.15 0.11 -0.81 -1.70 -2.18
Tetrasulpho 3.15 1.43 0.42 -0.64 -1.19
Hexasulpho 3.15 2.10 1.65 1.39 1.24
Dosis Kg/TP
Grafik 4.10 Nilai b*Pada Penggunaan OBA di Wet-end
Disulpho Tetrasulpho Hexasulpho
-0.50
-1.00
-1.50
-2.00
-2.50
0/100 25/75 50/50 75/25 100/0
Disulpho -0.59 -1.10 -1.30 -1.96 -2.18
Tetrasulpho -0.77 -1.01 -1.10 -1.18 -1.19
Hexasulpho -1.29 -1.23 -0.97 -0.07 1.24
Wet-End : Surface Sizing
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis berikan sesuai dengan hasil
percobaan antara lain yaitu:
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis OBA
yang lebih tinggi agar diperoleh dosis optimum pada penggunaan OBA
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan memvariasikan bahan pengisi
yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap efektivitas
penggunaan OBA