Essay No 1
1. An 8-year old girl was diagnosed as moderate-severe persistent allergic rhinitis. Her
skin
prick test results were positive to Dermatophagoides farinae, cockroach, and cat dander.
Lately, she snored during her sleep.
a. Describe the comprehensive management for this patient (including prevention,
pharmacotherapy, immunotherapy adn education).
b. Describe the possible complications/co-morbidities in this patient.
Pembahasan:
1. a. Manajemen pada pasien
Pencegahan: Dari hasil tes alergi pasien didapatkan alergi terhadap tungau debu rumah,
kecoa, dan kucing.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Menggunakan Kasur yang bukan kapuk, karena tungau debu rumah cenderung
banyak di Kasur kapuk
Rutin mengganti sprei dan membersihkan Kasur, kalau dari guideline ARIA bisa
dicuci dengan suhu 55-60oC
Tidak memiliki banyak barang terutama di kamar karena akan menjadi tempat debu
dan tungau debu rumah
Tidak menggunakan karpet
Menggunakan acaricide (pestisida untuk membunuh tungau debu rumah)
Membersihkan rumah dengan vacuum cleaner HEPA filter (kalau bisa sih yang
membersihkan bukan pasien)
Tidak memelihara kucing
Periksa apakah ada asma
Farmakoterapi: pasien dengan rhinitis alergi persisten sedang berat
Kortikosteroid intranasal dosis 200 mcg (mometason furoat, triamsinolon asetonid)
Antihistamin (cetirizine, loratadine)
Penggunaannya direview dalam 2 – 4 minggu
Perbaikan step down dan lanjutkan terapi > 1 bulan
Perburukan
o Review diagnosis, compliance obat, pajanan apakah masih ada, apakah ada
infeksi atau penyebab lain
o Tingkatkan dosis kortikosteroid intranasal menjadi 300 – 400 mcg
o Gejala rinorea tambahkan ipratropium bromide
o Gejala kongesti tambahkan dekongestan atau oral kortikosteroid
Immunotherapy: untuk meningkatkan IGG antibody dan menurunkan IgE. Ada dua jenis
sediaan immunotherapy sublingual dan injeksi subcutan. Indikasinya adalah pasien yang
tidak membaik dengan pengobatan
Edukasi:
Penyakit pada pasien dapat dikontrol dengan kepatuhan pengobatan dan pencegahan
dari pajanan
Mungkin komorbid dengan asma sehingga perlu dilakukan pemeriksaan asma
2. A 50-year old man admitted with unilateral ear blocked and double vision. Some likes
a
bloody discharge came out from his nose.
a. What is the possible diagnosis for this case? Explain it.
b. What is your plan for this unfortunate patient?
Pembahasan:
a. What is the possible diagnosis for this case? Explain it.
KNF. Karena tidak hanya ada gejala dari bidang THT tapi ada juga gejala di luar itu, yaitu
diplopia (mata dan saraf). Hal ini sesuai dengan gejala KNF:
(1) gejala nasofaring: epistaksis, hidung tersumbat
(2) gejala telinga: tinitus, rasa tidak nyaman, otalgia
gejala telinga muncul apabila tempat asalnya tumor dekat dengan tuba Eustachius
(3) gejala mata dan saraf: diplopia, nyeri trigeminal, sindrom Jackson (N. IX – XII),
sindrom unilateral (semua saraf kranial)
akibat nasofaring berhubungan dengan rongga tengkorak melalui beberapa foramen,
yaitu: foramen laserum (N. III – VI) dan foramen jugulare (N. IX – XII)
(4) gejala metastasis ke leher: pembengkakan KGB leher
b. What is your plan for this unfortunate patient?
Merujuk pasien ke dokter spesialis THT-KL untuk dilakukan:
Rencana pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan endoskopi
CT scan kepala dan leher dengan dan tanpa kontras
Jika terdapat massa biopsi
Rencana terapi:
Tentukan staging sebelum melakukan terapi
Radioterapi
Perawatan paliatif
Pengobatan tambahan (dapat dipertimbangkan untuk diberikan): diseksi leher, pemberian
tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin, dan antivirus
Setelah sembuh: follow-up karena risiko rekurensi
Sumber: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga, hidung, tenggorok,
kepala dan leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012.
Essay no 3
3. A 30-year old woman complained of hearing impairment of the right ear since 1
month. This problem was first felt after a prolonged common cold. On examination, her
right tympanic membrane was intact, with no light reflex, and looked dull. Her left ear
showed no abnormalities.
d. What are the possible findings from the tuning fork test (rinne, weber, schwabach)?
Rinne: negatif
Weber: lateralisasi ke telinga yang terganggu
Swabach: memanjang
Essay No 4
4. Two questions:
a. What are the risk factors for hearing loss in infant and children according to joint
committee on infant hearing (2000)?
b. Gold standard for hearing screening in infant are otoacoustic emission (OAE) and
automated ABR (AABR). Mention and describe two programs for newborn hearing
screening.
Pembahasan:
a. Berdasarkan Joint Committee on Infant Hearing (2000), dikutip dari Buku Hijau THT
Edisi 7
# Untuk bayi 0 – 28 hari (kalau di buku hijau ada 20 faktor risiko, tetapi setelah
dibaca-baca, ternyata banyak pengulangan, jadi intinya cuma 10 ini ya):
1. Riwayat keluarga SNHL sejak lahir
2. Infeksi TORCHS semasa hamil
3. Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pinna dan liang telinga
4. BBLR < 1500 gram
5. Hiperbilirubinemia yang membutuhkan transfusi tukar
6. Obat ototoksik
7. Meningitis bakterialis
8. Nilai APGAR 0-4 pada menit pertama, 0-6 pada menit kelima
9. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU
10. Sindroma yang berhubungan dengan tuli konduktif/sensorineural