Anda di halaman 1dari 28

REZA

BANGUN
MAHARDIKA

MENGENAL
INDUSTRI MAKANAN
DAN MINUMAN
DI ERA INDUSTRI 4.0
REZA BANGUN MAHARDIKA

MENGENAL INDUSTRI
MAKANAN DAN MINUMAN
DI ERA INDUSTRI 4.0
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0

Penulis
Reza Bangun Mahardhika

Editor
Reza Bangun Mahardhika

Desain Grafis
Ahmad Nur Hasan

Diterbitkan oleh Forbil Institute


Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari
Forbil Institute.

Cetakan Pertama
Dicetak di Yogyakarta, Indonesia.
ISBN 978-602-52952-2-5

Forbil Institute
Jl. Pandega Asih I, Perum Sari Asih I Blok B17, Condongcatur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Telp: +62 (274) 43662864


Tel. Seluler: +62 81578011199
Email: sekretariat@forbil.org
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

KATA PENGANTAR
Indonesia telah bersiap di dalam memasuki masa Revolusi Industri 4.0. Untuk
menghadapi revolusi tersebut, pemerintah telah menyiapkan inisiatif “Making Indonesia 4.0”.
Di dalam inisiatif Making Indonesia 4.0 terdapat beberapa sektor unggulan termasuk industri
makanan dan minuman Indonesia. Industri Makanan dan Minuman merupakan industri yang
paling besar berkontribusi terhadap Industri pengolahan Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu seri buku dari Forbil Institute. Buku “Industri Makanan
dan Minuman dan Industri 4.0” diharapkan dapat menjadi pengantar singkat untuk memahami
kondisi industri makanan dan minuman di Indonesia beserta persiapannya dalam menghadapi
masa industri 4.0. Tidak hanya itu, buku ini juga memberikan berbagai pengantar singkat
bagaimana teknologi di industri 4.0 mampu meningkatkan produktivitas dari industri makanan
dan minuman di Indonesia.

Dr. Nanang Pamuji Mugasejati


Executive Director of Forbil Institute

v
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

DAFTAR ISI
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Pendahuluan 2
Mengenal Industri 4.0 4
Indonesia dan Industri 4.0 5
Mendorong Ekspor Netto menjadi 10 persen dari PDB 6
Menggandakan Rasio Produktivitas-terhadap-Biaya 7
Menganggarkan 2 Persen dari PDB untuk Penelitian dan Pengembangan 8
Industri Makanan dan Minuman di Industri 4.0 9
Bagaimana Industri 4.0 dapat menguntungkan Industri Makanan dan Minuman? 12
Implementasi Industri 4.0 di Industri Makanan dan Minuman Indonesia 14
Kesimpulan 15
Daftar Pustaka 16

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil 5
Tabel 2. Implementasi Industri 4.0 di Indonesia 14

DAFTAR DIAGRAM
Grafik 1. Jumlah Perusahaan Industri Besar 2
Grafik 2. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil 3
Grafik 3. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016 (%) 6
Grafik 4. Ekspor Netto terhadap PDB Indonesia 2016 (%) 6
Grafik 5. Rasio Produktivitas Pekerja/Biaya 2009-2016 7
Grafik 6. CAGR Rasio Produktivitas Pekerja/Biaya Indonesia 8
Grafik 7. Rasio Pengeluaran untuk Penelitian dan Pengembangan Indonesia
terhadap PDB 8
Grafik 8. Nilai PDB Berdasarkan Industri 2014-2018 (Miliar Rupiah) 9
Grafik 9. CCAGR Industri Indonesia 2014-2018 10
Grafik 10. Kontribusi Industri terhadap Industri Pengolahan Non Migas
2014-2018 (%) 10
Grafik 11. Ekspor Industri 2012-2016 (Ribuan US$) 11
Grafik 12. Ekspor Industri Makanan dan Minuman 2012-2016 (Ribuan US$) 11

vii
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

“This Fourth Industrial Revolution is challenging ideas


about what it means to be human.”
Klaus Schwab

1
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

PENDAHULUAN
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu penopang dunia perindustrian
Indonesia. Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa peran penting industri makanan dan
minuman dapat dilihat dari kontribusinya yang terus konsisten dan signifikan terhadap produk
domestik bruto (PDB), industri non migas dan peningkatan realisasi investasi. Tren dari jumlah
perusahaan makanan dan minuman di kategori industri besar juga menunjukan peningkatan.
Pada tahun 2000, jumlah perusahaan di industri makanan dan minuman hanya sebesar 4661
usaha dan meningkat menjadi 6875 usaha di tahun 2015.

Grafik 1. Jumlah Perusahaan Industri Besar


Kategori Industri Makanan dan Minuman 2000-2015
8000

7000

6000

5000
4000

3000

2000

1000

0
00 01 02 003 004 005 006 007 008 009 010 2011 12 013 014 015
20 20 20 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2 2

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 diolah

Data dari Kementerian Perindustrian menunjukan bahwa pertumbuhan industri


makanan dan minuman di tahun 2017 mencapai 9,23 persen atau meningkat dari tahun 2016
yang mencapai 8,46 persen. Pada tahun 2017 industri makanan dan minuman berkontribusi
kepada PDB non migas sebesar 34,33 persen. Hal tersebut semakin memperkuat pentingnya
kontribusi industri makanan dan minuman terhadap dunia perindustrian nasional.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman didorong oleh sektor usaha kecil dan mikro. Pada
kategori industri mikro dan kecil, jumlah perusahaan di industri makanan dan minuman juga
turut meningkat. Pada tahun 2010, jumlah usaha makanan dan minuman di kategori industri
kecil dan mikro mencapai 960.305 perusahaan dan meningkat hingga mencapai 1.614.149
perusahaan di tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan jumlah usaha dari industri makanan dan
minuman di kategori usaha mikro dan kecil pada periode 2010 sampai 2015 mencapai 11,61
persen.

2
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Grafik 2. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil


Kategori Industri Makanan dan Minuman 2010-2015

1800000
1600000
1400000

1200000
1000000
800000
600000

400000
200000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018 diolah

Dunia saat ini sedang memasuki masa revolusi industri 4.0. Industri 4.0 merupakan
nama untuk tren otomatisasi dan pertukaran data di era teknologi manufaktur (Marr, 2018).
Teknologi yang digunakan mencakup cyber-physical systems, the internet of things, cloud
computing dan cognitive computing. Saat ini segala lini kehidupan manusia telah terhubung
dengan berbagai teknologi dan inovasi. Perubahan tersebut turut berpengaruh terhadap
perekonomian dan tidak terkecuali dunia industri. Tidak dapat dipungkiri, masa industri 4.0
dapat memberikan berbagai peluang dan kesempatan bagi dunia industri untuk meningkatkan
produktivitas. Berbagai pelaku usaha terutama di industri makanan dan minuman di Indonesia
harus mampu mengimplementasikan dan beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat.

3
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

MENGENAL INDUSTRI 4.0


Terminologi Revolusi Industri 4.0 dikenalkan oleh Professor Klaus Shwab, Founder dan
Executive Chairman dari World Economic Forum (WEF). Revolusi Industri 4.0 berbeda dengan
revolusi industri yang sebelum-sebelumnya. Revolusi industri 4.0 memiliki karakteristik yang
menunjukan penggunaan teknologi baru pada segala aspek kehidupan seperti aspek digital, fisik
dan biologi sehingga berdampak pada kehidupan ekonomi dan industri (WEF,2016). Menurut
Professor Klaus Shwab, revolusi industri 4.0 bahkan menantang suatu ide mengenai apa
artinya menjadi manusia (WEF, 2016). Tidak dapat dipungkiri, industri 4.0 meyebabkan
disrupsi teknologi digital yang merubah sektor manufaktur. Interaksi antara mesin-manusia,
augmented reality systems, robotisasi dan 3-D printing adalah beberapa contoh dari hasil
industri 4.0 yang dulu hanya merupakan angan-angan manusia di berbagai novel maupun film.
Istilah Industri 4.0 semakin banyak dibicarakan di beberapa tahun terakhir. Industri 4.0
akan mentransfromasi desain, manufaktur dan sistem produksi dari dunia industri. Konektivitas
dan interaksi antara manusia dan mesin akan membuat sistem produksi 30 persen lebih cepat
dan 25 persen lebih efisien (BCG, 2015). Laporan dari Boston Consulting Group (2015)
menunjukan bahwa industri 4.0 di bidang manufaktur di Jerman berhasil meningkatkan
pendapatan dari kenaikan produktivitas hingga 5 sampai 8 persen dari total biaya manufaktur
yang turut meningkat dari 90 miliar euro ke 150 miliar euro. Laporan tersebut juga menunjukan
bahwa industri 4.0 memiliki dampak yang signifikan bagi kesejahteraan. Boston Consulting
Group (2015) menemukan bahwa di jerman, industri 4.0 akan meningkatkan 1 persen
pertumbuhan per tahun selama sepuluh tahun, menciptakan 390.000 pekerjaan dan
menambah 250 miliar euro ke investasi manufaktur. Berikut adalah sembilan pilar teknologi
yang akan mentransformasi model produksi dari industri menurut Boston Consulting Group:

1 Autonomous Robot
2 Simulation
3 Sistem Integrasi Horizontal dan Vertikal
4 The Industrial Internet of Things
5 Cybersecurity
6 The Cloud
7 Additive Manufacturing
8 Augmented Reality
9 Big Data and Analytics

Penerapan Sembilan pilar dari industri 4.0 akan meningkatkan efisiensi. Namun, tidak
dapat dipungkiri bahwa butuh teknologi, biaya dan sumber daya yang cukup besar untuk
menerapkan penggunaan sembilan pilar tersebut di dalam kehidupan.
Big Data dapat melakukan analisis pada dataset yang cukup besar sehingga berbagai
pengambilan keputusan di dalam industri akan lebih tepat dan komprehensif. Otomatisasi dan
robotisasi dapat berperan dalam menjalankan tugas yang kompleks, bahkan mereka dapat
belajar dan bekerja sama dengan manusia. Simulation memiliki fungsi untuk melakukan berbagai
tes atau uji coba secara virtual sehingga jauh lebih murah dibanding uji coba secara fisik.

4
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Perusahaan Siemens telah mengembangkan mesin virtual untuk melakukan simulation


tersebut. Augmented-Reality (AR) merupakan teknologi yang sangat sering muncul di dalam
film, salah satunya film Iron Man. Dalam dunia nyata, AR dapat digunakan ketika pekerja
mungkin menerima instruksi untuk membetulkan suatu mesin yang rusak. Sebagai contoh,
informasi tersebut dapat langsung dikirimkan dan ditamplikan melalui kacamata AR.
Teknologi di dunia ini sudah diluar nalar manusia. Hal-hal yang dulu hanya dapat
ditampilkan di karya ilmiah telah diwujudkan menjadi nyata. Berbagai teknologi tersebut tentu
dapat berdampak baik kepada kehidupan manusia. Bagaimana posisi Indonesia di dalam industri
4.0? Apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia telah menggunakan berbagai teknologi di
dalam proses produksi?

INDONESIA DAN INDUSTRI 4.0


Revolusi Industri 4.0 sudah didepan mata. Mau tidak mau, Indonesia juga harus bersiap
untuk menghadapinya. Penerapan teknologi dan inovasi menjadi kunci untuk bertahan dan
bersaing di masa Industri 4.0. Berbagai negara, baik negara maju dan berkembang telah
menyiapkan diri untuk menghadapi masa Industri 4.0. Sebagai contoh, Jerman, Amerika
Serikat, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan bahkan Thailand dan Vietnam telah memiliki
program untuk mendukung industrinya agar siap dalam memasuki industri 4.0 (Kemenperin,
2017). Tidak ingin ketinggalan, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah
menyiapkan inisiatif yang bernama Making Indonesia 4.0 untuk mengimplementasikan
berbagai strategi dan peta jalan Industri 4.0 di Indonesia (Kemenperin, 2017). Berbagai
pemegang kepentingan seperti asosiasi industri, pelaku usaha, institusi pemerintah, penyedia
teknologi beserta lembaga riset dan pendidikan turut berparisitipasi di dalam penyusunan
Making Indonesia 4.0. Peta Jalan Making Indonesia 4.0 berperan dalam memberikan arah dan
strategi bagi pelaku industri di Indonesia. Terdapat lima sektor yang menjadi fokus dan 10
prioritas nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian tersebut. Lima sektor fokus
tersebut adalah:

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil

Industri Makanan dan Minuman


Industri Tekstil dan Pakaian
Industri Otomotif

Industri Kimia

Industri Elektronik

Sumber: Making Indonesia 4.0

5
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Percepatan implementasi dari Making Indonesia 4.0 akan memberikan keuntungan


yang besar bagi Indonesia. Inisiatif Making Indonesia 4.0 akan memberikan potensi yang besar
untuk meningkatkan dan melipatgandakan produktivitas tenaga kerja sehingga daya saing
global Indonesia turut meningkat pula. Berikut adalah dampak dari diterapkannya Industri 4.0
di Indonesia.

Mendorong Ekspor Netto Menjadi 10 Persen dari PDB


Industri 4.0 dapat berperan dalam menjadi game changer untuk pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi oleh
konsumsi. Di tahun 2016, Kontribusi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di dominasi
oleh konsumsi.
Grafik 3. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016 (%)

1
Konsumsi
36 Pengeluaran Pemerintah
55 Investasi
Net Ekspor
10

Sumber: World Bank, A.T. Kearney dalam Making Indonesia 4.0

Konsumsi berkontribusi 55 persen dari pembentukan pertumbuhan ekonomi


Indonesia di tahun 2016. Selanjutnya, investasi berkontribusi sebesar 36 persen dan
pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen. Hal yang cukup menarik adalah kontribusi dari
ekspor netto sangat kecil, hanya sebesar 1 persen di tahun 2016. Indonesia telah kalah dari
negara-negara lain di ASEAN.

Grafik 4. Ekspor Netto terhadap PDB Indonesia 2016 (%)


30

25 25,9

20 19,5

15 14,7

10 8,7
6,4
5 2,6
0,8
0
ura ia r sia Vietnam
Singap Thailand Indones)ia Indon1e6s) Myanma Malay
00 0 (2 (2 0

Sumber: Making Indonesia 4.0

6
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Indonesia pernah menjadi negara dengan ekspor netto tertinggi di Asean


(Kemenperin, 2017). Pada tahun 2000, kontribusi ekspor netto terhadap PDB mencapai 19,5
persen. Namun, itu hanya kisah lama. Pada tahun 2016, kontribusi ekspor netto terhadap PDB
menurun hingga 13 kali dan hanya sebesar 0,8 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa
permintaan dari negara lain akan berbagai produksi barang dan jasa Indonesia masih belum
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di tahun 2017 kontribusi ekspor netto
Singapura terhadap PDB mencapai 25 persen, Thailand 14,7 persen, Mynamar 8,7 persen dan
Malaysia 6,4 persen, Indonesia telah tertinggal jauh.
Inisiatif Making Indonesia 4.0 bertujuan untuk mengangkat pangsa pasar global dan
meningkatkan kontribusi ekspor netto terhadap pertumbuhan. Ditargetkan pada tahun 2030,
kontribusi ekspor netto terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 10 persen. Peningkatan
kontribusi dari ekspor netto akan berpeluang dalam meningkatkan lapangan pekerjaan yang
selanjutnya memperkuat daya beli masyarakat dan Indonesia dapat menjadi salah satu dari 10
besar ekonomi dunia.
Berdasarkan inisiatif Making Indonesia 4.0, dampak dari Industri 4.0 adalah
menghidupkan sektor produksi sehingga mampu memperbaiki posisi ekspor netto Indonesia.
Peningkatan dari ekspor netto Indonesia akan memberikan dampak tidak langsung terhadap
peningkatan kekuatan finansial dari negara, meningkatkan pengeluaran pemerintah, memacu
investasi dan selanjutnya mampu membangun pondasi ekonomi yang kuat. Tujuan akhir dari
adanya Making Indonesia 4.0 adalah membawa Indonesia menjadi 10 besar perekonomian
dunia di tahun 2030. Potensi dari kenaikan ekspor netto akan mendorong perekonomian
dengan memperbaiki produktivitas dan penerapan inovasi di dalam industri.

Menggandakan Rasio Produktivitas-terhadap-Biaya

Kondisi Indonesia saat ini fokus pada penggandaan output dari biaya dasar buruh saat
ini. Tujuan dari penggandaan output tersebut adalah meningkatkan daya saing di pasar global
melalui peningkatan produktifitas dan profitabilitas. Situasi yang kondusif dibutuhkan agar
pelaku industri mau menginvestasikan kembali keuntungan yang mereka peroleh ke dalam
bentuk aset produktif dan mampu menciptakan siklus ekonomi yang bermanfaat.

Grafik 5. Rasio Produktivitas Pekerja/Biaya 2009-2016

Sumber: Making Indonesia 4.0, 2018

7
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Data diatas menunjukan grafik produktivitas pekerja per biaya yang di grafik melalui
indeks dengan tahun dasar 2009. Hasil dari Compund Annual Growth Rate (CAGR) pada
tahun 2009 sampai tahun 2016 menunjukan bahwa pertumbuhan rasio produktivitas pekerja
per biaya mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 1 persen. Bandingkan dengan negara
lain dimana pada periode yang sama, nilai dari CAGR India dapat mencapai 5 persen dan
bahkan Malaysia dapat mencapai 3 persen.

Grafik 6. CAGR Rasio Produktivitas Pekerja/Biaya Indonesia

Diharapkan rasio produktivitas pekerja per biaya


Indonesia dapat meningkat di tahun 2030. Target
moderat dari peningkatan rasio produktivitas pekerja per
biaya mencapai 1,5 kali lipat. Namun, agar mampu
mengikut kecepatan India yang nilai CAGR-nya
mencapai 5 persen, maka Indonesia pelu meningkatkan
rasio produktivitas pekerja per biaya hingga 2 kali lipat di
tahun 2030.

Sumber: Making Indonesia 4.0

Menganggarkan 2 Persen dari PDB untuk Penelitian


dan Pengembangan

Penelitian, pengembangan, desain dan inovasi merupakan pondasi dasar untuk


mengarungi masa Industri 4.0. Aktivitas tersebut diperlukan agar Indonesai mampu memiliki
modal untuk bersaing di era industri 4.0. Dengan adanya penelitian, pengembangan, inovasi
dan desain, Indonesia dapat menguasai teknologi untuk menghadapi industri 4.0. Melalui
Making Indonesia 4.0, Indonesia berkomitmen untuk memberikan alokasi anggaran lebih pada
bidang penelitian dan pengembangan. Pada tahun 2030, diharapkan alokasi pengeluaran dari
penelitian dan pengembangan mencapai 2 persen dari PDB Indonesia.
Grafik 7. Rasio Pengeluaran untuk Penelitian dan Pengembangan Indonesia terhadap PDB

Sumber: Making Indonesia 4.0, 2018

8
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Pada tahun 2016, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan Indonesia hanya
sebesar 0,3 persen dari PDB dan berada di peringkat 37 dunia. Indonesia tertinggal dari
Malaysia yang telah mencapai 1,1 persen dari PDB dan Tiongkok yang telah mencapai 2,0
persen. DI tahun 2030, diharapkan rasio pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan
Indonesia meningkat 4 kali lipat hingga mencapai 1,1 persen dari PDB aau mampu meningkat
hingga 2,0 persen. Jika rasio pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan Indonesia
mampu mencapai 2,0 persen dari PDB di tahun 2030, maka Indonesia mampu mempercepat
progres dari target visi Indonesia 2045.

INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI INDUSTRI 4.0

Industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor unggulan dari sektor
manufaktur Indonesia. Tingginya nilai dari industri makanan dan minuman menyebabkan sektor
ini berkontribusi besar terhadap PDB dari Indonesia.

Grafik 8. Nilai PDB Berdasarkan Industri 2014-2018 (Miliar Rupiah)


1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
-I

-II

-IV

-I

-II

-IV

-I

-II

-IV

-I

-II

-IV

-IV
-II

-II

-II

-II
14

15

16

17
14

15

16

17
14

15

16

17
14

15

16

17

18
20
20

20
20

20
20

20
20

20

20
20

20
20

20
20

20
20

Industri Makanan dan Minuman


Industri Alat Angkutan
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Sumber: BPS, 2018

Nilai dari Industri makanan dan minuman menunjukan tren yang meningkat dari tahun
2014 sampai tahun 2018. Pada tahun 2014, nilai dari industri makanan telah mencapai 117
triliun rupiah dan di tahun 2018, sektor industri makanan dan minuman telah meningkat dan
mencapai 165 triliun rupiah.

9
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Grafik 9. CCAGR Industri Indonesia 2014-2018

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional


Industri Barang Logam; Komputer,
Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
Industri Alat Angkutan

Industri Makanan dan Minuman

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5

Nilai CAGR dari Industri makanan dan minuman juga merupakan yang tertinggi jika
dibandingkan dengan empat industri lainnya. Pada periode 2014 sampai 2018 dengan data
kuartalan, nilai CAGR dari industri makanan dan minuman mencapai 2,92 persen, disusul oleh
industri alat angkutan sebesar 1,48 persen dan Industri Barang Logam; Komputer, Barang
Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik sebesar 1,32 persen. Kontribusi dari Industri Makanan
dan Minuman terhadap nilai dari PDB Industri Pengolahan non-migas selalu menjadi yang
terbesar dari tahun 2014 sampai tahun 2018.

Grafik 10. Kontribusi Industri terhadap Industri Pengolahan Non Migas 2014-2018 (%)

40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
an

n
an
-I

-II

-IV

-I

-II

-IV

an

-I

-II

-IV

-I

-II

I
-IV

-IV
na
-II

-II

-II

-II
un
14

15

16

17
un

un
14

15

16

17

hu
14

15

16

17
14

15

16

17

18
20
20

20
20

20
20

20
20

20
Ta

Ta
20
20

20
20

20
20

20
20

Ta

Ta

Industri Makanan dan Minuman


Industri Alat Angkutan
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018 diolah

Pada Triwulan-I 2014, kontribusi dari industri makanan dan minuman terhadap industri
pengolahan non migas mencapai 29,70 persen. Jika dilihat dari tren secara keseluruhan,
kontribusi dari industri makanan dan minuman terhadap industri pengolahan non migas
menunjukan peningkatan. Pada Triwulan-I 2018, industri makanan dan minuman berkontribusi
terhadap total industri pengolahan non migas sebesar 34,65 persen. Industri makanan dan
minuman berada jauh diatas kontribusi industri alat angkutan terhadap industri non migas yang
sebesar 10,74 persen, industri barang logam, computer, barang elektronik, optik dan peralatan
listrik sebesar 10,44 persen, industri kimia dan farmasi sebesar 8,95 persen, beserta industri
tekstil dan pakaian jadi 6,31 persen

10
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Grafik 11. Ekspor Industri 2012-2016 (Ribuan US$)


40.000.000,00

30.000.000,00

20.000.000,00
10.000.000,00

0,00
2012 2013 2014 2015 2016
Industri Makanan
Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
Industri Logam Dasar
Industri Pakaian Jadi
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

Sumber: Kemenperin, 2018

Dari segi ekspor, industri makanan dan minuman memiliki nilai ekspor terbesar
dibanding industri lainnya. Pada tahun 2012, nilai ekspor dari industri makanan telah mencapai
USD 28,1 miliar, namun nilai ekspor di tahun 2016 justru menurun hingga menjadi USD 26,2
miliar. Pada periode 2012 sampai 2016, ekspor industri makanan dan minuman tertinggi
berada di tahun 2014 hingga mencapai USD 29,5 miliar.

Grafik 12. Ekspor Industri Makanan dan Minuman 2012-2016 (Ribuan US$)
20.000.000,00

15.000.000,00

10.000.000,00

5.000.000,00

0,00
2012 2013 2014 2015 2016

Minyak Kelapa Sawit


Udang Dibekukan
Minyak Kelapa
Mentega, Lemak dan Minyak Kakao
Margarin
Sumber: Kemenperin, 2018

Lima besar ekspor yang berkontribusi terhadap tingginya ekspor makanan dan
minuman adalah ekspor minyak kelapa sawit, ekspor udang dibekukan, ekspor minyak kelapa,
ekspor mentega, lemak dan minyak kakao dan ekspor margarin. Ekspor minyak kelapa sawit
menjadi kontributor utama dari tingginya industri dengan nilai USD 18 miliar di tahun 2012 dan
turun menjadi USD 15,9 miliar di tahun 2016. Grafik diatas menunjukan terdapat ketimpangan
antara nilai ekspor dari minyak kelapa sawit dan nilai ekspor dari industri makanan dan minuman
lainnya. Sebagai contoh ekspor dari minyak kelapa sawit di tahun 2016 mencapai USD 15,9
miliar dan nilai ekspor udang dibekukan hanya mencapai USD 1,2 miliar.

11
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Dapat disimpulkan bahwa sebagai kontributor utama dari industri pengolahan non
migas Indonesia, industri makanan dan minuman masih terlalu bergantung kepada industri
minyak sawit. Diversifikasi dari berbagai produk industri makanan dan minuman diperlukan agar
nilai tambah dari industri makanan dan minuman semakin besar. Untuk melakukan hal tersebut,
industri makanan dan minuman harus menciptakan berbagai produk baru. Disinilah peran dari
industri 4.0 untuk menciptakan berbagai produk baru dengan memanfaatkan peran teknologi.
Sektor industri makanan dan minuman Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang
besar karena didukung oleh sumber daya pertanian yang berlimpah dan permintaan domestik
yang besar (Kemenperin, 2018). Menurut Kemenperin (2018) tantangan dari industri
makanan dan minuman adalah fragmentasi karena konsentrasi tenaga kerja di sektor Usaha
Kecil Menengah (UKM) Makanan dan Minuman mencapai 80 persen, produktivitas pertanian
yang buruk di hulu, infrastruktur yang terbelakang, meningkatnya masalah keamanan pangan
dan penerapan teknologi yang terbatas di segmen UKM.

Bagaimana Industri 4.0 Dapat Menguntungkan Industri Makanan


dan Minuman?

Berbagai teknologi di industri 4.0 dapat menguntungkan bagi industri manufaktur,


termasuk industri makanan dan minuman Indonesia. Adanya industri 4.0 akan membawa
sistem manufaktur next-generation yang memungkinkan adanya pengambilan keputusan yang
lebih smart dan real time. Penggunaan cloud to access, penyimpanan data yang terintegrasi
akan menolong dalam berbagai pengambilan keputusan bisnis dibanding hanya bergantung
pada data historis. Sebagai contoh, mesin yang pintar dengan memanfaatkan AI dapat
berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga mampu meningkatkan efisiensi dari
rantai pasok pada industri makanan dan minuman. Mesin pintar AI juga mampu melakukan
diagnosa sendiri jika menemukan masalah di sistem sehingga mampu mengurangi berbagai
waktu perbaikan, meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan dari konsumen.
Terdapat tiga teknologi yang dapat digunakan di industri makanan dan minuman yaitu AI,
Augmented Reality/Virtual Reality dan Big Data.
A. Artificial Intelligence dan Industri Makanan dan Minuman
Berbagai permintaan konsumen di industri makanan dan minuman berkembang secara
masif. Untuk memastikan permintaan konsumen dapat terpenuhi, AI dapat berperan. AI dapat
mengurangi berbagai human error dan meningkatkan kualitas sehingga barang yang diproduksi
dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Menurut Lori Mitchell-Keller, global manajer dari
industri konsumen di SAP, kunci aplikasi dari AI yang dapat memberikan dampak positif
terhadap proses front dan back-end dari perusahaan makanan dan minuman yang meliputi:
1 Shelf Management. Perusahaan makanan dan minuman dapat menggunakan AI unutk
melakukan automatisasi dalam manajemen pergudangan. Sebagai contoh, seorang
pegawai dapat mengambil foto dari lemari makanan, selanjutnya machine learning akan
memproses sendiri bahan makanan apa yang tidak ada di lemari tersebut atau salah
ditaruh ditempat, sehingga pegawai tersebut dapat langsung melakukan restock.

12
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

2 Image-Based Procurement. AI dan teknologi image-recognition dapat mempermudah


proses penyediaan barang dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan
pesanan.
3 Personalized Customer Service. Peran dari Customer Service dapat digantikan dengan
menggunakan chatbot. Perusahaan dapat membuat customer service yang khusus
untuk masing-masing konsumen dengan memperhatikan pola belanja dari konsumen
tersebut.

B. Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR) dan Industri Makanan dan Minuman


Saat ini penggunaan AR/VR telah dapat diaplikasikan di dalam berbagai industri.
AR/VR memiliki peran di dalam industri makanan dan minuman. Fokus dari pengembangan
AR/VR meliputi sumber daya manusia beserta pengalaman konsumen berinteraksi dengan
produk makanan. Pertama terkait dengan sumber daya manusia, AR/VR dapat memberikan
pelatihan kepada pekerja secara langsung tanpa mengeluarkan biaya terlalu banyak. Sebagai
contoh, virtual reality dapat digunakan untuk menciptakan visual dunia yang detail, sehingga
pekerja seakan berlatih di dunia nyata. Dalam industri makanan dan minuman, Perusahaan
Walmart telah menerapkan sistem ini. Pelatihan dari Walmart mencoba menghadirkan virtual
reality untuk mengatur atau bagaimana menghadapi situasi ketika konsumen begitu ramai dan
banyak di masa liburan.
Dalam konteks interaksi dengan manusia, AR/VR dapat berperan di dalam industri
makanan dan minuman. Teknologi AR/VR dapat emberikan berbagai informasi di dalam karuds
makanan, bahkan hasil dari AR/VR tersebut dapat berinteraksi dengan manusia. Sebagai
contoh Perusahaan Nestle menggunakan karakter dari film “Rio” untuk permainan AR di 26
juta kotak boks. Bayangkan jika karakter tersebut dapat berinteraksi dengan kita dan dapat
memberitahu berbagai informasi di dalam kotak makanan tersebut. Hal tersebut tentunya
memberikan nilai tambah bagi industri makanan dan minuman.
C. Big Data dan Industri Makanan dan Minuman
Big Data telah merevolusi berbagai bisnis dan industri di seluruh dunia. Industri
makanan dan minuman merupakan industri yang dapat meraup keuntungan yang sangat
banyak dengan kehadiran dari big data. Aplikasi big data di dalam industri makanan dan
minuman sangat ekstensif, dari produksi sampai pelayanan konsumen, semua dapat
dioptimalisasi. Berikut adalah pengaplikasian big data di industri makanan dan minuman.
Pertama adalah on-time delivery. Kehadiran big data di industri makanan dan minuman dapat
mengumpulkan berbagai informasi seperti cuaca, ruta, lalu lintas jalan dan sebagainya sehingga
dapat memberikan estimasi yang tepat dalam pengantaran barang. Big data bahkan dapat
memprediksi bagaimaa dampak dari berbagai faktor diatas terhadap kualitas dari makanan.
Kedua adalah analisis sentimen. Big data dapat membaca, mengawasi dan menganalisis
bagaimana perasaan konsumen terhadap barang yang dikonsumsi melalui media sosial. Dengan
menggunakan teknik seperti natural language processing, big data dapat membaca emosi
konsumen dan selanjutnya memberikan skor mengenai sentimen konsumen tersebut. Ketiga,
menjaga kualitas barang. Big data dapat melakukan analisis bahan yang digunakan di dalam
pembuatan makanan atau minuman. Berbagai faktor bahan makanan atau minuman yang
digunakan dapat dianalisis sehingga perubahan rasa dari makanan atau minuman dapat
diprediksi. Selanjutnya, hal ini akan menjaga kualitas dari barang tersebut.

13
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Implementasi Industri 4.0 di Industri Makanan dan Minuman Indonesia


Beberapa perusahaan di Indonesia telah melakukan implementasi industri 4.0 di sektor
industri makanan dan minuman. Hal tersebut tentu baik mengingat berbagai perusahaan
tersebut dapat menjadi pilot project yang menginspirasi perusahaan lainnya. Beirkut adalah
beberapa perusahaan yang telah mengimplementasi industri 4.0 dari database Kementerian
Perindustrian Indonesia.
Tabel 2. Implementasi Industri 4.0 di Indonesia

Perusahaan Profil Implementasi Industri 4.0


PT. Coca Cola Produsen minuman ringan yang Program digitalisasi di area supply chain
Amatil Indonesia memproduksi minuman ringan dan pelayanan penjualan, dari produk
berkarbonisasi, jus, the, minuman dikembangkan sampai lokasi penjualan
isotonik, air minum dalam sehingga menghasilkan informasi yang
kemasan, dan minuman berenergi akurat (real time) mengenai proses
output, biaya dan pelayanan

PT. Nestle Produsen makanan dan minuman Sistem control inline dari proses
Indonesia terbesar produksi, sistem filling dan packing
secara otomatis. Proses produksi
tersebut menjamn keamanan pangan
dan kualitas produk.
PT. Mayora Perusahaan PMDN yang Pemeriksaan kualitas proses lini
menghasilkan produk makanan produksi meliputi pemeriksaan pada
dan minuman saat penerimaan bahan, pemeriksaan
pemasok bahan, pemeriksaan proses
produksi, pemeriksaan akhir pada
barang jadi, dan tes evaluasi sensorik

PT. Unilever Produsen Fast Moving Consumer Un i l e v e r m e n g g u n a k a n D i g i t a l


Indonesia Goods termasuk produk makanan Logistics , yaitu platform digital
dan minuman otomatis yang terintegrasi dengan
semua pihak yang terlibat dalam proses
distribusi barang (mulai dari
pergudangan, transportasi,
pelabuhan/stasiun dan
distributor/toko).

Sumber: Kemenperin, 2018

14
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

Perusahaan yang telah mengimplementasikan berbagai teknologi di industri 4.0


berperan penting bagi industri makanan dan minuman Indonesia. Diharapkan terjadi transfer
teknologi dari berbagai perusahaan tersebut kepada perusahaan lokal di sekitar. Dari beberapa
contoh perusahaan diatas, teknologi industri 4.0 yang paling sering digunakan adalah
otomatisasi yang berfokus kepada proses produksi dan distribusi dari barang. Penggunaan Big
data dan AR/VR masih belum banyak diterapkan di industri makanan dan minuman Indonesia.
Pemerintah telah menyiapkan strategi untuk menyiapkan industri makanan dan minuman di
era industri 4.0 Pada laporan brief (2018) dari Making Indonesia 4.0, berbagai strategi untuk
industri makanan dan minuman untuk menyambut revolusi industri 4.0 adalah

1 Mendorong produktifitas di sektor hulu yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan,


melalui penerapan dan investasi teknologi canggih seperti sistem monitoring otomatis
dan autopilot drones.

2 Karena lebih dari 80% tenaga kerja di industri ini bekerja di UMKM, termasuk petani dan
produsen skala kecil, Indonesia akan membantu UMKM di sepanjang rantai nilai untuk
mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi dan pangsa pasar
mereka.

3 Berkomitmen untuk berinvestasi pada produk makanan kemasan untuk menangkap


seluruh permintaan domestik di masa datang seiring dengan semakin meningkatnya
permintaan konsumen.

4 Meningkatkan ekspor denga memanfaatkan akses terhadap sumber daya pertanian dan
skala ekonomi domestik.

KESIMPULAN
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu penopang dunia perindustrian
Indonesia. Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa peran penting industri makanan dan
minuman dapat dilihat dari kontribusinya yang terus konsisten dan signifikan terhadap produk
domestik bruto (PDB), industri non migas dan peningkatan realisasi investasi. Dengan alasan
tersebut, Industri makanan dan minuman menjadi industri prioritas dalam menyambut industri
4.0 di Indonesia.
Teknologi di industri 4.0 dapat menguntungkan industri makanan dan minuman.
Penggunaan AI, AR/VR, Big Data dan Otomatisasi dapat berdampak positif terhadap industri
makanan dan minuman. AI dan Big data dapat berperan dalam memberikan masukan agar para
pengusaha atau stakeholder terkait dapat mengambil keputusan yang lebih baik. AR/VR dapat
menghemat biaya pelatihan tenaga kerja beserta memberikan pelatihan tenaga kerja yang lebih
optimal. Otomatisasi akan meningkatkan efisiensi dari perusahaan dan dapat mengurangi
biaya. Selanjutnya, pemerintah dan swasta harus bekerja sama dalam menyambut industri 4.0,
sehingga industri makanan dan minuman Indonesia siap bersaing di dunia global.

15
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

DAFTAR PUSTAKA
Boston Consulting Group. 2015. Industry 4.0 The Future of Productivity and Growth in
Manufacturing Industries.

Foodtabletv. 2018. The New Ways Food and Beverage Companies are Using AI diakses pada
20 Juli 2018 https://www.foodabletv.com/blog/2018/5/31/the-new-ways-food-and-
beverage-companies-are-using-ai

Kemenperin. 2017. Industy 4.0 Tingkatkan Produktivita, Tenaga Kerja dan Pasar diakses pada
19 Juli 2018 http://www.kemenperin.go.id/artikel/17503/Industry-4.0-Tingkatkan-
Produktivitas,-Tenaga-Kerja,-dan-Pasar

Kemenperin. 2018. Brief Making Indonesia 4.0.

Kemenperin. 2018. Kebijakan Sektor Industri Makanan dan Minuman dalam Rangka
Implementasi Roadmap Industri 4.0

Newgenapps. 2017. 7 Uses Big Data in Food and Beverage Industry. Diakses pada 22 Juli 2018
pada https://www.newgenapps.com/blog/7-uses-of-big-data-in-food-and-beverages-
industry

Techcrunch.com. 2017. How Augmented and Virtual Reality will Reshape the Food Industry
diakses pada 21 Juli 2018 https://techcrunch.com/2017/12/25/how-augmented-and-
virtual-reality-will-reshape-the-food-industry/

Tetrapak. 2017. Industry 4.0 Opening a door to New Opportunities for the Food and
Beverages. Diakses pada 23 Juli 2018 pada
https://assets.tetrapak.com/static/fr/documents/industry4_whitepaper.pdf

World Economic Forum (WEF). 2016. The Fourth Industrial Revolution diakses pada 18 Juli
2018 pada https://www.weforum.org/about/the-fourth-industrial-revolution-by-klaus-
schwab

16
Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0
Reza Bangun Mahardika

PROFIL PENULIS
Reza Bangun Mahardika mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. Sejak tahun 2017,
Reza telah aktif di dalam berbagai proyek dan lembaga penelitian. Sebelum bergabung di Forbil
Institute, Reza pernah menjadi asisten peneliti di Mandiri Macroeconomic Dashboard FEB
UGM. Reza memiliki ketertarikan di bidang ekonomi pembangunan, ekonomi sumberdaya
manusia dan industri 4.0

17
REZA
BANGUN
MAHARDIKA

MENGENAL
INDUSTRI MAKANAN
DAN MINUMAN
DI ERA INDUSTRI 4.0

Anda mungkin juga menyukai