LAPORAN KASUS
Identitas pasien :
Nama : Ny. Y
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Jl. Lubuk Alung, Rumbai
Tanggal masuk RS : 20 Juli 2019
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Muntah lebih dari 10 kali/hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
1
- Riwayat maag (-)
- Riwayat penyakit darah tinggi dan jantung (-)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Nafas : 20 x/menit
- Suhu : 37,1 oc
- Keadaan gizi : BB = 50 kg TB = 150 cm , IMT : 22,22
Thorax
Paru:
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simmetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
2
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangan paru
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri : SIK V Linea midklavikula sinistra
Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), scar (-)
Auskultasi : Bising usus normal, frekuensi 8 kali/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Perut supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-)
Diagnosis Kerja
Gastropati diabetikum + DM tipe II + Vomitus
Diagnosis Banding
1. Ketoasidosis diabetikum
2. GERD
Usulan Pemeriksaan
1. Darah rutin
2. GDS
3. EKG
3
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium (20 Juli 2019)
darah rutin :
Hb : 13 gr %
Ht : 39 %
Leukosit : 8500/ µL
PLT : 227 x 103/ µL
Kimia darah :
- GDS : 364 gr/dl
Interpretasi : Irama reguler, Sinus ritme, axis normal, HR 100x/menit, gel P lebar
dan tinggi < 2,5 mm, interval PR 0,12 s, kompleks QRS 0,08 s, ST isolektrik.
Kesan : Tidak ada kelainan.
Resume
- Ny. Y datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
hari SMRS. Muntah berisi makanan, frekuensi >10 kali/hari dan volume ± 1
gelas aqua tiap muntah. Nyeri pada ulu hati (+), kembung (+), perut terasa
penuh (+) dan sensasi cepat kenyang (+). Riwayat DM sejak 10 tahun yang
lalu, Pasien tidak teratur mengonsumsi obat.
- Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan GDS = 364 gr/dl.
4
Diagnosis Akhir
Gastropati diabetikum + DM tipe II + Vomitus
Rencana Penatalaksanaan:
- IVFD Ringer Lactat guyur 500 cc IVFD NaCl 20 tpm
- Diet Makanan Lunak
- Inj. Omeprazole 1 amp/12 jam
- Inj. Ondansentron 4mg/8jam
- Paracetamol 500 mg 4x1
- Antasida syrup 3x1
- Novorapid 3x8 intraunit
Follow Up
5
Tanggal 22 Juli 2019
S : Muntah berkurang frekuensi ± 1 kali, Nyeri ulu hati berkurang, nafsu
makan sudah mulai membaik.
O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Vital sign : TD 120/70 mmhg, Nadi 88x/menit, RR 202menit, T 36,5C
Inspeksi : perut datar, venektasi (-), scar (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
A : Gastropati Diabetikum + DM Tipe II + Vomitus
P :
- Antasid syr 3x1
- Paracetamol tab 4 x 500mg
- Novorapid 3x8 intraunit
- Lansoprazole tab 2 x 30 mg
- Domperidone tab 3 x 10 mg
- Pasien boleh pulang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
2.1.Definisi
2.2 Klasifikasi
7
2.3 Patogenesis
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2 Belakangan
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya
gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.
Gambar-1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis
hiperglikemia pada DM tipe 2.
8
meningkat. Obat yang bekerja adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
3. Otot:
4. Sel lemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari
insulin,menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak
bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di
liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang
disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja
dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding
kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin
ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan
GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga
gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan
defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin
segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja
dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah
kelompok DPP-4 inhibitor.
9
6. Sel Alpha Pancreas:
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia
dan sudah diketahui sejak 1970. Sel- berfungsi dalam sintesis glukagon
yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara
signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi
glukagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4
inhibitor dan amylin.
7. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM
tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh
persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2
(Sodium Glucose co- Transporter) pada bagian convulated tubulus
proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1
pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa
dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2.
Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan
kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat
urine. Obat yang bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin
adalah salah satu contoh obatnya.
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang
merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan
ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang
juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis,
amylin dan bromokriptin.
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
10
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL dengan keluhan klasik
11
HbA1c Glukosa Glukosa plasma 2
(%) darah jam setelah TTGO
puasa (mg/dL)
(mg/dL)
12
sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok prediabetes
pemeriksaan diulang tiap 1 tahun.
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM.
13
aman dan teratur.
Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan
pengobatan.
Melakukan perawatan kaki secara berkala.
Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut dengan tepat.
Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak
keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang DM.
2.5.2 Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah
sebagai berikut:
14
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
Umur
1. Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap dekade
antara 40 dan 59 tahun.
2. Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.
3. Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.
Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolik (sepsis,
operasi, trauma).
Berat Badan
1. Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20- 30%
tergantung kepada tingkat kegemukan.
2. Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
3. Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk
wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.
15
Menekan produksi
Dispepsia,
glukosa hati &
Metformin diare, asidosis 1,0-2,0%
menambah sensitifitas
laktat
terhadap
Insulin
Penghambat Menghambat absorpsi Flatulen, tinja 0,5-0,8%
Alfa- glukosa lembek
Glukosidase
Menambah
Tiazolidindion Edema 0,5-1,4%
sensitifitas terhadap
insulin
16
Padonil 5
Glipizide Glucotrol- 5-10 5-20 12-16 1
XL
Diamicro 30-60 30-120 24 1
n
MR
Diamicro
Gliclazid n
e Glucored Sebelu
Sulphonylr Linodiab 80 40-320 10-20 1-2 m
ea Pedab makan
Glikamel
Glukolos
Meltika
Glicab
Gliquido Glurenor 30 15-120 6-8 1-3
ne m
Actaryl 1-2-3-4
Amaryl 1-2-3-4
Diaglime 1-2-3-4
Gluvas 1-2-3-4
Metrix 1-2-3-4
Pimaryl 2-3
Glimepir Simryl 2-3 1-8 24 1
ide Versibet 1-2-3
Amadiab 1-2-3-4
Anpiride 1-2-3-4
Glimetic 2
Mapryl 1-2
Paride 1-2
Relide 2-4
17
Velacom 2-3
2
/Velacom
3
Glucopha 500-
ge 850-
1000
Glucotika 500-850
18
Glufor 500-850
Glunor 500-850
Heskopaq 500-850
Nevox 500
Glumin 500
Glucopha
500-750
Metform ge 500-2000 24 1-2
in XR XR
Glumin
XR
Glunor 500
XR
Nevox
XR
Vildaglip Galvus 50 50-100 12-24 1-2 Tidak
Penghamb tin ber-
at DPP-IV Sitaglipti Januvia 25-50- 25-100 gantung
n 100 24 1 jadwal
19
in
Glimepir 1/250
Amaryl 1-2
ide+ 2/500
M
Metform
Mengatu
in
r dosis
15/500
Obat mak- Bersama
Pionix-M 15/850 18-24 1-2
kombinasi simum /sesudah
Pioglita
tetap masing- makan
zone + Actosmet 15/850 1-2
masing
Metfor
kom-
min
ponen
Sitaglipti 50/500
n + Janumet 50/850 2
Metform 50/1000
in
Vildaglip 50/500
Metform t 50/1000
in
Saxaglip Kombigl
tin + yze XR 5/500 1
Metform
in
Metform 2,5/1000
in
20
2.5.4 Obat Antihiperglikemi Suntik
21
Insulin manusia campuran (Human Premixed)
70/30 Humulin®
(70% NPH, 30% 30-60
reguler) menit 3–12 jam
70/30 Mixtard®
(70% NPH, 30%
reguler)
22
Algoritme Pengelolaan DM tipe 2
23
2.6 Kriteria Pengendalian DM :
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,5 - < 23*
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140 (B)
Tekanan darah diastolik (mmHg) <90 (B)
Glukosa darah preprandial 80-130**
kapiler (mg/dl)
Glukosa darah 1-2 jam PP kapiler <180**
(mg/dl)
HbA1c (%) < 7 (atau individual) (B)
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 (<70 bila risiko KV
sangat
tinggi) (B)
Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki: >40; Perempuan:
>50
(C)
Trigliserida (mg/dl) <150 (C)
24
dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah
peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolestrol HDL,
sedangkan kadar kolestrol LDL normal atau sedikit meningkat.
3. Perubahan perilaku yang yang ditujukan untuk pengurangan asupan
kolestrol dan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat
memperbaiki profil lemak dalam darah.
4. Terapi farmakologis perlu dilakukan sedini mungkin bagi penyandang
diabetes yang disertai dislipidemia
Sasaran terapi:
Pada penyandang DM, target utamanya adalah penurunan LDL.
Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular, target
LDL < 100 mg/dl.
Pasien DM dengan usia lebih dari 40 tahun dan memiliki satu atau lebih
faktor risiko penyakit kardiovaskular (riwayat keluarga dengan penyakit
kardiovaskular, hipertensi, merokok, dislipidemia, atau albuminuria)
dianjurkan diberi terapi statin.
Pasien dengan usia kurang dari 40 tahun dengan resiko penyakit kardiovaskular, gagal
dengan perubahan gaya hidup dapat diberikan terapi farmakologi.
25
Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi.
Tekanan darah sistolik <140 mmHg dan (B) dan tekanan darah diastolik
<90 mmHg (B).
3. Pengelolaan:
Non-farmakologis:
Modifikasi gaya hidup: menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas
fisik, menghentikan merokok dan alkohol serta mengurangi konsumsi garam
(B).
Farmakologis:
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan :
o Penyekat reseptor angiotensin II
o Penghambat ACE
o Penyekat reseptor beta selektif dosis rendah
26
o Kombinasi penghambat ACE (ACEi) dengan penyekat reseptor
angiotensin II (ARB) tidak dianjurkan
o Pemberian diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti
memperburuk toleransi glukosa
o Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah
tercapai
o Tekanan darah yang terkendali setelah satu tahun pengobatan, dapat
dicoba menurunkan dosis secara bertahap.
2.7.3 Obesitas pada Diabetes Melitus
1. Makroangiopati
Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner
Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah
nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat (claudicatio
intermittent), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik
pada kaki merupakan kelainan yang dapat ditemukan pada penderita.
Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke hemoragik
2. Mikroangiopati
Retinopati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
atau memperlambat progresi retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah
timbulnya retinopati
Nefropati diabetik
o Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
27
atau memperlambat progres inefropati.
o Untuk penderita penyakit ginjal diabetik, menurunkan asupan
protein sampai di bawah 0.8gram/kgBB/hari tidak
direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko kardiovaskuler
dan menurunkan GFR.
Neuropati
28
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita usia 58 tahun, datang dengan keluhan mual dan muntah
sejak 1 hari SMRS. Muntah berisi makanan, frekuensi >10 kali/hari dan volume ±
1 gelas aqua tiap muntah. Keluhan nyeri pada ulu hati, kembung perut terasa
penuh dan sensasi cepat kenyang juga dialami pasien. Riwayat DM sejak 10 tahun
yang lalu, Pasien tidak teratur mengonsumsi obat. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan epigastrium. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
GDS = 364 gr/dl.
Pasien didiagnosis menderita gastropati diabetikum karena mengalami
gejala-gejala saluran cerna atas seperti mual, muntah dan cepat kenyang, biasanya
terjadi pada penderita diabetes yang sulit mencapai kendali gula darah yang baik.
Diagnosis banding GERD dapat disingkirkan karena tidak ada sensasi terbakar
pada dada pasien, sulit menelan dan tidak ada konsumsi alkohol dalam jangka
waktu lama.
Penatalaksaan pada kasus ini, keadaan umum pasien stabil dan tidak
didapatkan adanya tanda-tanda dehidrasi. Adapun tujuan penatalaksanaan
gastropati diabetikum adalah memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi
dan membantu pengendalian kadar gula darah. Tatalaksana nonfarmakologi
berupa penyesuaian diet, yang dianjurkan adalah porsi kecil namun sering, dengan
kadar lemak dan serat yang rendah dan tetap menjaga asupan kalori yang cukup.
Penggunaan obat-obat prokinetik untuk meningkatkan kecepatan pengosongan
lambung merupakan pendekatan paling efektif dalam pengobatan penderita
gastropati diabetikum.
Adapun indikasi insulin pada pasien ini yaitu penderita DM yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau
ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin. Selain itu pasien sudah
mengonsumsi obat hiperglikemi oral selama 10 tahun dan tidak teratur dalam
pengobatan. Adapun kebutuhan Insulin Harian Total (IHT) pada pasien ini yaitu
29
0,5 unit x 50 kg = 25 unit. Idealnya pemberian insulin sesuai dengan keadaan
fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali
dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi
insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita
selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis. Pada pasien ini diberikan
insulin prandial analog kerja cepat yaitu Novorapid 3x8 unit.
30
DAFTAR PUSTAKA
31