SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi
sebahagian persyaratan mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Mengetahui,
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala pemilik seluruh alam semesta,
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan lancar dan sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi
umatNya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Ekstrak Etanol Batang Sernai (Wedelia
biflora) Secara Topikal Pada Ekor Mencit (Mus musculus) yang Diberi Induksi
kasih yang tidak terhingga kepada Dr. drh. Rinidar, M.Kes. dan drh. M.Isa, M.Si.
selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari
menyampaikan terima kasih kepada Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si. selaku dosen
wali yang telah memberi saran dan motivasi dalam perkuliahan, juga kepada
dosen penguji Dr. drh. Amalia Sutriana, M.Sc. dan drh. Abdullah Hamzah, M.Si.
atas masukan, arahan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yaitu
iv
v
Dr. drh. Muhammad Hambal dan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Dr. drh. Ummu
Balqis, M.Si.
kepada Ayahanda Drs. Masri dan Ibunda Yulmahensih S.PKP., serta adik-adik
saya Shella Dilvia, Tri Rizki Wulandari, Raisul Annadhif serta keluarga besar
yang saya sayangi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
baik secara dukungan materi, moral, dan spritual, sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi.
bisa saya sebutkan satu persatu, penulis sangat bersyukur atas kesempatan untuk
waktu dan dukungan yang diberikan kepada satu sama lain dalam proses
pembuatan skripsi. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada
laboran farmakologi Rahmad Bachtiar, S. Si dan drh. Wahyu Fernanda yang telah
Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Semoga Allah
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
vi
vii
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
BIODATA 37
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rata-rata (±SD) luas luka memar berdasarkan waktu pengamatan 16
8. Analisis data 27
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Wedelia biflora 4
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Waktu pengamatan penyembuhan luka memar (selama 6 hari) 25
2. Analisis data 27
x
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BATANG SERNAI
(Wedelia biflora) SECARA TOPIKAL PADA EKOR
MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI
INDUKSI LUKA MEMAR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak etanol batang sernai
(Wedelia biflora) (EEBS) sebagai obat luka memar. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), dibagi atas 5 kelompok perlakuan, kontrol negatif
(KN), kontrol positif (KP) yang diberi piroksikam 0,5%, kelompok perlakuan
(K1, K2, dan K3) yang berturut-turut diberi ekstrak dengan konsentrasi 10%, 20%
dan 40%, setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit (Mus musculus). Luka memar
diamati selama 6 hari hingga mengecilnya luas luka memar (panjang x lebar).
Data dianalisis menggunakan uji ANOVA 2 arah pola faktorial. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa ekstrak batang sernai dengan berbagai konsentrasi
berbeda sangat nyata (P<0,01). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak batang
sernai mampu mempercepat proses penyembuhan luka memar.
xi
The Effect of Topical Aplication of Etanol Extract of Sernai Stems
(Wedelia biflora) on Induced Bruise on Mice (Mus musculus)
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out potency of etanol extract of
Wedelia biflora stems (EEBS) as bruised medicine. Completely randomized
design (CDR), divided into 5 groups of treatments which are negative
control(NC), positif control (PC) by using 0.5% piroxycam, treatment group
(K1,K2, and K3) were extracted with 10% and 40%, each groups consisted of 3
mice (Mus musculus). The bruising wounds was observed for 6 days until the
bruised wounds seized (long x wide). The data were analyzed by the used of
ANOVA two way pattern factorial test. The result of the treatments showed that
the extracted of the stems with different concentration was very significant
(P<0.01). It was concluded that the administration of the extract of the stems
could accelerate the healing process of bruising.
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
jaringan tubuh (Lindyanasari, 2016). Luka dpat disebabkan oleh faktor mekanik,
fisik dan kimia. Berdasarkan mekanisme terjadinya, luka terbagi menjadi luka
memar, luka insisi, luka tusuk, luka gores, luka tembus, luka bakar dan luka lecet
(Nugroho dan Yulianti, 2016). Luka memar merupakan respon inflamasi yang
nyeri akibat dari trauma benda tumpul dan merupakan salah satu kasus yang
sering ditangani oleh dokter dengan tujuan untuk penyembuhan maupun untuk
(Afrianti dkk., 2014) yang diterima oleh reseptor nyeri yang terdapat di seluruh
jaringan dan organ tubuh, kecuali sistem saraf pusat (SSP) (Tjay dkk., 2008).
Munculnya rasa nyeri ini merupakan suatu respon fisiologis sebagai mekanisme
Penyembuhan rasa nyeri yang diakibatkan oleh luka memar dengan obat-
obat kimia dapat menimbulkan efek samping yang menyebabkan masalah baru
2013), seperti penggunaan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat dijadikan sebagai
1
2
mencit yang diinduksi ovalbumin (Rinidar dkk., 2005). Sedangkan perasan dari
batangnya yang masih muda untuk mengobati luka dan bisul (Afnidar, 2014).
senyawa flavonoid yang dapat membantu proses penyembuhan luka (Uli dkk.,
biflora) (EEBS) secara topikal pada mencit (Mus musculus) yang diberi induksi
nyeri memar pada ekor belum pernah dilakukan oleh sebab itu penelitian ini
Rumusan Masalah
secara topikal pada mencit (Mus musculus) yang diberi induksi luka memar pada
ekor?
3
Tujuan Penelitian
batang sernai (Wedelia biflora) (EEBS) secara topikal pada mencit (Mus
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
batang sernai (EEBS) yang diberikan secara topikal terhadap penyembuhan luka
memar pada mencit dan sebagai alternatif pengobatan luka memar berbahan
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Sernai
Sernai (Wedelia biflora) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili
Asteraceae. Tumbuhan ini dapat di temukan di Afrika tropis ke arah timur India
dan Indo-China hingga Jepang dan ke bagian selatan dari Malaysia ke Australia
dan Polinesia bagian barat. Di Indonesia, terdapat 4 jenis jenis tamanan Wedelia,
antara lain (Wedelia triobata, Wedelia montana, Wedelia chinensis (oosbek) dan
4
5
ketiak daun, kadang muncul di ujung batang, kelopak berbentuk cawan, mahkota
berlepasan berwarna kuning terang. Buahnya adalah buah buni, berbentuk bulat
telur dan berwarna hitam. Bijinya juga berbentuk bulat telur dan berwarna hitam
2007).
terpenoid, saponin, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder adalah
pelindung tumbuhan (Aksara, 2013). Tanin salah satu komponen yang banyak
terdapat dalam ekstrak tanaman yang bersifat antioksidan dan berperan dalam
senyawa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid serta asam lemak palmitat 35,31%.
dan asam lemak palmitat 35,31% yang diuji dengan Kromatografi Gas-
antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan
baku atau bahan tambahan dalam industri farmasi dan makanan maupun minuman
sebagai pemacu sistem saraf, menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi
Asam lemak adalah bahan baku dasar untuk berbagai aplikasi yang
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi alkohol lemak, amin lemak dan
ester lemak. Asam lemak juga digunakan dalam penyusunan berbagai macam
produk, seperti sabun, deterjen, surfaktan, pelumas, plasticizers, cat, coating, obat-
dkk., 2011). Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang
memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu 64°C. Kandungan asam
palmitat yang tinggi ini membuat tumbuhan lebih tahan terhadap oksidasi
triterpenoid memiliki sifat antibiotik dan anti fungi (Mwine dan Damme, 2011).
7
Perasan dari batang yang masih muda digunakan untuk mengobati luka dan bisul.
Air rebusan batang dan daunnya digunakan sebagai obat gatal–gatal, penurun
(Yoganandam dkk., 2009), antidermatitis akibat reaksi alergi (Rinidar dkk., 2005),
antipiretik (Rinidar dkk., 2014), antinyeri (Ali dkk., 2016), antiplasmodium (Isa
Luka Memar
Luka memar merupakan cedera pada jaringan di bawah kulit yang dapat
Kondisi tersebut dapat merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam
warna kulit (Suriadi, 2015). Kata memar juga sering digunakan dengan istilah
hematoma dan ecchymosis (ecchymoma), selain itu kontusi juga merupakan istilah
lain yang sering digunakan, terutama yang berhubungan dengan trauma internal
(Vanezis, 2001).
Memar terjadi saat bagian tubuh terbentur atau terkena trauma yang
menyebabkan serabut otot dan jaringan ikat di bawahnya hancur tapi kulit tidak
pecah (Robin dkk., 2015). Beberapa penyakit bisa menyebabkan memar walaupun
8
Memar paling mudah terjadi pada daerah yang berkulit tipis dan memiliki
banyak lemak (Vanezis, 2001). Pada bagian tubuh yang jaringannya longgar,
cedera ringan bisa menyebabkan memar yang luas. Pada jaringan tubuh lainnya
cedera berat mungkin hanya menghasilkan memar yang kecil. Letak memar
mungkin tidak sesuai dengan lokasi cederanya, karena darah cenderung bergerak
Luka memar timbul bila trauma mengenai permukaan kulit tubuh sehingga
membentuk bekas berwarna merah atau keunguan dan lembut bila disentuh
menyebabkan edema. Hal itu terlibat dalam perubahan warna kulit (Molenda dkk.,
2010). Pigmen hemoglobin merah menjadi biru karena kehilangan oksigen yang
kemudian dipecah menjadi pigmen empedu hijau dan kuning. Darah pada area
yang terkena menjadi stagnan dan menciptakan lingkungan yang ideal bagi
bakteri untuk berkembang biak. Bila luka memar pecah sedikit saja dipermukaan
kulit, dapat mengakibatkan infeksi. Memar juga dapat terjadi disertai cedera
derajat pertama disebabkan oleh robekan kapiler jaringan bawah kulit yang di
buluh darah yang lebih besar dengan pembentukan hematom. Luka memar derajat
ketiga ditandai dengan rusaknya jaringan seperti patah tulang, sampai timbulnya
Sebenarnya tidak ada petunjuk pasti yang bisa menentukan usia memar
karena perubahan warna yang terjadi juga sangat tergantung kepada beberapa
faktor, misalnya ukuran memar, dalamnya, dan letak memar tersebut (Chadha,
1995). Perkiraan umur dapat dilakukan atas dasar sifat-sifat yang terdapat pada
luka yang diperiksa pada dasarnya adalah reaksi intra vital jaringan tubuh yang
ukuran serta dalamnya luka. Memar yang dalam dan luas dapat tetap merah atau
berwarna merah, merah-gelap atau hitam jika memar tersebut tidak lebih dari 24
10
jam. Pada akhir minggu pertama warna kehijauan timbul hingga minggu kedua,
dan diikuti dengan timbulnya warna kuning. Memar yang tidak besar akan hilang
memperbaiki kerusakan yang terjadi pada tubuh yang ditandai dengan 5 panca
radang: warna kemerahan (rubor), nyeri (dolor), suhu (color), bengkak (tumor)
luka adalah kolagen yang disentesis oleh fibroblast di samping sel epitel
(Maryunani, 2015).
terjadi selama 1 jam setelah luka sampai hari ke 2-5, melibatkan makrofag
b. Fase proliferasi
sebagai pembentuk jaringan ikat pada luka, berlangsung sampai minggu 2-4.
Kontraksi: Bagian yang penting pada penyembuhan luka, tarikan tepi luka
myofibroblast.
c. Fase remodeling/maturasi
jaringan ikat luka dan pembentukan otot. Jika tidak terbentuk maka luka
arteri klem, jangka sorong, gelas ukur, kertas saring, kamera, dan sarung
tangan.
berjenis kelamin jantan berjumlah 15 ekor berumur 3 bulan dengan berat badan
Metode Penelitian
12
13
positif (KP) diberi piroksikam 0,5%, kelompok perlakuan (K1, K2, dan K3) yang
berturut-turut diberi ekstrak dengan konsentrasi 10%, 20% dan 40% diberikan
dengan dosis 40 mg/kg berat badan kepada kelompok hewan uji selama 6 hari
pengamatan.
Prosedur Penelitian
sekam. Pada tiap-tiap kandang diisi oleh 3 ekor mencit jantan, selama proses
Kecamatan Kuta Baro. Batang sernai dipisahkan dengan daun lalu batang
yang sudah kering diblender kemudian dimaserasi dengan etanol 96% selama
lima hari.
saring kemudian di uapkan dengan vacum rotary evaporator dengan suhu 64-
disuspensikan dengan CMC 0,5% kemudian dibuat seri kadar ekstrak dengan
dosis 40 mg/kg berat badan dan persentase berat per volume (% b/v) yaitu
Luka memar dibuat pada bagian ekor mencit. Terlebih dahulu ekor
diolesi dengan anestesi lokal EMLA dan ditunggu selama ±2 menit. Luka
kepucatan.
yang didapat dari hasil formulasi rata-rata berat badan (27 g) dikalikan dosis
(40 mg) dan dibagi dengan konsentrasi (10%) dan dioleskan pada ekor mencit
Parameter Penelitian
luas memar (panjang x lebar) luka memar diukur dengan mengunakan jangka
sorong.
15
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan uji ANOVA
2 arah pola faktorial dengan bantuan program Statistical Package for the Social
Sciences (SPSS). Jika ada perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji
telah dilakukan pada mencit (Mus musculus) jantan kelompok kontrol negatif,
kontrol positif dan kelompok yang diberi ekstrak etanol batang sernai (EEBS) di
Tabel 1. Rata-rata (mm±SD) luas luka memar setelah diberi ekstrak etanol batang
sernai pada ekor mencit berdasarkan waktu pengamatan
Waktu Perlakuan
(Hari) KN KP K1 K2 K3 Rata-rata
(Waktu)
H1 20,28±0,71hi 17,58±2,18gh 19,88±2,11hi 19,40±1,78hi 17,83±2,31gh 19,00±1,97A
H2 14,64±2,07ef 13,57±2,13e 15,27±1,37ef 16,17±0,57fg 14,86±1,68ef 14,90±1,66B
H3 10,00±1,64d 10,91±0,68d 10,39±1,02d 9,63±0,49d 9,87±1,55d 10,16±1,09C
H4 7,18±0,83c 0,00±0,00a 8,64±0,97d 4,82±0,56b 0,00±0,00a 4,28±3,70D
H5 4,67±0,46b 0,00±0,00a 3,77±1,28b 0,00±0,00a 0,00±0,00a 1,58±2,19E
Rata-rata 11,36±5,87A 8,41±7,54C 11,59±5,86A 10,00±7,41B 8,51±7,76C
(Dosis)
Tigkat Perbedaan
Konsentrasi Waktu(Hari) Interaksi
** ** **
** ABCDE
P<0,01. Superskrip yang berbeda dibaris yang sama dari rata-rata dosis
dan kolom dari rata-rata waktu mengindikasikan perbedaan yang nyata (P<0,05).
abcdefghi
Superskrip yang berbeda didalam dosis yang dikombinasikan dan waktu
pemberian dari ekstrak batang sernai menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Tabel 1. menunjukan terdapat variasi rata-rata luas luka memar pada ekor
mencit. Hasil ANOVA dua arah terhadap luas luka memar menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara setiap kelompok perlakuan (KN,
KP, K1, K2, dan K3) serta memiliki interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara
16
17
hari dan perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol batang
Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan hasil rata-rata luas luka memar
pada semua kelompok perlakuan sangat berbeda nyata (P<0,01). Pada hari
pertama (H1) pengecilan luas luka memar pada kelompok KP dan K3 berbeda
nyata (P<0,05) dibandingkan dengan luas luka memar pada kelompok KN,
sedangkan pada kelompok K1 dan K2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan KN.
Pada hari ke dua (H2) kelompok KP dan K2 berbeda nyata (P<0,05) dengan
kelompok KN. Hal ini membuktikan bahwa mulai pada hari ke dua (H2) telah
terjadi onset kerja obat baik pada kontrol positif yang diberi piroksikam 0,5%
(KP) ataupun pada kelompok ekstrak etanol batang sernai (K1, K2 dan K3).
Pengamatan hari ketiga (H3), pengecilan luas luka memar pada kelompok
KP, K1, K2 dan K3 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kelompok KN.
Pengecilan luas luka memar pada hari ke 4 (H4) pada kelompok KP dan K3
dinyatakan sembuh dengan indikator ukuran luas luka memar 0,00 mm dan
(P<0,05) dengan kelompok KN. Terlihat bahwa di hari keempat pada kelompok
yang diberi EEBS 40% (K3) dan piroksikam 0,5% (KP) mempunyai kemampuan
memperkecil luas luka memar yang lebih baik dibandingkan dengan K1 dan K2
Luas luka memar pada hari kelima (H5) diikuti dengan sembuhnya
kelompok yang diberi EEBS 20% (K2) dan menunjukan perberbedaan yang nyata
(P<0,05) antara kelompok KP, K2 dan K3 dengan kelompok KN, dan pada
kelompok K1 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan KN. Pada hari keenam (H6)
luka memar pada setiap perlakuan pada kelompok KP, KN, K1, K2, dan K3
dinyatakan sembuh dengan indikator ukuran luas luka memar 0,00 mm. Hal ini
penyembuhan luka memar yang sama dengan kontrol negatif yang sembuh pada
hari keenam (H6). Gambaran fluktuasi pengurangan luas luka memar dapat dilihat
pada Gambar 2.
25
Luas Luka (mm)
20
KN
15
KP
10
K1
5
K2
0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 K3
Waktu Pengamatan (Hari)
mempercepat pengecilan luas luka yang terlihat dari intensitas warna kemerahan
19
disebabkan oleh trauma dapat membuat jaringan menjadi rusak, bengkak dan
pembuluh darah di dalam jaringan pecah (Ratnaike dkk., 2011). Sehingga aliran
darah menjadi lambat dan meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan dapat
dalam mempercepat penyembuhan luka memar, ini tidak terlepas dari adanya
kandungan senyawa aktif yang terkandung pada batang sernai. Komponen kimia
dll (Verma dan Khosa, 2014). Menurut Winarti (2010), pada kulit flavonoid dapat
antioksidan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parampasi dan Soemarno (2013)
dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder pada luka. Demikian juga senyawa
dan Soemarno (2013), saponin mempunyai sifat antiseptik dan juga memberikan
regenerasi jaringan otot akibat memar adalah vaskularisasi yang merupakan tanda
awal regenerasi dan ini merupakan prasyarat untuk pemulihan morfologis dan
fungsional otot. Bila aliran darah sudah kembali normal akan memasuki tahap
resolusi dimana cairan yang berada pada jaringan tadi akan kembali melalui
pembuluh darah vena dan lympe. Sedangkan cairan yang tetap tinggal dalam
yang merupakan bentuk dari fase inflamasi. Pada proses ini terjadi peningkatan
aliran darah arteri ke jaringan yang rusak yang bertujuan untuk menarik protein
plasma dan sel-sel fagosit ke permukaan luka untuk dapat menghindari infeksi
sekunder yang masuk, serta memacu sel radang terutama sel makrofag
(Vegad, 1995).
obat luka memar mampu mempercepat proses penyembuhan luka yang dapat
dilihat dari pengecilan luas luka memar. Proses kecepatan penyembuhan luka
Kesimpulan
(Mus musculus). Ekstrak etanol batang sernai dengan konsentrasi 40% memiliki
Saran
sediaan salap dari ekstrak batang sernai pada luka memar pada mencit (Mus
musculus).
21
DAFTAR PUSTAKA
Afnidar. 2014. Fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak kalus tumbuhan
sernai (Wedelia biflora (L)Dc.). Jurnal Jesbio. 3(4):9-16.
Afrianti, R., R. Yenti, dan D. Meustika. 2014. Uji aktifitas analgetik ekstrak
etanol daun pepaya (Carica papaya L.) pada mencit putih jantan yang di
induksi asam asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 1(1):54-60.
Aksara, R., W.J.A. Musa dan L. Alio. 2013. Identifikasi senyawa alkaloid dari
ekstrak metanol kulit batang mangga (Mangifera indica L). Jurnal
Entropi. 8(1):515-519.
Ali, A.H.A., Rinidar, T. Armansyah, Rosmaidar, A. Harris dan Dasrul. 2016.
Potensi ekstrak air daun sernai (Wedelia biflora) sebagai antinyeri pada
mencit (Mus musculus). Jurnal Medika Veterinaria. 10(2):137-140.
Balqis, U., Frengky, N. Azzahrawani, Hamdani, D. Aliza, dan T. Armansyah.
2016. Efikasi mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap percepatan
penyembuhan luka bakar (Vulnus combustion) derajat iib pada tikus putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Medika Veterinaria. 10(2):90-93.
Barku, V.Y.A., A. Boye, dan S. Ayaba. 2013. Phytochemical screening and
assessment of wound healing activity of the leaves of anogeissus
leiocarpus. European Journal of Experimenta Biology. 3(4):18-25.
Biswas, D., G. P. Yoganandam, A. Dey, and L. Deb. 2013. Evaluation of
antimicrobial and wound healing potentials of ethanol extract of Wedelia
biflora Linn D.C. leaves. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences.
75(2):156-161.
Chadha, P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik Dan Toksikologi. Widya
Medika, Jakarta.
Eliawardani. 2015. Uji aktivitas ekstrak daun sernai (Wedelia biflora) sebagai
Antitripanosoma pada tikus putih (Rattus norvegicus). Jurnal Medika
Veterinaria. 9(1):30-32.
Faisal, S.F. 2016. Hubungan jumlah neutrofil dengan umur luka memar pada
mencit (Mus musculus) strain Balb-C. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Fernandes, T.L., A. Pedrinelli., dan A.J. Hernandez. 2011. Muscle injury-
physiopathology, diagnosis, treatment and clinical presentation. Revista
Brasileira de Ortopedia. 46(3):247-55.
Hasballah, K., Murniana, dan A. Azhar. 2006. Aktivitas antibakteri dan antifungi
dari tumbuhan Wedelia biflora. Jurnal Kedokteran Yarsi. 14(I):38-45.
Herlambang, P.M. 2008. Mekanisme biomolekuler luka memar. Referat.
Kepaniteraan Klinik Forensik Dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna indonesia. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hidayat, S., S. Wahyuni. dan S. Andalusia. 2008. Seri Tumbuhan Obat Berpotensi
Hias. Gramedia, Jakarta.
22
23
Ibrahim, R. 2000. Pengantar ilmu bedah umum veteriner. Syiah Kuala University
Press, Darussalam, Banda Aceh.
Idries, A.M. dan A.L. Tjiptomarnoto. 2011. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Dalam Proses Penyidikan. Sagung Seto, Jakarta.
Irianty, C.R., J. Posangi, dan P.M. Wowor. 2014. Uji efek analgesik ekstrak
etanol kelopak bunga matahari (Helianthus annuus Linn.) pada mencit
swiss (Mus musculus). Jurnal e-Biomedik. 2(2).
Isa, M. 2014. Identifikasi kandungan senyawa kimia pada Wedelia biflora dan uji
bioaktivitasnya sebagai antiplasmodium Berghei. Jurnal Medika
Veterinaria. 8(1): 51-55.
Isa, M., Rinidar, dan Sugito. 2012. Aktivitas antiplasmodium daun sernai
(Wedelia biflora) berdasarkan evaluasi fungsi ginjal dan hati pada mencit
yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Jurnal Veteriner. 13(2):167-
175.
Lasarus, A., J.A. Najoan, dan J. Wuisan. 2013. Uji efek analgesik ekstrak daun
pepaya (Carica pepaya (L.)) pada mencit (Mus musculus). Jurnal e-
Biomedik (eBM). 1(1):790-795.
Lindiyanasari, A. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak daun alpukat (Persea
americana mill.) terhadap penyembuhan luka gores mencit (Mus musculus
L.) jantan Balb-C dan pemanfaatanya sebagai leaflet sumber belajar
masyarakat. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jember, Jember.
Molenda, M.A., N. Sroa, S.M. Campbell, M.A. Bechtel, dan E.M. Opremcak.
2010. Peroxide as a novel treatment for ecchymoses. The Journal Of
Clinical Aesthetic Dermatology. 3(11):36–38.
Mulyata, S. 2002. Analisis imunohistokimia TGF ß indikasi hambatan
kesembuhan luka operasi episiotomi pada tikus Sprague Dawley. 1st
Indonesian Symposium on Obstetric Anaesthesia, Bandung.
Mwine, J.T. dan P.V. Damme. 2011. Why do euphorbiaceae tick as medicinal
plants a review of euphorbiaceae family and its medicinal features.
Journal of Medicinal Plants Research. 5(5):652-662.
Novriansyah, R. 2008. Perbedaan kepadatan kolagen disekitar luka incisi tikus
wistar yang dibalut kasa konvensional dan penutup oklusif hidrokoloid
selama dua dan 14 hari. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro, Semarang
Nugroho, A.A., dan K. Yulianti. 2016. Karakteristik luka pada korban kecelakaan
lalu lintas di instalasi kedokteran forensik RSUP Sanglah Denpasar Bali
2012. E-jurnal Medika. 5(3):1-5.
Parampasi. N dan T. Soemarno. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya
dalam Etanol 70% pada Proses Penyembuhan Luka Insisi. Majalah
Patologi. 22(1):31-36.
Prawestiningtyas, E. 2013. Pedoman Diagnosa Dan Tindakan Pemeriksaan Kasus
Forensik. UB Press, Malang.
Rahmatia, A.R. 2015. Potensi ekstrak metanol batang sernai (Wedelia biflora)
sebagai analgesik pada mencit (Mus musculus). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
24
25
26
Waktu
Descriptives
Median 20.1000
Variance 3.878
Minimum 16.30
Maximum 21.25
Range 4.95
Median 15.5000
Variance 2.750
Minimum 11.55
Maximum 16.72
Range 5.17
Median 10.2000
Variance 1.191
Minimum 8.35
Maximum 11.80
Range 3.45
Median 5.0250
Variance 13.715
Minimum .00
Maximum 9.42
Range 9.42
Median .0000
Variance 4.780
Minimum .00
Maximum 5.20
Range 5.20
Konsentrasi
Descriptives
Median 9.6000
Variance 34.278
Minimum 4.37
Maximum 20.90
Range 16.53
Median 10.7000
Variance 56.779
Minimum .00
Maximum 20.10
Range 20.10
Median 10.3500
Variance 34.346
30
Minimum 2.30
Maximum 21.25
Range 18.95
Median 9.4000
Variance 54.893
Minimum .00
Maximum 20.50
Range 20.50
Median 9.8000
Variance 60.200
Minimum .00
Maximum 20.50
Range 20.50
2. Time
Dependent Variable: wound
3. Dose
Dependent Variable: wound
4. Time * Dose
Dependent Variable: wound
95% Confidence Interval
Subset
Time N 1 2 3 4 5
hari5 16 1.5825
hari4 14 4.4221
hari3 15 10.1613
hari2 15 14.9007
hari1 15 18.9967
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Dose
wound
a,b
Duncan
Subset
Dose N 1 2 3
KP 15 8.4127
k3 15 8.5113
K2 15 10.0047
KN 15 11.3560
K1 15 11.5893
Sig. .837 1.000 .627
34
Wound
a
Duncan
i N 1 2 3 4 5 6 7
42.00 3 .0000
45.00 3 .0000
52.00 3 .0000
54.00 3 .0000
55.00 3 .0000
53.00 3 3.7667
51.00 3 4.6733
44.00 3 4.8167
41.00 3 7.1833
43.00 3 8.6367 8.6367
34.00 3 9.6333
35.00 3 9.8667
31.00 3 10.0000
33.00 3 10.3933
32.00 3 10.9133
22.00 3 13.5667
21.00 3 14.6400 14.6400
25.00 3 14.8567 14.8567
23.00 3 15.2667 15.2667
24.00 3 16.1733 16.1733
12.00 3 17.5833
15.00 3 17.8333
14.00 3
13.00 3
11.00 3
Sig. 1.000 .360 .179 .065 .153 .197 .148
35
Aceh.
37