Makalah Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita
Makalah Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita
Anisa Nurhasanah
Elis Nurjanah
Neng Winda Tri Agustina Hermawan
Siti Alawiyah
YAYASAN PRIANGAN
AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
Jl. Pangeran Hidayatulloh No. 105 Cianjur Telp/Fax. (0263) 271283
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita obstipasi adalah
sebagai berikut:
a. Perdarahan
b. Ulserasi
c. Obstruksi parsial
d. Diare intermiten
e. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan
rektum yang mengawali proses defekasi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi,
auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa
abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi
usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan
region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia
atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal
kolon sigmoid Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk
mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan
obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi
yang menderita obstipasi adalah :
a) Pemeriksaan Hb
b) Pemeriksaan Urine
c) Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
d) Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa
bahan kontras. Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi
kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi
total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan
partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan
untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
e) Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah
(mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit),
hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan
perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit
(mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian
dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.
2.8 Penatalaksanaan Obstipasi
a. Penatalaksanan yang dilakukan adalah
1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, obat-obatan
4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung
makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-
obat oral.
7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu
hanya bila diperlukan saja.
8. Peningkatan intake cairan
9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes
tekanan usus.
10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau
ASI yang
b. Perawatan medis
Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh,
nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah
muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin
parahnya sakit.
c. Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab
obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi.
Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan
tindaka n segera dimana jika terlambat dilakukan dapat
mengakibatkan perforasi usu, karena terdapat peningkanan tekanan
feses yang besar.
B. KONSTIPASI
2.9 Definisi
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang
air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi
keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-
anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih
jarang dari biasa. Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi
BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui ASI mungkin mengalami
BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi
yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami
BAB setiap 2-3 hari.
Frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses yang
sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai
konstipasi. Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB
atau konsistensi feses me nyebabkan masalah pada anak. Umumnya
dengan nutrisi yang baik, perbaikan kebiasaan BAB, dan pengunaan
obat yang sesuai jika diperlukan, masalah ini dapat ditangani.
1. Perut akan terlihat seperti orang hamil dan terasa sangat mulas.
2. Feses yang dikeluarkan sangat keras dan berbentuk bulat-bulat
kecil.
3. Sampai berminggu-minggu anda tidak buang air besar.
4. Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
5. Kurangnya percaya diri bahkan kadang-kadang ingin
menyendiri.
6. Tetap merasa lapar tetapi saat makan akan lebih terasa cepat
kenyang.
7. Mengalami mual bahkan muntah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel (feses). Defekasi(eleminasi fecal) adalah
pengeluaran feses dari anus dan rektum.
3.2 Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Internet :
http://ahrikuwordpress.com, http://id.wikipedia.org,http://www.scribd.com
http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/06/patologi-konstipasi-
danobstipasi.html
http://ngudiwaluyo1a.blogspot.com/2013/05/asuhan-neonatus-bayi-dan-
balita.html
Buku :