Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA

( Obstipasi dan Konstipasi )


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Balita

Disusun oleh : Kelompok 12

Anisa Nurhasanah
Elis Nurjanah
Neng Winda Tri Agustina Hermawan
Siti Alawiyah

YAYASAN PRIANGAN
AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
Jl. Pangeran Hidayatulloh No. 105 Cianjur Telp/Fax. (0263) 271283
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “konseling pada ibu
bersalin”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 12


yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Cianjur, 3 September 2014

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel (feses). Defekasi(eleminasi fecal) adalah
pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses
juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong
feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi
usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan
kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang
normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program
yang teratur.
Salah satu gangguan eleminasi fecal adalah Obstipasi dan
konstipasi, sehingga sebagai bidan harus mengetahui apa itu obstipasi dan
konstipasi, juga bagaimana mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari Obstifasi dan Konstipasi
b. Apa Etiologi dari Obstifasi dan Konstipasi
c. Jenis-jenis Obstipasi
d. Tanda dan gejala Obstipasi dan Konstipasi
e. Patofisiologi dan pathogenesis
f. Menegakan Diagnosa Obstipasi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang obstipasi
2. Mengetahui dan memahami tentang konstipasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. OBSTIPASI
2.1 Definisi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way =
perjalanan dan Stipare yang berarti to compress =menekan.
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana
biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam
usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak
terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau
keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces
dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut
didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3
hari/lebih.
Anus pada bayi yang berumur kurang dari 3 bulan mungkin
sempit,sehingga bayi harus mengedan dan tinja yang keluar sangat
tipis.
Hal ini bisa di atasi dengan cara melebarkan anus dengan jari
tangan sebanyak 1-2 kali/hari.Tinja yang besar bisa merobek
lapisan anus(fissura anus) sehingga ketika buang air besar akan
timbul nyeri dan kemungkinan di dalam tinja akan terdapat
sejumlah kecil darah berwarna merah terang.Adanya fissura bisa di
lihat pada pemeriksaan anoskopi.Tanpa pengobatan khusus,fissura
akan segera membaik.Bisa juga di berikan pelunak tinja yang
ringan.
Obstifasi atau sembelit adalah tidak buang air pada 5 hari atau
lebih.Sembelit pada bayi biasanya di sebabkan oleh dehidrasi,tak
cukup serat pada makanan atau penggantian pola makan. Jarang
terjadi karena gangguan medis,seperti kurangnya suplai saraf dari
usus besar (penyakit hirschsprung),pada hormon thyroid
rendah,atau kelainan kalsium atau halium,menyebebkan sembelit.
Penggunan obat tertentu (seperti antihistamin,obat
anticholinergic,dan opioids) adalah penyebab langka lainnya.
Sembelit serta yang menetap,terutama jika mulai timbul
sebelum bayi mencapai usia 1 bulan,bisa menunjukan adanya
gangguan yang serius. Misalnya penyakit hirschsprung (kelainan
saraf yang di sertai dengan usus yang berukuran besar) atau
kelenjar thyroid yang kurang aktif.
Pengobatan sembelit berpariasi tergantung pada umur anak.
Bayi lebih kurang dari usia 2 bulan yang menerima susu formula
atau ASI yang memadai bisa di beri 1 sendok teh sirup jagung
ringan pada botol pagi dan malam hari mereka makan Apel atau
jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan. Bayi antara 4
bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengen sereal dengan serat tinggi
atau dari jus aprikot,buah prem kering,atau prem.
Anak lebih tua dari pada 1 tahun sebaiknya di beri makanan
serat tinggi, seperti buah-buahan, kacang polong, serea, keripik
graham, buncis, dan bayam. Orang tua sebaiknya tidak memberi
anak mereka laxative,tablet suppository,atau suntikan urus-urus
tanpa terlebih dulu di periksa seorang dokter. Dokter mungkin
menulis resep untuk berbagai obat untuk mengobati anak yang
lebih tua dengan sembelit hebat. Pengobatan untuk gangguan
langka di perlukan pembedahan untuk penyakit Hirschsprung,
penggantian hormon thyroid untuk tingkat hormon thyroid yang
rendah,dan suplemen kalsium untuk tingkat kalsium abnormal.
2.2 Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam :
A. Obstipasi Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus
dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang
kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
B. Obstipasi Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama
beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses
disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada
obstruksi total.
2.3 Etiologi
A. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk
membangkitkan buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat
kelaparan, dehidrasi, makanan kurang mengandung selulosa.
B. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat
adanya kanker dalam dinding usus.
C. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya
akibat penekanan usus oleh massa intra abdomen misalnya
adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
D. penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan
makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan
pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang
mengandung polisakarida atau serat.
E. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada
penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan
gerakan peristaltik.

2.4 Tanda dan gejala


Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam
36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3
hari atau lebih.
a. Sakit dan kejang pada perut
b. Bayi sering menangis.
c. Susah tidur dan gelisah
d. Kadang-kadang muntah.
e. Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
f. Bayi susah/tidak mau menyusui.
g. Bising usus yang janggal
h. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
i. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rektum
j. Terdapat luka pada anus

2.5 Patofisiologi dan pathogenesis


Pada keaadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan
kosong, kecuali bila ada refleks masa dari kolon yang mendorong feses
ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
adanya stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan
kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu
sebagai berikut :
a. Asupan cairan yang adekuat.
b. Kegiatan fisik dan mental.
c. Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan
dicerna memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi melewati
membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak
dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan
dinding rektum dan merangsang defekasi.
Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara
adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta
tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik
menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-meneerus dab
feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta
menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa
BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.
Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan
akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk
merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari
metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih
besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita obstipasi adalah
sebagai berikut:
a. Perdarahan
b. Ulserasi
c. Obstruksi parsial
d. Diare intermiten
e. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan
rektum yang mengawali proses defekasi.

2.7 Menegakan Diagnosa Obstipasi


Obstipasi didiagnosa melalui cara:
a. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk
mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan
apakah termasuk obstruksi total atau partial Anamnesis
ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit
terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya
obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri
pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai
contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan
feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi
neoplasma.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi,
auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa
abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi
usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan
region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia
atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal
kolon sigmoid Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk
mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan
obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi
yang menderita obstipasi adalah :
a) Pemeriksaan Hb
b) Pemeriksaan Urine
c) Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
d) Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa
bahan kontras. Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi
kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi
total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan
partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan
untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
e) Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah
(mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit),
hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan
perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit
(mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian
dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.
2.8 Penatalaksanaan Obstipasi
a. Penatalaksanan yang dilakukan adalah
1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, obat-obatan
4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung
makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-
obat oral.
7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu
hanya bila diperlukan saja.
8. Peningkatan intake cairan
9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes
tekanan usus.
10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau
ASI yang
b. Perawatan medis
Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh,
nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah
muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin
parahnya sakit.
c. Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab
obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi.
Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan
tindaka n segera dimana jika terlambat dilakukan dapat
mengakibatkan perforasi usu, karena terdapat peningkanan tekanan
feses yang besar.

B. KONSTIPASI
2.9 Definisi
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang
air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi
keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-
anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih
jarang dari biasa. Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi
BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui ASI mungkin mengalami
BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi
yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami
BAB setiap 2-3 hari.
Frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses yang
sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai
konstipasi. Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB
atau konsistensi feses me nyebabkan masalah pada anak. Umumnya
dengan nutrisi yang baik, perbaikan kebiasaan BAB, dan pengunaan
obat yang sesuai jika diperlukan, masalah ini dapat ditangani.

Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, dimana


terdapat kesukaran mengeluarkan faeces (defekasi). Namun obstipasi
di bedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana
konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan
obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.

2.10 Gejala dan tanda


Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut :
a. Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
b. Turun atau hilangnya napsu makan
c. Rewel
d. Mual atau muntah
e. Turunya berat badan
f. Noda feses dicelana dalam anak
g. Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat
menyebabkan robekan kecil pada lapisan mukosa anus
(anal fissure) dan perdarahan
h. Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih

2.11 Penyebab Obstipasi/konstipasi


a. Kecenderun gan alami gerakan usus yang lebih lambat
b. Nutrisi yang buruk
c. Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi
d. Kebiasaan BAB yang tidak baik
e. Kurangnya asupan cairan
f. Kurangnya aktivitas fisik
g. Adanya kondisi anus yan g menyebabkan nyeri
h. Tiolet training yang dipaksakan
i. Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan
seksual (sexual abuse)
2.12 Penanganan
Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah
organik yang mungkin menyebabkan konstipasi harus diteliti
dengan lebih cermat, terutama apabila konstipasi disertai gejala
lain seprti : Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir,
kaliber feses yang kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang disertai
darah, muntah kehijauan, atau terabanya benjolan diperut. Perlu
dilakukan rujukan, karena kemungkinan bayi mengalami
megacolon konginetal, perut yang kembung, karena lemahnya otot
atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung bagian
bawah, diare, pneumonia berulang ; selalu tampak lelah, tidak
tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat banyak BAK,
banyak minum ; anus yan g tidak tampak normal baik bentuk
maupun posisinya, lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas
satu tahun adalah konstipasi fungsional (tidak ada kelainan
organik yang mendasarinya)
Penanganan pada kasus diare, kebiasaan BAB yang baik: anak
yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun
kebiasaan BAB yang baik, salah satu caranya adalah dengan
membiasakan duduk di toilet secara teratur sekitar lima menit
stelah sarapan, bahkan jika anak tidak merasa ingin BAB, anak
harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak telah
menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis. Anak juga
harus belajar untuk tidak menahan keinginan menggunakan
toilet di sekolah. Jika orang tua mencuriga adanya masalah
tersebut, orang tua hendaknya membicarakan masalah tersebut
dengan anak maupun pihak sekolah, Makanan tinggi serat : serat
membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan
lebih mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat
dalam makanan anak dapat mencegah konstipasi.
Beberapa cara untuk memenuhi ke butuhan serat anak adalah :
Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang
dimakan beserta kulitya, misalnya plum, aprikot, dan peach,
memiliki banyak kendungan serat.
a. Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari
b. Berikan sereal yang tinggi serat seperti bran, wheat. Whole
grain, dan oatmeal. Hindari sereal seperti corn flakes.
c. Berikan roti ga ndum (wheat) sebagai ganti roti putih
d. Banyak minum dapat mencegah ko nstipasi. Biasakan anak
untuk minum setiap kali makan, sekali di anatar waktu makan,
dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa terlalu
banyak susu sapi atau produk susu lainya (keju, yogurt) justru
dapat me ngakibatkan konstipasi pada sebagian anak.

2.13 Ciri – ciri gejala konstipasi yang kronis atau obstipasi

1. Perut akan terlihat seperti orang hamil dan terasa sangat mulas.
2. Feses yang dikeluarkan sangat keras dan berbentuk bulat-bulat
kecil.
3. Sampai berminggu-minggu anda tidak buang air besar.
4. Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
5. Kurangnya percaya diri bahkan kadang-kadang ingin
menyendiri.
6. Tetap merasa lapar tetapi saat makan akan lebih terasa cepat
kenyang.
7. Mengalami mual bahkan muntah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel (feses). Defekasi(eleminasi fecal) adalah
pengeluaran feses dari anus dan rektum.

Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam


pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces
yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.

Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa


berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air
besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.

3.2 Tujuan

DAFTAR PUSTAKA

Internet :

 http://ahrikuwordpress.com, http://id.wikipedia.org,http://www.scribd.com
 http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/06/patologi-konstipasi-
danobstipasi.html
 http://ngudiwaluyo1a.blogspot.com/2013/05/asuhan-neonatus-bayi-dan-
balita.html

Buku :

 Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik,


Jakarta, EGC
 Muslihatun, Wafi Nur,SsiT.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita.Yogyakarta:Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai