Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SUAMI SIAGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suami siaga merupakan suami yang sap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan
tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi
masalah kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu
mengatasi masalahh kegawat daruratankebidanan.

Suami siaga juga harus memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas,
dan mengutamakan keselamatan istri. Sehingga diperlukan terobosan-terobosan baru dalam
upaya meningkatkan partisipasi suami, namun dengan tetap memperhatikan faktor-faktor
spesifik yang mempengaruhinya, sehingga dapat menimbulkan kesadaran dn kemauaan dari
suami untuk lebihmemberdayakan diri dalam berbagi tanggung jawab dengan istrinya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Menjelaskan pengertian suami siaga?


b. Menjelaskan bagaimana peran serta suami dalam kehamilan?
c. Menjelaskan bagaimana dukungan suami dalam kehamilan?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian suami siaga.
b. Untuk mengetahui bagaimana peran serta suami dalam kehamilan.
c. Untuk mengetahui bagaimana dukungan yang di berikan oleh suami dalam
kehamilan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suami Siaga

 Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda
bahaya kehamilan.
 Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor darah jika
diperlukan.
 Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan selesai persalinan.

Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu
orang terdekat ibu adalah suami. Program suami siaga (Suami Siap Antar Jaga) dikembangkan
untuk mendukung program GSI. Suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap
mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan melahirkan, serta siap menjaga dan menunggu istri
melahirkan.
Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan tabungan
bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabil terjadi masalah
kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi
masalah kegawatdaruratan kebidanan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri.
Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil diharapkan siap
mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal
yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila
ada tanda-tanda komplikasi kehamilan. Jika peran SIAGA ini dijalankan, diharapkan
keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak terjadi.
Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan
persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat
menerima perawatan yang tepat.

SIAGA posisi yang berkaitan dengan prilaku positif yaitu :

Á Siap berarti harus siap/ disiapkan menemani istri.


Á Antar berarti harus diangkut/mendapatkan naik.
Á Jaga menterjemahkan untuk menjaga (selalu oleh istrimu selama dan setelah
penyampaian).

Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali dengan pengetahuan tentang
beberapa hal berikut :
1. Upaya menyelamatkan ibu hamil.
2. Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan di
fasilitas kesehatan.
3. Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu banyak
anak, dan terlalu dekat usia kehamilan.
4. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas, serta pentingnya pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan
secara tepat.
5. Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian perhatian suami dan
keluarga bertambah dalam memahami dan mengambil peran yang lebih aktif serta
memberikan kasih sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan, selama
kehamilan, persalinan, dan sesudah persalinan.

Budaya Di berbagai wilayah di Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih


memegang teguh budaya tradisional (patrilineal), misalnya budaya jawa, menganggap istri
adalah konco wingking (teman di belakang) yang artinya derajat kaum lelaki lebih tinggi
dibandingkan dengan kaum perempuan, tugas perempuan hanyalah melayani kebutuhan dan
keinginan suami saja. Anggapan seperti ini memengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan
reproduksi perempuan. Suami lebih dominan dalam mengambil keputusan dan tidak bertanggung
jawab dalam beberapa hal seperti ber-KB serta adanya perbedaan kualitas dan kuantitas makanan
suami yang biasanya lebih baik dibandingkan istri dan anaknya karena beranggapan bahwa
suami adalah pencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi untuk ibu
yang sedang hamil, menyusui, dan anak menjadi berkurang.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah budaya tradisional tersebut antara lain sebagai
berikut :

1. Menyosialisasikan persepsi tentang kesetaraan gender sejak dini melalui lembaga


formal, misalnya sekolah formal maupun non-formal atau melalui program lain yang
ada dalam kelompok masyarakat lalu mengaplikasikannya kedalam praktik
kehidupan sehari-hari.

2. Memberikan penyuluhan pada sarana atau tempat-tempat berkumpul dan berinteraksi


para lelaki, misalnya tempat kerja dan forum komunikasi desa.

3. Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik perhatian,


misalnya melalui poster.
4. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dengan
lingkungan sekitar, sehingga perlu dipikirkan suatu aturan atau kegiatan yang dapat
memotivasi kepala keluarga untuk segera merealisasikan kepedulikan kepada
istrinya.

5. Satgas GSI di tingkat desa perlu membuat tanda sedemikian rupa dengan warna
terang (merah, hijau, kuning) dan ditempelkan di rumah warga yang memiliki ibu
hamil yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan kewaspadaan.

Pendapatan pada umunya masyarakat Indonesia sebagian besar penghasilannya (75-100%)


digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan prioritas utama.
Pendapatan keluarga hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak
ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan
karena tidaka adanya biaya.

Melihat permasalahan ekonomi di atas, prioritas kegiatan GSI di tingkat keluarga dalam
pemberdayaan suami tidak hanya terbatas kepada kegiatan yang bersifat anjuran (advocacy),
akan tetapi lebih bersifat holistik. Kegiatan tersebut tidak hanya menjawab permasalahan
kesehatan ibu secara nasional, akan tetapi yang lebih penting adalah dapat menyentuh dan ikut
menyelesaikan persoalan mendasar di tingkat keluarga.

Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga, sehingga kepala
keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istri karena masalah
keuangan. Pemberdayaan ekonomi keluarga dapat dilakukan salah satunya dengan jalan
membentuk kelompok usaha yang didasarkan pada sumber daya yang tersedia di sekitarnya serta
mencari solusi pemasarannya misalnya kelompok usaha alat rumah tangga.

Tingkat Pendidikan Wawasan pengetahuan suami dipengaruhi tingkat pendidikan suami sebagai
kepala rumah tangga. Semakin rendah tingkat pendidikan suami, akses terhadap informasi
kesehatan perempuan semakin berkurang, suami akan sulit dalam mengambil keputusan yang
efektif.

Dengan demikian perlu diperkenalkan pandangan baru untuk memberdayakan kaum suami
dengan mendasarkan pengertian bahwa :

 Ø Suami memainkan peranan penting, terutama dalam pengambilan keputusan yang


berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya.
 Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya.
 Ø Saling pengertian serta adanya keseimbangan peranan antara kedua pasangan dapat
membantu meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan
reproduksi.
 Ø Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga maupun kesehatan
reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih
efektif dan lebih baik.

2.2 Penyebab Kematian Ibu Hamil

Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi
kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk
mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan
pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas
kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam
mendapatkan pelayanan sesegera mungkin.

Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan
pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa yang digunakan
untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut
dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.

Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena
adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru menemukan kematian ibu dapat dicegah
bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga
untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya
mendapatkan makanan yang bergizi.

Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar
vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode pasca
persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti mengumpulkan
kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka juga dapat mendorong istri untuk memberi ASI
agar dapat menolong kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode
kontrasepsi, baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang
berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak menginginkan anak lagi.

2.3 Peran dan Keterlibatan Suami Dalam Kehamilan

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan jaga produksi ASI. Keterlibatan suami sejak
awal kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani
dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok ”manusia
mungil” didalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan,
menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul ”What Your Parthner Might Need
From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika
Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan
oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilan.

Partisipasi suami yang dapat dilakukan antara lain meliputi :


1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang sedang hamil.
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.
3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan
terdekat minimal 4 kali selama kehamilan.
4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anamia gizi dan memperoleh
istirahat yang cukup.
5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan seperti darah tinggi, kaki bengkak,
perdarahan, konsultasi dalam melahirkan, keracunan dalam kehamilan, infeksi dan
sebagainya.
6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi.
7. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sedini mungkin bila terjadi
hal-hal yang menyangkut kesehatan kehamilan dan kesehatan janin misal perdarahan dan
lain-lain.
8. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) sesuai dengan kemampuan dan kondisi
daerah masing-masing.

v Trimester pertama

Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada tubuh isti, yang paling menonjol adalah
perubahan emosinya. Apa sebabnya? Kadar hormon estrogen dan progesteron didalam tubuhnya
berubah. Tak mengherankan bila moodnya berubah-ubah terus. Kalau sudah begini, siapa lagi,
selain suaminya. Suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa ini.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester pertama :


à Sering mual-mual dan muntah, terutama pada pagi hari , karena mengalami morning
sickness.

à Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk.

à Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang ”aneh” atau biasa disebut
ngidam.

à Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak menangis tersedu-
sedu, merasa tertekan dan sedih , tanpa sebab yang jelas atau karena masalah sepele.

Yang dapat suami lakukan :

Bawakan krekers dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga, begitu istri bangun dan
morning sickness mendera, keluhan yang dirasakannya langsung hilang., berkat perhatian dan
kasih sayang yang suami berikan.

Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup tidur. Misalnya, memutar
lagu-lagu yang lembut.

Bersiaplah menghadapi ”ujian” untuk mengukur seberapa besar cinta suami kepada istri. Jangan
kaget bila istri menginginkan sesuatu yang ”aneh” di tengah malam. Karena istri sedang ngidam.
Bila mampu, tak ada salahnya memenuhi permintaannya. siapa tau suami ”lulus ujian” dengan
nilai cemerlang nantinya.

Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan. Sapaan ekspresif terhadap
si kecil, misalnya ”hallo, lagi ngapain di situ?” atau seruan ”Woa…” sudah merupakan dukungan
mental yang menyenangkan hati. Juga, ungkapkan perasaan cinta Anda padanya karena pada
saat-saat seperti ini istri membutuhkan perhatian dan kasih sayang suami lebih dari biasanya.

v Trimester kedua

Masa-masa bahagiaInilah saatnya istri merasakan nikmatnya masa-masa kehamilan. Makanya,


suami tidak sebegitu tersiksanya ketimbang trimester lalu. Dan, mulai ikut merasakan gerakan
janin mau tidak mau akan ”menyentil” suami. Sekarang ini suami baru bisa ”benar-benar”
merasakan peran baru sebagai calon ayah.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :

 Emosi cenderung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga jauh berkurang.
 Si kecil mulai sudah mulai “beraksi”.
 Merasa bahagia dengan kehamilannya sehingga lebih bersemangat melakukan latihan
(olahraga ringan sesuai anjuran dokter) serta beraktivitas.
 Cukup nyaman dengan keadaannya, sehingga mulai timbul keingginan untuk menikmati
hubungan seks.

Yang dapat suami lakukan :

 Tetap menunjukkan kalau Anda mengerti dan memahami benar perubahan emosi yang
cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya, sebab ini wajar dan alami terjadi pada
ibu hamil.
 Dampingi dan antarlah selalu pasangan setiap kali berkunjung ke dokter kandungan
untuk memeriksakan kandungannya.
 Dampingi dan berpatisipasilah secara aktif di kelas senam hamil (senam Lamaze)
bersamanya.
 Ajaklah dia untuk kembali menikmati hubungan seks.
v Trimester ketiga

Takut dan cemas menghadapi hari-H Masa ini merupakan masa-masa penantian yang
“melelahkan”. “Perjalanan” menuju persalinan tinggal hitungan hari saja. Itu sebabnya, Anda
akan lebih banyak berperan sebagai a shoulder to cry on.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :

à Semakin dekat dengan hari-H, biasanya dia merasa semakin takut dan cemas.

à Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisiknya.

à Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu, dan berbagai rasa tidak nyaman pada tubuhnya,
terutama pada punggung dan panggul, karena bayi sudah semakin besar dan sudah mulai
menyiapkan diri untuk lahir.

à Mengeluh sulit tidur karena perutnya yang semakin membesar itu akan membuatnya tidak
nyaman ketika berbaring.

Yang dapat suami lakukan :

1. Bantu pasangan untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi proses persalinan.
Misalnya, dengan mengalihkan perhatiannya dengan cara mengajaknya berbelanja keperluan si
kecil.

2. Pujilah kalau dia tetap cantik dan menarik, berbagai perubahan fisik tidak sedikitpun
mengurangi kadar cinta Anda padanya.

3. Bantulah meringankan berbagai keluhan. Misalnya, dengan memijat pegal-pegal di


belakang tubuhnya.

4. Bersiaplah untuk membantu dan menemaninya saat dia sulit tidur

2.4 Peran Suami Dalam Mencegah Atau Mengobati Komplikasi Kehamilan

Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi
lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan
dan kematian ibu dan bayinya.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu
adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling
sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan
membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan
berisiko rendah kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan
membawa mereka untuk aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000
hingga 100.000 kematian setiap tahun.

2.5 Dukungan Suami Dalam Kehamilan

Agar istri bisa menjalani kehamilan yang sehat dan nyaman,dukungan suami mutlak diperlukan.
Saat hamil, istri akan mengalami perubahan, Secara fisik ia akan menjadi lebih gemuk.
Fisiologisnya juga mengalami berbagai perubahan yang mempengaruhi pola perilaku dan
emosinya. Karena itu,selama istri hamil, suami harus selau siaga yaitu siaga untuk bersabar,
memahami, memperhatikan, membantu dan melayani istri. Bersabar, mengapa ?
Mungkin sebagai suami anda sering mendengar cerita tentang wanita yang hamil muda.
Sebagian dari mereka sering mengalami morning sicknes yaitu mual2 dan muntah2 di pagi hari.
Tak jarang pada sore haripun wanita juga mengalami hal yang demikian. Bahkan ada yang lebih
parah lagi mual dan muntah hampir sepanjang hari.

Meskipun anda sudah sering mendengar tentang berbagai cerita itu biasanya anda tetap akan
kaget, saat istri anda mengalaminya.Anda mungkin tak hanya kaget,tetapi juga jengkel,karena
beberapa hal atau rutinitas yang biasanya istri anda bisa lakukan, kini tidak bisa dilakukannya.
Memasak dan membersihkan rumah misalnya mungkin harus tertunda saat istri anda sedang
mengalami khas kehamilan. Tidak itu saja, saat anda ingin mengajaknya ‘berjima’ mungkin ia
enggan baik karena kondisi tubuhnya yang kurang nyaman,atau kekhawatirannya terhadap
keselamatan bayi yang ia kandung. Karena itulah,anda harus bersabar. Pahamilah kondisi istri,
karena sesungguhnya ia sendiri pun tak ingin mengalami kondisi2 yang ganjil itu, tapi ia harus
menjalani sebagai konsekuensi dari perjuangan menjadi seorangibu.

Pahamilah Perubahannya

Kasih sayang suami yang besar, dengan niat untuk memahami dan melayani istri sebagai, bentuk
tanggung jawab terhadap perjanjian bersama kepada Allah SWT (mistaqan ghalizha) akan
banyak membantu suami menyesuaikan diri terhadap kehamilan istri. Suami juga juga perlu
mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan selera istri. Anda harus menyesuaikan selera
istri dengan menghargai masakannya dan tidak mencela.
Sebagaimana dikatakan Trethowan dan Dickness (1972) wanita hamil sering mengalami dullet-
taste (selera yang bodoh) selama hamil. Istri anda, mungkin jadi sangat suka masakan yang asin
sekali,asam,atau citarasa lain yang tajam. Bisa pula ia jadi tidak suka pada makanan yang
sebelumnya ia sukai. Terimalah kondisi istri dan bersikaplah bijak bila seleranya kurang sesuai
dengan selera anda dan anak-anak.

Berilah Perhatian

Istri membutuhkan perhatian dari suami sebagai orang yang dicintainya. Ia juga butuh perasan
dicintai oleh orang yang dicintainya,lebih-lebih ketika ia mengalami berbagai perubahan saat
pertama kali ia hamil. Seorang suami perlu memberikan perhatian pada istrinya dengan tulus.
Perhatian dan kasih saying selain memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang primer juga bisa
diwujudkan dengan tindakan-tindakan kecil. Misalnya mengucapkan salam atau memberi
kecupan. Perhatian suami yang tulus bisa menentramkan istri saat keinginannya mencari buah
yang sedang tidak musim tidak terpenuhi. Melalui perhatian yang tulus,bersih, dan sungguh2
suami lebih mudah menyampaikan pengertian,ketika istri sedang ngidam.

Berikan dorongan pada istri. Itu akan banyak memberi arti bagi istri dalam beradaptasi dengan
kehamilannya. Suami juga harus bisa menjadi teman bicara dan pendengar yang baik, karena
disaat hamil seperti itu istri butuh teman bicara yang mau mendengar tentang ungkapan
perasaana, tentang dirinya,bayinya dan masa depan bersama. Sikap yang perlu anda tumbuhkan
adalah empati terhadap kehamilan istri anda. Berusahalah untuk memahami apa yang dirasakan
istri anda sebagaimana ia merasakannya. Istri mengharapkan agar anda mengerti bahwa hamil itu
berat. Bahwa kecemasan menghinggapi dirinya dan tak mudah menghilangkannya dengan kata
sabar. Genggamlah tanggannya saat ia berbicara dan dengarlah secara penuh apa saja
keluhannya.

Membantu dan Melayani Istri

Hamil memberi beban berat pada istri. Perutnya membesar sehingga keseimbangan badan
berubah dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Ditambah lagi beban kerja ginjal yang
meningkat, frekuensi kencing bertambah,mual-mual,sampai tegangan yang tidak mengenakkan
pada farji dan perut. Semua beban itu dialami sendiri oleh istri. Padahal, bayi yang ada dalam
kandungannya adalah anak anda berdua. Karena itu sudah sepatutnya sebagai suami anda
berusaha meringankan beban istri. Meringankan beban istri, bisa dengan melakukan pekerjaan
sehari-hari yang sederhana, mencuci pakaian atau menyapu halaman, misalnya, istri seringkali
tidak menuntut suaminya untuk mengambil alih semua pekerjaan rumah tangga. Ia lebih
membutuhkan ketulusan dan kesungguhan anda dalam membantu meringankan bebannya. Selain
itu anda juga bisa melayani istri misalnya dengan memijatnya saat ia sedang mual-mual atau
menyediakan dan menemaninya makan siang ia sedang kehilangan selera makan. Yang terakhir,
berterimakasihlah pada istri anda. Selama Sembilan bulan sepuluh hari hampir dapat dipastikan
istri tetap berusaha melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, meskipun ia cukup terbebani
dengan kehamilannya.

Dengan semangat pengapdian, pengorbanan, kasih sayang dan cintanya, istri tidak menuntut
apapun, kecuali perhatian dan kasih sayang anda. Karena itulah, sudah sepantasnya bila anda
berterima kasih kepadanya,meski ia tidak memintanya. Anda bisa mengungkapkan terima kasih
itu dalam berbagai bentuk, tetapi ungkapan dengan kata-kata jangan diabaikan. Istri akan
merasakan kebahagian yang menyentuh bila anda bisa mengucapkan terima kasih dengan betul-
betul tulus dan spontan.

Nah, itulah beberapa hal yang harus anda lakukan saat istri anda hamil. Jangan sampai kehamilan
istri justru membuat anda sering uring-uringan, sehingga menambah beban istri. Ingat jika istri
anda stress dan terlalu banyak beban pikiran, itu juga bisa berpengaruh buruk terhadap bayi yang
ia kandung

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu
orang terdekat ibu adalah suami. Program suami siaga (Suami Siap Antar Jaga) dikembangkan
untuk mendukung program GSI. Suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap
mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan melahirkan, serta siap menjaga dan menunggu istri
melahirkan.

Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hamil, menyediakan tabungan
bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabil terjadi masalah
kehamilan. Suami siaga mempunyai jaringan dengan tetangga potensial yang mampu mengatasi
masalah kegawatdaruratan kebidanan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar dapat mengerti dan memahami mengenai makalah yang kami
sajikan dimana pembahasannya yaitu tentang suami siaga. Sehingga sebagai pembaca lebih dapat
mengetahui bagaimana peran seorang suami dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

DAFTAR PUSTAKA

 Eny Retna Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika : Yogyakarta.
 Yulifah, Johan Tri. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai