Anda di halaman 1dari 12

FIRE PROTECTION SYSTEM

(FIRE ALARM SYSTEM)

Tugas untuk memenuhi penyelesaian matakuliah Sistem Otomasi Bangunan


semester 7 Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung

OLEH

LUTFIA NOER KEMALASARI


NIM 151144020

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
A. Pengertian dan Fungsi Fire Alarm System
Fire alarm system merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk
memberikan peringatan dini tentang adanya keadaan darurat seperti asap, api,
karbon monoksida dan lainnya. Sistem ini dapat diaktifkan secara otomatis jika
terhubung dengan smoke detector dan/atau heat detector, namun dapat diaktifkan
secara manual melalui tombol peringatan kebakaran yang terdapat di beberapa
titik pada suatu bangunan. Peringatan berupa suara dapat berbunyi seperti bunyi
alarm atau juga dapat diikuti dengan pesan suara yang mengingatkan orang-orang
dalam bangunan untuk melakukan evakuasi dan tidak menggunakan lift. Selain
peringatan suara, terdapat juga peringatan visual berupa lampu indikator. Tujuan
dari fire alarm system adalah sebagai berikut:
 Sebuah fire alarm system yang dirancang, dipasang, dioperasikan dan dirawat
dengan baik dapat mengurangi kehilangan yang terkait dengan akibat
kebakaran pada suatu bangunan. Kehilangan yang dimaksud dapat berupa
harta benda dan yang paling penting nyawa makhluk hidup.
 Tujuan terpenting fire alarm system adalah untuk memberikan peringatan dini
sehingga penghuni bangunan dapat keluar dari gedung dan memberi tahu
petugas pemadam kebakaran agar dapat merespon kebakaran.
 Dalam pengaturan rumah sakit, fire alarm system dapat memberikan
pemberitahuan kepada staff rumah sakit sehingga mereka dapat menanggapi
keadaan darurat kebaran.

B. Elemen-Elemen Fire Alarm System


1. Alarm Initiating Device Circuits
Sirkuit berfungsi menghubungkan perangkat pemicu seperti detektor asap,
detektor panas, manual pull station, dan water flow alarms. Selain itu, sirkuit
ini terhubung dengan perangkat yang berhubungan dengan kesalamatan.
Perangkat ini bekerja sesuai dengan kondisi yang dikirimkan oleh sirkuit ini.
Misalnya valve supervisory switch dan tamper supervisory yang mengontrol
sistem sprinkler otomatis.
2. Alarm Indicating Appliance Circuit
Sirkuit ini terhubung pada alarm, baik yang dapat di lihat maupun yang
dapat di dengar, sebagai pemberi peringatan terhadap penghuni gedung.
Sirkuit ini juga terhubung dengan perangkat yang berfungsi mengirim sinyal
darurat.
3. Fire Alarm Control Panel
Fire alarm control panel terdiri dari perangkat elektronik yang berfungsi
untuk mengawasi dan memantau fire alarm system. Alarm inititiating device
circuit dan alarm indicating appliance circuit terhubung langsung pada panel
ini.
4. Primary Power Supply
Catu daya listrik primer ini memasok listrik ke seluruh sistem alarm
kebakaran. Pasokan ini terhubung ke sumber listrik local sekitar.
5. Secondary Power Supply
Secondary power supply merupakan catu daya terpisah yang bekerja
apabila primary power supply tidak dapat bekerja. Secondary power supply
dapat memasok listrik ke seluruh fire alarm system.

C. Cara Kerja Fire Alarm System


Pada dasarnya fire alarm system bekerja saat alat pendeteksi mendeteksi
adanya kemungkinan terjadi kebakaran. Sehingga cara kerja fire alarm system
dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan alat pendeteksi yang digunakan.
1. Prinsip Kerja Fire Alarm Smoke Detector

Gambar 1. Ilustrasi Ruang Pendeteksi dengan Pembangkit Ion


Type Ionization Smoke Detector bekerja berdasarkan proses ionisasi
molekul udara oleh unsur radioaktif Am (Americium241). Bahan ini
digunakan sebagai pembangkit ion di dalam ruang detector (Gambar 1).

Gambar 2. Ilustrasi Ruang Pendeteksi dalam Keadaan “Normal”.

Dalam detector terdapat dua plat yang masing-masing bermuatan postif


dan negatif. Ion bermuatan positif akan tertarik ke plat negatif, sedangkan ion
negatif tertarik ke plat positif. Proses ini akan menghasilkan sedikit arus listrik
yang dikatakan “normal” (Gambar 2).

Gambar 3. Ilustrasi Ruang Pendeteksi Saat Terjadi Kebakaran.


Manakala asap kebakaran masuk, terjadilah tumbukan antara partikel asap
dengan molekul udara (yang terionisasi tadi). Sebagian partikel asap akan
dimuati oleh ion positif dan sebagian lagi oleh ion negatif. Oleh karena ukuran
partikel asap lebih besar dan jumlahnya lebih banyak daripada molekul udara
(yang terionisasi tadi), maka arus ion yang sebelumnya “normal” tadi, kini
akan mengecil akibat terhalang oleh partikel asap. Jika sudah melampaui batas
ambangnya, maka terjadilah kondisi “alarm” (Gambar 3).
2. Prinsip Kerja Fire Alarm Heat Detector

Gambar 4. Komponen-Komponen Heat Detector.


Heat detector terdiri dari dua ruang (dual chamber). Yang pertama adalah
reference chamber yang berhubungan dengan udara luar. Yang kedua adalah
sensing chamber yang terhubung dengan refrence chamber. Dua ruangan ini
di monitor untuk mengetahui arus ion pada kedua ruangan ini. Suatu ruangan
dikatakan “tidak normal” atau terbakar apabila asap mampu masuk ke sensing
chamber dan membuat arus ion di dalam sensing chamber menjadi tidak
simbang. Hal ini yang menyebabkan terjadinya alarm. Namun beberapa hal
menjadi penghambat pendeteksi ini seperti debu, kelembaban berlebih
(kondensasi), aliran udara keras dan serangga kecil. Faktor tersebut bisa salah
terbaca oleh detector, sehingga disangka sebagai asap.
3. Prinsip Kerja Fire Alarm Smoke Detector Photoelectric (Optical)
Fire alarm smoke detector photoelectric (optical) merupakan alat
pendeteksi yang bekerja terhadap perubahan cahaya pada ruangan di dalam
alat pendeteksi. Perubahan cahaya ini dapat disebabkan karena asap dengan
kepadatan tertentu. Terdapat dua prinsip cara kerja alat ini, yaitu:
 Light Scattering.
Prinsip ini merupakan prinsip yang paling banyak digunakan saat ini.
Prinsip ini terdiri dari Light-Emitting Diode (LED) sebagai sumber cahaya dan
photodiode sebagai penerima cahaya. LED diarahkan pada daerah yang tidak
terkena photodiode, sehingga saat ada asap yang masuk maka cahaya akan
dipantulkan ke photodiode dan mengakibatkan alarm bereaksi.
Gambar 5. Detector saat keadaan “normal” (kiri). Detector saat ada asap (kanan).

 Light Obscuration.
Cahaya yang terhalang oleh asap menyebabkan detector mendeteksi
adanya kebakaran. Prinsip ini digunakan juga pada smoke detector dengan
jenis infrared beam. alat pendeteksi denagn prinsip ini dapat pencapai panjang
hingga 100 m.

Gambar 6. Detector saat keadaan “normal” (kiri). Detector saat ada asap (kanan).

D. Sistem Kontrol Fire Alarm System


1. Pengertian dan Fungsi
Sistem kontrol merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
mengendalikan suatu proses agar output yang dihasilkan dapat dikontrol
sehingga tidak terjadi kesalahan (Setiawan, 2006).
2. Blok Diagram Fire Alarm System
Blok diagram sistem control terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Loop Terbuka (Open Loop)

Gambar 7. Blok Diagram Loop Terbuka.

Pada sistem ini, output tidak memiliki hubungan dengan pengontrolan


sehingga tidak bisa dikontrol terhadap output yang keluar.
 Loop Tertutup (Close Loop)
Gambar 8. Blok Diagram Loop Tertutup.
Pada sistem kontrol ini, memiliki umpan balik (feedback) yang
dilakukan terhadap pengendali sehingga output dapat mendekati nilai yang
diinginkan.
3. Cara Operasi Fire Alarm System
Pada fire alarm system yang menjadi inputnya adalah asap dan suhu yang
tinggi. Sementara outputnya adalah reaksi alarm baik suara maupun visual.
Alat pendeteksi akan mendeteksi adanya kabakaran pada suatu ruangan atau
bangunan melalui asap dan suhu yang tinggi, untuk selanjutnya mengirimkan
sinyal kebakaran ke Fire Control Panel (FCP). Selain melalui alat pendeteksi,
FCP juga menerima adanya sinyal kebakaran melalui manual pull station
apabila ada manusia yang menekan tombol tersebut saat mengetahui adanya
kebakaran. Selanjutnya FCP mengolah sinyal tersebut dan memberikan aksi
berupa peringatan. Setiap panel FCP memiliki controller yang menerima input
dari alat pendeteksi dan manual pull station dan meneruskannya ke
annunciator untuk memberi peringatan berupa lampu indikator dan bell/horn
yang berbunyi. Pada satu bangunan, sistem kebakaran terbagi menjadi
beberapa zona. Annunciator hanya akan bekerja pada daerah dimana
controller menerima sinyal dari alat pendeteksi dan manual pull station.
Sehingga saat kebakaran terjadi di satu zona maka announcer hanya memberi
tanda pada daerah itu saja, karena alat pendeteksi hanya penerima tanda
kebakaran pada daerah tersebut (sistem addressable)
Controller mendapatkan tegangan dari power supply circuit yang
sekaligus berfungsi untuk mengisi power supply cadangan (battery) dan
melakukan pemindahan power supply dari main power ke power supply
cadangan atau sebaliknya).
Hasil pengolahan sinyal indikasi adanya kebakaran oleh controller,
kemudian dikirim ke annunciator yang berfungsi sebagai alat berupa display
panel yang memberikan informasi zona dimana terjadinya kebakaran.
Informasi terjadinya kebakaran berupa bunyi (buzzer), serta lampu LED
indikator yang menunjukan zona terjadinya kebakaran. Sinyal kebakaran
tersebut juga dikoneksikan ke horn pada combination panel untuk
membunyikan alarm. Pada combination panel terdapat juga tombol (manual
pull station) yang dapat ditekan (push) bila seseorang melihat adanya
kebakaran, selain itu terdapat juga socket telepon untuk berkomunikasi dengan
telepon yang ada pada fire control panel. Disamping itu juga pada
combination panel terdapat lampu yang menyala untuk menandakan fire
control panel dalam keadaan beroperasi (Anonim, 1985).
E. Perangkat Keras Fire Alarm System

1. Fire Alarm Control Panel/Fire Alarm Control Unit


Komponen ini berfungsi untuk menghubungkan seluruh sistem,
memeriksa input dan intergritas sistem alarm kebakaran, mengontrol output
yang dihasilkan dan mengolah informasii yang masuk dari initiating device.

Gambar 8. Sebuah Fire Alarm Control Panel (Atas) dan Graphic Annuciator (Bawah) Merk
Siemens MXL.
Gambar 9. Fire Alarm Control Unit(FACU)/ Autonomous Cotrol Unit (ACU) Jenis Vigilant
VM-1 yang Terhubung dengan Suara Evakuasi dan Sistem Penghubung Pemadam Kebakaran.

2. Primary Power Supply


Catu daya ini terdapat pada kontrol panel dan terhubung langsung ke
sumber listrik yang ada pada bangunan.
3. Secondary (Backup) Power Supply
Berupa generator yang menyimpan daya apabila catu daya utama tidak
dapat memasok listrik.

Gambar 10. Secondary Power Supply.


4. Intiatiating Device
Berfungsi sebagai alat yang menerima input yang diaktifkan nnaik secara
otomatis maupun manual.
Gambar 11. Manual Pull Station yang digunakan di Kanada dan Amerika.

.
Gambar 12. Heat Detector.

Gambar 13. Smoke Detector.


5. Notification Appliances
Komponen ini menggunakan energy yang dipasok oleh fire alarm system
atau sumber energy lainnya untuk menginformasikan manusia bahwa perlu
dilakukan evakuasi terhadap kebakaran.
Gambar 14. Fire Alarm and Manual Pull Station.

Gambar 15. Lampu Indikator yang Menunjukkan Arah Evakuasi.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Fire Alarm Control Panel. Diambil dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_control_panel. 6 Januari 2019.
Anonim. 2019. Fire Alarm System. Diambil dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system. 6 Januari 2019.
Anonim. AICO Alarm Interface used in High Risk Fire Safety Systems.
Diambil dari: https://professional-electrician.com/products/aico-alarm-
interface-used-high-risk-fire-safety-systems. 6. Januari 2019.
Anonim. Fire Alarm. Diambil dari: https://njact.com/. 6 Januari 2019.
Bromindo. Prinsip Kerja Fire Alarm Smoke Detector. Diambil dari:
https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-alarm-smoke-detector. 5
Januari 2019.
Hamzah, Taufik. Sistem Pecegahan Bahaya Pada Bangunan. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai