Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERKEMBANGAN KURIKULUM DARI MASA KE MASA DAN KECOCOKAN


DENGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Permasalahan Pembelajaran Matematika Masa Kini

Dosen Pengampu :
Nurhasanah Siregar, S.Pd., M.Pd.

OLEH :
KELOMPOK 4

Nama : Ade Melinda (4163111003)


Aflah Til Jannah (4161111002)
Ira Syafira (4161111035)
Kiki Widianingsih Naibaho (4161111038)
Mongguna Sari (4161111042)
Nurul Husna (4162111009)
Prasko O. Sinaga (4162111011)
Kelas : Pendidikan Matematika Reguler B 2016

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat penulis dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun makalah “Perkembangan
Kurikulum Dari Masa Ke Masa Dan Kecocokan Dengan Pendidikan Matematika”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas yang mata kuliah Permasalahan Pembelajaran Matematika
Masa Kini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini, khususnya dosen Permasalahan
Pembelajaran Matematika Masa Kini yang telah membimbing penulis.

Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi
kami sendiri sebagai penyusun. Penulis menyadari bahwa makalah “Perkembangan
Kurikulum Dari Masa Ke Masa Dan Kecocokan Dengan Pendidikan Matematika” ini masih
jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar dapat memperbaiki kesalahan dan membuat tugas yang akan datang menjadi
lebih baik.

Medan, 11 September 2019

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Kurikulum........................................................................................................................ 3
B. Perkembangan Kurikulum Dari Masa Ke Masa ............................................................................. 4
BAB III....................................................................................................................................................... 28
PENUTUP.................................................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 28
B. Saran .................................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 29

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa,
ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum
yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan
masyarakat cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu
pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab
pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pendidikan di Indonesia
semakin berkembang dan perhatian dari pemerintah akan hal itu sangat baik sekali dalam
perkembangan kurikulum. Dan di tanah air ini perkembangan kurikulum dapat
diklasifikasikan menjadi empat periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan, periode Orde
Lama, periode Orde Baru, dan periode reformasi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada dasarnya perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu, dewasa ini
berkembang sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum
tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian
penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi
baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industry, era
globalisasi, dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah
menyentuh dimensi teknologi informasi dan komunikasi.
Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari perubahan kurikulum dari
masa ke masa. Karena hal ini akan semakin memberikan pemahaman kepada kita betapa
pentingnya keberadaan kurikulum dan penting pula untuk dikembangkan.

1|Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Perkembangan kurikulum dari masa ke masa.
2. Kecocokan Kurikulum dengan pembelajaran Matematika.

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan kurikulum dari masa ke masa.
2. Mengetahui kecocokan Kurikulum dengan pembelajaran Matematika.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya. Kurikulum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal (Nasution,
2008).
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Menurut David Praff (Chomaidi dan Salamah. 2018 :284), kurikulum ialah seperangkat
organisasi pendidikan foral atau pusat-pusat pelatihan. Defenisis tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
a) Rencana tersebut dalam bentuk tulisan
b) Rencana itu ialah rencana kegiatan
c) Kurikulum berisikan hal-hal sebagai berikut :
1) Siswa mau dikembangkan kemana?
2) Bahan apa yang akan diajarkan?
3) Alat apa yang digunakan?
4) Bagaimana cara mengevaluasinya?
5) Bagaimana kualitas guru yang diperlukan ?
d) Kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan formal
e) Kurikulum disusun secara sistematik
f) Pendidikan latihan mendapat pelatihan

3|Page
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupaka suatu rancangan pembelajaran yang
telah ditulis oleh seorang pendidik dan akan diterapkan dalam suatu pembelajaran di sekolah.

B. Perkembangan Kurikulum Dari Masa Ke Masa

a) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer plan,”
dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebihbersifat politis dari orientasi pendidikan
Belanda lebih ke kepentingan Nasional. Asas pendidikan di tetapkan pancasila. Awalnya
pada tahun 1947,pada saat itu diberi nama rentjana peladjaran 1947, dan pada saat itu
kurikulum pendidikan di Indonesia masih di pengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang sehingga hanya meneruskan yang pernah di gunakan sebelumnya.
Rentjana Peladjaran1947 berbangsa saat itu masih dalam kondisi semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan sebagai developmentconformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain yang ada di muka bumi ini.
Rentjana Peladjaran1947 baru dilaksanakan oleh sekolah pada tahun 1950 .[2]Bahkan
sejumlah kalangan menyebutkan sejarah perkembangan kurikulum di awali dari kuikulum
1950, bentuknya memuat dua hal pokok:
 Daftar mata pelajaran dan jam mengajar
 Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana peladjaran1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif namun
yang diutamakan pendidikan watak atau kepribadian (value attitude) meliputi:
 Kesadaran bernegara dan bermasyrakat.
 Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
 Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Matematika dapat berbeda-beda, tergantung pada bagaimana pertanyaan itu dijawab,
dimana pertanyaan itu dijawab, kapan pertanyaan itu dijawab, siapa yang menjawab, dan apa
saja yang dipandang masuk dalam kategori matematika. Matematika dapat diartikan sebagai
suatu ilmu tentang pola, bilangan dan ruang, dapat diartikan sebagai suatu sarana berpikir dan
berlogika, serta dapat diartikan juga sebagai suatu aktivitas manusia.

4|Page
b) Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Peladjaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 diberi nama Rentjana Peladjaran Terurai 1952,kurikulum
ini sudah mengarah pada sistem pendidikan Nasional. Hal yang paling menonjol dan menjadi
ciri dari urikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih di perinci pada setiap mata pelajaran yang di sebut rentjana
peladjaran.Di penghujung era presiden Soekarno muncul rencana pendidikan 1964 atau
kurikulum 1964 yang fokusnya pada pengembangan pancawadhana , yaitu daya cipta, rasa,
karsa,karya, dan moral.
Mata pelajaran diklsifikasikan dalam lima kelopok bidang studi:
 Moral.
 Kecerdasan.
 Emosioanal atau artistik.
 Keprigelan (keteramplan).
 Jasmaniah.
Pada perkembangan rencana pelajaran lebih dirinci lagi pada setiap mata pelajaran yang
dikenal dengan istilah Rencana pelajaran terurai 1952 “silabus mata plajarannya jelas sekali,
seorang guru mengajar hanya satu mata pelajaran.”Pada masa itu juga di bentuk kelas
masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun yang tidak
melanjutakan ke SMP, kelas masyarakat mengajarkan keterampilan seperti pertanian,
pertukangan dan perikanan ,tujuannya agar anak yang tidak mampu melanjutkan ke SMP bisa
langsung bekerja .
Mata pelajaran yang ada pada kurikulum 1954 yakni untuk jenjang sekolah rakyat (SR)
menurut rencana pelajaran 1947:
1. Bahasa Indonesia.
2. Banahas daerah.
3. Berhitng.
4. Ilmu alam.
5. Ilmu hayat.
6. Ilmu bumi.
7. Sejarah.
8. Menggambar.
5|Page
9. Menulis.
10. Seni suara.
11. Pekerjaan tangan.
12. Pekerjaan keputerian.
13. Gerak badan.
14. Kebersihan dan kesehatan.
15. Didikan budi pekerti.
16. Pendidikan agama.
Keberadaan matematika di dalam kurikulum turut berkembang seiring perkembangan
kurikulum yang berjalan. Muatan dan prinsip dalam pembelajaran matematika disesuaikan
dengan tuntutan dan tujuan pendidikan yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Berbagai pandangan mengenai teori belajar serta pembelajaran matematika juga ikut andil
dalam perubahan yang terjadi. Upayaupaya pembaharuan dilakukan guna menyelaraskan
kualitas pendidikan dengan perkembangan dunia. Sebagai akibat dari perkembangan
kurikulum nasional sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka kurikulum dan
pembelajaran matematika juga tercatat mengalami beberapa perubahan.
Kegiatan pembelajaran pada masa itu didominasi pada kegiatan menghafal fakta,
algoritma dan penggunaan rumus-rumus dalam menyelesaikan soal-soal yang disajikan.
Sehingga peserta didik cenderung menirukan apa yang dicontohkan guru di kelas, kemudian
mengerjakan soal-soal latihan sebagai penguatan terhadap apa yang telah diajarkan guru di
kelas.

c) Kurikulum 1964
d) Kurikulum 1968
e) Kurikulum 1975
Pada tanggal 17 Januari tahun 1975, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 008-D/U/1975, Pemerintah menetapkan kurikulum baru untuk SMP dan
dinamakan Kurikulum 1975, sesuai dengan tahun penetapan berlakunya kurikulum tersebut.
Dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1975 memberikan landasan baru bagi kebijakan
pengembangan kurikulum di Indonesia. Kurikulum 1975 merupakan kurikulum pertama di
Indonesia yang dikembangkan berdasarkan teori, model, dan desain kurikulum modern.
Pikiran teoritik tentang peserta didik, proses pembelajaran, penilaian hasil belajar dijadikan
dasar-dasar utama dalam pemikiran pengembangan kurikulum. Model pembelajaran yang

6|Page
dikenal dengan nama Perencanaan Sistem Instruksional menjadi model baru dalam dunia
pendidikan Indonesia.
Kegiatan pengembangan kurikulum 1975 pikiran teoritik dan prosedur pengembangan
kurikulum modern dilaksanakan dalam pengembangan ide kurikulum, rancangan
pembelajaran dan pedoman pelaksanaan. Ide kurikulum memuat landasan filosofis, teoritis
dan model kurikulum dan sebenarnya adalah jawaban kependidikan Pemerintah terhadap
kebutuhan masyarakat sebagaimana yang dipersepsi oleh para pengambil keputusan dalam
bidang pendidikan dan terjemahan dari kebijakan tersebut oleh para pengembang kurikulum
secara teknis. Ide kurikulum tersebut dirancang sedemikian rupa dan ditulis dalam Buku I
dokumen kurikulum yang dinamakan Ketentuan-ketentuan Pokok.
Dalam kurikulum tahun 1975 dinyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata
pelajaran Ilmu sosial. Untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi
pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi,
sedangkan untuk menengah IPS mencakup geografi dan kependudukan, sejarah, antropologi
budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung dagang. Jadi orientasi pendidikan
intinya mata pelajaran IPS masuk ke kurikulum 1975 masuk ke dalam SD/MI SMP/MTS,
namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai
berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun
berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP. Kurikulum 1975 adalah kurikulum
pertama di Indonesia yang dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur yang didasarkan
pada teori pengembangan kurikulum.
Meskipun demikian kurikulum 1975 masih dikembangkan berdasarkan pemikiran
orientasi filosofis pendidikan keilmuan yang dominan dan tidak berorientasi kepada
pembangunan, walaupun demikian tidaklah berarti kurikulum 1975 telah melepaskan diri dari
npengaruh politik . (S. Hamid Hasan : 2006) dimana situasi pemerintahan saat itu awal
pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum
1975 banyak dikritik. Pada tahun 1975, lahirlah kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga

7|Page
jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian
khusus. Kurikulum 1975 mengemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan fusi (perpaduan) dari mata pelajaran sejarah,
geografi dan ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan
sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam kurikulum
1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok
pendidikan umum.
Pada tahun 1972 – 1973 sudah pernah dilakukan uji coba pertama konsep IPS masuk
dipersekolahan Indonesia diterapkan pada kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan
tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan
geografi saja, sehingga dilakukan reduksi mata pelajaran mulai tingkat Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas saat itu dimasukan mata pelajaran ilmu sosial serumpun atau sejenis
digabung ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu pemberlakuan istilah IPS (social
studies) dalam kurikulum 1975 dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di
Indonesia.
Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah
di Indonesia disajikan mata pelajaran dan bidang studi atau jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum tahun 1975 merupakan perwujudan dari
perubahan sosial pada pelaksanaan UUD 1945 secara mnurni dan konsekuen, bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama.
Konsep Pendidikan IPS yang menginspirasi kurikulum 1975 yang menampilkan 4
(empat) profil, yaitu:
 Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menggantikan Kewarganegaraan sebagai bentuk
pendidikan IPS khusus.
 Pendidikan IPS terpadu untuk SD
 Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep
Payung sejarah, geografi dan ekonomi koperasi;
 Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan
geografi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan
sejarah) untuk SMEA / SMK.
8|Page
Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan, pendekatan
integrative, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem juga merupakan tonggak
pembaharuan yang lebih nyata dan lebih mantap dalam sistem pendidikan nasional yang
dimaksudkan mencapai keselarasan, meningkatakan efisiensi dan efektifitas pengajaran,
meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975,
Menteri Pendidikan Republik Indonesia pada waktu itu Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang
latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di
sekolah. Penjelasan tersebut sebagai berikut:
a. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap
program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun
kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah :
 Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan
baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
 Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang
digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya
pembangunan
 Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau
kebijaksanaan pendidikan nasional.
 Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien
dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
 Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau system
yang kini sedang berlaku.
b. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang
berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

9|Page
B. Prinsip-Prinsip Kurikulum 1975
Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai
oleh siswa yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
 Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
 Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
 Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
 Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur


a. Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA. Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak
dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
b. Struktur Program Kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada
tiap sekolah.
c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan
program pengajaran, yaitu:
 Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
 Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan
pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
 Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para
siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
 Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran
berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.

10 | P a g e
d. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang
senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling
berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu
dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai
pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen
PPSI meliputi:
 Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi
guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.
 Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI
disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas
program/ pelaksanaan pengajaran.
 Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa
merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar
siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus
instruksional yang harus dicapai oleh para siswa
 Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan
petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan
sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
 Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-
petunjuk dari program yang telah disusun.
 Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan
pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.
e. Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu., inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum
sebelumnya yaitu memberikan penilaian pada akhir semester akhir tahun saja.
f. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembangkan mereka menjadi manusia yang mampu
meraih masa depan yang lebih baik.
g. Supervisi dan Administrasi
11 | P a g e
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang
digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah
menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman
pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah :
 Pendidikan agama
 Pendidikan Moral Pancasila
 Bahasa Indonesia
 IPS
 Matematika
 IPA
 Olah raga dan kesehatan
 Kesenian
 Keterampilan khusus

C. Strategi Pelaksanaan Kurikulum


1. Cara Penyampaian Pengajaran
Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian pengajaran dalam
bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana halnya modul, satuan pelajaran ini juga berbentuk
satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil. Bedanya dari modul adalah bahwa satuan
pelajaran disusun dan digunakan oleh guru dalam memberikan pengajaran, sedangkan modul
sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa.
Oleh karena itu program satuan pelajaran tidak lengkap program modul, sekalipun
pokok-pokok bahannya sama. Di samping itu, mengingat satuan pelajaran digunakan oleh
guru sedangkan modul sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa, sistem
satuan pelajaran masih menggunakan sistem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan
sebaliknya sistem modul sudah mengarah kepada sistem pengajaran secara individual,
dimana peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa. Penjelasan lebih
lanjut mengenai satuan pelajaran dan perbedaannya dengan modul akan diberikan secara
khusus dalam buku yang akan datang.
Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan
pelajaran disusun dengan menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan nama
PPSI, singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional, yaitu langkah-langkah

12 | P a g e
dalam mengembangkan program pengajaran. Penjelasan yang lebih terperinci mengenai PPSI
ini juga akan diberikan secara khusus dalam bab yang akan datang. Sekalipun berbeda dalam
bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun satuan pelajaran disusun dalam
menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan PPSI.

2. Cara Penilaian
Cara penilaian pada kurikulum 1975 pada dasarnya sama dengan cara penilaian pada
PPSP. Disamping penilaian pada cara akhir setiap catur wulan/semester, dilakukan pula
penilaian secara teratur pada akhir setiap satuan program yang lebih kecil, dalam hal ini pada
akhir setiap satuan pelajaran. Bila banyak murid atau siswa yang belum memahami bahan
yang diberikan dalam suatu pelajaran, guru akan memperbaiki cara (metode) dalam
menyajikan bahan tersebut.
Ada enam langkah kegiatan yang telah ditempuh dalam mengembangkan kurikulum di
Indonesia, dari rumusan tujuan institusional sampai dengan penyususnan pedoman-pedoman
pelaksanaan. Mengingat tugas anda sebagai guru SD, contoh-contoh hasil kegiatan
pengembangan pada setiap langkah akan diambilkan dari apa yang terdapat dalam kurikulum
SD 1975.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 1975


a. Kelebihan
 Berorientasi pada tujuan
 Mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa
 Relevan dengan kebutuhan masyarakat
 Menggunakan pendekatan psikolog
 Menekankan efektivitas dan efisiensi
 Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor–faktor ekosistem dan
kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
 Prinsip berkesinambungan
b. Kelemahan
 Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik
 Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
 Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
13 | P a g e
 Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
 Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara
sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
 Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang
mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru.
 Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang
menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas

f) Kurikulum 1984
a. Sejarah Kurikulum 1984 Di Indonesia
Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum
1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi . Secara umum dasar perubahan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah
harus benar-benar fungsional dan efektif.

14 | P a g e
 Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
 Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran.
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
 Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak,
dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan.
 Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki
enam belas mata pelajaran inti.
2) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3) Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di
SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan
dalam program A dan B. Program A terdiri dari.
• A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
• A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
• A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
• A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
• B, penekanan keterampilan kejuruan.
Tetapi mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program
ini untuk sementara ditiadakan.
15 | P a g e
1) Kurikulum 1984 Untuk Sd, Smp, Dan Sma
Sepuluh tahun kemudian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan
kurikulum baru yang dikenal dengan nama Kurikulum 1984, sesuai dengan tahun pada waktu
kurikulum tersebut diberlakukan. Setelah ini kebijakan penggantian kurikulum setiap sepuluh
tahun menjadi suatu tradisi. Perkembangan dalam kehidupan politik, sosial, budaya,
ekonomi, agama, seni, ilmu dan teknologi tidak berpengaruh terhadap kurikulum. Kurikulum
tidak berubah dan terus berjalan walau pun aspek-aspek yang menjadi dasar dari kurikulum
tadi sudah jauh berbeda dari ketika suatu kurikulum dikembangkan. Pemerintah
memperlakukan kurikulum sebagai suatu seremoni politik dan hanya ketika terjadi tuntutan
politik lah maka kurikulum baru berubah. Faktor lain yang telah dikemukakan selain politik
tidak mampu menyentuh perubahan kurikulum.
Pendidikan idiologi dalam kurikulum 1984 tetap menjadi warna yang dominan dalam
kurikulum. Pemerintah menetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dalam
kurikulum sejak SD sampai ke perguruan tinggi. Dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1978
ditetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dan diarahkan untuk
menumbuhkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945. Berdasarkan TAP MPR Nomor
II/MPR/1978 ditetapkan pula Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai
“penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap
warganegara Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan
utuh.”Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) dan juga dinamakan
Ekaprasetia Pancakarsa ditetapkan sebagai bagian dari Pendidikan Pancasila melalui TAP
MPR Nomor II/MPR/1983.
Kurikulum SD 1984 memiliki struktur sama dengan kurikulum SD 1975. Semua mata
pelajaran tidak dibagi dalam kelompok-kelompok. Jumlah mata pelajaran bertambah menjadi
11 dengan adanya tambahan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
dan Bahasa Daerah. PSPB untuk SD tidak diberikan di setiap catur wulan tetapi diberikan
pada setiap catur wulan III. Jumlah jam pelajaran per minggu dapat dikatakan sama dengan
kurikulum SD 1975 yaitu kelas I 26/27 jam, kelas II 26/27 jam, kelas III 33/33 jam, kelas IV,
V, dan VI masing-masing 36/37 jam. Jika diperhatikan jumlah jam pelajaran ini berkurang
dibandingkan dengan kurikulum SD 1975 karena jam mata pelajaran Bahasa Daerah tidak
dihitung dalam kurikulum SD 1975. Bahasa Daerah hanya berlaku untuk di sejumlah daerah

16 | P a g e
Indonesia seperti propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timut, dan Bali. Jam pelajaran
untuk Bahasa Indonesia pada catur wulan 3 berkurang 1 jam untuk diberikan kepada PSPB.
Struktur kurikulum SMP 1984 sama dengan struktur kurikulum SMP 1975, yaitu
Program Pendidikan Umum, Program Pendidikan Akademis, dan Program Pendidikan
Ketrampilan. Dalam kelompok Program Pendidikan Umum terdapat mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sehingga jumlah mata pelajaran di kelompok ini
bertambah satu dari kurikulum SMP 1975. Dalam kelompok Program Pendidikan Akademis,
IPA untuk kurikulum SMP 1984 langsung dibagi atas Biologi dan Fisika dengan alokasi
waktu terpisah masing-masing 3 jam pelajaran per minggu. IPS tidak dipisahkan dan tetap
memiliki jam pelajaran per minggu 4 jam sama dengan kurikulum sebelumnya. Di sini
tampak adanya pergeseran konsep dan filosofis dimana para pengembang kurikulum SMP
1984 terbagi dalam kelompok yang berbeda.
Pengembang kurikulum SMP 1984 masih tetap mempertahankan pendidikan IPS
sedangkan kelompok pengembang IPA sudah tidak lagi mempertahankan pikiran semula
yang digunakan dalam kurikulum SMP 1975. Mungkin saja kesulitan mendapatkan guru
yang mampu mengajar Biologi dan Fisika dalam satu mata pelajaran IPA menjadi alasan
utama pemisahan tersebut.
Struktur kurikulum SMA 1984 mengalami perubahan yang cukup mendasar
dibandingkan dengan kurikulum SMA 1975. Pada kurikulum SMA 1984 mata pelajaran
dikelompokkan Program Inti yang harus diikuti seluruh peserta didik dan Program Pilihan
yang mengganti istilah penjurusan. Perubahan terjadi juga dalam penjurusan baik mengenai
waktu mau pun mengenai jumlah penjurusan. Peserta didik baru memilih jurusan yang
dinamakan Program Pilihan pada saat mereka naik ke kelas II dan bukan pada semester II.
Dalam hal waktu penjurusan, kurikulum SMA 1984 sama dengan kurikulum SMA 1968.
Nama Program Pilihan adalah Program Ilmu-Ilmu Fisik, Program Ilmu-Ilmu Biologi,
Program Ilmu-Ilmu Sosial, dan Program Pengetahuan Budaya. Nama Ilmu Pasti yang selalu
disejajarkan dengan Pengetahuan Alam dalam kurikulum sebelumnya tidak digunakan lagi.
Orientasi pendidikan disiplin ilmu pada kurikulum SMA 1984 semakin kental
dibandingkan kurikulum sebelumnya. Orientasi pendidikan disiplin ilmu tampak pada nama-
nama mata pelajaran yang disamakan dengan nama disiplin ilmu dan pada mata pelajaran.
Program Inti yang tidak saja terdiri dari mata pelajaran umum seperti agama, PMP, dan
pendidikan jasmani terdapat pula mata pelajaran untuk landasan pendidikan akademik. Mata

17 | P a g e
pelajaran Sejarah (Indonesia dan Dunia), Geografi, Bahasa, Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia, dan Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran dalam Program Inti.
Kurikulum 1984 pada dasarnya tidak banyak mengubah posisi belajar peserta didik.
Peserta didik harus memegang peran aktif dalam belajar terus dipertahankan. Bahkan
kurikulum baru menambah peran aktif itu dengan memperkenalkan ketrampilan proses. Pesta
didik harus melaksanakan ketrampilan proses sehingga mereka memiliki kemampuan dalam
mengembangkan masalah berdasarkan apa yang telah dibaca, diamati, dan dibahas.

2) Pengembangan Dan Pentahapan Pelaksanaan Kurikulum 1984


Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0461/U/1983 tentang
perbaikan kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Kurikulum dibawah pimpinan Prof. DR. Conny
Semiawan sesuai dengan tugasnya mengadakan perbaikan kurikulum yang hasilnya disebut
dengan Kurikulum 1984 TK, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, SPG/LB dan SMK
baik yang setingkat dengan tingkat SMP maupun yang setingkat dengan tingkat SMA.
Perbaikan terhadap kurikulum mencakup:
1) Peninjauan kembali secara menyeluruh kurikulum yang berlaku melalui pendekatan
pengembangan dengan bertitik tolak pada:
a. Pilihan kemampuan dasar, baik pengetahuan maupun keterampilan yang perlu
dikuasai dalam pembentukan kemampuan dan watak peserta didik.
b. Keterpaduan dan keserasian antara matra kognitif, afektif dan psikomotorik.
c. Penyesuaian tujuan dan struktur kurikulum dengan perkembangan masyarakat,
pembangunan, ilmu pegetahuan dan teknologi.
2) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sebagai bidang/program yang
berdiri sendiri, dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Tingkat
Atas, termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
3) Pengadaan program studi baru yang merupakan usaha memenuhi kebutuhan
perkembangan di lapangan kerja.
Salah satu prinsip pengembangan kurikulum 1984 adalah prinsip dekonsentrasi yang
mempunyai arti adanya pembagian kewenangan dalam pengembangan kurikulum antara
Pusat dan Daerah. Kewenangan daerah dalam hal ini terutama terletak pada pengembangan
keterampilan yang sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat dan lapangan kerja di
daerah. Untuk maksud ini maka Staf Bidang Dikdas dan Dikmenum, Kanwil Depdikbud

18 | P a g e
memerlukan koordinasi/kerjasama dengan Kantor Depdikbud tingkat Kabupatan dan atau
Tingkat Kecamatan, Instansi lain yang terkait, misalnya Kanwil Depnaker, KADIN, dan
Perusahaan, Pemerintah Daerah antara lain Gubernur, Walikota/Bupati, khususnya
BAPPEDA.
Pengembangan Kurikulum 1984 perlu berpedoman pada azas-azas (1) berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang 1945 dan GBHN, (2) Keluwesan dengan mempertimbangkan
baik tuntutan kebutuhan peserta didik pada umumnya maupun kebutuhan peserta didik secara
individu sesuai dengan minat dan bakatnya, serta kebutuhan lingkungan, (3) Pendekatan
Pengembangan yang berarti bahwa pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan
terus menerus.yaitu dengan jalan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil
yang telah dicapai untuk maksud perbaikan/pemantapan dan pengembangan lebih lanjut, dan
(4) Peran serta daerah dimana daerah berwewenang menjabarkan lebih lanjut materi program
keterampilan dan khususnya program B untuk Sekolah Menengah Atas. Kurikulum 1984
dilaksanakan secara bertahap mulai dari kelas I pada tahun ajaran 1984/1985, kelas I dan
kelas II pada tahun ajaran 1985/1986, dan seterusnya (Soedirdjo, dkk, 2010: 45-46).

g) Kurikulum 1994
h) Kurikulum 2004
Kurikulum pendidikan yang berlaku tahun 2004 adalah kurikulum 2004 atau biasa
disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetens(KBK). KBK merupakan salah satu bentuk
inovasi kurikulum karena adanya semangat reformasi pendidikan. Hal ini diawali dengan
kebijakan pemerintah dalam pemerintahan daerah atau dikenal dengan otonomi daerah
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999. Munculnya kebijakan pemerintah tersebut didorong
oleh perubahan dan tuntutan perubahan masyarakat dalam dimensi globalisasi yang ditandai
dengan munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sehingga kehidupan
penuh persaingan pada segi apapun. Oleh karena itu, setiap individu harus memiliki
kompetensi yang handal dalam berbagai bidang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya.

Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi atau disebut dengan KBK merupakan implementasi


dari UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003. KBK ini adalah merupakan suatu desain kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu yang harus dipelajari atau

19 | P a g e
ditampilkan peserta didik. Seperangkat kompetensi tersebut pada akhirnya akan
menggambarkan sebuah profil kompetensi yang utuh, terukur,dan teramati. Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi mencakup pada pengembangan silabus dan sistem penilaian.
Silabus menyiapkan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran,
sedangkan sistem penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan pelaksanaannya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan program pembelajaran yang mana hasil
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik yang mempunyai beberapa
komponen pokok pembelajaran yaitu: kompetensi yang akan dicapai, strategi penyampaian
dan sistem evaluasi yang digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik. Yang
dalam hal ini KBK lebih ditekankan pada hasil pembelajaran
KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk
mengembangkan kemampuan intelektual, melainkan bagaimana pengetahuan yang telah
dipahami dapat mengembangkan perilaku yang ditampilkan dalam dunia nyata.

Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan KBK yaitu ;1) Keimanan, nilai dan budi
pekerti luhur, 2) Penguatan identitas nasional, 3) Keseimbangan etika, 4)Adaptasi terhadap
abad pengetahuan dan teknologi, 5)Mengembangkan keterampilan hidup, 6)Berpusat pada
anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, 7) Kesamaan memperoleh
kesempatan, 8) Belajar sepanjang hayat, 9)Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa.


2) Berorientasi pada hasil belajar.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif dan relevan
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi

Kecocokan Kurikulum Dengan Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran matematika mengalami perkembangan-perkembangan. Awalnya


model pembelajaran matemnatika memakai model pembelajaran matematika tradisional, ciri
umumnya siswa diajari untuk mengasah otak dan menghapal. Kemudian karena adanya
pengaruh dari perkembangan matematika internasional terutama adanya penemuan-

20 | P a g e
penemuan baru mengenai teori belajar maka pemerintah menerapkan kurikulum baru yaitu
kurikulum tahun 1974. Ciri pembelajaran matematika saat itu mengedepankan belajar
bermakna, siswa bukan hanya sekedar menghapal namun mengahapal setelah tahu makna
yang dihapal. Kemudian tahun 1984 kembali pemerintah mengeluarkan kurikulum baru
dimana ilmu komputer yang saat itu mulai berkembang dimasukkan dalam mata pelajaran
matematika dan ilmu kalkulator disisipkan sebagai pokok bahasan dalam mata pelajaran
matematika.

Kemampuan hitung-menghitung ternyata belum cukup untuk membekali siswa didik


dalam menghadapi kehidupan maka mulai tahun 1994 pemerintah mengeluarkan kebijakan
baru dengan menerapkan kurikulum baru dengan ciri umum menyertakan permasalahan
permasalahan kontekstual dalam materi pelajaran. Soal-soal cerita disetiap aakhir pokok
bahasan merupakan hal yang tak pernah ketinggalan dan mudah dijumpai pada buku-buku
pelajaran matematika saat itu. Namun hal ini dirasa juga belum cukup sebab terbukti banyak
lulusan yang tidak mampu menyeleasaiakan permasalahan sederhana dalam kehidupannya,
akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum baru tahun 2004 yaitu kurikulum berbaisis
kompetensi dengan ciri kusus dalam mata pelajaran matematika yang mengedepankan
permasalahan kontekstual dalam mengawali pembelajaran dan ketuntasan belajar dalam
setiap kompetensi dasar.

Dalam kurikulum 2004 pembelajaran matematika mempunyai beberapa tujuan khusus antara
lain :

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
5. Penilaian berbasis kompetensi mempunyai prinsip belajar tuntas (mastery learning),
siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Dan, salah
satu mmodel yang cocok dengan prinsip tersebut adalah model penilaian portofolio.

21 | P a g e
Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah tiga ranah perkembangan
psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

i) Kurikulum 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan
KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana
yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22
Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Standar ISI (SI) yaitu lingkup materi minimal dan standar kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu yang
berlaku secara nasional.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah standar yang digunakan untuk melakukan
penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik. Standar kompetensi lulusan terdiri dari
standar kompetensi kelompok mata pelajaran dan standar kompetensi mata pelajaran untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pada hakekatnya KTSP merupakan inovasi dari pengorganisasian kurikulum yang
dilimpahkan dari pusat ke daerah dalam hal ini lebih mengerucut pada level satuan
pendidikan atau sekolah. oleh karena itu dalam pengembangannya disesuaikan dengan
karakteristik satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, sosial budaya, masyarakat,
dan karakteristik peserta didik.
Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya dalam
penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi ditentukan oleh satuan
pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan secara
nasional. Secara umum konten dan system kompetensi pada kurikulum 2004 masih
digunakan pada kurikulum 2006 atau KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum
tersebut saling berkaitan erat.
Karakteristik KTSP

22 | P a g e
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.
KBK dan KTSP setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Berbasis kompetensi dasar
2) Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa, bukan
penerusan materi pelajaran.
3) Berpendekatan atau berpusat pembelajaran, bukan pengajaran.
4) Berpendekatan terpadu atau integratif, bukan diskrit
5) Bersifat diversifikatif, pluralistis, dan multikultural.
6) Bermautan empat pilar pendidikan kesejagatan, yaitu belajar memahami, belajar
berkarya, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup bersama.
7) Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah.

Tujuan penyusunan KTSP di sekolah yaitu agar diadakannya penyesuaian program


pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Analisis terhadap kekuatan
dan kelemahan program-program meliputi: program pendidikan (antara lain: pemilihan mata
pelajaran muatan nasional dan muatan lokal, pemilihan kegiatan pengembangan diri,
penentuan pendidikan kecakapan hidup, penentuan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global), program pembelajaran, program remedial, dan program pengayaan.
KTSP ditujukam untuk menciptakan tamatan yang berkompeten dan cerdas dalam
mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar
sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal sebagaimana yang
telah dicetuskan oleh UNESCO.

Kecocokan Kurikulum Dengan Pembelajaran Matematika


KTSP, seperti yang sudah dibahas berulang-ulang, merupakan sebuah model
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. Di negara tetangga Singapura, pendekatan pembelajaran di sekolah
dikenal dengan nama concrete-victorial-abstract approach. Peningkatan aktivitas dan hasil
belajar matematika siswa diduga dapat dilakukan melalui perantaraan benda-benda konkrik
dan gambar-gambar yang menarik perhatian siswa.

23 | P a g e
Otonomi daerah akan menuntut agar kurikulum matematika dan pelaksanaannya di satu
daerah menyerap ciri-ciri dan praktek budaya dan kehidupan masyrakatnya (Bana Kartasasmita, 2:
2007). Khususnya pilar learning to live together sangat relevan dan menyerap ciri-ciri budaya
tersebut. Pilar ini menekankan pentingnya belajarmemahami bahwa setiap orang hidup dalam suatu
masyarakat dimana terjadi interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Implikasi penciptaan suasana
pilar ini terhadap pembelajaran matematika, adalah memberi kesempatan kepada siswa agar bersedia
bekerja/belajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat berbeda, belajar
mengemukakan dan atau bersedia sharing ideas dengan teman dalam melaksanakan tugas-tugas
matematika. Dengan kata lain belajar matematika yang berorientasi pada pilar ini, diharapkan siswa
mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dalam konteks matematika dengan teman lainnya.

Mempelajari kecenderungan pembelajaran matematika saat ini, penerapan keempat


pilar UNESCO, serta pentingnya penguasaan kompetensi matematika untuk kehidupan
peserta didik, juga telah dikeluarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) oleh Pemerintah
melalui Permen 23 Tahun 2006. Adapun SKL untuk mata pelajaran matematika adalah:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Guru dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi dan pengalaman
baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan berusaha melakukan kegiatan
sebagai berikut:

24 | P a g e
1. Memilih tugas-tugas matematika sedemikian sehingga memotivasi minat siswa dan
meningkatkan keterampilan intelektual siswa.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami pemahaman mereka terhadap
produk dan proses matematika serta penerapannya.
3. Menciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan
pengembangan idea matematika,
4. Menggunakan dan membantu pemahaman siswa, alat-alat teknologi, serta sumber-
sumber lain untuk menigkatkan penemuan matematika,
5. Mencapai dan membantu siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan semula
dengan pengetahuan baru;
6. Membimbing secara individual, secara kelompok dan secara klasikal.

j) Kurikulum 2013
k) Kurikulum 2013 Revisi
Belakangan ini dunia pendidikan di Indonesia kembali mendapatkan isu baru yang
sudah mulai masif, yaitu isu Kurikulum Nasional. Kurikulum Nasional adalah sebutan untuk
Kurikulum 2013 (K-13 atau kurtilas) yang mengalami proses revisi dan perubahan edisi
tahun 2016. Sejak diterapkannya Kurikulum 2013 banyak terjadi pro dan kontra di kalangan
masyarakat terutama para guru, murid, dan orang tua murid.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 ini belum menjangkau ke seluruh wilayah di Indonesia
dan hanya beberapa sekolah yang ditunjuk langsung untuk percobaan penerapan kurikulum
ini. Sehingga memunculkan banyak masukan dari publik, para ahli dan para pegiat serta
pemerhati pendidikan dan dari masukan-masukan inilah yang menjadi rujukan dalam
perevisian Kurikulum 2013.
Proses revisi Kurikulum 2013 sebenarnya sudah dilaksanakan sejak bulan Januari 2015
hingga akhir bulan Oktober 2015.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

25 | P a g e
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.
Secara umum terdapat beberapa point perubahan penting kurikulum 2013 setelah
dilakukan revisi.
a. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional tapi tetap kurikulum 2013
edisi revisi yang berlaku secara nasional.
b. Struktur mata pelajaran dan waktu/lama belajar di sekolah tidak diubah.
c. Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya agama
dan PPKN namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP.
d. Jika ada 2 nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi.
Penghitungan nilai keterampilan dalam 1 KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan
diambil nilai rata-rata. Untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir
semester itu sama.
e. Pendekatan saintifik 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila
digunakan maka susunannya tidak harus berurutan. Teori 5M atau Mengingat,
Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta, tidak lagi sebatas menjadi teori
saja. Tetapi, guru dituntut untuk benar-benar menerapkannya dalam pembelajaran.
f. Silabus kurtilas edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom. Yaitu KD, materi
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran.
g. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, uas menjadi penilaian
akhir semester untuk semester 1 dan penilaian akhir tahun untuk semester 2.
h. Menggunakan metode pembelajaran aktif. Dengan menggunakan metode pembelajaran
aktif ini diharapkan guru mampu berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang
membuat siswa menjadi menyenangi kegiatan belajar mengajar. Jangan sampai
kurikulumnya saja yang baru tapi cara mengajarnya masih cara lama.
i. Proses berpikir siswa tidak dibatasi. Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem
pembatasan. Yaitu, anak SD sampai memahami, SMP/MTs menganalisis, dan
SMA/Aliyah mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak SD/MI boleh berpikir

26 | P a g e
sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usia
anak atau disesuaikan dengan kemampuannya.
j. Penyederhanaan aspek penilaian guru. Pada K13 versi lama, seluruh guru wajib menilai
aspek sosial dan spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang kemudian banyak
dikeluhkan oleh para guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan
siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru pendidikan agama-budi pekerti.
Sementara guru mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek akademik sesuai bidang
yang diajarkan saja.
k. Meningkatkan Hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dengan
peningkatan hubungan antara KI dan KD ini mengakibatkan banyak buku pelajaran
kurikulum 2013 lama yang harus diperbaharui. Secara konten atau isi tidak ada yang
salah dalam buku Kurikulum 2013. Kesalahan terdapat pada urutan, terutama buku
tematik yang merupakan integrasi dari berbagai mata pelajaran. Sehingga yang berubah
adalah urutannya, misalnya untuk pelajaran di kelas 1 diajarkan pada semester 1, di buku
edisi revisi baru ini diajarkan di semester 2, urutan penyajian tetap disesuaikan dengan
kompetensi dasarnya.

l) Kurikulum 2015

Kurikulum yang masih diterapkan sampai sekarang. Kurikulum ini dibuat untuk
menyempurnakan Kurikulum 2013 yang dihentikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan saati itu, Bapak Anies Baswedan. Meski namanya kurikulum 2015, namun
konsep dan metode pembelajarannya sama dengan Kurikulum 2006 atau KTSP.

27 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Chomaidi dan Salamah. 2018. Pendidikan dan Pengajaran : Strategi Pembelajaran Sekolah.
Jakarta : PT. Grasindo.
E. Mulyasa, 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik Implementasi dan
Inovasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Masnur Muslich, 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual:Panduan
bagi Guru, Kepla Sekolah dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Muhammad Joko Susilo, 2007. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan: manajemen
pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nasution, S. 2008. Kkurikulum dan Pengajaran Tahun. Jakarta : Bumi Aksara.
Wina, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi,jakarta,Kencana
pranada Madia Group 2007)
http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/03/kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan.html
diakses tanggal 10 september 2019

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai