Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah kedai kopi di kota-kota besar semakin menjamur. Mereka tak
hanya menawarkan kopi yang khas dan nikmat, tetapi juga tempat ngopi yang
menawan. Kedai kopi ini bermunculan sejalan dengan gaya hidup “ngopi
cantik” yang sedang menghinggapi milenial.
Selain kopi perusahaan biasanya juga menjual berbagai makanan, mulai
dari makanan ringan hingga makanan berat. Selain tempatnya yang dapat
menarik minat pengunjung, menu yang ditawarkan jugalah menjadi penunjang
tertariknya para calon pembeli. Rasa adalah kunci utama untuk perusahaan
mendapatkan tak hanya pembeli yang mencoba-coba namun juga pelanggan
tetap. Untuk itu bahan baku yang bagus adalah hal yang penting. Pemilihan,
pemakaian, dan penyimpanan bahan baku haruslah menggunakan metode
yang tepat. Dalam proses produksi, semua perusahaan tidak akan lepas dari
adanya persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku adalah modal kerja
yang penting yang selalu berputar dan akan selalu terus menerus mengalami
perubahan.
Penentuan besarnya modal dalam persediaan bahan baku akan memberi
dampak yang nyata bagi perusahaan. Kesalahan menetapkan besarnya
persediaan bahan baku akan berakibat menurunnya keuntungan perusahaan.
Pengendalian persediaan bahan baku bisa mengakibatkan suatu jenis bahan
baku bisa dihemat dalam penggunaannya sehingga perusahaan bisa
mamperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam menyelenggarakan kegiatan proses produksi, perusahaan harus
memiliki persediaan bahan baku yang cukup. Tetapi, jika persediaan bahan
baku perusahaan terlalu besar hal itu dapat mengakibatkan munculnya
beberapa kerugian. Dan jika persediaan bahan baku terlalu sedikit, hal itu akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan bahan baku perusahaan untuk
melakukan proses produksi.
Dalam hubungan dengan tingkat efisiensi perusahaan secara menyeluruh,
maka didalam pembelian dan penggunaan bahan baku harus dipikirkan dan
dihitung secara cermat dan tepat agar perusahaan tidak mengalami
pemborosan bahan baku yang dapat mengakibatkan pembengkakan biaya.

9
Selama ini Neuf Saffron Coffe & Resto belum menerapkan perhitungan
bahan baku menggunakan metode EOQ. Karena selama proses produksi
terkadang bahan bakunya terlalu banyak dan terkadang juga terlalu sedikit,
dan bahan baku yang dipesan selalu datang terlambat sehingga banyak menu
yang tidak tersedia. Oleh sebab itu penulis ingin menggunakan metode EOQ
didalam pengadaan bahan baku serta membandingkan antara kebijakan
persediaan perusahaan yang menggunakan metode EOQ dengan persediaan
perusahaan yang tidak menggunakan metode EOQ. Untuk itu penulis
mangambil judul Analisis Persediaan Bahan Baku pada Neuf Saffron
Coffee & Resto dalam laporan praktek kerja lapangan ini.

1.2. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui metode pengendalian persediaan bahan baku yang
digunakan oleh Neuf Saffron Coffe & Resto.
2. Untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku dengan
menggunakan metode-metode yang ada.

1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan
juga bagi pihak lain, seperti :
1. Bagi penulis
Penelitian ini menambah wawasan, pengetahuan, serta penulis juga dapat
mengembangkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah.
2. Bagi peneliti berikutnya dan pembaca
Penelitian ini bisa bermanfaat bagi peneliti berikutnya serta para pembaca
sebagai bahan referensi tambahan untuk meneliti persediaan bahan baku.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini bisa menjadi masukan bagi perusahaan apabila mengalami
masalah dengan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode-
metode manajemen persediaan bahan baku serta sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan manajemen persediaan.

10
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

11
Neuf Saffron Coffee & Resto adalah perusahaan yang bergerak pada
bidang kuliner, khususnya minuman kopi. Cafe ini resmi dibuka peda 8 Desember
2018. Neuf Saffron Coffe & Resto dedirikan bersama oleh Elly, Hendra, dan
Herry. Ketiganya memiliki minat yang sama pada bidang kuliner, terutama kopi.
Berikut adalah profil Neuf Saffron Coffe & Resto.

Nama perusahaan : Neuf Saffron

Alamat : Jalan Pamularsih Raya No.41D Semarang

Telepon : 0813-1069-850

Pemilik : 1. Elly

2. Hendra

3. Herry

Logo usaha :

Gambar 1.1

Logo Usaha

Visi misi perusahaan :

- Visi
Menyajikan masakan rumahan membuat pelanggan nyaman.
- Misi
 Mengutamakan kualitas, baik dalam hal pelayanan maupun
penyajian.
 Menumbuhkan keterampilan dan pengetahuan anggota guna
mencapai performa operasional yang maksimal.

Gambar 1.2

Struktur Organisasi

12
BAB III

13
PELAKSANAAN PKL

Kegiatan magang dilaksanakan di tempat kerja penulis yaitu di bagian


kitchen Neuf Saffron Coffe & Resto. Kegiatan magang yang dilakukan penulis
dimulai dari pukul 09:00 s/d 17:00 untuk sift pagi dan pukul 16:00 s/d 23:00
untuk sift malam selama enam hari dalam satu minggu. Pekerjaan utama yang
dilakukan penulis adalah memasak, waiterss, dan dishwasher.

Dalam kegiatan ini penulis mengerjakan pekerjaan seperti biasanya saat


bekerja. Seperti menyiapakan bahan-bahan serta menyortir bahan-bahan yang
sudah tidak layak dikonsumsi. Penulis mengerjakan kegiatan tersebut pada saat
mendapat giliran sift pagi. Sedangkan saat mendapat sift malam penulis harus
menyimpan bahan-bahan didalam lemari pendingin, serta membersihkan area
dapur sebelum pulang.

Dalam proses menyiapkan pesanan pelanggan penulis wajib memerhatian


SOP perusahaan. Terutama soal rasa, tingkat kematangan, ukuran per porsi, serta
teknik platting. Tak ketinggalan attitude juga sangatlah penting dalam pekerjaan
penulis, selain karena penulis berinteraksi langsung dengan pelanggan, attitude
juga sangat diperlukan dalam keseharian, baik kepada atasan maupun rekan kerja.

Selain kegitan tersebut penulis juga diharuskan memeriksa, menghitung,


serta mencatat persediaan bahan baku. Penulis juga dituntut untuk bisa dengan
baik menggunakan bahan baku agar kemungkinan mengalami kerugian tidak
terlalu besar. Cara penyimpanan bahan baku juga sangatlah diperhatikan, ada cara
tersendiri dan berbeda-beda bagi setiap bahan baku. Pembagiannya adalah bahan
baku yang harus disimpan dalam freeser dan bahan baku yang tidak bisa disimpan
dalam freehser. Karena makanan yang tersedia adalah frozen food, maka sebagian
besar bahan baku disimpan di dalam freesher, sedangkan bahan baku yang
disimpan dalam show chase adalah bahan-bahan seperti sayuran. Bahan baku di
dalam freesher akan digunakan paling lama hingga satu bulan.

Kegiatan magang yang berkaitan dengan mata kuliah yang didapat di


perkuliahan adalah Manajemen Persediaan Bahan Baku. Dalam dilakukannya
proses magang penulis mendapatkan ketidaksesuaian perusahaan dalam mengatur

14
persediaan bahan baku. Perusahaan belum menerapkan metode-metode persediaan
bahan baku yang ada.

Penulis memiliki beberapa tantangan dalam kegiatan magang, yaitu dalam


mengatur keluar masuknya bahan baku, dan menyeimbanagkannya. Saat akan
mencatat persediaan, kadang penulis mendapatkan sedikit kesulitan dari segi
bahan yang sering kali berubah, atau menu yang dihapus kemudian tersedia lagi.
ketidak konsistenan dalam hal bahan baku dan menu adalah masalah yang
dihadapai penulis.

Setelah melakukan kegiatan magang di Neuf Saffron Coffee & Resto,


penulis mendapatkan berbagai manfaat, diantaranya pengetahuan, keterampilan,
ketangkasan, dan juga sikap dalam menghadapi berbagai jenis pelanggan.
Pengalaman adalah hal yang paling berharga bagi penulis. Karena penulis adalah
karyawan baru, banyak sekali ilmu yang penulis dapat dalam beberapa waktu
belakang. Penulis pun mendapatkan pengalaman terkait keterampilan melakukan
sesuatu yang tidak biasa atau belum pernah penulis lakukan sebelumnya, seperti
memasak berbagai masakan yang belum pernah penulis masak. Selain itu
keterampilan dalam melayani dan menghadapi pelanggan didapat penulis dalam
kegiatan magang ini. Selain itu penulis juga mendapat keterampilan dalam hal
promosi, menawarkan berbagai menu kepada pelanggan ketika melakukan take
order. Dalam hal tersebut keterampilan dalam berbicara sangatlah penting, dimana
berbicara dengan lancar dan meyakinkan dapat menarik pelanggan.

Lalu dari segi sikap diantaranya adalah ketertiban, kedisiplinan, dan


ketelitian. Dalam menjalankan kegiatan magang sangat dibutuhkan sikap tersebut
karena dalam prosesnya bila tidak diiringi dengan ketertiban, kedisiplinan dan
ketelitian maka akan mengahmbat suatu pekerjaan. Dalam hal disiplin dan tertib
paling sederhana adalah dengan datang tepat waktu dan taat terhadap aturan yang
telah dibuat. Dalam mengerjakan sesuatu pun menjadi lebih termotivasi agar dapat
menyelesaikan tepat waktu dan dengan ketertiban serta kedisiplinan maka
pekerjaan yang dilakukan akan lebih rapi hasilnya. Ketelitian dalam bekerja atau
melakukan suatu pekerjaan sangatlah penting guna meraih hasil yang optimal.
Terlebih lagi ketika melakukan kegiatan magang yang berkaitan dengan kepuasan

15
konsumen dan tanggung jawab kepada pembimbing lapang, sehingga konsentrasi
dibutuhkan agar pekerjaan berjalan sesuai dengan harapan.

16
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Persediaan
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri
(manufaktur).

Jenis-jenis Persediaan
1. Bahan Baku
2. Barang Dalam Proses
3. Barang Jadi

4.2. Bahan Baku


Pengertian Bahan Baku
Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses
produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai
dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi
oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak
Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.

4.3. Manajemen Persediaan


Pengertian Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan bagian dari Manajemen Keuangan
yang dalam kegiatannya bertugas untuk mengawasi aktiva perusahaan.

Tujuan Manajemen Persediaan


Tujuan Manajemen Persediaan menurut D.T. Johns dan H.A. Harding
(2001:77) adalah meminimalkan investasi dalam persediaan namun tetap
konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta.

17
Faktor-faktor yang mempengaruhi Persediaan bahan baku
Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,
namun perusahaaan tetap hati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan.
Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas
bagi manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan.
Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana
perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam persediaaan dengan cara
yang seefektif mungkin. Pada Neuf Saffron Coffee & Resto persediaan adalah
masalah yang masih saja ada, seperti bahan baku yng terlalu banyak padahal
bahan baku itu adalah bahan baku yang tidak tahan lama walaupun diawetkan
dengan cara apapun, kalaupun bisa bertahan lama, nantinya akan merubah
rasa bahan baku itu sendiri. Hal inipun pastinya akan membuat pengeluaran
semakin membengkak, ditambah lagi jumlah pengunjung yang masih terlalu
sedikit, membuat perputaran bahan baku tidak stabil.

Biaya – Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan


Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variable
dan untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya
persediaan yang harus dipertimbangkan menurut Freddy Rangkuty (2004:16)
adalah sebagai berikut:

Biaya Penyimpanan (Holding cost/carring costs) yaitu terdiri dari biaya-biaya


yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya
yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain:

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin


ruangan , dan sebagainya). Fasilitas yang tersedia di Neuf Saffron Coffe &
Resto adalah pendingin, ada dua jenis pendingin yang tersedia, yaitu
freesher dan show chase;
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative pendapatan atas
dana yang di investasikan dalam persediaan;
c. Biaya keusangan;

18
d. Biaya perhitungan fisik;
e. Biaya asuransi persediaan;
f. Biaya pajak persediaan;
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan;
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya;
Biaya-biaya diatas merupakan variable apabila bervariasi dengan tingkat
persediaan.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs).
Biaya-biaya ini meliputi :
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
Dalam hal ini Neuf Saffron Coffee & Resto belum bisa dengan pasti
dan cepat memroses pesanan yang dibutuhkan untuk melakukan
proses produksi baik pada bagian kitchen maupun bagian bar;
b. Upah
keterlambatan dalam membagikan upah karyawan adalah hal yang
sering terjadi, hal itu kadang dikarenakan terlalu kecilnya jumlah
pendapatan;
c. Biaya telepon;
d. Pengeluaran surat-menyurat;
e. Biaya pengepakan dan penimbangan;
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan;
g. Biaya pengiriman ke gudang;
h. Biaya utang lancar dan sebagainya;
Pada umumnya biaya perpesanan (diluar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila
semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan , jumlah pesanan
per-periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun.
Rumus dari biaya pemesanan atau ordering costs menurut Lukas Setia Atmaja
(2002:405) adalah :
FxN
Biaya Pemesanan =
F = biaya tetap atau Fixed costs (untuk satu pemesanan)
N = frekuensi pemesanan dalam 1 tahun (adapun N adalah S/Q)
S = unit yang dibutuhkan dalam setahun.

19
3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set up costs. Hal ini terjadi jika bahan-
bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri ”dalam pabrik” perusahaan,
perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen
tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:
a. Biaya-biaya mesin-mesin menganggur;
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c. Biaya penjadwalan;
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.
Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per-periode sama
dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah biaya yang
timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-
biaya yang termasuk biaya yang kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan;
b. Kehilangan pelanggan;
c. Biaya pemesanan khusus;
d. Biaya ekspedisi;
e. Selisih harga;
f. Terganggunya operasi;
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit di ukur dalam praktik, terutama karena
kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit
diperkirakan secara objektif.

4.4. Peranan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

Perencanaan dan pengendalian adalah bagian dari manajemen persediaan.


Pengendalian adalah suatu tindakan agar aktifitas dilakukan dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian tanpa
perencanaan adalah sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian merupakan
tindakan yang tidak efektif.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2001:79) arti dari perencanaan dan


pengendalian bahan baku merupakan suatu kegiatan memperkirakan kebutuhan
persediaan bahan baku, baik secara kulitatif maupun kuantitatif. Supaya

20
perusahaan dapat beroperasi seperti yang direncanakan. Secara keseluruhan
diartikan sebagai upaya menentukan besarnya tingkat perseiaan dan
mengendalikannya dengan efisien dan efektif.

Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka


diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan
pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah:

a. Agar jumlah persediaan bahan yang disediakan tidak terlalu sedikit juga
terlalu banyak, artinya dalam jumlah yang cukup efisien dan efektif.
b. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara
efisien dan efektif.
c. Implikasi penyediaan bahan yang efisien demi untu kelancaran proses
produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah
yang memadai.
Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang
tepat. Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efisien,
untuk itu penulis menyajikan pengertian pengendalian persediaan bahan baku.

Oleh karena itu perusahaan harus mengadakan suatu tingkat persediaan


yang tepat karena bila persediaan terlalu berlebihan berarti lebih banyak uang atau
modal yang tertanam dan biaya-biaya yang ditimbulkan. Dari persediaan tersebut
besar jumlah dan bila persediaan terlalu kecil akan mengganggu kelancaran dari
kegiatan produksi perusahaan. Menurut Sofjan Assauri (2004:176) untuk
menentukan pengendalian persediaan maka harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :

a. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan


tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang
tertentu.
b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat
dipercaya terutama penjaga gudang.
c. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau
barang.
d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.

21
e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan yang
dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara
langsung.
g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.
Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang –barang yang
sudah usang dan ketinggalan zaman.
h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin

4.5. Stock (Persediaan Pengaman)


Pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) menurut Freddy Rangkuty
(2004:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out).

Adapun faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman


menurut Sofjan Assauri (2004:186) adalah:

1. Penggunaan bahan baku rata-rata


Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
2. Faktor waktu atau lead time (Procurement time)
Didalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu
yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan (order)untuk
menggantikan atau pengisian kembali persediaan dengan saat penerimaan
barang-barang yang dipesan tersebut. Diterima dan dimasukan kedalam
persediaan (Stock).
3. Penentuan besarnya penyediaan penyelamat (Safety Stock)
Dalam menentukan besarnya persediaan penyelamat yang sebaiknya
dipunyai perusahaan, haruslah didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
yang rasional yang dapat diukur, sehingga dapat menghasilkan penentuan
kebijaksanaan yang tepat dan dapat efektif. Untuk ini terdapat beberapa
pendekatan (approach) diantaranya adalah “Probability of stock out dan
level of service approach”
a. Probability Of Stock Out Approach
22
Dalam menggunakan approach ini dipakai asumsi bahwa lead time adalah
supplier pada suatu saat yang sama.
b. Level Of Service Approach
Seperti telah dikatakan bahwa persediaan penyelamat perlu diadakan untuk
mempertahankan kelangsungan kegiatan produksi dalam menghadapi
kegoncangan atau fluktuasi permintaan yang mengakibatkan pemakaian
barang dapat berfluktuasi dan tidakpastian kedatangan bahan yang dipesan
sehingga mungkin terlambat.
1) Frequency “level of service”
Dalam hal ini secara rata-rata, tingkat jasa atau pelayanan x %
dalam jangka panjang, persediaan akan dapat memnuhi seluruh
permintaan pelanggan dalam periode pemenuhan pergantian x dari setiap
100.
2) Quantity “Level of service”
Yang dimaksud adalah perbandingan secara rata-rata, dalam
jangka panjang, dari seluruh pesanan pelanggan yang dapat dipenuhi
atau dipasok dengan persediaan yang ada tanpa adanya pembatalan dan
penangguhan. Menurut level of service approach ini, penentuan besarnya
persediaan penyelamat yang sebaiknya dimiliki atau diadakan
perusahaan akan lebih tepat dan rasional, apabila diketahui hubungan
antara tingkat pelayanan dengan tingkat persediaan penyelamat yang
diadakan untuk tingkat pelayanan (level of service) tersebut. Untuk
melihat hubungan ini dibutuhkan suatu ukuran dari fluktuasi permintaan
yang diharapkan dapat diserap atau dipenuhi dari adanya persediaan.
ukuran tersebut menggunakan teori statistik yaitu “Deviasi Standar”.
Dalam menentukan cadangan penyelamat terdapat dua hal pokok yang
perlu diperhatikan menurut Suyadi Prawirosentono yaitu :

1. Besar kecilnya kemungkinan terjadinya kehabisan bahan (stock


Out)

2. Besar kecilnya atau sulit dan mudahnya memperoleh bahan-bahan


pengganti secara tepat dan cepat, artinya bila kemungkinan
terjadinya stock out besar namun dapat diantisipasi dengan upaya

23
pengadaan darurat secara mudah dan cepat, belum tentu perlu
cadangan penyelamat.

Cadangan penyelamat pada prinsipnya mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Dalam hal terjadinya kehabisan bahan, proses produksi dapat dijamin


kelanjutannya
2. Sehubungan dengan itu cadangan penyelamat perlu untuk menyelamatkan
perusahaan dalam menjamin kontinuitas proses prodiksi
Menurut Bambang Riyanto (2001:74) faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya Safety Stock suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Resiko kehabisan persediaan

2. Hubungan antara biaya penyimpanan digudang disatu pihak dengan biaya-


biaya ekstra yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari kehabisan
persediaan dilain pihak.

4.6. Masalah Yang Ada Pada Tempat PKL

Dalam laporan ini penulis membahas kasus tentang persediaan bahan baku
yang merupakan masalah utama pada tempat magang penulis.

Pada tempat penulis melakukan kegiatan magang, persediaan bahan baku


adalah masalah yang tak kunjung diselesaikan. Penyebabnya utamanya adalah
tidak adanya manager pada bagian tersebut. Oleh karena itu terjadilah masalah-
masalah seperti, bahan baku yang tersedia terlalu banyak, terlalu sedikit, atau
bahkan tidak tersedia. Sering kali bahan baku yang tidak tersedia bahkan sampai
pada waktu yang sangat lama hingga mengakibatkan menu yang tersedia tidak
dapat ditawarkan kepada pembeli.

Pada Neuf Saffron, stock yang tersedia sering kali tidak sesuai dengan menu-
menu yang ada. Contohnya adalah, jika dalam satu menu ada berbagai macam
bahan, sering kali bahan-bahan penunjang untuk membuat satu menu itu tidak
tersedia, sehingga mengakibatkan standar menu tidak terpenuhi atau bahkan
membuat menu tersebut menjadi tidak tersedia. Adapun yang menjadi masalah

24
dalam hal persediaan adalah, tempat penyimpanan bahan baku yang terbatas,
mengakibatkan bahan baku tidak tahan lama lalu kemudian akan disortir.
Menyebabkan bahan baku berkurang dan dapat menyebabkan tidak lengkapnya
bahan baku untuk satu menu. Untuk menentukan pengendalian persediaan,
menggunakan syarat menurut Sofjan Assauri mungkin, bisa membantu perusahaan
dalam memanajemen persediaan bahan baku.

Hal-hal seperti diatas, dapat menjadi penyebab berkurangnya minat pembeli


karena merasa kecewa serta bisa menyebabkan perusahaan kehilangan
pelanggannya. Dan itu sudah pasti akan menjadi salah satu faktor kerugian bagi
pihak perusahaan. Dalam pencatatan stock, penulis sering sekali kesulitan akibat
bahan baku yang berubah-ubah jenisnya.

25
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada bagian akhir dari Laporan Praktek Kerja Lapangan ini bahwa penulis
menarik kesimpulan dari pengalaman yang telah didapat selama satu bulan
melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Neuf Saffron Coffee & Resto.
bahwa penulis menyimpulkan :

1. Neuf Saffron Coffee & Resto adalah perusahaan dalam bidang kuliner
yang masih baru dan masih merintis.

2. Praktek kerja Lapangan ini, sangatlah berguna bagi penulis bagaimana


penulis mencoba memahami antara realita yang ada dengan teori yang
sudah penulis pelajari selama ini.

3. Dari Praktek Kerja Lapangan penulis paham bagaimana cara untuk


bertanggungg jawab, disiplin, terampil, dapat diandalkan, dan
berempati.

4. Dari Praktek Kerja Lapangan penulis mampu mendapatkan ilmu yang


tidak didapat dalam perkuliahan, seperti bagaimana kita dari segi
berempati, simpati pada realita dunia kerja.

5. Penulis dituntut kreatif, inisiatif, dan inovatif dalam hal bekerja.

6. Tentu saja dari praktek kerja lapangan ini penulis mampu mengukur
sejauh mana kemampuan ilmu yang penulis dapat dari perkuliahan
diimplementasikan terhadap realita yang ada.

26
5.2. Saran

Bagi Perusahaan

Setelah penulis, menjalankan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Neuf


Saffron Coffee & Resto. penulis ingin memberikan beberapa saran bagi
perusahaan yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perusahaan. Diantaranya
ialah :

1. Ada baiknya perusahaan menata dan menyimpan data-data dengan


baik, agar lebih mudah dalam menentukan dan mengambil keputusan
ketika ingin membeli persediaan.

2. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dengan matang dalam hal


persediaan, karena hal itu sangat berpengaruh bagi perusahaan.

3. Perusahaan sebaiknya menyeimbangkan pemasaran dengan


persediaan.

Bagi Mahasiswa

27
Saran yang akan penulis sampaikan untuk mahasiswa yang akan melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapangan selanjutnya ialah :

1. Diharapkan bagi mahasiswa yang akan melakukan Kegiatan Praktek Kerja


lapangan harap menjaga nama baik Universitas dan almamater.

2. Tunjukan rasa disiplin dalam bekerja, dan menjaga etiket yang baik bagi
mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Warna. (2017). “Makalah Akuntansi Persediaan”. [Online]. Tersedia :


https://www.scribd.com/document/358905384/MAKALAH-AKUNTANSI-
PERSEDIAAN yang direkam pada 14 September 2017. [4 Maret 2019].

Komputer Alicia. (2011). “Pengendalian Persediaan Bahan Baku dalam


Mengefisienkan Biaya Persediaan”. [Online]. Tersedia : http://koleksi-
skripsi.blogspot.com/2011/04/pengendalian-persediaan-bahan-baku.html yang
direkam pada 06:11 PM, Maret 2011. [3 Maret 2019].

28

Anda mungkin juga menyukai