Anda di halaman 1dari 9

Kimia

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Larutan zat dalam botol pereaksi, termasuk amonium hidroksida serta asam nitrat, bercahaya dalam
warna yang berbeda.

Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan
perubahan materi.[1][2] Ilmu kimia meliputi topik-topik seperti sifat-sifat atom, cara atom
membentuk ikatan kimia untuk menghasilkan senyawa kimia, interaksi zat-zat melalui gaya
antarmolekul yang menghasilkan sifat-sifat umum dari materi, dan interaksi antar zat melalui reaksi
kimia untuk membentuk zat-zat yang berbeda.
Kimia kadang-kadang disebut sebagai ilmu pengetahuan pusat karena menjembatani ilmu-ilmu
pengetahuan alam, termasuk fisika, geologi, dan biologi.[3][4][5]
Para ahli berbeda pendapat mengenai etimologi dari kata kimia. Sejarah kimia dapat ditelusuri
kembali sampai pada alkimia, yang sudah dipraktikkan selama beberapa milenia di berbagai
belahan dunia.

Daftar isi

 1Etimologi

 2Pengantar

 3Sejarah

 4Cabang ilmu kimia

 5Konsep dasar

o 5.1Tatanama

o 5.2Atom

o 5.3Unsur
o 5.4Senyawa

o 5.5Molekul

o 5.6Zat kimia

 5.6.1Mol dan jumlah zat

o 5.7Wujud zat

o 5.8Ikatan kimia

o 5.9Energi

o 5.10Reaksi kimia

o 5.11Ion dan garam

o 5.12Keasaman dan kebasaan

o 5.13Redoks

o 5.14Kesetimbangan

o 5.15Kimia kuantum

o 5.16Hukum kimia

 6Industri Kimia

 7Perhimpunan profesional

 8Lihat pula

 9Referensi

 10Daftar pustaka

 11Bacaan lebih lanjut

 12Pranala luar

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Jābir ibn Hayyān (Geber), seorang alkemis Persia yang penelitian eksperimennya telah meletakkan
fondasi bagi ilmu kimia.

Kata kimia berasal dari alkimia, sebutan untuk serangkaian praktik pada masa-masa terdahulu yang
meliputi unsur-unsur ilmu kimia, metalurgi, filsafat, astrologi, ilmu mistik, dan ilmu pengobatan.
Alkimia seringkali dianggap berhubungan dengan usaha mengubah timbal atau bahan-bahan baku
biasa lainnya menjadi emas,[6] tetapi pada Zaman Kuno ilmu ini mengkaji banyak pokok persoalan
ilmu kimia modern. Alkimia didefinisikan oleh alkemis Yunani-Mesir awal abad ke-4 M, Zosimos,
sebagai ilmu yang mempelajari tentang komposisi air, pergerakan, pertumbuhan, mewujud,
menghilang, mengeluarkan roh dari raga, dan mengikat roh di dalam raga. [7]
Kata alkimia berasal dari kata Arab al-kīmīā (‫)الکیمیاء‬. Kata al-kīmīā diturunkan dari kata Yunani χημία
(kemia) atau χημεία (kemeia).[8][9] Al-kīmīā boleh jadi berasal dari Mesir Kuno karena kata al-
kīmīā mungkin diturunkan dari kata Yunani χημία (kemia), yang juga diturunkan dari
kata Kemi atau Kimi, yakni nama kuno negeri Mesir dalam bahasa Mesir.[8] Mungkin pula, kata al-
kīmīā diturunkan dari kata χημεία (kemeia), yang berarti "dituang bersama-sama" (ke dalam
cetakan).[10]

Pengantar[sunting | sunting sumber]


Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain,
seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi [11].
Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai
disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika
terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau antara materi
dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hukum pertama termodinamika. Kimia tradisional
melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat
menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti
ketika dua zat berentalpi tinggi seperti hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat
dengan entalpi lebih rendah. Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya
merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam media reaksi tetapi tidak dikonsumsi (contohnya
adalah asam sulfat yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi
elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di
dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.
Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen subatom yang membentuk
atom; proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi
yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan
sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar
mereka. Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih
kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan
dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suatu suhu tertentu.
Zat cenderung diklasifikasikan berdasarkan energi, fase, atau komposisi kimianya. Materi dapat
digolongkan dalam 4 fase, urutan dari yang memiliki energi paling rendah adalah padat, cair, gas,
dan plasma. Dari keempat jenis fase ini, fase plasma hanya dapat ditemui di luar angkasa yang
berupa bintang, karena kebutuhan energinya yang teramat besar. Zat padat memiliki struktur tetap
pada suhu kamar yang dapat melawan gravitasi atau gaya lemah lain yang mencoba mengubahnya.
Zat cair memiliki ikatan yang terbatas, tanpa struktur, dan akan mengalir bersama
gravitasi. Gas tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai partikel bebas. Sementara itu, plasma
hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas; pasokan energi yang berlebih mencegah ion-ion ini
bersatu menjadi partikel unsur. Satu cara untuk membedakan ketiga fase pertama adalah dengan
volume dan bentuknya: kasarnya, zat padat memeliki volume dan bentuk yang tetap, zat cair
memiliki volume tetap tetapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki baik volume
ataupun bentuk yang tetap.

Air yang dipanaskan akan berubah fase menjadi uap air.

Air (H2O) berbentuk cairan dalam suhu kamar karena molekul-molekulnya terikat oleh gaya
antarmolekul yang disebut ikatan hidrogen. Di sisi lain, hidrogen sulfida (H2S) berbentuk gas pada
suhu kamar dan tekanan standar, karena molekul-molekulnya terikat dengan interaksi dwikutub
(dipol) yang lebih lemah. Ikatan hidrogen pada air memiliki cukup energi untuk mempertahankan
molekul air untuk tidak terpisah satu sama lain, tetapi tidak untuk mengalir, yang menjadikannya
berwujud cairan dalam suhu antara 0 °C sampai 100 °C pada permukaan laut. Menurunkan suhu
atau energi lebih lanjut mengizinkan organisasi bentuk yang lebih erat, menghasilkan suatu zat
padat, dan melepaskan energi. Peningkatan energi akan mencairkan es walaupun suhu tidak akan
berubah sampai semua es cair. Peningkatan suhu air pada gilirannya akan menyebabkannya
mendidih (lihat panas penguapan) sewaktu terdapat cukup energi untuk mengatasi gaya tarik
antarmolekul dan selanjutnya memungkinkan molekul untuk bergerak menjauhi satu sama lain.
Ilmuwan yang mempelajari kimia sering disebut kimiawan. Sebagian besar kimiawan melakukan
spesialisasi dalam satu atau lebih subdisiplin. Kimia yang diajarkan pada sekolah menengah sering
disebut "kimia umum" dan ditujukan sebagai pengantar terhadap banyak konsep-konsep dasar dan
untuk memberikan pelajar alat untuk melanjutkan ke subjek lanjutannya. Banyak konsep yang
dipresentasikan pada tingkat ini sering dianggap tak lengkap dan tidak akurat secara teknis.
Walaupun demikian, hal tersebut merupakan alat yang luar biasa. Kimiawan secara reguler
menggunakan alat dan penjelasan yang sederhana dan elegan ini dalam karya mereka, karena
terbukti mampu secara akurat membuat model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.
Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tetapi ilmu ini berakar pada alkimia yang
telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Sejarah kimia
Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang
mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia.
Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan
menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat mengubah zat
lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan
oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme,
dan protosains.
Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern.
Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin
Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan
mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah.[12][13][14][15]
Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan
kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Boyle khususnya dianggap sebagai bapak
pendiri kimia karena karyanya yang paling penting, teks kimia klasik The Skeptical Chymist yang
membuat perbedaan antara klaim alkimia dan penemuan ilmiah empiris dari kimia baru. [16] Ia
merumuskan hukum Boyle, menolak "empat unsur" klasik dan mengusulkan alternatif atom
dan reaksi kimia mekanistik yang dapat dikenakan percobaan yang keras.[17]

Antoine-Laurent de Lavoisier dianggap sebagai "Bapak Kimia Modern".[18]

Teori flogiston (suatu zat yang menjadi akar dari semua pembakaran) dikemukakan oleh Georg
Ernst Stahl dari Jerman pada awal abad ke-18 dan kemudian dibatalkan pada akhir abad oleh ahli
kimia Perancis Antoine Lavoisier, layaknya Newton dalam fisika; yang membuat pijakan bagi kimia
modern, dengan menjelaskan prinsip kekekalan massa dan mengembangkan sistem baru
penamaan kimia yang digunakan hingga hari ini.[19]
Namun, sebelum karyanya tersebut, banyak penemuan penting telah dibuat, khususnya yang
berkaitan dengan sifat 'udara' yang ditemukan terdiri dari banyak gas yang berbeda. Kimiawan
Skotlandia Joseph Black (ahli kimia eksperimental pertama) dan J.B. van Helmont dari Belanda
menemukan karbon dioksida, atau apa yang disebut Black sebagai 'udara tetap' pada tahun
1754; Henry Cavendish menemukan hidrogen dan menjelaskan sifat-sifatnya serta Joseph
Priestley dan, secara independen, Carl Wilhelm Scheele yang mengisolasi oksigen murni.
Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan
diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.[20] Ilmuwan
Inggris John Dalton mengusulkan teori atom modern; bahwa semua zat tersusun dari 'atom-atom'
materi dan bahwa atom-atom yang berbeda memiliki berat atom yang berbeda-beda pula.
Perkembangan teori elektrokimia terjadi pada awal abad ke-19 sebagai hasil karya dua ilmuwan
khususnya, J.J. Berzelius dan Humphry Davy, dimungkinkan oleh penemuan tumpukan
volta sebelumnya oleh Alessandro Volta. Davy menemukan sembilan unsur baru termasuk logam
alkali dengan mengekstraksinya dari oksida mereka menggunakan arus listrik.[21]
Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus
mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat
subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia.
Pada pertengahan abad ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi
aspek-aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia.
Industri kimia mewakili suatu aktivitas ekonomi yang penting. Pada tahun 2004, produsen bahan
kimia 50 teratas global memiliki penjualan mencapai US$587 miliar dengan margin keuntungan
8,1% dan pengeluaran riset dan pengembangan 2,1% dari total penjualan [22].
Tahun 2011 dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai Tahun Kimia Internasional.
[23]
Deklarasi tersebut adalah inisiatif dari IUPAC, dan UNESCO serta melibatkan perkumpulan
cendekiawan kimia, akademisi, dan lembaga di seluruh dunia serta mengandalkan inisiatif individu
untuk mengorganisasi kegiatan lokal dan regional.
Kimia organik dikembangkan oleh Justus von Liebig dan yang lainnya, menyusul
sintesis urea ole Friedrich Wöhler yang membuktikan bahwa organisme hidup, secara teori, dapat
berasal dari senyawa kimia.[24] Kemajuan penting lainnya di abad ke-19 adalah; pemahaman tentang
ikatan valensi (Edward Frankland pada tahun 1852) dan penerapan termodinamika pada kimia (J.
W. Gibbs dan Svante Arrhenius pada tahun 1870-an).

Cabang ilmu kimia[sunting | sunting sumber]


Kimia umumnya dibagi menjadi beberapa bidang utama. Terdapat pula beberapa cabang antar-
bidang dan cabang-cabang yang lebih khusus dalam kimia.[25] Lima cabang utama dalam ilmu kimia
diantaranya[26]:

 Kimia analitik adalah studi yang melibatkan bagaimana kita menganalisis komponen kimia
dalam sampel. Berapa banyak sebenarnya kafeina dalam secangkir kopi? Adakah obat-obatan
yang ditemukan dalam sampel urin atlet? Bagaimana tingkat pH kolam renang saya? Contoh
bidang yang menggunakan kimia analitik meliputi ilmu forensik, ilmu lingkungan, dan pengujian
obat. Kimia analitik dibagi menjadi dua sub cabang: analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif menggunakan metode / pemastian untuk membantu menentukan komponen zat
(menjawab pertanyaan: apa?). Analisis kuantitatif di sisi lain, membantu untuk mengidentifikasi
berapa banyak setiap komponen hadir dalam suatu zat (menjawab pertanyaan: berapa?).

 Biokimia mempelajari senyawa kimia, reaksi kimia, dan interaksi kimia yang terjadi
dalam organisme hidup. Biokimia dan kimia organik berhubungan sangat erat, seperti
dalam kimia medisinal atau neurokimia. Biokimia juga berhubungan dengan biologi
molekular, fisiologi, dan genetika. Di bawah payung utama biokimia banyak sub-cabang baru
telah muncul dan banyak ahli kimia modern yang mungkin mengkhususkan diri di dalamnya.
Beberapa disiplin ilmu ini meliputi:

1. Enzimologi (studi tentang enzim)

2. Endokrinologi (studi tentang hormon)

3. Biokimia klinik (studi tentang penyakit)

4. Biokimia molekuler (studi biomolekul dan fungsinya)

 Kimia anorganik mengkaji sifat-sifat dan reaksi senyawa anorganik. Perbedaan antara
bidang organik dan anorganik tidaklah mutlak dan banyak terdapat tumpang tindih, khususnya
dalam bidang kimia organologam. Kimiawan di bidang ini fokus pada unsur-unsur dan senyawa
lain selain karbon atau hidrokarbon. Sederhananya, kimia anorganik meliputi semua bahan yang
tidak organik dan disebut sebagai zat tak-hidup - senyawa yang tidak mengandung ikatan
karbon-hidrogen (CH). Senyawa yang dipelajari oleh ahli kimia anorganik meliputi struktur
kristal, mineral, logam, katalis, dan sebagian besar unsur pada tabel periodik. Contohnya adalah
kekuatan balok daya yang digunakan untuk membawa berat tertentu atau menyelidiki
bagaimana emas terbentuk di bumi. Cabang kimia anorganik meliputi:

1. Kimia bioanorganik (studi peran logam dalam biologi)

2. Kimia koordinasi (studi senyawa koordinasi dan interaksi ligan)

3. Geokimia (studi komposisi kimia bumi, batuan, mineral & atmosfer)

4. Teknologi anorganik (sintesis senyawa anorganik baru)

5. Kimia nuklir (studi bahan radioaktif)

6. Kimia organologam (studi bahan kimia yang mengandung ikatan antara logam dan
karbon – tumpangsuh dengan kimia organik)

7. Kimia padatan / kimia material (studi pembentukan, struktur, dan karakteristik


material fasa padat)

8. Kimia anorganik sintesis (studi sintesis bahan kimia)

9. Kimia anorganik industrial (studi material yang digunakan dalam industri.


Contoh: pupuk)

 Kimia organik adalah ilmu yang mempelajari senyawa karbon seperti bahan
bakar, plastik, aditif makanan, dan obat-obatan. Berlawanan kimia anorganik yang berfokus
pada masalah tak-hidup dan zat berbasis non-karbon, kimia organik berurusan dengan studi
karbon dan bahan kimia dalam organisme hidup. Contohnya adalah proses fotosintesis di daun
karena ada perubahan dalam komposisi kimia dari tanaman hidup. Cabang-cabang dari kimia
organik melibatkan banyak disiplin ilmu yang berbeda termasuk
studi keton, aldehid, hidrokarbon (alkena, alkana, alkuna) dan alkohol.

1. Stereokimia (studi struktur molekul 3-dimensi)

2. Kimia medisinal (berurusan dengan perancangan, pengembangan dan sintesis obat-


obatan farmasi)

3. Kimia organologam (studi bahan kimia yang mengandung ikatan antra karbon dan
logam)

4. Kimia organik fisik (studi struktur dan reaktivitas dalam molekul organik)

5. Kimia polimer (studi komposisi dan pembentukan molekul polimer)

 Kimia fisik adalah studi tentang sifat fisik molekul, dan hubungannya dengan cara
menyatukan molekul dan atom. Kimia fisik berurusan dengan prinsip-prinsip dan metodologi
baik kimia dan fisika serta merupakan studi tentang bagaimana struktur kimia berpengaruh
terhadap sifat fisik suatu zat. Contohnya adalah pembuatan brownies, karena ada pencampuran
bahan serta menggunakan panas dan energi untuk mendapatkan produk akhir. Sub-cabang
kimia fisik meliputi:

1. Elektrokimia (studi interaksi atom, molekul, ion dan arus listrik)

2. Fotokimia (studi efek kimia cahaya; reaksi fotokimia)

3. Kimia permukaan (studi reaksi kimia pada permukaan)

4. Kinetika kimia (studi laju reaksi kimia)

5. Termodinamika/termokimia (studi hubungan panas dengan perubahan kimia)

6. Mekanika kuantum/kimia kuantum (studi mekanika kuantum dan hubungannya


dengan fenomena kimia)

7. Spektroskopi (studi spektrum cahaya atau radiasi)


Cabang-cabang ilmu kimia yang merupakan tumpang-tindih dengan satu atau lebih lima cabang
utama:

 Kimia material menyangkut bagaimana menyiapkan, mengkarakterisasi, dan memahami


cara kerja suatu bahan dengan kegunaan praktis.

 Kimia teori adalah studi kimia melalui penjabaran teori dasar (biasanya
dalam matematika atau fisika). Secara spesifik, penerapan mekanika kuantum dalam kimia
disebut kimia kuantum. Sejak akhir Perang Dunia II, perkembangan komputer telah
memfasilitasi pengembangan sistematik kimia komputasi, yang merupakan seni pengembangan
dan penerapan program komputer untuk menyelesaikan permasalahan kimia. Kimia teori
memiliki banyak tumpang tindih (secara teori dan eksperimen) dengan fisika benda
kondensi dan fisika molekular.
 Kimia nuklir mengkaji bagaimana partikel subatom bergabung dan membentuk
inti. Transmutasi modern adalah bagian terbesar dari kimia nuklir dan tabel nuklida merupakan
hasil sekaligus perangkat untuk bidang ini.

 Kimia organik bahan alam mempelajari senyawa organik yang disintesis secara alami oleh
alam, khususnya makhluk hidup.
Bidang lain antara lain adalah astrokimia, biologi
molekular, elektrokimia, farmakologi, fitokimia, fotokimia, genetika molekular, geokimia, ilmu
bahan, kimia aliran, kimia atmosfer, kimia benda padat, kimia hijau, kimia inti, kimia medisinal, kimia
komputasi, kimia lingkungan, kimia organologam, kimia permukaan, kimia polimer, kimia
supramolekular, nanoteknologi, petrokimia, sejarah kimia, sonokimia, teknik kimia, serta termokimia.

Anda mungkin juga menyukai