SUBSTANTIF TRANSAKSI
Pada bab ini akan dibahas sampling non statistik dan sampling statistik untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Standar audit (SA 530) mendefinisikan
sampling audit sebagai berikut :
Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit yang
relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama untuk
dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang
populasi secara keseluruhan.
SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
karakteristik populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak
diikutsertakan dalam sampel.
Risiko non-sampling adalah risiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-sampling adalah : auditor gagal
mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur audit.
Risiko sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel
tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren dari sampling yang
disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi.
2.Menggunakan metode yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni sampling statistik dan
sampling non-statistik. Kedua kategori ini serupa karena keduanya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu :
1.Merencanakan sampel
3.Mengevaluasi hasil
Tujuan perencanaan sampleadalah untuk memastikan bahwa resiko pengujian audit
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan dan
meminimumkan kemungkinan terjadinya kesalahan non-sampling.
Tindakan Langkah
Menentukan bahwa 1.M
ukuran sampel adalah 100 e
r
e
n
c
a
n
k
a
n
s
a
m
p
e
l
Memutuskan 100 unsur 1.M
mana yang akan dipilih e
dari populasi m
Melaksanakan prosedur i
audit pada 100 unsur yang l
dipilih dan menentukan i
bahwa terdapat tiga h
penyimpangan s
a
m
p
e
l
2.M
e
l
a
k
u
k
a
n
s
a
m
p
e
l
Menarik kesimpulan 1.M
tentang kemungkinan e
tingkat penyimpangan n
dalam populasi ketika g
diketahui bahwa tingkat e
penyimpangan dalam v
sampel adalah 3 persen a
l
u
a
s
i
h
a
s
i
l
Sampling statistik berbeda dari sampling non-statistik. Dalam metode sampling statistik,
dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko
sampling dalam perencanaan sampel (tahap 1), dan dalam mengevaluasi hasil (tahap 3).
Pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih unsur-unsur sampel secara acak (random)
yang setiap unsur populasinya memiliki probabilitas yang diketahui untuk dimasukkan dalam
sampel.
Standar auditing memberi kebebasan kepada auditor untuk menggunakan metoda sampling
statistik atau metoda sampling non-statistik. meskipundemikian, penerapannya dilakukan
dengan cermat dan teliti.
Ada tiga tipe metoda pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan sampling audit
non-statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe metoda pemilihan sampel
yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat metoda tersebut adalah
probabilistik.
Auditor sengaja memilih setiap unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut
pertimbangannya sendiri dan tidak memilihnya secara acak. Dewasa ini pendekatan yang
digunakan terdiri dari :
Auditor seringkali bisa mengidentifikasi unsur populasi mana yang paling mungkin berisi
kesalahan penyajian. Sebagai contoh, piutang usaha yang lama sekali tidak tertagih, pembelian
dari dan penjualan kepada pejabat perusahaan dan perusahaan afiliasi. Dalam mengevaluasi
sampel semacam itu, auditor biasanya beranggapan bahwa apabila dari unsur yang dipilih tidak
ada yang kesalahan penyajian, maka populasi diperkirakan tidak mengandung kesalahan
penyajian secara material.
Kombinasi dua faktor akan berpengaruh besar terhadap ukuran sampel : TER dikurangi EPER. Selisih
antara kedua faktor adalah presisi sampe awal. Presisi yang lebih kecil, yang biasanya disebut taksiran lebih
perish, memerlukan sampel yang lebih besar. Pada suatu ekstrim tertentu, misalkan saja TER 4% dan EPER
3%. Dalam situasi ini, presisi adalah 1% yang akan berakibat sampel yang besar. Sekarang Dimisalkan
TER 8% dan EPER adalah nol sehingga presisi sama dengan 8%. Dalam situasi ini ukuran sampel akan
menjadi kecil dan masih memberi keyakinan pada auditor bahwa tingkat penyimpangan sesungguhnya
adalah lebih kecil dari 8% dengan asumsi bahwa tidak dijumpai penyimpangan ketika dilakukan
pengauditan terhadap sampel.
DISTRIBUSI SAMPLING
Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang mungkin dari satu ukuran
tertentu untuk bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah karakteristik spesifik.
ATTRIBUTE SAMPLING
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk memperkirakan tingkat
deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau acceptable risk of
over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
Kesimpulan
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan auditnya secara efektif dan
efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang akurat dengan mempertimbangkan efisiensi biaya
dan waktu. Auditor dapat menggunakan Audit sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu
nonstatistik sampling dan statistik sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa negara
menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal, auditor eksternal maupun auditor pemerintah lebih
banyak menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
kemampuan auditor menggunakan audit sampling, persepsi auditor terhadap metode audit sampling dan
persepsi terhadap risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pula bahwa auditor yang menggunakan
nonstatistical sampling tidak memperhitungkan bias dalam evaluasinya. Penggunaan nonstatistical
sampling juga terbukti lebih banyak menimbulkan masalah dibanding penarikan sampel dengan
menggunakan statitical sampling. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya statistical sampling
merupakan metode yang lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.