KELOMPOK 9
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah dilimpahkan berbagai macam
nikmat baik nikmat jasmani maupun nikmat rohani. Shalawat serta salam kami curahkan pada
kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat serta karunianya kami dapat menyelesaikan
laporan modul 2 yang berjudul “shalat bagi musafir” dengan baik, meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dr. Farsida, MPH selaku
tutor PBL modul II.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka pembelajaran serta
menambah wawasan pengetahuan kami, baik penyusun maupun pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharapadanya kritik dan saran demi perbaikan
laporan di masa yang akan datang.
Semoga laporan yang kami buat dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebeluumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan juga jika
laporan ini ada kesalahan teknis baik dari segi pengetikan dan lain sebagainya. Terimakasih
atas perhatiannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1
2.1 Skenario…………………………………………………………………………………3
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..17
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perjalanan, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan
tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan
berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu berbanding
lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat menentukan, yaitu
alat transportasi yang dipergunakan.
Demi sebuah perjalanan, banyak hal dan kadang kewajiban yang dengan terpaksa
meski kita tinggalkan atau pun kita tunda. Namun ada kewajiban-kewajiban yang tidak
boleh kita tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah satunya adalah kewajiban
terhadap sang khalik, yaitu Sholat 5 waktu. Dalam Islam sudah ditentukan aturan-aturan
yang sangat mempermudah bagi para musafir. Sholat yang dilaksanakan dalam
perjalanan biasa disebut sholatus safar.
Islam adalah agama Allah SWT yang banyak memberikan kemudahan kepada para
pemeluknya didalam melakukan berbagai ibadah dan amal sholehnyaIslam juga dibangun
dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah shalat. Karenanya shalat merupakan tiang
agama. Ketika seorang meninggalkan shalat ia disebut penghancur agama tetapi sebalikya
ketika ia melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya maka ia disebut sebagai penegak
agama. Karenanya, seorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat walau bagaimanapun
juga tak terkecuali dalam bepergian.Seperti halnya seorang yang tidak memiliki air untuk
berwudhu maka ia diperbolehkan bertayammum, begitu pula dengan sholat yang dapat
dilakukan dengan cara dijama’ (dirangkap) maupun diqoshor (dipotong).
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Ali dan Umar bersiap menuju bandara untuk terbang ke Jakarta usai menjalankan
ibadah umroh, berangkat dari Mekah pada hari Jumat, pesawat take-off pada pukul 18.00,
dan jarak Mekah-Jedah sekitar 1,5 jam, terdapat ketentuan dari penerbangan bahwa
penumpang harus 4 jam sebelumnya sudah di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Mereka
berangkat dari Mekah jam 11.00, sehingga tidak bisa sholat jumat di Mekah. Sesampainya
di Bandara King Abdul Aziz mereka menjalankan sholat Dhuhur dan Asar dengan jama’
taqdim. Perjalanan yang ditempuh untuk menuju Jakarta sekitar +-8 jam, hal ini akan
melewati waktu shalat Magrib, dan Isya bahkan Subuh.
SHALAT
SHALAT BAGI
MUSAFIR
SYARAT &
DALIL
KETENTUAN
3
2.4 Hasil Sintesis Informasi
Shalat berasal dari bahasa arab As-Sholah, shalat menurut bahasa (etimologi)
berarti doa dan secara istilah (terminology)para ahli fiqih mengartikan shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan yang telah
ditentukan. Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa
rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’.
Safar atau bepergian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan setiap muslim. Karena sebagian aktivitas hidup baik ibadah maupun
muamalah mengharuskan adanya perjalanan dan bepergian atau safar. Sebagai
Agama yang lengkap dan utuh, Islam memiliki panduan dan adab dalam safar
(bepergian dan perjalanan). Salah satu aspek yang diatur dalam Islam berkenaan
dengan safar adalah adanya keringanan atau rukhshah bagi orang yang sedang
bepergian atau melakukan perjalanan (musafir). Diantaranya yaitu :
4
1. Meng - Qashar Shalat
Ayat diatas adalah dalil diperbolehkannya mengqashar shalat saat safar. Meski
secara literal ayat tersebut mengaitkan safar dengan takut terhadap serangan orang
kafir, namun kebolehan qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah
dari Allah.
Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa
jama’. Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu
waktu di awal atau di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat yang 3 dan 4 raka’at,
yakni dzuhur-ashar dan magrib-isya.
Sampai Tiga Hari Orang safar juga mendapat keringanan mengusap khuf saat
wudhu. Yakni saat berwudhu, tidak perlu melepas sepatu. Tapi cukup mengusap
sepatu bot (khuf) yang dikenakan. Dengan syarat sepatu tersebut dikenakan dalam
keadaan suci setelah berwudhu. Keringanan mengusap khuf bagi musaafir berlaku
sampai tiga hari. Setelah lewat tiga hari, maka sepatu dilepas lalu berwudhu lagi
dengan mencuci kaki. Setelah itu dapat dibasuh kembali saat wudhu. Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
keringanan mengusap khuf selama tiga hari tiga malam bagi musafir dan sehari
semalam bagi orang muqim” ( HR. Muslim).
5
4. Shalat di Atas Kendaraan
Tata cara
1) Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan
di jok kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.
2) Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.
Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.
3) Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.
4) Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika
rukuk.
6
5) Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika
takbiratul ihram.
6) Gerakan yang lainnya sama seperti di atas.
7) Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk.
8) Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at
bagi musafir”. Bahkan Ibnu Abdil barr menukil ijma’ tentang hal itu dalam kitabnya al-
Istidzkar.
ضى أحدكم نَ ْه َمتَهُ فَ ْليُ َع ِج ْل إلى أ َ ْه ِل ِه َ ب َي ْمنَ ُع أ َ َح َد ُك ْم ن َْو َمهُ َو
َ َط َعا َمه ُ َوش ََرا َبه ُ فإذا ق ْ سف َُر ق
ِ ِطعَةٌ من ْال َعذَا َّ ال
“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian
akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah
kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu ada beberapa keringanan (rukhshah) yang diberikan oleh
syari’at kepada orang yang dalam perjalanan (musafir). Diantara rukshah tersebut
adalah;
7
1. Meng-Qashar shalat
ص ََلةِ إِ ْن خِ ْفت ُ ْم أَن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّذِينَ َكف َُروا ُ علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن ت َ ْق
َّ ص ُروا مِ نَ ال ِ ض َر ْبت ُ ْم فِي ْاْل َ ْر
َ ض فَلَي
َ ْس َ َوإِذَا
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.”
Kebolehan meng-qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah dari
Allah swt.
“Itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepadaa kalian, maka terimalah sedekahnya”
(HR. Muslim)
2. Menjama shalat
Orang safar juga mendapat keringanan mengusap khuf saat wudhu. Yakni saat
berwudhu, tidak perlu melepas sepatu saat akn cuci kaki. Tapi cukup mengusap
sepatu bot (khuf) yang dikenakan. Dengan syarat sepatu tersebut dikenakan dalam
keadaan suci setelah berwudhu. Keringanan mengusap khuf bagi musaafir berlaku
sampai tiga hari. Setelah lewat tiga hari, maka sepatu dilepas lalu berwudhu lagi
dengan mencuci kaki. Setelah itu dapat dibasuh kembali saat wudhu.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberi keringanan mengusap khuf selama tiga hari tiga malam bagi musafir
dan sehari semalam bagi orang muqim” (Terj. HR. Muslim).
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at
bagi musafir”.
8
5. Shalat di atas kendaraan
1. Shalat Jamak
Rukhsah ialah satu keringanan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada
hambanya dalam hal-hal tertentu, shalat jamak contohnya. Apa itu shalat jamak?
Shalat jamak ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu. Contoh: shalat
dzuhur dan shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya.Shalat subuh tidak boleh
dijamak dan harus dikerjakan pada waktunya. Ada dua macam shalat jamak:
Jamak takdim dikerjakan pada waktu shalat yang pertama. Maksudnya, jika
anda akan menjamak shalat dzuhur dan ashar, maka anda mengerjakannya saat
waktu dzuhur. Begitupun maghrib dan isya yang dilakukan saat waktu maghrib tiba.
Urutannya, kerjakan shalat yang pertama kemudian shalat kedua tanpa diselingi
kegiatan apapun. Maksudnya, setelah salam pada shalat dzuhur anda langsung
berdiri mengerjakan shalat ashar. Keduannya dikerjakan 4 rakaat tanpa dikurangi.
Jamak takhir adalah kebalikan dari jamak takdim, yakni mengerjakan dua shalat
fardu pada waktu shalat yang kedua (adalah waktu ashar dan isya).Kedua shalat
dilakukan pada waktu ashar, bisa zhuhur dulu, bisa ashar dulu.
2. Shalat Qashar
Shalat Qasar artinya meringkas Ruksah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat
menjadi 2 rakaat. Maka dari itu tidak dibolehkan untuk mengqasar salat subuh dan
magrib.
Allah berfirman dalam al Quran surat An Nisa ayat 101 yang artinya :”Dan
apbila kamuberpergian di muka bumi maka tidak mengaapa kamu mengqasar
salatmu,jika kamu takut diserang orang-orang kafir sesungguhnya orang-orang kafir
itu musuh yang nyatabagimu,” Q.S( An Nisa:101)
9
shalat jamak qashar, yakni digabung dan diringkas. Artinya mengerjakan 2 shalat
fardu dalam satu waktu dan juga meringkasnya. Shalat jamak qashar bisa
dilakukan secara takdim maupun takhir.
Sholat jamak dan qasar artinya shalat yang boleh untuk kita jamak dan kita
qashar sekaligus. Misalnya: mengumpulkan sholat zuhur dengan sholat ashar pada
waktu ashar (dijamak dan diqasar masing-masing menjadi 2 rakaat), jadi disaat
masuk waktu ashar, kita lakukan sholat zuhur 2 rakaat kemudian sholat ashar 2
rakaat, apabila kita tidak mau qasar maka boleh dijamak saja, masing-masing 4
rakaat. sholat zuhur 4 rakaat kemudian sholat ashar 4 rakaat.
Jika tidak bisa slat berdiri,maka diperbolehkan duduk semampunya Untuk sujud
lebih rendah daripada rukuk Jika dalam kendaraan mampu menghadap kiblat maka
wajib menghadap kiblat namun bila tidak memungkinkan bisa salat menghadap
sesuai arah kendaraan.
“Bahwa Nabi saw pada saat perang Tabuk, jika berangkat sebelum matahari
tergelincir maka beliau mengakhirkan salat Zhuhur lalu menjama’nya ke waktu salat
Ashar. Namun, apabila berangkat sesudah matahari tergelincir maka beliau salat
Zhuhur dan Ashar secara jama’ (taqdim) lalu berangkat. Demikian pula bila berangkat
sebelum Maghrib, maka beliau mengakhirkan salat Maghrib lalu menjama’nya kewaktu
salat Isya. Tetapi jika sudah berangkat setelah Maghrib maka beliau segera
mengerjakan salat Isya lalu salat Isya bersama salat Maghrib”. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
1) Jama’ Taqdim
Jama’ taqdim adalah mengerjakan dua shalat fardhu pada waktu shalat
pertama. Contohnya seperti shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada waktu
dzuhur, dan shalat maghrib dan isya’ dikerjakan pada waktu maghrib.
10
2) Jama’ Ta’khir
Jama’ takhir yaitu mengerjakan dua shalat fardhu pada waktu shalat yang
kedua. Contohnya shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada waktu ashar, dan
shalat maghrib dan isya’ dikerjakan pada waktu isya’.
Salat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah. Salat
qasar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian (musafir). Dan
diperbolehkan melaksanakannya bersama shalat jama’.
3. Jarak qashar
11
Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik
tentang jaraksalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasulullah SAW jika keluar
menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh dia salat dua rakaat.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk Mekkah
janganlah kalian mengqashar salat kurang dari 4 burd dari Mekah ke Asfaan.”
(HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadis mauquf)
Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qasar salat dalam jarak
perjalanan sehari semalam.”
Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqasar salat dan buka puasa pada
perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh.
Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qasar salat yaitu 4 burd
atau 16 farsakh. 1farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan
begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa qashar salat adalah
perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan kaki normal atau perjalanan
unta normal. Dan setelah diukur ternyata jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16
farsakh atau 88,656 km. Dan pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama seperti
imam Malik, imam asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga imam tadi.
Jika seseorang musafir hendak masuk suatu kota atau daerah dan bertekad
tinggal di sana, dia dapat melakukan qasar dan jamak salat. Menurut pendapat
imam Malik dan Asy-Syafii adalah 4 hari, selain hari masuk kota dan keluar kota.
Sehingga jika sudah melewati 4 hari iaharus melakukan salat yang sempurna.
Adapun musafir yang tidak akan menetap maka ia senantiasa mengqasar salat
selagi masih dalam keadaan safar.
Seorang musafir boleh berjamaah dengan imam yang mukim (tidak musafir).
Begitu jugaia boleh menjadi imam bagi makmum yang mukim. Kalau dia menjadi
makmum pada imam yang mukim, maka ia harus mengikuti imam dengan
melakukan salat Imam (tidak mengqasar). Tetapi kalau dia menjadi Imam maka
boleh saja mengqasar salatnya, dan makmum menyempurnakan rakaat salatnya
setelah imammya salam.
12
2.4.7 Ketentuan shalat jumat bagi musafir
Shalat jum’at adalah kewajiban bagi orang orang yang sudah menetapi syarat
untuk shalat jum’at, seperti orang muslim, orang yang mustauthin (tempat tinggal asli),
orang yang bermuqim (orang yang menempati suatu daerah dengan niat untuk pulang
tanah halamannya), sudah baligh, dan masih banyak lagi. Allah telah mengancam bagi
orang-orang yang meninggalkan shalat jumat melalui Hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu majah dari sahabat Jabir bin Abdullah RA, Bahwasannya Rasulullah Shallallah
Alaihi Wa Sallam bersabda “Barang siapa meninggalkan shalat Jumat 3 kali tanpa
adanya darurat, maka Allah akan tutup hatinya.” Hadits ini dinyatakan Hadits Hasan
oleh Al- Albani didalam Shahih Ibnu Majah.
Dikatakan oleh Al-Manawi: “Yang dimaksud dengan ditutup hatinya adalah Allah
tutup dan cegah hatinya dari kasih sayangNya, dan dijadikan kebodohan baginya,
kering, keras, atau menjadikan hatinya seperti orang munafik.” [faidhul qadir 6/133].
Dalil
Mari kita lihat Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Thiriq bin Syihab,
dari Baginda Rasulullah shallallah Alaih Wa Sallam:
Kita lihat juga Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu umar dari Rasulullah
Shallallah ‘Alaih Wa Sallam
13
“Tidak ada kewajiban Shalat jumat bagi musafir”.[HR. Ad Daruquthni].
Pendapat ulama.
Dari dalil yang ada, dan pendapat para ulama, bisa kita simpulkan
bahwa Shalat jumat bagi musafir laki-laki tidak diwajibkan. Mereka hanya
diwajibkan melaksanakan Shalat Dzuhur dan boleh juga di jama’, dan itu adalah
ijma’ (kesepakatan para Ulama).
Khuf adalah alas kaki dari kulit yang menutupi mata kaki. Sedangkan
mengusap diistilahkan dengan “mash” yaitu tangan yang dalam keadaan basah
bergerak menyentuh sesuatu. Jadi yang dimaksud mengusap khuf dengan cara yang
khusus, di bagian yang khusus, dan pada waktu yang khusus sebagai ganti dari
membasuh kedua kaki saat berwudhu.
14
mengatakan padanya, “Betul engkau melakukan seperti itu?” “Iya betul”, jawab
Jarir. Saya pernah melihat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam kencing,
kemudian beliau berwudhu, lalu hanya mengusap kedua khufnya saja. Dan perlu
diketahui bahwa Jarir masuk islam setelah turun firman Allah yaitu surat Al-Maidan
berikut ,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS.Al-Maidah :
6)
Penulis Tuhfatul Ahwadzi rahimahullah menjelaskan bahwa seandainya Jarir
masuk islam lebih dulu sebelum turunnya surat Al-Maidah di atas, maka dapat
dipahami kalau mengusap khuf itu sudah dihapus dengan ayat Al-Maidan tersebut.
Namun islamnya Jarir ternyata belakangan setelah turun surat Al_Maidah tadi. Dari
sini dapat diketahui bahwa hadits mengusap khuf itu masih tetap diamalkan.
Sedangkan yang dimaksud mencuci kaki (bukan mengusap khuf) dalam surat Al-
Maidah di atas berlaku untuk selain yang mengenakan khuf. Oleh karena itu,
sunnah disini menjadi pengkhusus bagi ayat di atas. Demikian kata An Nawawi.
Dalil yang menjelaskan disyari’atkannya mengusap khuf diriwayatkan lebih dari
80 sahabat radhiyallahu ‘anhum, di antara mereka adalah sepuluh sahabat yang
diberi kabar gembira masuk surge.
Ibnul Mubarok rahimahullah mengatakan, “Tidak ada beda pendapat
dikalangan sahabat akan bolehnya mengusap khuf. Karena setiap riwayat yang
menunjukkan kalau mereka mengingkari bolehnya hal itu, dalam riwayat lainnya
menunjukkan kebalikannya yaitu mereka membolehkan mengusap khuf.”
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Aku tidak mengetahui riwayat dari
salaf yang mengingkari bolehnya mengusap khuf kecuali dari Malik. Namun riwayat
shahih dari Imam Malik adalah beliau membolehkan mengusap khuf.”
Hukum asal mengusap khuf adalah boleh. Menurut mayoritas ulama, mencuci
kaki lebih afdhol (lebih utama) daripada mengusap khuf. Mengusap khuf adalah
rukhsoh (keringanan) dalam ajaran islam. Allah SWT amat menyukai orang yang
mengambil rukhsoh (keringanan), sebagaimana Dia suka jika seseorang menjauhi
larangan-Nya. Namun menurut ulama Hambali, mengusap khuf itu lebih afdhol
karena itu berarti seseorang mengambil rukhsoh dan kedua-duanya (antara
mengusap khuf dan mencuci kaki saat wudhu) adalah suatu hal yang sama-sama
disyari’atkan.
15
mendapati cuaca yang amat dingin. Begitu pula kesulitan tersebut bias jadi didapati
ketika safar yang biasanya terjadi ketergesa-gesaan sehingga sulit untuk mencuci
kaki secara langsung.
Syarat yang harus dipenuhi agar dibolehkan mengusap khuf adalah sebelum
mengenakan khuf dalam keadaan bersuci (berwudhu atau mandi) terlebih dahulu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Mughiroh bin Syu;bah, ia berkata, “Pada suatu malam
di suatu perjalanan aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
aku sodorkan pada beliau bejana berisi air. Kemudian beliau membasuh wajahnya,
lengannya, mengusap kepalanya. Kemudian aku ingin melepaskan sepatu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bagian khuf yang diusap bukanlah seluruh khuf, atau bukan pula pada bagian
bawah yang biasa menginjak tanah atau kotoran. Yang diajarkan dalam islam,
ketika berwudhu bagian khuf yang diusap adalah bagian punggung khuf (atas), jadi
cukup bagian atas khuf yang dibahasi lalu khuf diusap (tidak perlu air dialirkan),
sebagaimana definisi “mengusap” yang sudah disebutkan di awal.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat jama’, qashar, shalat di kendaraan, dan khuf adalah keringanan (rukhsah) yang
diberikan Allah kepada hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim. Shalat yang dapat di
jama’ adalah semua shalat fardhu kecuali sholat subuh.Dan shalat yang dapat di qashar adalah
semua shalat fardhu yang empat rakaat yaitu shalat isya’, dhuhur dan ashar. Hal-hal yang
membolehkan jama’ dan qashar ada beberapa hal, yaitu : Safar (Bepergian), Hujan, Sakit,
Takut, Keperluan (kepentingan) Mendesak. Dalam persoalan jarak safar, para ulama’ berbeda
pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang
minimal 3farsakh, ada yang berpendapat safar minimal harus sehari-semalam, bahkan ada yang
berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung pada kondisi fisik,
psikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
18