Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PBL

BLOK AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

MODUL II : SHALAT BAGI MUSAFIR

Tutor : dr. Farsida, MPH

KELOMPOK 9

Bella Kartika 2017730025

Daffa Firzatullah 2017730030

Dwiana Chusnul Aini 2017730040

Efitri Yunita Sari 2017730041

Fadhilah Istiqamah 2017730044

Farah Khairunnisa Maulida 2017730046

Indri Erda Yahya 2017730059

Misbahuddin Labib Al Ghifari 2017730070

Muhammad Arif Fitrayana 2017730071

Sandra Kirana Adelia 2017730107

Satya Pramana 2017730109

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah dilimpahkan berbagai macam
nikmat baik nikmat jasmani maupun nikmat rohani. Shalawat serta salam kami curahkan pada
kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat serta karunianya kami dapat menyelesaikan
laporan modul 2 yang berjudul “shalat bagi musafir” dengan baik, meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dr. Farsida, MPH selaku
tutor PBL modul II.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka pembelajaran serta
menambah wawasan pengetahuan kami, baik penyusun maupun pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharapadanya kritik dan saran demi perbaikan
laporan di masa yang akan datang.

Semoga laporan yang kami buat dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebeluumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan juga jika
laporan ini ada kesalahan teknis baik dari segi pengetikan dan lain sebagainya. Terimakasih
atas perhatiannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Desember 2017

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..ii

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………......1

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….2

BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..….3

2.1 Skenario…………………………………………………………………………………3

2.2 Kata Kunci………………………………………………………………………………3

2.3 Mind Map………………………………………………………………………………..3

2.4 Hasil Sintesis Informasi………………………………………………………………..4

2.4.1 Pengertian Shalat……………………………………………………….......4

2.4.2 Rukhsah Bagi Musafir……………………………………………………....4

2.4.3 Dalil Rukhsan Bagi Musafir………………………………………………...7

2.4.4 Adab Melaksanakan Shalat Safar…………………………………………9

2.4.5 Pengertian Jama’……………………………………………………………10

2.4.6 Pengertian Qashar………………………………………………………….11

2.4.7 Ketentuan Shalat Jumat Bagi Musafir…………………………………….13

2.4.8 Pengertian Khuf……………………………………………………………..14

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………….17

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..17

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan
tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan
berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu berbanding
lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat menentukan, yaitu
alat transportasi yang dipergunakan.
Demi sebuah perjalanan, banyak hal dan kadang kewajiban yang dengan terpaksa
meski kita tinggalkan atau pun kita tunda. Namun ada kewajiban-kewajiban yang tidak
boleh kita tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah satunya adalah kewajiban
terhadap sang khalik, yaitu Sholat 5 waktu. Dalam Islam sudah ditentukan aturan-aturan
yang sangat mempermudah bagi para musafir. Sholat yang dilaksanakan dalam
perjalanan biasa disebut sholatus safar.
Islam adalah agama Allah SWT yang banyak memberikan kemudahan kepada para
pemeluknya didalam melakukan berbagai ibadah dan amal sholehnyaIslam juga dibangun
dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah shalat. Karenanya shalat merupakan tiang
agama. Ketika seorang meninggalkan shalat ia disebut penghancur agama tetapi sebalikya
ketika ia melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya maka ia disebut sebagai penegak
agama. Karenanya, seorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat walau bagaimanapun
juga tak terkecuali dalam bepergian.Seperti halnya seorang yang tidak memiliki air untuk
berwudhu maka ia diperbolehkan bertayammum, begitu pula dengan sholat yang dapat
dilakukan dengan cara dijama’ (dirangkap) maupun diqoshor (dipotong).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana etika ketika shalat ?


2. Apa saja rukhsah bagi musafir ?
3. Bagaimana adab melaksanakan shalat safar ?
4. Apa pengertian jama’ shalat ?
5. Apa pengertian shalat qashar ?
6. Apa saja dalil yang menjelaskan tentang rukhsah ibadah shalat bagi musafir ?
7. Apa saja syarat musafir yang boleh melaksanakan jama’ dan qashar ?
8. Siapa saja yang tidak boleh melaksanakan jama’ dan qashar ?
9. Bagaimana ketentuan shalat jumat bagi musafir ?
10. Bagaimana tata cara shalat di atas kendaraan ?
11. Apa saja syarat shalat di atas kendaraan ?
12. Apa pengertian dari khuf ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan rukhsah bagi musafir.


2. Memahami adab melaksanakan shalat musafir.
3. Menjelaskan dalil mengenai shalat abgi musafir.
4. Memahami definisi, tata cara, dan syarat jama’ shalat.
5. Memahami definisi, tata cara, dan syarat shalat qashar.
6. Memahami tata cara dan syarat shalat di atas kendaraan.
7. Memahami definisi dan tata cara khuf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Ali dan Umar bersiap menuju bandara untuk terbang ke Jakarta usai menjalankan
ibadah umroh, berangkat dari Mekah pada hari Jumat, pesawat take-off pada pukul 18.00,
dan jarak Mekah-Jedah sekitar 1,5 jam, terdapat ketentuan dari penerbangan bahwa
penumpang harus 4 jam sebelumnya sudah di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Mereka
berangkat dari Mekah jam 11.00, sehingga tidak bisa sholat jumat di Mekah. Sesampainya
di Bandara King Abdul Aziz mereka menjalankan sholat Dhuhur dan Asar dengan jama’
taqdim. Perjalanan yang ditempuh untuk menuju Jakarta sekitar +-8 jam, hal ini akan
melewati waktu shalat Magrib, dan Isya bahkan Subuh.

2.2 Kata kunci

• Ali dan Umar


• Tidak bisa shalat jumat di Mekah
• Jarak Makkah ke Jedah 1,5 jam
• 4 jam sebelumnya tiba di bandara
• Jama Taqdim
• Take Off pukul 18.00
• Menempuh 8 jam perjalanan
• Melewati waktu shalat magrib, isya, dan subuh

2.3 Mind map

SHALAT

SHALAT BAGI
MUSAFIR

TATA CARA MACAMNYA

SYARAT &
DALIL
KETENTUAN

3
2.4 Hasil Sintesis Informasi

2.4.1 Pengertian shalat

Shalat berasal dari bahasa arab As-Sholah, shalat menurut bahasa (etimologi)
berarti doa dan secara istilah (terminology)para ahli fiqih mengartikan shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan yang telah
ditentukan. Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa
rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah


merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang
telah ditentukan syara’. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin)
kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-Nya. Sholat dalam agama
islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat manapun juga,
karena merupakan tiang agama.

Dalam melakukan ibadah sholat, ada beberapa etika yaitu :

 Hati yang ikhlas


 Menyempurnakan wudhu
 Menutupi aurat
 Bersegerakan salat
 Berdzikir kepada Allah
 halat dengan kusyu

2.4.2 Rukhsah bagi musafir

Safar atau bepergian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan setiap muslim. Karena sebagian aktivitas hidup baik ibadah maupun
muamalah mengharuskan adanya perjalanan dan bepergian atau safar. Sebagai
Agama yang lengkap dan utuh, Islam memiliki panduan dan adab dalam safar
(bepergian dan perjalanan). Salah satu aspek yang diatur dalam Islam berkenaan
dengan safar adalah adanya keringanan atau rukhshah bagi orang yang sedang
bepergian atau melakukan perjalanan (musafir). Diantaranya yaitu :

4
1. Meng - Qashar Shalat

Orang yang melakukan perjalanan mendapatkan keringanan untuk meng-


qashar shalat. Yakni meringkas shalat yang empat raka’at menjadi dua raka’at.
Keringanan meng-qashar shalat diterangkan oleh Allah dalam surah An-Nisa ayat 101
yang artinya : “ Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.'

Ayat diatas adalah dalil diperbolehkannya mengqashar shalat saat safar. Meski
secara literal ayat tersebut mengaitkan safar dengan takut terhadap serangan orang
kafir, namun kebolehan qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah
dari Allah.

2. Men - Jama’ Shalat

Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa
jama’. Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu
waktu di awal atau di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat yang 3 dan 4 raka’at,
yakni dzuhur-ashar dan magrib-isya.

Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits


Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Aku pernah melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau
mengakhirkan shalat maghribdan menjama’ dengan shalat ‘isya” ( HR. Bukhari &
Muslim).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa, “Jika Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai perjalanan sebelum matahari tergelincir, beliau
mengakhirkan shalat dzuhur pada waktu ‘ashar dan menjama’nya. Dan jika berangkat
setelah tergelincir matahari, beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian berangkat” (
HR. Bukhari & Muslim)

3. Membasuh Khuf (Sepatu Bot)

Sampai Tiga Hari Orang safar juga mendapat keringanan mengusap khuf saat
wudhu. Yakni saat berwudhu, tidak perlu melepas sepatu. Tapi cukup mengusap
sepatu bot (khuf) yang dikenakan. Dengan syarat sepatu tersebut dikenakan dalam
keadaan suci setelah berwudhu. Keringanan mengusap khuf bagi musaafir berlaku
sampai tiga hari. Setelah lewat tiga hari, maka sepatu dilepas lalu berwudhu lagi
dengan mencuci kaki. Setelah itu dapat dibasuh kembali saat wudhu. Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
keringanan mengusap khuf selama tiga hari tiga malam bagi musafir dan sehari
semalam bagi orang muqim” ( HR. Muslim).

5
4. Shalat di Atas Kendaraan

Musafir boleh melakukan shalat di atas kendaraan dengan menghadap ke arah


kendaraan yang tertuju.Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat sunnah di atas hewan tunggangannya ke
arah manapun Onta yang ditungganginya berjalan”. (HR. Muslim).

 Syarat shalat di atas kendaraan

Islam itu mudah. Ketika ada kesulitan, maka muncul kemudahan.


Demikian juga dalam hal shalatketika berkendaraan, seseorang diberikan
kemudahan jika memang ada kesulitan. Para ulama menyebutkan udzur-udzur
atau penghalang-penghalang yang membuat seseorang boleh shalat di atas
kendaraan. Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan: “jika orang yang sedang
berkendara itu mendapatkan kesulitan jika turun dari kendaraannya, misal
karena hujan lebat dan daratan berlumpur, atau khawatir terhadap
kendaraannya jika ia turun, atau khawatir terhadap harta benda yang
dibawanya jika ia turun, atau khawatir terhadap dirinya sendiri jika ia turun,
misalnya karena ada musuh atau binatang buas, dalamsemua keadaan ini ia
boleh shalat di atas kendaraannya baik berupa hewan tunggangan atau lainnya
tanpa turun ke darat”.

Diantara udzur yang membolehkan juga adalah khawatir luputnya atau


habisnya waktu shalat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya
mengenai hukum shalat di pesawat beliau menjelaskan: “shalat di pesawat jika
memang tidak mungkin mendarat sebelum berakhirnya waktu shalat,atau tidak
mendarat sebelum berakhirnya shalat kedua yang masih mungkin di jamak,
maka saya katakan:shalat dalam keadaan demikian wajib hukumnya dan tidak
boleh menundanya hingga keluar dari waktunya”. Beliau juga mengatakan:
“adapun jika masih memungkinkan mendarat sebelum berakhir waktu shalat
yang sekarang, atau sebelum berakhir waktu shalat selanjutnya dan
memungkinkan untuk dijamak, maka tidak boleh shalat di pesawat karena
shalat di pesawat itu tidak bisa menunaikan semua halwajib dalam shalat. Jika
memang demikian keadaannya maka hendaknya menunda shalat hingga
mendarat lalu shalat di darat hingga benar pelaksanaannya” (Majmu’ Fatawa
War Rasa-il, fatwa no.1079).

 Tata cara
1) Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan
di jok kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.
2) Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.
Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.
3) Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.
4) Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika
rukuk.

6
5) Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika
takbiratul ihram.
6) Gerakan yang lainnya sama seperti di atas.
7) Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk.
8) Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.

5. Tidak Wajib Menunaikan Shalat Jum’at

Musafir mendapat keringanan meninggalkan shalat jum’at. Namun tetap wajib


menggantinyadengan menunaikan shalat dzuhur, karena shalat Jum’at hanya
diwajibkan kepada laki-laki dewasa dan muqim.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at
bagi musafir”. Bahkan Ibnu Abdil barr menukil ijma’ tentang hal itu dalam kitabnya al-
Istidzkar.

Syakhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan, “ . . .Yang tepat adalah madzhab


jumhurus Salaf dari kalangan Imam Madzhab yang empat dan yang lainnya, bahwa
musafir tidak wajib shalat Jum’at “(Majmu’ Fatawa 17/480).

2.4.3 Dalil rukhsah bagi musafir

‫ضى أحدكم نَ ْه َمتَهُ فَ ْليُ َع ِج ْل إلى أ َ ْه ِل ِه‬ َ ‫ب َي ْمنَ ُع أ َ َح َد ُك ْم ن َْو َمهُ َو‬
َ َ‫ط َعا َمه ُ َوش ََرا َبه ُ فإذا ق‬ ْ ‫سف َُر ق‬
ِ ‫ِطعَةٌ من ْال َعذَا‬ َّ ‫ال‬

“Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian
akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah
kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu ada beberapa keringanan (rukhshah) yang diberikan oleh
syari’at kepada orang yang dalam perjalanan (musafir). Diantara rukshah tersebut
adalah;

7
1. Meng-Qashar shalat

‫ص ََلةِ إِ ْن خِ ْفت ُ ْم أَن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّذِينَ َكف َُروا‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن ت َ ْق‬
َّ ‫ص ُروا مِ نَ ال‬ ِ ‫ض َر ْبت ُ ْم فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض فَلَي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫َوإِذَا‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.”

Kebolehan meng-qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah dari
Allah swt.

َ ‫علَ ْي ُك ْم فَا ْق َبلُوا‬


ُ ‫ص َدقَتَه‬ َ َ ‫ص َدقَةٌ ت‬
َ ‫صدَّقَ هللا بها‬ َ

“Itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepadaa kalian, maka terimalah sedekahnya”
(HR. Muslim)

2. Menjama shalat

Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits


Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Aku pernah melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau
mengakhirkan shalat maghrib dan menjama’ dengan shalat ‘isya” (HR. Bukhari &
Muslim).

3. Membasuh Khuf (Sepatu Bot) Sampai Tiga Hari

Orang safar juga mendapat keringanan mengusap khuf saat wudhu. Yakni saat
berwudhu, tidak perlu melepas sepatu saat akn cuci kaki. Tapi cukup mengusap
sepatu bot (khuf) yang dikenakan. Dengan syarat sepatu tersebut dikenakan dalam
keadaan suci setelah berwudhu. Keringanan mengusap khuf bagi musaafir berlaku
sampai tiga hari. Setelah lewat tiga hari, maka sepatu dilepas lalu berwudhu lagi
dengan mencuci kaki. Setelah itu dapat dibasuh kembali saat wudhu.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberi keringanan mengusap khuf selama tiga hari tiga malam bagi musafir
dan sehari semalam bagi orang muqim” (Terj. HR. Muslim).

4. Tidak wajib menjalankan shalat jumat

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at
bagi musafir”.

َ‫َّللاِ َوذَ ُروا ْالبَ ْي َع ذَ ِل ُك ْم َخي ٌْر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬


َّ ‫ص ََلةِ مِ ْن يَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة فَا ْس َع ْوا ِإلَى ِذ ْك ِر‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ِإذَا نُود‬
َّ ‫ِي لِل‬

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at,


maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. Jumu’ah: 9).

8
5. Shalat di atas kendaraan

Ibnu Umar mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam


pernah shalat witir di atas Onta”. (Terj. HR Bukhari & Muslim). Ibnu Umar juga
meriwayatkan bahwa “Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam shalat saat safar di atas
kendaraannya. Beliau shalat lail dan shalat witir. Kecuali shalat fardhu (beliau tidak
lakukan diatas kendaraan).

2.4.4 Adab melaksanakan shalat safar

1. Shalat Jamak

Rukhsah ialah satu keringanan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada
hambanya dalam hal-hal tertentu, shalat jamak contohnya. Apa itu shalat jamak?
Shalat jamak ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu. Contoh: shalat
dzuhur dan shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya.Shalat subuh tidak boleh
dijamak dan harus dikerjakan pada waktunya. Ada dua macam shalat jamak:

1) Shalat Jamak Takdim

Jamak takdim dikerjakan pada waktu shalat yang pertama. Maksudnya, jika
anda akan menjamak shalat dzuhur dan ashar, maka anda mengerjakannya saat
waktu dzuhur. Begitupun maghrib dan isya yang dilakukan saat waktu maghrib tiba.
Urutannya, kerjakan shalat yang pertama kemudian shalat kedua tanpa diselingi
kegiatan apapun. Maksudnya, setelah salam pada shalat dzuhur anda langsung
berdiri mengerjakan shalat ashar. Keduannya dikerjakan 4 rakaat tanpa dikurangi.

2) Shalat Jamak Takhir

Jamak takhir adalah kebalikan dari jamak takdim, yakni mengerjakan dua shalat
fardu pada waktu shalat yang kedua (adalah waktu ashar dan isya).Kedua shalat
dilakukan pada waktu ashar, bisa zhuhur dulu, bisa ashar dulu.

2. Shalat Qashar

Shalat Qasar artinya meringkas Ruksah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat
menjadi 2 rakaat. Maka dari itu tidak dibolehkan untuk mengqasar salat subuh dan
magrib.

Allah berfirman dalam al Quran surat An Nisa ayat 101 yang artinya :”Dan
apbila kamuberpergian di muka bumi maka tidak mengaapa kamu mengqasar
salatmu,jika kamu takut diserang orang-orang kafir sesungguhnya orang-orang kafir
itu musuh yang nyatabagimu,” Q.S( An Nisa:101)

3. Shalat Jamak Qasar

Betapa murahnya Allah S.W.T. Selain memperbolehkan hambanya menjamak


atau mengqashar ibadah shalatnya. Allah juga mengizinkan kita untuk mengerjakan

9
shalat jamak qashar, yakni digabung dan diringkas. Artinya mengerjakan 2 shalat
fardu dalam satu waktu dan juga meringkasnya. Shalat jamak qashar bisa
dilakukan secara takdim maupun takhir.

Sholat jamak dan qasar artinya shalat yang boleh untuk kita jamak dan kita
qashar sekaligus. Misalnya: mengumpulkan sholat zuhur dengan sholat ashar pada
waktu ashar (dijamak dan diqasar masing-masing menjadi 2 rakaat), jadi disaat
masuk waktu ashar, kita lakukan sholat zuhur 2 rakaat kemudian sholat ashar 2
rakaat, apabila kita tidak mau qasar maka boleh dijamak saja, masing-masing 4
rakaat. sholat zuhur 4 rakaat kemudian sholat ashar 4 rakaat.

4. Shalat Di atas Kendaraan

Jika tidak bisa slat berdiri,maka diperbolehkan duduk semampunya Untuk sujud
lebih rendah daripada rukuk Jika dalam kendaraan mampu menghadap kiblat maka
wajib menghadap kiblat namun bila tidak memungkinkan bisa salat menghadap
sesuai arah kendaraan.

2.4.5 Pengertian jama’

Menjama’ shalat adalah shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua


shalat wajib dalam satu waktu, yaitu mengerjakan dua shalat fardhu dalam satu waktu
shalat.

Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wassalam menjama’ Dzuhur dengan Ashar dan antara Maghrib dengan Isya’ di
Madinah tanpa sebab takut dan safar (dalam riwayat lain; tanpa sebab takut dan
hujan). Ketika ditanya hal itu kepada Ibnu Abbas beliau menjawab: ”Bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak ingin memberatkan umatnya.” (HR.Muslim)

“Bahwa Nabi saw pada saat perang Tabuk, jika berangkat sebelum matahari
tergelincir maka beliau mengakhirkan salat Zhuhur lalu menjama’nya ke waktu salat
Ashar. Namun, apabila berangkat sesudah matahari tergelincir maka beliau salat
Zhuhur dan Ashar secara jama’ (taqdim) lalu berangkat. Demikian pula bila berangkat
sebelum Maghrib, maka beliau mengakhirkan salat Maghrib lalu menjama’nya kewaktu
salat Isya. Tetapi jika sudah berangkat setelah Maghrib maka beliau segera
mengerjakan salat Isya lalu salat Isya bersama salat Maghrib”. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)

Jama’ terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Jama’ Taqdim

Jama’ taqdim adalah mengerjakan dua shalat fardhu pada waktu shalat
pertama. Contohnya seperti shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada waktu
dzuhur, dan shalat maghrib dan isya’ dikerjakan pada waktu maghrib.

10
2) Jama’ Ta’khir

Jama’ takhir yaitu mengerjakan dua shalat fardhu pada waktu shalat yang
kedua. Contohnya shalat dzuhur dan ashar dikerjakan pada waktu ashar, dan
shalat maghrib dan isya’ dikerjakan pada waktu isya’.

Syarat menjama’ shalat adalah:

a. Dalam keadaan safar (perjalanan),


b. Dalam keadaan sakit,
c. Pada saat haji,
d. Dalam keadaan mendesak

2.4.6 Pengertian qashar

Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah


rakaat salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan
kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang dapat
diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya berjumlah 4
dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.dan tidak boleh mengqasar salat subuh
dengan zuhur dan harus berpasangan zuhur dengan ashar magrib dengan isya.

1. Dalil naqli shalat qashar


 “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqasar salat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS
an-Nisaa’ 101)
 Dari ‘Aisyah ra berkata : “Awal diwajibkan salat adalah dua rakaat, kemudian
ditetapkan bagi salat safar dan disempurnakan ( 4 rakaat) bagi salat hadhar
(tidak safar).” (Muttafaqun ‘alaihi)
 Dari ‘Aisyah ra berkata: “Diwajibkan salat 2 rakaat kemudian Nabi hijrah, maka
diwajibkan 4 rakaat dan dibiarkan salat safar seperti semula (2 rakaat).” (HR
Bukhari) Dalamriwayat Imam Ahmad menambahkan : “Kecuali Maghrib, karena
Maghrib adalah salat witir di malam hari dan salat Subuh agar memanjangkan
bacaan di dua rakaat tersebut.”

2. Yang diperbolehkan shalat qashar

Salat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah. Salat
qasar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian (musafir). Dan
diperbolehkan melaksanakannya bersama shalat jama’.

3. Jarak qashar

Seorang musafir dapat mengambil rukhsah salat dengan mengqasar dan


menjamak jika telah memenuhi jarak tertentu. Beberapa hadits tentang jarak yang
diijinkan untuk melakukan salat qashar.

11
 Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik
tentang jaraksalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasulullah SAW jika keluar
menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh dia salat dua rakaat.” (HR Muslim)
 Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk Mekkah
janganlah kalian mengqashar salat kurang dari 4 burd dari Mekah ke Asfaan.”
(HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadis mauquf)
 Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qasar salat dalam jarak
perjalanan sehari semalam.”

Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqasar salat dan buka puasa pada
perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh.

Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qasar salat yaitu 4 burd
atau 16 farsakh. 1farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan
begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa qashar salat adalah
perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan kaki normal atau perjalanan
unta normal. Dan setelah diukur ternyata jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16
farsakh atau 88,656 km. Dan pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama seperti
imam Malik, imam asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga imam tadi.

4. Lama waktu qashar

Jika seseorang musafir hendak masuk suatu kota atau daerah dan bertekad
tinggal di sana, dia dapat melakukan qasar dan jamak salat. Menurut pendapat
imam Malik dan Asy-Syafii adalah 4 hari, selain hari masuk kota dan keluar kota.
Sehingga jika sudah melewati 4 hari iaharus melakukan salat yang sempurna.
Adapun musafir yang tidak akan menetap maka ia senantiasa mengqasar salat
selagi masih dalam keadaan safar.

Berkata Ibnul Qoyyim: “Rasulullah saw. tinggal di Tabuk 20 hari mengqashar


salat.” Disebutkan Ibnu Abbas dalam riwayat Bukhari: “Rasulullah saw.
melaksanakan salat di sebagian safarnya 19 hari, salat dua rakaat. Dan kami jika
safar 19 hari, salat dua rakaat,tetapi jika lebih dari 19 hari, maka kami salat dengan
sempurna.

5. Adab shalat qashar

Seorang musafir boleh berjamaah dengan imam yang mukim (tidak musafir).
Begitu jugaia boleh menjadi imam bagi makmum yang mukim. Kalau dia menjadi
makmum pada imam yang mukim, maka ia harus mengikuti imam dengan
melakukan salat Imam (tidak mengqasar). Tetapi kalau dia menjadi Imam maka
boleh saja mengqasar salatnya, dan makmum menyempurnakan rakaat salatnya
setelah imammya salam.

12
2.4.7 Ketentuan shalat jumat bagi musafir

Shalat jum’at adalah kewajiban bagi orang orang yang sudah menetapi syarat
untuk shalat jum’at, seperti orang muslim, orang yang mustauthin (tempat tinggal asli),
orang yang bermuqim (orang yang menempati suatu daerah dengan niat untuk pulang
tanah halamannya), sudah baligh, dan masih banyak lagi. Allah telah mengancam bagi
orang-orang yang meninggalkan shalat jumat melalui Hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu majah dari sahabat Jabir bin Abdullah RA, Bahwasannya Rasulullah Shallallah
Alaihi Wa Sallam bersabda “Barang siapa meninggalkan shalat Jumat 3 kali tanpa
adanya darurat, maka Allah akan tutup hatinya.” Hadits ini dinyatakan Hadits Hasan
oleh Al- Albani didalam Shahih Ibnu Majah.

Dikatakan oleh Al-Manawi: “Yang dimaksud dengan ditutup hatinya adalah Allah
tutup dan cegah hatinya dari kasih sayangNya, dan dijadikan kebodohan baginya,
kering, keras, atau menjadikan hatinya seperti orang munafik.” [faidhul qadir 6/133].

 Dalil

Dalil mengenai kewajiban menghadiri shalat Jum’at ini sebagaimana disebutkan


dalam ayat :

ۚ‫ّللا َو َذ ُروا ْالبَ ْي َع‬


‫ص ََلةه هم ْن َي ْو هم ْال ُج ُم َع هة فَا ْس َع ْوا هإلَى هذ ْك هر َ ه‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَذهين آ َمنُوا هإ َذا نُود‬
َ ‫هي هلل‬
َ‫َذ هل ُك ْم َخيْر لَ ُك ْم هإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum’at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumuah 62
: 9)

Mari kita lihat Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Thiriq bin Syihab,
dari Baginda Rasulullah shallallah Alaih Wa Sallam:

َ ‫عبْد َم ْملُوك أ َ هو ْام َرأَة أ َ ْو‬


‫ص هبى‬ َ ‫عة هإلَ أ َ ْر َب َعة‬
َ ‫ع َلى ُك هل ُم ْس هلم هفى َج َما‬ ‫ْال ُج ُم َعةُ َحق َو ه‬
َ ‫اجب‬
‫أ َ ْو َم هريض‬
“ Shalat jumat adalah haq yang wajib atas semua muslim secara berjamaah,
kecuali 4 orang: Budak, Wanita, Anak kecil(belum baligh), dan orang sakit.
syikh Al Albanani mengatakan bahwa hadits ini Shahih.

Kita lihat juga Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu umar dari Rasulullah
Shallallah ‘Alaih Wa Sallam

َ ‫علَى ْال ُم‬


‫سافه هر ُج ُم َعة‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ْس‬

13
“Tidak ada kewajiban Shalat jumat bagi musafir”.[HR. Ad Daruquthni].

 Pendapat ulama.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa tidak wajib bagi musafir


melaksanakan Shalat jumat, karena tidak ada dalil yang shahih bahwa
Rasulullah Shallallah ‘Alaih Wa Sallam melakukan shalat jumat ketika
safar(dalam perjalanan). Bahkan Beliau melakukan Shalat Dzuhur di padang
Arafah ketika hari jumat(Ibnu Al Mundzir 4/20).Khula Ar Rasyidin pun tidak
melaksanakan Shalat jumat ketika safar, dan para shahabat pun melakukan hal
yang sama. Mereka menggantinya dengan Shalat Dzuhur.

Ibnu taimiyah menyatakan: Sesungguhnya Rasulullah SAW, banyak


bersafar selain umrah ketika hajinya, dan menunaikan haji wada’ beserta ribuan
orang, serta telah berperang lebih dari 20 peperangan, namun tadak ada
satupun yang menukil bahwa beliau melaksanakan Shalat jumat, dan tidak pula
melaksanakan Shalat ‘ied dalam perjalanannya. Bahkan ada riwayat yang
nenyebutkan bahwa beliau menjama’ Shalat Dzuhur dan Ashar di seluruh
perjalanan beliau. Begitu juga saat hari jumat. [majmu’ fatawa Ibnu taimiyyah
xx1v/178-179].

Bahkan, Ibnu mundzir menyatakan bahwa, ketidak wajiban musafir


melaksanakan Shalat jumat adalah Ijma’ (kesepakatan) para Ulama, dan tidak
boleh menentangnya. [ Al Mughni Ibnu Qudamah 3/216]

Dari dalil yang ada, dan pendapat para ulama, bisa kita simpulkan
bahwa Shalat jumat bagi musafir laki-laki tidak diwajibkan. Mereka hanya
diwajibkan melaksanakan Shalat Dzuhur dan boleh juga di jama’, dan itu adalah
ijma’ (kesepakatan para Ulama).

2.4.8 Pengertian khuf

Khuf adalah alas kaki dari kulit yang menutupi mata kaki. Sedangkan
mengusap diistilahkan dengan “mash” yaitu tangan yang dalam keadaan basah
bergerak menyentuh sesuatu. Jadi yang dimaksud mengusap khuf dengan cara yang
khusus, di bagian yang khusus, dan pada waktu yang khusus sebagai ganti dari
membasuh kedua kaki saat berwudhu.

A. Dalil pensyariatan khuf


Tentang dalil pensyariatan mengusap khuf adalah dari berbagai hadits
Nabawiyah. Di antaranya dari hadits ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu,
“Seandainya agama itu dengan logika semata, maka tentu bagian bawah khuf
lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya. Namun sungguh aku sendiri
telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas
khufnya.”
Ada juga riwayat dari Jarir bin ‘Abdillah Al Bakhili radhiyallau ‘anhu bahwa
beliau kencing, kemudian berwudhu lalu mengusap kedua khufnya. Ada yang

14
mengatakan padanya, “Betul engkau melakukan seperti itu?” “Iya betul”, jawab
Jarir. Saya pernah melihat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam kencing,
kemudian beliau berwudhu, lalu hanya mengusap kedua khufnya saja. Dan perlu
diketahui bahwa Jarir masuk islam setelah turun firman Allah yaitu surat Al-Maidan
berikut ,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS.Al-Maidah :
6)
Penulis Tuhfatul Ahwadzi rahimahullah menjelaskan bahwa seandainya Jarir
masuk islam lebih dulu sebelum turunnya surat Al-Maidah di atas, maka dapat
dipahami kalau mengusap khuf itu sudah dihapus dengan ayat Al-Maidan tersebut.
Namun islamnya Jarir ternyata belakangan setelah turun surat Al_Maidah tadi. Dari
sini dapat diketahui bahwa hadits mengusap khuf itu masih tetap diamalkan.
Sedangkan yang dimaksud mencuci kaki (bukan mengusap khuf) dalam surat Al-
Maidah di atas berlaku untuk selain yang mengenakan khuf. Oleh karena itu,
sunnah disini menjadi pengkhusus bagi ayat di atas. Demikian kata An Nawawi.
Dalil yang menjelaskan disyari’atkannya mengusap khuf diriwayatkan lebih dari
80 sahabat radhiyallahu ‘anhum, di antara mereka adalah sepuluh sahabat yang
diberi kabar gembira masuk surge.
Ibnul Mubarok rahimahullah mengatakan, “Tidak ada beda pendapat
dikalangan sahabat akan bolehnya mengusap khuf. Karena setiap riwayat yang
menunjukkan kalau mereka mengingkari bolehnya hal itu, dalam riwayat lainnya
menunjukkan kebalikannya yaitu mereka membolehkan mengusap khuf.”
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Aku tidak mengetahui riwayat dari
salaf yang mengingkari bolehnya mengusap khuf kecuali dari Malik. Namun riwayat
shahih dari Imam Malik adalah beliau membolehkan mengusap khuf.”

B. Hukum mengusap khuf

Hukum asal mengusap khuf adalah boleh. Menurut mayoritas ulama, mencuci
kaki lebih afdhol (lebih utama) daripada mengusap khuf. Mengusap khuf adalah
rukhsoh (keringanan) dalam ajaran islam. Allah SWT amat menyukai orang yang
mengambil rukhsoh (keringanan), sebagaimana Dia suka jika seseorang menjauhi
larangan-Nya. Namun menurut ulama Hambali, mengusap khuf itu lebih afdhol
karena itu berarti seseorang mengambil rukhsoh dan kedua-duanya (antara
mengusap khuf dan mencuci kaki saat wudhu) adalah suatu hal yang sama-sama
disyari’atkan.

C. Hikmah mengusap khuf

Hikmah mengusap khuf adalah untuk mendatangkan kemudahan dan


keringanan bagisetiap muslim. Kesulitan yang dihadapi barangkali adalah kesulitan
untuk melepas khuf dan mencuci kedua kaki, apalagi saat musim dingin atau ketika

15
mendapati cuaca yang amat dingin. Begitu pula kesulitan tersebut bias jadi didapati
ketika safar yang biasanya terjadi ketergesa-gesaan sehingga sulit untuk mencuci
kaki secara langsung.

D. Syarat bolehnya mengusap khuf

Syarat yang harus dipenuhi agar dibolehkan mengusap khuf adalah sebelum
mengenakan khuf dalam keadaan bersuci (berwudhu atau mandi) terlebih dahulu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Mughiroh bin Syu;bah, ia berkata, “Pada suatu malam
di suatu perjalanan aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
aku sodorkan pada beliau bejana berisi air. Kemudian beliau membasuh wajahnya,
lengannya, mengusap kepalanya. Kemudian aku ingin melepaskan sepatu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

E. Bagian yang diusap

Bagian khuf yang diusap bukanlah seluruh khuf, atau bukan pula pada bagian
bawah yang biasa menginjak tanah atau kotoran. Yang diajarkan dalam islam,
ketika berwudhu bagian khuf yang diusap adalah bagian punggung khuf (atas), jadi
cukup bagian atas khuf yang dibahasi lalu khuf diusap (tidak perlu air dialirkan),
sebagaimana definisi “mengusap” yang sudah disebutkan di awal.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat jama’, qashar, shalat di kendaraan, dan khuf adalah keringanan (rukhsah) yang
diberikan Allah kepada hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim. Shalat yang dapat di
jama’ adalah semua shalat fardhu kecuali sholat subuh.Dan shalat yang dapat di qashar adalah
semua shalat fardhu yang empat rakaat yaitu shalat isya’, dhuhur dan ashar. Hal-hal yang
membolehkan jama’ dan qashar ada beberapa hal, yaitu : Safar (Bepergian), Hujan, Sakit,
Takut, Keperluan (kepentingan) Mendesak. Dalam persoalan jarak safar, para ulama’ berbeda
pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang
minimal 3farsakh, ada yang berpendapat safar minimal harus sehari-semalam, bahkan ada yang
berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung pada kondisi fisik,
psikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Al-Quran dan hadis


 Rifa’i, Moh. 2011.”Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”. Semarang: PT Karya Toha
Putra.
 Al Bugha, Musthafa Dib. 2010. “Fiqih Islam Lengkap”. Solo: Media Zikir.
 Majmu’ Fatawa War Rasa-il, fatwa no.1079
 Al mulakhas Al Fiqhi, 235.
 Syaikh Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Ringkasan Fiqih Lengkap. Darul Farah,
Jakarta. 2005
 Minhajul Muslim, Karya Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi Rahimahullah.

18

Anda mungkin juga menyukai