Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu metoda pembelajaran yang sangat menunjang


berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif yaitu pembelajaran
praktikum.Dengan adanya praktikum, diharapkan mahasiswa lebih
memahami tentang konsep teori yang telah diterima di kelas. Salah satu mata
kuliah yang menggunakan metode pembelajaran praktikum adalah mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan yaitu praktikum Biokimia.

Praktikum Biokimia dilakukan agar mahasiswa dapat lebih


memahami teori yang diberikan dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan,
khususnya pada topik proses pemenuhan kebutuhan nutrisi di dalam sel tubuh
manusia dan memahami tentang sistem metabolisme secara kimiawi yang
terjadi di dalam tubuh organisme. Dalam pelaksanaan Praktikum Biokimia ini
juga dapat memperoleh gambaran terapan di bidang kesehatan, terutama yang
berhubungan dengan hasil laboratorium kesehatan yaitu berupa urine dan
darah.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum Biokimia ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa memahami tentang proses pencernaan
2. Mahasiswa memahami tentang proses pemecahan glukosa (glikolisis)
3. Mahasiswa memahami tentang urin (senyawa organik & anorganik dalam
urin, sedimen normal dan abnormal, serta senyawa abnormal dalam urin)
4. Mahasiswa memahami tentang darah (proses pembekuan darah, senyawa
dalam serum darah dan sel-sel darah)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENCERNAAN
1. Definisi

Proses pencernaan memerlukan saluran pencernaan untuk dapat


menyalurkan makanan dari luar ke dalam tubuh.Pencernaan merupakan
serangkaian proses mulai mulut sampai anus, berfungsi dalam menerima
makanan, memecah makanan, menyerap makanan, dan membuang sisa
makanan yang tidak dicerna atau tidak diserap. Dalam proses pencernaan
makanan banyak organ yang terlibat, seperti mulut (yang didalamnya
terdapat gigi, saliva, lidah), faring, esophagus, gaster, usus halus, usus
besar dan rectum. Dalam proses pencernaan tersebut tidak terlepas dari
kerja-kerja enzim yang membantu makanan dapat dicerna oleh tubuh.

Zat-zat nutrisi pokok digolongkan dalam protein, karbohidrat, dan


lemak. Banyak macam makanan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
manusia, meskipun berbeda dalam ratio protein, karbohidrat, dan lemak,
dan dalam ratio material tercerna maupun tidak tercerna. Bahan makanan
asal tumbuhan yang tidak terproses kaya akan material fibrous yang tidak
dapat tercerna baik oleh enzim-enzim maupun didegradasi (diurai) oleh
bakteri dalam usus. Material fibrous tersebut umumnya adalah selulose
atau pectin yang termasuk karbohidrat.

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima


makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
melalui proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran)
dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Saluran pencernaan
meliputi: mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus (duodenum,

2
yeyunum, ileum), usus besar (seikum, kolon asenden, kolon transversum,
kolon desenden, kolon sigmoid), rectum, dan anus.

2. Enzim Pencernaan
a. Karbohidrat
1) Ptyalin
Pencernaan di mulut, secara mekanik dilakukan oleh gigi, dan
secara kimiawi oleh kelenjar saliva yang berasal dari kelenjar
parotid, kelenjar sub lingual, dan kelenjar sub mandibular. Enzim
yang berperan adalah enzim ptyalin/enzim amilase berfungsi
memecah zat pati (polisakarida) menjadi disakarida (maltosa).
2) Amilase
- Sumber di pancreas
- Mengubah zat pati menjadi dekstrin, maltose, dan glukosa
3) Maltase
- Sumber di mukosa usus
- Berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa
4) Sukrosa
- Sumber di mukosa usus
- Berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
5) Laktosa
- Sumber di mukosa usus
- Berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
b. Protein
1) Pepsin
- Sumber mukosa lambung
- Berfungsi mengubah protein menjadi polipeptida
2) Tripsin
- Sumber pancreas
- Terdapat di usus halus

3
- Berfungsi mengubah protein dan polipeptida menjadi
dipeptida dan asam amino
3) Aminopeptidase
- Sumber di mukosa usus
- Mengubah polipeptida menjadi dipeptide dan asam amino
4) Dipeptidase
- Sumber di mukosa usus
- Berfungsi mengubah dipeptide menjadi asam amino
c. Lemak
1) Lipase faringeal
- Sumber di mukosa faring
- Berfungsi mengubah trigliserid menjadi digliserid,
monogliserid, dan asam lemak
2) Steapsin
- Sumber di mukosa gaster
- Berfungsi mengubah trigliserida menjadi asam lemak,
digliserol, dan monogliserol
3) Lipase pancreas
- Sumber di pancreas
- Berfungsi mengubah trigliserida menjadi asam lemak,
digliserol, dan momogliserol

3. Struktur Kimia Karbohidrat, Lemak, Protein

Menurut (Supriyanti, 2009) molekul karbohidrat terdiri atas atom-


atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat terdiri dari dua kata
yaitu karbon yang berarti menggandung unsur karbon dam hidrat yang
berarti air. Walaupun dalam kenyataannya karbohidrat tidak mengandung
unsur air. Karbohidrat mempunyai nama lain yaitu sakarida.

Menurut (Purba, 2006) contoh karbohidrat adalah glukosa


(C6H12O6), sukrosa atau gula tebu (C12H22O11), dan selulosa {(C6H10O5)n},

4
dari ketiga contoh tersebut (Depkes RI, 1989) menyatakan rumus umum
karbohidrat adalah Cn(H2O)x.

Karbohidrat dapat dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu


monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Penggolongan ini didasarkan
pada reaksi hidrolisisnya. Monosakarida adalah karbohidrat yang
sederhana, tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana lagi. Disakarida dapat dihidrolisis menjadi dua monosakarida.
Sedangkan polisakarida dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul
monosakarida.

Lipid atau lemak merupakan substansi biologis yang tidak larut


dalam air. Lipid bukanlah satu golongan senyawa dengan rumus empiris
atau struktur yang khas, tetapi terdiri atas beberapa golongan yang
berbeda. Lipid menjadi sulit untuk didefinisikan karena tidak memiliki
rumus struktur kimia dan fungsi yang mirip. Penggolongan lipid
didasarkan pada kemiripan struktur kimia adalah Asam Lemak, Lemak,
Lilin, Fosfolipid, fingolipid, Terpen, Steroid, dan Lipid Kompleks.

Protein merupakan polimer dari sekitar 20 jenis asam α-amino.


Unsur utama penyusun protein adalah C, H, O, dan N. banyak juga protein
yang mengandung belerang (S). beberapa proteinmengandung besi,
mangan, tembaga, iodin. Komponen penyusun protein adalah asam amino.

H O

H2N C C OH

R
Struktur kimia asam amino.

4. Reaksi Hidrolisis Enzim pada Pencernaan Protein, Karbohidrat, dan


Lemak

5
a. Digesti dan Absorbsi Protein
Dengan kekecualian periode waktu yang pendek setelah
kelahiran, oligopeptida (protein) tidak diabsorbsi usus dalam jumlah
yang cukup besar. Protein “dipecah” oleh hidrolase yang bereaksi
spesifik pada ikatan peptida, yaitu oleh peptidase.

Enzim peptidase dibedakan menjadi dua yaitu: endopeptidase


yang menyerang ikatan-ikatan interna dan membebaskan fragment-
fragment peptide, dan eksopeptidase yang memotong satu asam
amino pada satu gugus baik gugus –COOH maupun –NH2. Dengan
demikian eksopeptidase dibedakan atas karboksipeptidase dan
aminopeptidase.

Proses pencernaan dalam lambung dan usus halus melibatkan


banyak peptidase dengan kekhususan yang berbeda.

1) Dalam lambung, pepsin memecah ikatan-ikatan peptide interior


yaitu memecah protein menjadi peptida-peptida
2) Dalam usus halus, enzim-enzim yang disekresikan oleh pancreas
bereaksi pada ikatan peptida yang spesifik, memecah peptide
menjadi asam amino-asam amino atau peptida-peptida yang sangat
kecil
3) Asam amino-asam amino bebas dan peptide kecil (2-6 asam
amino) dibawa masuk ke dalam sel-sel epitel usus.

b. Digesti dan absorbsi karbohidrat

Karbohidrat dalam makanan merupakan sumber kalori yang


utama. Monosakarida untuk absorbsinya tidak perlu dihidrolisa.
Disakarida memerlukan enzim-enzim permukaan dalam usus halus
untuk memecahnya menjadi monosakarida. Polisakarida tergantung
dari amilase pancreas untuk degradasinya.

6
Pati adalah polisakarida pada tumbuhan dengan berat molekul
lebih dari 100.000. Glikogen adalah polisakarida pada hewan yang
sama strukturnya dengan amilopektin. Pati yang mengalami hidrasi
dan glikogen “diserang” oleh endosakaridase yaitu amilase, yang ada
dalam saliva dan getah pancreas. Disakarida, oligosakarida dan
polisakarida yang tidak dihirolisa oleh –amilase dan atau “enzim-
enzim permukaan” usus halus tidak dapat diabsorbsi, oleh karena itu
senyawa-senyawa ini mencapai bagian belakang usus yaitu pada
ileum yang mengandung bakteri.

Absorbsi monosakarida, yaitu monosakarida utama hasil


hidrolisa disakarida dan polisakarida adalah D-Glukosa, D-Galaktosa,
dan D- Fruktosa. Absorbsi senyawa-senyawa ini merupakan proses
yang memperlihatkan keistimewaan yaitu spesifitas substrat,
stereospesifitas, saturation kinetics dan penghambatan oleh inhibitor
spesifik.

c. Digesti dan absorbsi Lipid

Digesi lipid dimulai dalam lambung oleh lipase (stabil dalam


asam) yang berasal dari kelenjar-kelenjar dibelakang lidah. Meskipun
demikian hidrolisanya lambat, sebab triasilgliserol yang teringesti
membentuk fase lipid yang terpisahkan dengan batas permukaan air –
lipid. Lipase mengabsorbsi permukaan dan mengubah triasilgliserol
menjadi asam lemak dan mono asil gliserol. Enzim utama untuk
hidrolisa triasilgliserol ialah lipase pankreas.

Absorbsi lipid, yaitu pengambilan lipid oleh sel-sel epitel usus


halus dapat dijelaskan berdasarkan difusi melalui membrane plasma.
Absorbsi ini untuk asam lemak bebas dan monoasil gliserol yang
sedikit larut dalam air. Ini kurang efisien untuk lipid yang larut dalam
air.

7
B. GLIKOLISIS
1. Definisi

Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi senyawa


triosa (C3) yaitu piruvat. Glikolisis yaitu jalur utama metabolism glukosa,
terjadi di sitosol semua sel. Jalur ini unik karena dapat berfungsi baik
dalam keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada ketersediaan
oksigen dan rantai transport elektron. Jaringan memerlukan glukosa. Di
otak, kebutuhan ini bersifat substansial.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa fermentasi ragi serupa


dengan penguraian glikogen di otot. Diketahui jika suatu otot berkontraksi
dalam medium anaerob, yaitu medium dengan oksigen yang telah
dikeluarkan, glikogen akan lenyap dan muncul laktat. Jika oksigen
dimasukkan, terjadi pemulihan aerob dan laktat lenyap. Namun, jika
kontraksi berlangsung dalam kondisi aerob, penimbunan laktat tidak
terjadi, dan piruvat adalah produk akhir utama glikolisis aerob.

Prinsip dasar metabolisme pemecahan glukosa pada hewan dan


khamir adalah sampai pada batas pembentukan asam piruvat. Dalam
kondisi anaerob pada hewan dihasilkan asam laktat, sedangkan pada
khamir dihasilkan alkohol. Alkohol dihasilkan oleh khamir melalui
dekarboksilasi oksidatif asam piruvat dengan pembentukan senyawa
asetaldehida.

2. Jalur Metabolisme melalui Glikolisis sampai dengan Siklus Krebs


(TCA Cycle)

Didalam sel, katabolisme glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama


kali dilakukan oleh enzim-enzim glikolisis yang larut dalam sitoplasma.
Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah proses penguraian
karbohidrat (glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi
dalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Bila ada oksigen, asam piruvat

8
akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2 dan air, misalnya pada hewan,
tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerob. Bila
tanpa oksigen, asam piruvat akan dirubah menjadi etanol (fermentasi
alcohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang
berkontraksi. Tiap proses glikolisis menggunakan enzim tertentu.
Piruvat adalah suatu senyawa kimia yang penting dalam biokimia.
Senyawa ini merupakan hasil metabolisme glukosa yang disebut glikolisis.
Sebuah molekul glukosa terpecah menjadi dua molekul asam piruvat, yang
kemudian digunakan untuk menghasilkan energi. Jika tersedia
cukup oksigen, maka asam piruvat diubah menjadi asetil-KoA, yang
kemudian diproses dalam siklus Krebs.
Piruvat juga dapat diubah menjadi oksaloasetat melalui reaksi
anaploretik yang kemudian dipecah menjadi molekul-molekul karbon
dioksida. Nama siklus ini diambil dari ahli biokimia Hans Adolf Krebs,
pemenang Hadiah Nobel 1953 bidang fisiologi, karena ia berhasil
mengidentifikasi siklus tersebut. Jika tidak tersedia cukup oksigen, asam
piruvat dipecah secara anaerobik, menghasilkan asam laktat pada hewan
dan manusia, atau etanol pada tumbuhan. Siklus krebs terjadi dalam
mitokondria.
Piruvat diubah menjadi laktat menggunakan enzim laktat
dehidrogenase dan koenzim NADH melalui fermentasi laktat, atau
menjadi asetaldehida dan lalu etanol melalui fermentasi alcohol. Asam
piruvat juga dapat diubah menjadi karbohidrat melalui glukoneogenesis,
menjadi asam lemak atau energi melalui asetil-KoA, menjadi asam amino
alanin dan juga menjadi etanol. Lintasan glikolisis yang paling umum
adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway),
yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan
Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff
yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya
pada sel prokariota, dan berbagai lintasan heterofermen-tatif dan
homofermentatif.

9
3. Pentingnya Jalur Glikolisis dalam Metabolisme

Jalur glikolisis ditemukan di dalam sitosol dari sel, mempunyai dua


peran; pemecahan monosakarida untuk menghasilkan energi dan
menyediakan satuan pembentuk untuk sintesa senyawa yang diperlukan
sel seperti gliserol untuk sintesa trigliserida atau lemak. Hasil glikolisis
adalah dua unit senyawa yang mengandung tiga atom karbon yaitu asam
piruvat. Sebagian sel-sel mengubah asam piruvat menjadi asam laktat.

C. BIOKIMIA URINE
1. Definisi

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa metabolisme (


seperti urea),garam terlarut dan materi organik. Urine dibentuk oleh ginjal
dalam menjalankan fungsinya pada sistem homeostatik. Sifat dan susunan
urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalnya masukan diet, berbagai
proses dalam tubuh, suhu lingkungan, stress mental dan fisik) dan faktor
patologis (seperti pada gangguan metabolism misalnya diabetes mellitus
dan pada penyakit ginjal misalnya glomerulus nefritis). Oleh karena itu,
pemeriksaan urin berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit.
Pada penyakit tertentu dalam urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara
lain glukosa, protein, dan zat keton.

Sistem urinaria bertanggungjawab untuk berlangsungnya eksresi


bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga
penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeostasis, yaitu suatu
keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh, yang
mencakup faktor-faktor seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik,
tingkat elektrolit, dan konsentrasi zat terlarut dalam plasma. Pengendalian
ini dilanjutkan dengan penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-
molekul kecil melalui glomerulus. Jumlah yang bervariasi dari setiap zat

10
kemudian diabsorbsi baik secara pasif dan difusi atau secara aktif oleh
transport sel tubuler.

2. Proses Terbentuknya Urin

Ginjal merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai berikut:

a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin atau


racun
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.

Ada tiga tahap pembentukan urin:

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan


afferent lebih besar dari permukaan efferent maka terjadi penyerapan
darah, sedangkan sebagian yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat, dan lain-lain, diteruskan ke tubulus ginjal.

b. Proses reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari


glukosa, sodium, klorida, fospat, dan beberapa ion bikarbonat,
prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorbsi trerjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal
bagian bawah terjadi kembali penyerapan dari sodium dan ion
bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus

11
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan
reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi

Sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus, diteruskan


ke piala ginjal, selanjutnya diteruskan keluar.

3. Komposisi Biokimia Urin

Urin normal merupakan suatu larutan yang sangat kompleks,


sebagian terdiri atas produk-produk sisa proses metabolism. Senyawa
normal yang terdapat dalam urin antara lain, urea, creatinin, asam urat,
kalium, chloride, kalsium. Sedangkan zat-zat abnormal dalam urin adalah

a. Protein, yang secara normal dalam sehari tidak lebih dari 30-200 mg
yang diekskresikan, jika ekskresi naik disebut proteinuria
b. Gula, normal tidak lebih dari 1gr sehari, bila diuji dengan benedict
hasilnya negative. Bila ekskresi lebih besar disebut glukosuria,
misalnya pada penyakit diabetes militus.
c. Benda-benda keton, normal hanya 3-15 mg perhari. Eksresi naik pada
kelaparan, gangguan metabolism karbohidrat, kehamilan.
d. Darah, pada penyakit-penyakit tertentu mungkin terdapat darah dalam
urin, keadaan ini disebut hematuria. Bila darah pecah, maka
hemoglobin keluar dan adanya hemoglobin dalam air kencing disebut
hemoglobinuria.
e. Bilirubin dan garam-garam folat.

Unsur-unsur sedimen terbagi dalam 2 golongan yaitu unsure


organic dan anorganik. Unsur organik adalah unsur yang berasal dari suatu
organ atau jaringan, dan unsur anorganik adalah unsur yang tidak berasal
dari jaringan. Unsur organik lebih bermakna daripada unsur anorganik.
Contoh unsur organik : sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder,
mikroorganisme (jamur, ragi bakteri), spermatozoa. Unsur anorganik

12
dibedakan menjadi Kristal-kristal normal dalam urin antara lain : asam
urat, kalsium oksalat, urat ammorf, tripel fosfat dan kristal-kristal
abnormal antara lain bilirubin, tyrosin dan leucine.

D. BIOKIMIA DARAH
1. Pengertian Darah secara Biokimia

Menurut Pearce (2006), darah adalah jaringan cair yang terdiri atas
dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah.

Menurut Gabriel (2005), darah memiliki bagian yang cair (plasma


darah) dan bagian yang padat (sel darah). Bagian – bagian tersebut
memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. ra garis besar, fungsi utama darah
adalah sebagai berikut (Frandson, 1996):

a. Membawa nutrien dari sistem pencernaan ke jaringan tubuh


b. Sebagai alat transport oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
c. Mengangkut produk buang dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk
diekskresikan
d. Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) dan enzim dari
organ ke organ
e. Ikut berperan dalam mempertahankan keseimbangan air, sistem buffer
seperti bicarbonat di dalam darah dan membantu mempertahankan pH
yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh
f. Berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara
mengangkut panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke
permukaan tubuh
g. Mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh (keseimbangan asam
basa)
h. Membantu pertahanan tubuh terhadap penyakit

13
i. Pembekuan darah pada luka mencegah terjadinya kehilangan darah
yang berlebihan pada waktu terjadi luka

2. Kondisi Biokimia Darah

Menurut Pearce (2006), volume darah secara keseluruhan adalah


satu per dua belas berat badan. Sekitar 55% adalah plasma darah,
sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Sel darah terdiri dari
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dalam jumlah rata-rata tanpa
membedakan jenis kelamin dan umur, 1 cc darah terdiri atas kurang lebih
5 x 1000000 eritrosit, 5-10 x 1000 leukosit, dan 1-3 x 100000 trombosit.
Jika darah dilakukan pemusingan atau sentrifugasi, dalam kondisi tidak
terjadi pembekuan, maka supernatannya disebut plasma. Sedangkan jika
dalam kondisi terjadi pembekuan, maka cairan yang terpisah dari bekuan
darah disebut serum. Serum tidak mengandung fibrinogen.

Komponen-Komponen darah tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut :

a. Cairan : plasma darah adalah substansi kompleks yang mengandung


protein (albumin, globulin dan fibrinogen), karbohidrat (glukosa),
lemak, mineral, vitamin dan hormon

Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud


cair serta mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma
darah memiliki warana kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri
dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan
antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.

Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk


mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian

14
tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel
tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut


yaitu:

1) Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik


2) Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
3) Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses
pembekuan darah.
b. Komponen-komponen selluler :
1) Eritrosit (sel darah merah) : eritrosit tampak merah karena
mengandung hemoglobin.
2) Leukosit (sel darah putih)
Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi :
 Leukosit Granuler : Eosinofil, basofil dan neutrofil
 Leukosit Agranuler : Monosit dan Limfosit
3) Trombosit (Platelet)

Selain itu, komponen-komponen yang terkandung dalam darah


dapat dikelompokkan menjadi komponenorganik dan komponen
anorganik. Komponen-komponen ini dalam individu normal dapat
mengalami fluktuasi karena pengaruh beberapa faktor yang bervariasi
termasuk status nutrisi. Komponen-komponen ini dipertahankan dalam
tingkat yang menunjukkan keseimbangan antara proses anabolik dan
proses katabolic dalam metabolisme normal. Penyimpangan dari nilai-nilai
normal komponen-komponen dalam plasma ini menunjukkan status sakit.
Beberapa contoh komponen organik normal adalah :bilirubin, urea,
creatinin, asam urat, glukosa, total kolesterol, lipid total. Sedangkan
komponen anorganik antara lain adalah : chloride, phospat, kalsium,
sodium, magnesium dan fe.

15
3. Pembekuan Darah
Pembekuan darah terjadi segera jika yang mengalami kerusakan
adalah system pembunuh darah (vascular system), tetapi tidak harus
terjadi jika yang mengalami kerusakan adalah system peredaran darah
(circulatory system).
Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses
pembekuan darah. Pembentukan fibrin dan koversinya menjadi bekuan
darah adalah puncak reaksi-reaksi berurutan yang melibatkan banyak
enzim-enzim dalam plasma dan berinteraksi sebagai suatu sistem
bertingkat.
Menurut Howell, penggumpalan darah berlangsung melalui tiga
tahap reaksi :
a. Membentukan tromboplastin
Tromboplastin bukan hanya merupakan senyawa tunggal, tetapi lebih
dari satu senyawa yang mempunyai aktivitas serupa, yaitu
mengkatalisis reaksi tahap 2.
b. Perubahan prothrombin menjadi thrombin
Di hati, pembentukan prothrombin memerlukan Vitamin K.
Perubahan prothrombin menjadi thrombin memerlukan ion Ca 2+,
thrombin yang terbentuk bersifat autokatalisator, dan juga
mengkatalisis reaksi tahap 3.
c. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin
Sebagai tahap yang terakhir, thrombin mengkatalisis reaksi perubahan
fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin berupa senyawa yang menutupi luka,
sehingga darah tidak mengalir lagi.

16
BAB III
METODA PRAKTIKUM/CARA KERJA

A. BIOKIMIA PENCERNAAN
1. Dalam praktikum ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut :
a. Larutan NaCl 0,2 %
b. Larutan Amilum 1%
c. Larutan HCl
d. Ekstrak pancreas netral
e. Larutan Na2CO3 2%
f. Larutan empedu
g. Kongo-red-fibrin
h. Larutan susu
i. Larutan Yodium
j. Tabung reaksi
k. Pipet ukur
l. Kertas saring
m. Pipet tetes
n. Mikro pipet
o. Corong
p. Penjepit tabung reaksi
q. Pembakar spiritus

2. Fungsi saliva dan mulut


a. Daya amiolitik saliva
1) Menggunakan alfa amylase
2) Siapkan 3 buah tabung reaksi, tambahkan masing-masing tabung 3
ml saliva encer.
3) Tabung pertama dididihkan lalu didinginkan segera, kemudian
tambahkan 3 ml amilum 1%

17
4) Tabung ke dua ditambah 3 ml HCL encer, tambahkan 3 ml
amilum 1 %
5) Tabung ketiga ditambahkan 3 ml amilum 1 %
6) Ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung dan teteskan pada
droping plate
7) Tambahkan 1-2 tetes larutan Iod
8) Sisa larutan pada tabung reaksi di inkubasi pada suhu 37 derajat
Celsius selama 10-20 menit
9) Tetesi larutan Iod 1-2 tetes
10) Amati perubahan yang terjadi

3. Pencernaan oleh pancreas


a. Hidrolisis Protein
1) Siapkan 3 tabung reaksi
2) Tabung no. 1: 1 ml ekstrak pancreas netral, 2 tetes Na2CO3 2%
dan 3 tetes kongo-red-fibrin
3) Tabung no. 2: 1 ml ekstrak pncreas netral, 2 tetes larutan empedu
4) Tabung no. 3: 1 ml air, 2 tetes Na2CO3 2% dan 2 potong kongo-
red-fibrin
5) Ketiga tabung ditempatkan dia tas pemangas air pada suhu 37 0
C .Warna merah berarti terjadi pencernaan

b. Hidrolisis amilum
1) Campurkan 3 ml larutan amilumdengan 1 ml ekstrak pancreas
netral
2) Inkubasi pada suhu 37 0 C
3) Ujilah perubahannya dengan yod

c. Hidrolisis lemak
1) Siapkan 3 tabung reaksi
2) Tabung no. 1: 2 ml susu + 1 ml ekstrak pancreas

18
3) Tabung no. 2: 2 ml susu + 1 ml ekstrak pancreas + 2 tetes
empedu
4) Tabung no. 3: 2 ml susu + 1 ml air
5) Masing-masing tabung tambahkan 4 tetes fenol merah,
tambahkan Na2CO3 2% sampai warna merah muda
6) Inkubasikan ketiga tabung dalam penangas air pada suhu 37 0 C
7) Amati perubahan warna dari merah menjadi kuning.

B. METABOLISME : GLIKOLISIS

1. Alat dan Bahan:


a. Larutan glukosa 10%
b. Suspensi khamir
c. TCA
d. Larutan (NH4)2SO4
e. Na-Nitroprussida 5%
f. 2,4-dinitrofenilhidrazin
g. NaOH 10%
h. Tabung reaksi

2. Pembentukan Pyruvat dari Glukosa


a. 5 mL larutan glukosa 10% dimasukkan dalam tabung A dan B
b. Ditambahkan 5 mL suspensi khamir dalam Na2HPO4 (basa) ke tabung
A dan 5 mL suspens khamir dalam KH2PO4 (asam) ke tabung B
c. Dimasukkan dalam waterbath 370C
d. Ditambahkan 2 mL TCA dan dicampur homogeny.
e. Disentrifugasi 3500 rpm 10 menit
f. Supernatan diambil dan dilakukan uji pyruvat

3. Uji Natrium Nitroprussida

19
a. 2 mL supernatant yang telah didihkan, ditambahkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi (NH4)2SO4 padat setinggi 1 cc
b. Ditambahkan 2 tetes Na-nitroprussida 5% dan dicampur homogen.
c. Ditambahkan dengan hati-hati ammonia pada dinding tabung,
sehingga terbentuk dua lapisan.
d. Adanya pyruvat ditandai dengan terbentuknya cincin hijau atau biru
pada batas kedua lapisan.
e. Adanya senyawa thiol ditandai dengan warna pink yang seringkali
tampak sebelum terbentuknya warna hijau biru

4. Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin
a. 2 mL supernatan + 1 mL 2,4-dinitrofenilhidrazin, dicampur homogen
b. Diambil 5 tetes dari campuran ini dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ditambah NaOH 10% dan diencerkan dengan air hingga 5 mL
c. Adanya pyruvat ditandai dengan terbentuknya warna merah.

C. BIOKIMIA URIN

1. Alat dan Bahan:


a. Tabung reaksi
b. Larutan NaOH encer
c. Larutan CuSO4
d. Larutan Na2CO3
e. Larutan AgNO2
f. Reagen Benedict
g. Kaca obyek
h. Kaca penutup
i. Mikroskop

2. Uji Biuret Terhadap Ureum


a. Ambil ureum seujung sendok dan masukan pada tabung

20
b. Panaskan sedikit ureum dalam sebuah tabung dengan api kecil
sampai lebur dan kemudian memadat lagi
c. Dinginkan dan tambahkan NaOH 1 mL encer dan CuSO4 1mL
d. Catat warna yang terjadi jika warna biru keunguan maka hasilnya
positif
3. Uji Daya Mereduksi Asam Urat
a. Ambil asam urat seujung sendok
b. Sedikit asam urat dilarutkan dengan larutan Na2CO3
c. Teteskan larutan diatas pada sepotong kertas saring yang telah
dibasahi dengan larutan AgNO2
d. Catat warna yang terjadi jika warna kertas saring coklat kehitaman
maka hasilnya positif
4. Uji Glukosa
a. Masukkan 0,5 mL urin dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 3 mL reagen benedict
c. Panaskan 1-2 menit dalam air mendidih
d. Amati warna yang terjadi
Interpretasi Hasil :
- Negative : warna biru

- Positif lemah (+) : kekeruhan hijau, indikasi 0,1-0,25% glukosa

- Positif sedang (++) : kekeruhan kuning jingga, indikasi 0,5 -1 %


glukosa

- Positif kuat (+++) : kekeruhan jingga tua-merah, indikasi 1,5-2%


glukosa

- Positif sangat kuat (++++) : kekeruhan merah bata, indikasi


diatas 2% glukosa

5. Pemeriksaan Sedimen
a. Campurlah urin terlebih dahulu

21
b. Masukkan 7-8 ml urin ke dalam tabung
c. Lakukan pemusingan selama 5 menit 1500-2000 rpm
d. Buanglah supernatant, sehingga tinggal endapan dan sedikit cairan
kira-kira 0,5 mL
e. Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen
f. Teteskan suspense sedimen dengan menggunakan pipet tetes ke atas
kaca obyek dan tutup dengan kaca penutup.
g. Amati dengan menggunakan mikroskop memakai lensa obyektif 40x

D. BIOKIMIA DARAH
1. Dalam praktikum ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut :
a. Larutan CaCl2 5%
b. Reagen hema test
c. Spuit (jarum suntik)
d. Larutan (NH4)2 SO4
e. Darah oksalat (sitras)
f. Tabung reaksi
g. Kertas saring
h. Corong

2. Penggumpalan Darah
a. Siapkan dua tabung
b. Ke dalam dua tabung reaksi ditambahkan masing-masing 2 mL darah
oksalat (darah sitras) dan tabung yang satu darah nonfibrin
c. Kemudian ke dalam tiap tabung ditambahkan 5 tetes CaCl2 5%
d. Gojog, amati terjadinya pembekuan dan catat waktu pembekuan

3. Pengendapan Globulin
a. Tambahkan 3 mL serum ke dalam tabung

22
b. Tambahkan Larutan (NH4)2 SO4 jenuh sampai terjadi endapan
berwarna putih
c. Gojog, endapan globulin yang terjadi dipisahkan
d. Endapan dimasukkan ke dalam tabung, kemudian dituangi sedikit air
aquades
e. Gojog supaya bekuannya larut
f. Encerkan dengan air
g. Biarkan dan catat apa yang terjadi

4. Melihat Komponen Darah Dari Preparat Apus


a. Siapkan mikroskop
b. Letakkan preparat apusan darah pada meja benda mikroskop
c. Lihat preparat dengan pembesaran lemah, setelah terlihat obyeknya
pindahkan lensa obyektif pada pembesaran yang lebih besar
d. Amati dan catat sel-sel darah yang terlihat

23
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. PENCERNAAN
1. DAYA AMILOLITIK SALIVA
Hasil dan pembahasan :

a. Hasil Tabung 1 diberi 3ml alfa amylase + dididihkan + 3 ml amilum


1%, hasil yang diperoleh adalah tabung pertama setelah saliva
encer dididihkan dan didinginkan lalu ditambah larutan amilum
selanjutnya dimasukkan pada penangas air dan ditetesi reagen maka
warna larutan menjadi kekuningan.
Pembahasan :
Berarti amilum sudah terpecah. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi hidrolisis amilum di dalam larutan. Hal ini terjadi karena
adanya perlakuan pemanasan dan pendinginan yang menyebabkan
enzim menjadi rusak sehingga tidak dapat menghidrolisis amilum.
Menurut Poedjadi (1995), saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,5 %
terdiri atas ion – ion dan zat organic seperti musin, enzim amylase atau
ptyalin. Menurut Kamal (1995), enzim adalah suatu protein, maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi
efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya menurun.
Sebagian besar enzim terdenaturasi pada suhu 60oC

24
b. Hasil Tabung 2 diberi 3 ml HCL encer + 3 ml amilum 1% dan
kemudian ditempatkan pada penangas air bersama dengan suhu 37oC +
reagen warna, maka warna yang dihasilkan menjadi biru pekat.
Pembahasan :

Menunjukkan hasil uji negative atau tidak terjadi hidrolisis


amilum. Hal ini dapat terjadi akibat penambahan HCl yang
menyebabkan enzim menjadi rusak karena suasananya asam. Menurut
Poedjadi (1994), saliva mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05.
Enzyme amylase mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah
makanan ditelan dan masuk kelambung proses hidrolisis oleh enzyme
amylase tidak berjalan lagi. Enzyme amylase mampu bertahan di
dalam lambung lambung 15-30 menit, karena cairan di dalam
lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara 1,6 sampai
2,6.pH rendah atau tinggi dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim.

c. Hasil Tabung ke 3 diberi 3ml amilum 1% dan kemudian ditempatkan


pada pemanas air bersama dengan suhu 37oC + reagen warna, maka
warna yang muncul yaitu kuning (tidak ada warna)
Pembahasan :

Maka amilum sudah terpecah. Hidrolisis ini terjadi karena tidak


adanya perlakuan yang menyebabkan enzim menjadi rusak atau
terdenaturasi sehingga enzim dapat bekerja optimal. Menurut Poedjiadi
(1995), enzim akan bekerja optimal saat enzim berada dalam keadaan
normal dan terletak pada suhu dan pH yang sesuai

25
2. PENCERNAAN OLEH PANKREAS
a. Hidrolisis protein

1) Hasil:
Tabung 1 : diberi 1ml ekstrak pancreas netral + 2 tetes Na2CO3 2%
dan 3 tetes kongo red fibrin maka menghasilkan warna merah pekat.
Pembahasan :
Ada proses pencernaan pancreas terhadap protein. Hal ini
menunjukkan bahwa enzim tripsindan khimotripsin pada ekstrak
pankreas menghidrolisis protein yaitukongo merah fibrin menjadi
peptida sederhana. Menurut Poedjiadi (1995),pankreas mengandung
protein dan beberapa enzim yaitu tripsin,khimotripsin dan peptidase
yang berfungsi untuk menghidrolisis protein.Baik tripsin maupun
khimotripsin mampu menghidrolisis protein, pepton,dan proteosa
menjadi polipeptida dan mempunyai pH optimum 8,0 sampai9,0
2) Hasil :
Tabung 2 : diberi 1 ml pancreas netral + 2 tetes larutan empedu maka
warna yang dihasilkan yaitu kuning
Pembahasan :
Tidak terjadi proses pencernaan protein. Karena tidak ada Na2CO3 dan
kongo red fibrin. Larutan empedu hanya berfungsi untuk memperkuat
terjadinya proses hidrolisis.

26
3) Hasil :
Tabung 3 : 1 ml air + 2 tetes Na2CO3 2 % + 3 tetes kongo red fibrin
maka warna yang dihasilkan merah tetapi kurang pekat lebih
mengarah kearah bening.
Pembahasan :
Bahwa ada proses pencernaan terhadap protein tetapi hanya sedikit
pada kongo merah fibrin karena tidak adanya enzim yang dapat
menghidrolisis. Air tidak dapat menghidrolisis karena tidak memiliki
enzim.Campbell (2004)berpendapat pencernaan protein dalam usus
halusdilakukan oleh enzim tripsin dan khimotripsin. Penambahan
larutan Na2CO3 sebagai pembentuk suasana basa yang sesuai dengan
keadaan suhu pada sistem pencernaan manusia. Pemanasan pada suhu
37°C dimaksudkan untuk mengkondisikan reaksi sesuai suhu badan
manusia.

3. Hidrolisis amilum
Hasil :
Tabung diberi 3ml amilum + 1 ml ekstrak pancreas netral dan diinkubasi
kemudian ditambah reagen warna maka warna yang dihasilkan yaitu
awalnya biru kemudian hilang sehingga menimbulkan warna kekuningan

Pembahasan :
Hal ini disebabkan karena amilum terhidrolisis karena adanya ekstrak
pankreas.Menurut Poedjiadi (1995), tahapan warna larutan saat hidrolisis

27
amilum adalah amilum ditambah yod menghasilkan warna
biru,amilodextrin ditambah yod berwarna ungu, eritrodextrin ditambah
yod berwarna merah, akrodextrin ditambah yod tidak berwarna,
maltoseditambah yod tidak berwarna, glukosa ditambah yod tidak
menghasilkanwarna. Larutan diuji dengan uji Iod, jika positif dilanjutkan
uji larutanBenedict. Jika uji Benedict positif akan terbentuk warna merah
bata danterdapat endapan. Uji Benedict dimaksudkan untuk mengetahui
gugusreduksi, dan hasil ujinya adalah positif dengan terbentuknya
endapanmerah bata. Hasil uji menunjukkan bahwa amilum telah
terhidrolisis olehekstrak pankreas netral. Menurut Mc Gilvery (1996)
amilase yang terdapatdi cairan pankreas sama dengan amilase dalam
saliva, yaitu berfungsisebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum,
dekstrin dan glikogenmenjadi maltose.

4. Hidrolisis lemak

a. Hasil :
Tabung 1 : diberi 2 ml susu + 1 ml ekstrak pancreas + 4 tetes fenol
merah + Na2CO3 2 % kemudian di inkubasi maka warna yang
dihasilkan yang awalnya pink berubah menjadi kuning orange
Pembahasan :
Hal itu terjadi karena terjadihidrolisis lemak oleh enzim lipase
pankreas menjadi asam lemak dangliserol.

28
b. Hasil :
Tabung 2 : diberi 2ml susu + 1 ml ekstrak pancreas + 2 tetes empedu
+ 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2 % kemudian di inkubasi maka
warna yang dihasilkan yang awalnya pink berubah menjadi kuning
orange
Pembahasan :
Hal itu terjadi karena terjadi hidrolisis lemak oleh enzimlipase
pankreas menjadi asam lemak dan gliserol tetapi lebih
sempurnakarena dibantu oleh empedu yang dapat mengemulsi lemak.
Fenol reddalam keadaan basa berwarna merah muda. Karena adanya
asam lemakdan gliserol sehingga mengakibatkan warna indikator
menjadi orange
c. Hasil :
Tabung 3 : 2ml susu + 1 ml air 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2 %
kemudian di inkubasi maka menunjukan warna yang tetap yaitu pink
berry.

Pembahasan :
Hal tersebut menunjukan tidak terjadi hidrolisis lemak karena
tidakada enzim lipase. Enzim lipase merupakan enzim yang
menghidrolisislemak menjadi asam lemak dan gliserol (Campbell et
al., 2004). Menurut Poedjiadi (1995), pankreas mensekresikan enzim
lipaseyang berfungsisebagai katalis dalam proses hidrolisis lemak
menjadiasam lemak, gliserol, monoasilgliserol, dan diasilgliserol.
Pemecahanlemak dengan cara hidrolisis dibantu oleh garam asam
empedu yangterdapat dalam cairan empedu dan berfungsi sebagai
emulgator.Emulgator merupakan bahan aktif yang dapat melapisi
permukaan.Dengan adanya garam asam empedu sebagai emulgator,
maka lemakdalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel
kecil sebagai emulsi, sehingga luas permukaan lemak bertamabah
besar. Hal inimenyebabkan proses hidrolisis berjalan lebih cepat.

29
Fungsi susu di dalam reaksi sebagai substrat, ekstrak pancreas
sebagai sumber enzim, larutan empedu sebagai pengemulsi lemak,
fenolred sebagai indikator warna. Larutan diinkubasi pada suhu 37oC
karenauntuk menyesuikan suhu pencernaan di dalam tubuh sehingga
enzimdapat bekerja optimum

B. GLIKOLISIS
1. Pembentukan Piruvat dari Glukosa
Hasil :
Tabung A :Berwarna putih susu dan sedikit gelembung
Tabung B : Berwarna putih susu dan ada banyak gelembung
Larutan ini terbagi atas 2 macam, yaitu asam dan basa. Yang basa
berwarna keruh dan kurang jernih sedangkan yang asam berwarna jernih.

Pembahasan :
Larutan glukosa 5 ml yang di masukkan dalam 2 tabung reaksi, kemudian
dari tabung reaksi tersebut ditambahkan 5 ml Na2HPO4 pada tabung A dan
ditambahkan KH2PO4 pada tabung B. Na2HPO4 ini sebagai suspensi
khamir dalam basa, sedangkan KH2PO4 sebagai suspensi khamir asam.
Ketika dicampurkan terdapat gelembung CO2 pada tabung reaksi. Namun
pada asam lebih banyak memiliki gelembung. Hal ini berarti reaksi
katabolisme ini lebih efektif pada suasana asam. Dapat dilihat bahwa

30
gelembung yang dihasilkan tersebut adalah gas CO2 yang merupakan hasil
pemecahan karbohidrat.

2. Uji Nitroprussida
Hasil :
Pada tabung A : adanya bentuk cincin merah muda dalam larutan
Pada tabung B : yang awalnya merah kemudian mulai berubah warna
menjadi cincin biru

Pembahasan :
Pada percobaan ini didapatkan adanya bentuk cincin merah muda dalam
larutan. Jika terbentuk cincin warna merah muda berarti larutan tersebut
mengandung senyawa thiol. Hasil dalam percobaan ini mengidentifikasi
adanya senyawa thiol pada larutan tersebut. Namun pada tabung kedua
lebih banyak mengandung piruvat. Hal ini terlihat dari warna hijau yang
lebih jelas pada tabung kedua. Adanya cincin hijau, karena adanya piruvat,
penambahan larutan (NH4)2SO4, Na-nitropussida, amonia, selain itu juga
disebabkan karena adanya pemblokan enzim yang mengkatalisis konversi
senyawa, yang bertujuan untuk mencegah reaksi lebih lanjut sehingga
hasilnya berwarna biru. Sedangkan yang tidak berwarna biru, artinya
reaksinya masih tetap berjalan.
3. Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin

31
Hasil :
Tabung : 2 mL supernatat + 1 mL 2,4-dinitrofenildehidrazinlalu diambil 5
tetes dari campuran larutan tersebut + NaOH 10% + aquades hingga 5 mL
Terdapat perubahan warna menjadi merah kecoklatan

Pembahasan :
Tabung A dan B yang berwarna merah, menandakan adanya reaksi yang
terjadi setelah ditambah NaOH, sehingga dapat bercampur dan
membentuk warna merah kecoklatan yang menandakan adanya piruvat.

C. URIN
1. Uji Biuret terhadap Ureum
Hasil :
Tabung yang berisi ureum kemudian dipanaskan dan didiamkan hingga
memadat lagi + NaOH dan CuSO4, maka warna yang dihasilkan adalah
biru.

32
Pembahasan :

Hal ini terjadi karena adanya ikatan antara Cu2+ dengan N yang berasal
dari ureum menjadi CuN yang menyebabkan warna larutan berwarna biru.
Hal ini menandakan bahwa pada senyawa ureum dalam urine terdapat
ikatan peptida. Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein yang
berasal dari asam amino yang telah dipindah amoniaknya di dalam hati
dan mencapai ginjal, sertadiekskresikan rata-rata 30 gram setiap hari.
Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg tiap 100 cc darah, namun
hal ini juga tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum

2. Uji Daya Mereduksi Asam Urat


Hasil :
Uji daya mereduksi asam urat dilakukan dengan melarutkan asam urat
menggunakan larutan Na2CO3 sehingga terjadi endapan putih. Setelah
larutan tersebut diteteskan di atas kertas saring yang telah dibasahi dengan
larutan AgNO3, kertas saring akan berwarna hitam

33
Pembahasan :

Hal ini menunjukkan bahwa asam urat mampu mereduksi Ag+ dari AgNO3
menjadi Ag. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-3 mg tiap 100
cc, sedangkan yang diekskresikan ke dalam urine adalah 1,5-2 mg

3. Uji Glukosa
Hasil :
Tabung diberi 0,5 mL urin + 3 Ml reagen benedict maka warna yang
dihasilkan biru, kemudian dipanaskan 1-2 menit dalam air mendidih warna
yang dihasilkan tetap yaitu biru.

Pembahasan :
Warna biru menunjukkan tidak ada glukosa di dalam urin (normal)
4. Pemeriksaan Sedimen
Hasil :gambaran urine yang mengandung bakteri dan sel epitel

Gambaran urine normal

34
Pembahasan :
Sel epitel dalam urin adalah normal. Hal ini karena penumpahan sel
reguler dari kandung kemih dan uretra eksternal. Sel epitel dari ginjal
biasanya tidak ditumpahkan. Namun, pen ingkatan jumlah sel epitel
dalam urine dapat menunjukkan beberapa masalah kesehatan. Kehadiran
bentuk abnormal sel-sel epitel juga bisa menjadi masalah.Adanya bakteri
juga menunjukkan adanya kondisi patologis akibat infeksi.

D. BIOKIMIA DARAH
1. Penggumpalan Darah
Hasil :
 Tabung 1 : berisi antikoagulan (Natrium Sitrat) + darah 2ml + 5 tetes
CaCl2 5%, mengalami penggumpalan dengan waktu 5 menit 38 detik
 Tabung 2 : tidak berisi koagulan (Natrium Sitrat) + darah 2ml + 5
tetes CaCl2 5%, tidak mengalami penggumpalan

Pembahasan :
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa darah sitrat
lebih cepat mengalami koagulasi dibanding darah bebas fibrin setelah

35
ditambahkan CaCl2. Darah sitrat mengalami koagulasi karena
ditambahkan CaCl2 kerena unsur kalsium dalam kalsium klorida
membebaskan trombokinase, thrombin dari prothrombin dan fibrin yang
terbentuk dari fibrinogen. Darah yang berantikoagulan justru lebih cepat
mengalami koagulasi karena antikoagulan mencegah koagulasi pada darah
sehingga plasama tidak terkoagulasi. Sedangkan pada tabung fibrin
terbentuk serum setelah didiamkan. Perbedaan serum dan plasma adalah
plasma memiliki fibrin, sedangkan serum tidak memiliki fibrin. Jadi,
tabung sitrat mengandung fibrin dan bereaksi mengikat Ca 2+ yang
dilepaskan dari CaCl2 sehingga terjadi koagulasi. Pada tabung nonfibrin
tidak terjadi penggumpalan karena serum darah tidak mengandung fibrin
sebagai faktor pembekuan darah.

2. Pengendapan Globulin
Hasil :
Pada tabung diberi 3 mL serum + (NH4)2SO4 jenuh sampai ada endapan
putih, kemudian digojog, larutan menjadi kuning jeruh. Endapan
disaring/difiltrasi, kemudian dimasukan ke dalam tabung + aquades,
digojog, endapan menjadi larut.

Pembahasan :
Globulin adalah protein yang terdapat pada serum. Globulin berfungsi
untuk membentuk zat kekebalan/antibodi. Dalam serum terdapat albumin
dan globulin. Untuk menentukan adanya globulin, 3 mL serum +

36
(NH4)2SO4 (ammonium sulfat jenuh) yang akan memisahkan protein
dengan salting out. Protein mempunyai struktur yang tidak stabil sehingga
akan mengalami proses denaturasi (presipitasi dan koagulasi). Globulin
mempunyai sifat larut dalam air. Ditambahkan ammonium sulfat, maka
protein akan mengalami denaturasi sehingga globulin akan terpisah
sebagai endapan.
Pengendapan terjadi karena pada saat ammonium sulfat ditambahkan pada
serum, ion-ion garam ammonium sulfat menarik molekul air dan albumin
menjauh dari globulin. Ion-ion garam pada ammonium sulfat mempunyai
muatan jenis yang lebih besar disbanding protein, sehingga berikatan
dengan molekul air dan albumin yang menyebabkan terpresifitasi. Setelah
ini didapatkan endapan globulin yang disaring dengan kertas saring.
Endapan globulin terlarut dengan cairan aquades karena sifar globulin
larut dalam garam encer. Dari hasil percobaan, setelah dilarutkan dengan
aquades, endapan terlarut, tetapi masih terlihat adanya endapan. Hal ini
menunjukkan globulin bersifat hidrofobik.

3. Melihat Komponen Darah dari Preparat Apus


Hasil :
- Ditemukan neutrofil dan eritrosit pada pengamatan yang sudah
dilakukan
- Gambar hasil pengamatan :

37
Pembahasan :

Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan.
Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel
darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dalam
jumlah rata-rata tanpa membedakan jenis kelamin dan umur, 1 cc darah
terdiri atas kurang lebih 5 x 1000000 eritrosit, 5-10 x 1000 leukosit, dan 1-
3 x 100000 trombosit.

Secara teori, sel darah merah (erotrosit) berbentuk bulat pipih, bagian
tengahnya cekung (bikonkaf), dan tidak mempunyai inti. Eritrosit
berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Sel adarah putih
(leukosit) terdiri dari limfosit, monosit, neutrophil, eosinophil, dan
basophil. Umumnya berukuran lebih besar dari sel darah merah, bentuk
anmeboid (tidak beraturan), dan berinti. Neutrofil memiliki 3 samai 5 inti
sel yang berwarna merah kebiruan, mempunyai sitoplasma bergranula.
Monosit merupakan sel paling besar diantara 5 jenis leukosit,
sitoplasmanya tidak bergranula, intinya berbentuk seperti tapal kuda atau
ginjal, dan kromatinnya tidak padat. Limfosit, mempunyai inti yang
hamper bulat hamper memenuhi sitoplasma, kromatin pada inti selnya
padat sehingga dapat dicat, sehingga terlihat intinya pekat. Basofil
mempunyai sitoplasma yang bergranula, besar, tidak rata, granula sering
menutupi inti, granula berwarna biru karena menyerap zat warna basa.
Eosinofil mempunyai sitoplasma yang bergranula,, besar, rata, dan granula
tidak menutupi inti, warna granula merah karena menyerap zat warna
asam, intinya berbentuk seperti kacamata. Pada hasil pengamatan secara
mikroskopik, yang tampak jelas pada apusan adalah neutrofil dan eritrosit.

38
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adanya perlakuan pemanasan dan pendinginan menyebabkan enzim
menjadi rusak sehingga tidak dapat menghidrolisis amilum dan penambahan
HCl yang menyebabkan enzim menjadi rusak karena suasananya asam. Enzim
akan bekerja optimal saat enzim berada dalam keadaan normal dan terletak
pada suhu dan pH yang sesuai.
Pankreas mensekresikan enzim lipase yang berfungsi sebagai katalis
dalam proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol,
dan diasilgliserol. Pemecahan lemak dengan cara hidrolisis dibantu oleh
garam asam empedu yang terdapat dalam cairan empedu dan berfungsi
sebagai emulgator. Emulgator merupakan bahan aktif yang dapat melapisi
permukaan. Dengan adanya garam asam empedu sebagai emulgator, maka
lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil sebagai
emulsi, sehingga luas permukaan lemak bertamabah besar. Hal ini
menyebabkan proses hidrolisis berjalan lebih cepat.

Darah yang berantikoagulan justru lebih cepat mengalami


koagulasi karena antikoagulan mencegah koagulasi pada darah sehingga
plasama tidak terkoagulasi. Sedangkan pada tabung fibrin terbentuk serum
setelah didiamkan. Perbedaan serum dan plasma adalah plasma memiliki
fibrin, sedangkan serum tidak memiliki fibrin. Jadi, tabung sitrat mengandung
fibrin dan bereaksi mengikat Ca 2+ yang dilepaskan dari CaCl2 sehingga
terjadi koagulasi. Pada tabung nonfibrin tidak terjadi penggumpalan karena
serum darah tidak mengandung fibrin sebagai faktor pembekuan darah.

Globulin merupakan protein yang dapat tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam larutan garam. Endapan globulin terlarut dengan cairan aquades

39
karena sifar globulin larut dalam garam encer. Dari hasil percobaan, setelah
dilarutkan dengan aquades, endapan terlarut, tetapi masih terlihat adanya
endapan. Hal ini menunjukkan globulin bersifat hidrofobik.

Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sel darah merah
(erotrosit) berbentuk bulat pipih, bagian tengahnya cekung (bikonkaf), dan
tidak mempunyai inti. Eritrosit berwarna merah karena mengandung
hemoglobin. Sel adarah putih (leukosit) terdiri dari limfosit, monosit,
neutrophil, eosinophil, dan basophil. Umumnya berukuran lebih besar dari sel
darah merah, bentuk anmeboid (tidak beraturan), dan berinti.

Pengujian mengenai senyawa organik dalam urine dapat dilakukan


dengan melakukan uji biuret pada ureum, yang menunjukkan kadar ureum
darah terjadi karena adanya ikatan antara Cu2+ dengan N yang berasal dari
ureum menjadi CuN yang menyebabkan warna larutan berwarna biru. Uji
daya mereduksi asam urat diperoleh hasil asam urat mampu mereduksi Ag+
dari AgNO3 menjadi Ag. Uji glukosa untuk mengetahui ada atau tidaknya
kadar glokosa dalam urin. Dan pada hasil praktikum tidak ditemukan glukosa
di dalam urin. Praktikum pemeriksaan sedimen diperoleh gambaran
mikroskopis yang berbeda pada dua sampel urine yang berbeda. Sampel satu
menunjukkan adanya bakteri dan sel epitel di dalam urin. Sel epitel memang
normal terdapat pada urin manusia, tetapi apabila epitel yang berlebihan juga
menujukkan keabnormalan. Bakteri menunjukkan adanya proses infeksi.
Sedangkan pada sampel kedua diperoleh gambaran urine normal.

Glikolisis adalah serangkaian reaksibiokimia di mana


glukosadioksidasi menjadi dua molekulasam piruvat. Glikolisis adalah salah
satu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi
(dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk
organisme. Dari hasil percobaan pembentukan piruvat dari glukosa yang
dilakukan, proses glikolisis pada suasana asam dan basa, diperoleh hasil
reaksi katabolisme ini lebih efektif pada suasana asam. Dapat dilihat bahwa

40
gelembung yang dihasilkan tersebut adalah gas CO2 yang merupakan hasil
pemecahan karbohidrat.

Hasil uji natrium nitropusida, ini didapatkan adanya bentuk cincin


merah muda dalam larutan. Jika terbentuk cincin warna merah muda berarti
larutan tersebut mengandung senyawa thiol. Hasil dalam percobaan ini
mengidentifikasi adanya senyawa thiol pada larutan tersebut. Namun pada
tabung kedua lebih banyak mengandung piruvat. Hal ini terlihat dari warna
hijau yang lebih jelas pada tabung kedua. Adanya cincin hijau, karena adanya
piruvat, penambahan larutan (NH4)2SO4, Na-nitropussida, amonia, selain itu
juga disebabkan karena adanya pemblokan enzim yang mengkatalisis
konversi senyawa, yang bertujuan untuk mencegah reaksi lebih lanjut
sehingga hasilnya berwarna biru. Sedangkan yang tidak berwarna biru,
artinya reaksinya masih tetap berjalan.
Padauji 2,4-dinitrofenilhidrazin, Tabung A dan B yang berwarna
merah, menandakan adanya reaksi yang terjadi setelah ditambah NaOH,
sehingga dapat bercampur dan membentuk warna merah kecoklatan yang
menandakan adanya piruvat.

B. SARAN

Dalam melakukan praktik biokimia, disarankan perlu betul-betul


memperhatikan instruksi kerja yang ada supaya langkah yang dilakukan tepat
dan memperoleh hasil yang sesuai.

41
DAFTAR PUSTAKA

Hardjasasmita, H.P. 2000. Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.
Murray, Robert K.,et.al. 2012. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Prijanti, A.R., dkk. 2000. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Poedjiadi, Anna. (1995). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Syarifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai