TEORI-TEORI KEBIJAKAN
DISUSUN OLEH:
Sri Kartinah 1806168866
Andini Retno Yunitasari 1806253734
Atfiana Nur Afifah 1806253822
Kartika Setyaningsih S 1806168191
Nurul Muchlisa 1806168512
Universitas Indonesia
I. Teori Goerge C Edward III
A. Konsep Teori Edward III
1. Struktur Birokrasi
”Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan
menghambat perubahan. Jika suatu badan mempunyai fleksibilitas yang
rendah dalam misi-misinya, maka badan itu akan berusaha mempertahankan
esensinya dan besar kemumgkinan akan menentang kebijakan-kebijakan
baru yang membutuhkan perubahan”
2. Sumber Daya
Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau
pegawai (street-level bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam
implementasi kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang
tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam
bidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup
menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah
kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan
(kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan.
Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari
para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah
ditetapkan.
Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan secara efektif. Kewenangan merupakan
otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan
para implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan implementasi kebijakan publik. Tetapi dalam konteks yang
lain, ketika wewenang formal tersedia, maka sering terjadi kesalahan
dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak, efektivitas
kewenangan diperlukan dalam implementasi kebijakan; tetapi di sisi lain,
efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para
pelaksana demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya.
Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi,
kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan
prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
3. Disposisi
Unsur perubahan merupakan karakteristik yang paling penting dalam dua hal, yaitu:
1. Implementasiakan dipengaruhi oleh sejauh mana kebijakan menyimpang dari
kebijakan-kebijakan sebelumnya. Untuk hal ini, perubahan-perubahan lebih
cenderung menimbulkan tanggapan positif dari pada perubahan-perubahan
drastis (rasional). Ini lebih pada perubahan-perubahan lebih banyak kepada
perbaikan-perbaikan terhadap ketidaksempurnaan sosial yang nyata sekarang
ini dari pada mempromosikan tujuan sosial di masa depan.
2. Proses implementasiakan dipengaruhi oleh jumlah perubahan organisasi yang
diperlukan. Ada yang menyarankan bahwa implementasi yang efektifakan
sangat mungkin terjadi jika lembaga pelaksana tidak diharuskan melakukan
reorganisasi secara drastis. Kebijakan yang menetapkan perubahan-perubahan
dalam hubungannya dengan pemeran serta yang terlibat dalam proses
implementasi akan lebih sulit dilaksanakan daripada kebijakan-kebijakan yang
membutuhkan hanya perubahan kecil dalam hubungan-hubungan yang mantap.
Van Meter dan Van Horn menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan tipologi kebijakan-kebijakan yaitu:
1. Kemungkinan implementasi yang efektifakan bergantung sebagian pada tipe
kebijakan yang dipertimbangkan. Misalnya keberhasilan implementasi
kebijakan mengenai pengentasan kemiskinan di Indonesia akan berbeda dengan
kebijakan untuk menanggulangi kenakalan remaja.
2. Faktor-faktor tertentu yang mendorong realisasi atau non-realisasi tujuan-tujuan
program akan berbeda dari tipe kebijakan yang satu dengan tipe kebijakan yang
lain.
Model implementasi Van Meter dan Van Horn digambarkan seperti gambar dibawah
ini:
Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn ini sebagai model
yang menawarkan blueprint untuk menjelaskan dan menganalisa proses
implementasi kebijakan dank arena itu mengusulkan penjelasan-penjelasan bagi
pencapaian-pencapaian dan kegagalan-kegagalan program.
B. Evaluasi Kebijakan
Secara umum evalusai kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Evaluasi kebijakan dibedakan kedalam dua tugas
berbeda.Pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuen siapa yang
ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya, ini
merujuk pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan mencapai tujuan atau
dampak yang diinginkan atau tidak, bila tidak, faktor-faktor apakah yang menjadi
penyebabnya? Misalnya, apakah terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah atau
karena faktor-faktor yang lain .Kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. James Anderson membagi evaluasi kebijakan kedalam tiga
tipe yaitu:
1. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka kebijakan
dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.
Inti dari tipe ini adalah pandangan setiap orang baik yang membuat kebijakan
ataupun yang kena dampak kebijakan memiliki pemikiran dan anggapannya
masing-masing sehingga evaluasi seperti ini akan mendorong terjadinya konflik
karena evaluator-evaluator yang berbedaakan menggunakan kriteria yang
berbeda-beda pula, sehingga kesimpulan yang didapatkannya pun berbeda
mengenai manfaat dari kebijakan yang sama.
2. Memfokuskan pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe
program seperti ini bermula dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut
apakah program dilaksanakan dengan baik? Berapa biayanya? Siapa yang
menerima manfaat?, dan lain-lain. Sehingga tipe seperti ini akan lebih
membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan
program. Kekurangan dari tipe seperti ini adalah cenderung mendapatkan
informasi yang sedikit mengenai dampak suatu program terhadap masyarakat.
3. Tipe evaluasi sistematis. Evaluasi ini melihat secara objektif program-program
kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan
melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.
Dalam suatu kebijakan tidak tehindar dari masalah-masalah yang akan timbul.
Anderson mengidentifikasi bahwa setidaknya ada enam masalah yang akan dihadapi
dalam proses evaluasi kebijakan yaitu:
1. Ketidakpastian atas tujuan-tujuan kebijakan
2. Kausalitas. Misalnya jika evaluasi yang dilakukan adalah sistemik maka
evaluator harus memastikan bahwa dampak yang ditimbulkan dari suatu hal
adalah dampak dari kebijakan, bukan dari yang lain.
3. Dampak kebijakan yang menyebar.
4. Kesulitan-kesulitan dalam memperoleh dana
5. Resistensi pejabat
6. Evaluasi mengurangi dampak. Ini biasa karena sumber-sumber yang tidak
memadai, cara yang digunakan saat implementasi kebijakan, masalah-masalah
tambahan yang sering kali disebabkan oleh banyak faktor.
Gambar 4 Konstitusi
Trias Politika di Indonesia
Indonesia merupakan Negara yang menganut paham trias politica yaitu suatu
paham yang menyatakan bahwa cabang pemerintahan dibagi atas 3 kekuasaan. Trias
politica yang dipakai Indonesia saat ini adalah pemisahan kekuasaan. Salah satu
buktinya dalam hal membentuk undang-undang. Sebelum perubahan undang-
undang dibentuk oleh presiden, namun setelah perubahan undang-undang dibentuk
oleh DPR. Undang-undang diubah satu kali dalam empat tahap. Saat ini presiden
dapat mengajukan rancangan undang-undang. ‘Trias Politica”di Indonesia yaitu :
a. Kekuasaan legislatif yaitu DPR (Pasal 20 ayat (1), memegang kekuasaan
membentuk Undang-undang) DPR selain memegang kekuasaan membentuk
undang-undang, dalam melakukan pengawasan memiliki:
Hak angket yaitu menanyakan kepada presiden mengenai hal-hal yang
mengganggu kepentingan nasional;
Hak Interperelasi yaitu untuk melakukan penyelidikan.
Karaktersitik Masalah
1. Ketersediaan teknologi dan teori teknis
2. Keragaman perilaku kelompok sasaran
3. Presentasi kelompok sasaran sebagai bagian dari popilasi
4. Derajat perubahan perilaku yang diharapkan
Ayuningtyas, Dumilah .2014. Kebijakan Kesehatan Prinsip dan Praktik. Jakarta: Rajawali
Pers
__________________. 2018. Analisis Kebijakan Kesehatan. Jakarta (ID): Rajawali Press
Edward III, George C,. 1978. Understanding Public Policy. New Jersey: Prantice Hall
Leichter, H.1979.A Comparative Approach to Policy Analysis: Health Care Policy in Four
Nation. Cambridge: Cambridge University Press
Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy (Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek).
Penerbit PMN. Surabaya
Safitri, Ana 2012. Analisis Kebijakan Kesehatan. Makassar: Universitas Hasanudin FKM
Subarsono, AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sunarno. 2008. Modul Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Suryana, Siti Erna Latifi.2009. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan
Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang. Tesis. Program Magister Studi Pembangunan,
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.