Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

DI UNIT GAWAT DARURAT


DI RUANG IGD RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Tahap Akademik
Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Pembimbing Akademik : Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN


Pembimbing Klinik : Ns. M. Ali Musbihin, S.Kep

Oleh :

Riska Putri Pramitasari 22020115120029


A.15.2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
DI UNIT GAWAT DARURAT

Inisial pasien (usia) : Tn. S (54 Tahun)


Diagnosa medis : Syok Hipovoolemik
Tanggal masuk : 21 Agustus 2018

1. Diagnosa keperawatan dan Dasar Pemikiran


Risiko Syok berhubunga dengan hypovolemia (00205)

DO:
- Keluarga mengatakan BAB > 6 kali
- Muntah berwarna hitam
- Pasien mengeluh lemas
DO:
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan tekanan darah 60/40 mmHg
- Membran mukosa kering
- Kulit teraba kering
- HR: 125x/menit
- RR 22x/menit
- MAP 46,6 mmHg
- Balance Cairan (– 200 cc)
- Derajat dehidrasi syok (15%)

Dasar Pemikiran
Syok Hipovolemik adalah kondisi yang terjadi karena volume
intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan akibat diare,
luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga menyebabkan
pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat. Beberapa perubahan
hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah CO
(cardiac output) turun, BP (blood pressure) turun, SVR (systemic vascular
resistance) turun, dan CVP (central venous pressure) turun (Worthley,
2000) dalam (Leksana, 2015). Adapun tanda dan gejala lain saat Syok
Hipovolemik menurut (Dewi & Rahayu, 2010) antara lain kulit pucat,
pernafasan cepat dan dangka, kulit teraba dingin, MAP dibawah 60 mm
Hg dan nadi melemah, Tanda dan gejala yang telah disebutkan juga sesuai
dengan kondisi pasien dimana data yang di dapat yaitu TD 60/40 mmHg,
RR 22x/menit, HR 125x/menit, kulit pucat dan teraba dingin, MAP 46.6
mmHg.
Syok Hipovolemikpun dapat dibagi menjadi empat stadium
(Tafwid, 2015). Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada
kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada
stadium ini tubuh mengkompensai dengan vasokontriksi perifer sehingga
terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit
cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata,
frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan normal. Syok hipovolemik
stadium-II merupakan kondisi apabila terjadi perdarahan sekitar 15-30%.
Pada stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi
fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah
terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat,
peningkatan frekuensi nafas dan pasien menjadi lebih cemas.
Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-
40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat.
Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit,
peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi
dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang sangat
lambat. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih
dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan
pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada
stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40%
menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan
disertai dengan penurunan kesadaran atau letargik.
Pada kasus syok hipovolemik poin utama dalam penanganan syok
hipovolemik adalah resusitasi cairan, dimana cairan sangat penting bagi
tubuh karena cairan memiliki fungsi utama sebagai transportasi,
pengaturan suhu tubuh, pembentuk struktur tubuh, dan memfasilitassi
reaksi kimia dalam tubuh. Fungsi pembentuk struktur tubuh dimaksudkan
karena kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian sel,
sementara unit dasar fungsional tubuh adalah sel-sel. Sel- sel inilah yang
membentuk struktur tubuh. Dengan demikian, keberlangsungan prosess
pembentukan atau perbaikan jarinagn tubuh tidak terlepas dari peranan
cairan tubuh (Asmadi, 2008). Sedangkan cairan yang direkomendasikan
untuk penatalaksanaan syok hipovolemik adalah cairan yang bersifat
kristalod karena cairan kristaloid dianggap dapat mengembalikan volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel (Fitri, 2010).
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Resusitasi cairan pada Tn. S dilakukan pemasangan infus..

3. Prinsip-prinsip tindakan dan prosedur tindakan


Prinsip penanganan syok hipovolemik menurut (Hardisman, 2013) adalah
sebagai berikut:
a. Pada pusat layanan kesehatan atau dapat dimulai sebelumnya harus
dilakukan pemasangan infus intravena.
b. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau
ringer laktat.
c. Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada
anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa.
d. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda
vital dan hemodinamiknya.
e. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus
dilanjutnya.
f. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan volume darah
yang hilang dalam waktu satu jam.
g. Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan
pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.

Prosedur pemasangan infus menurut (Asmadi, 2008):


- Peralatan yang dibutuhkan:
a. Seperangkat infus set steril
b. Cairan yang diperlukan
c. Kain kassa steril dalam tempatnya
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Plester
f. Gunting verband
g. Bengkok
h. Infus set lengkap dengan gantungan botol
i. Perlak kecil dan alas
j. Torniquet
k. Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada anak-anak

- Prosedur tindakan:
a. Jelaskan prosedur tindakan
b. Cuci tangann dengan prinsip lima benar sebelum melakukan tindakan
c. Perlak dan alas diapsang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang
infus.
d. Tusukan selang infus ke tutup botol
e. Botol cairan digantung pada standar infus
f. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar hingga udara tidak
ada lagi dalam selang saluran infus. Selanjutnya diklem dan jarum
ditutup kembali
g. Area yang kaan dilakukan penusukan debendung dengan tourniquet,
lalu didesinfeksikan dengan kapas alcohol.
h. Tusuk IV kateter (abokat) secara perlahan dengan lubang jarung
menghadap ke atas
i. Bila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui indicator.
Pembendung dionggarkan. Lalu IV kateter disambungkan dengan
selang infus. Klem dilepaskan untuk melihat kelancaran dari tetesan.
j. Bila tetesan lancar, amankan IV kateter melalui.
1) Pasang plester di bawah IV kateter dengan sisi yang engket
menghadap ke atas dan silangkan plester di atas IV kateter.
2) Letakkan kassa steril yang sudah dioleskan dengan betadine atau
salep Provisdin Yodin. Lalu tempatkan di tempat fungsi vena.
Kemudian direkatkan dengan plester.
3) Pasang plester berikutnya untuk mengamankan selang infus dan
mencegah eang lepas serta ketidaknyamanan lainnya.
4) Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.
5) Rapihkan klien dan alat-alat
6) Cuci tangan
7) Dokumentasikan tindakan ini meliputi tanggal, waktu pemasangan,
kecepatan tetesan, dan lain-lain,
4. Analisa tindakan keperawatan

BAB Cair > 6 Kali

TD 60/40 mmHg

Syok Hipovolemik

Resusitasi Cairan

Pemasangan Infus

Perbaikan Kondisi

TD 103/65 mmHg SpO2 100%

Menurut analisa di atas, pelaksanaan atau untervensi yang diberikan sudah


sesuai dengan teori yang ada.
5. Bahaya yang dapat terjadi
Bahaya yang dapat timbul akibat kesalahan saat pemasangan IV kateter yaitu
(Priska, 2009) dalam (Zainuri, Santoso & Muslim, 2012):
a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan
”berulang” pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yaitu masuknya darah ke dalam saluran infus, terjadi akibat
cairan infus telah habis dan terjadi kevakuman dalam botol sehingga
menarik darah kedalam selang.
c. Trombofeblitis atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
6. Hasil yang didapat dan maknanya (SOAP)
S:-
O:
- TD = 103/65 mmHg
- HR = 121 x/menit
- RR= 30x/menit
- Suhu= 36.6 OC
- MAP
A : Masalah teratasi sebagian, HR masih lebih dari 100x/menit
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Lanjutkan pemberian cairan kristaloid (Nacl)
7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif)
a. Pantau tanda-tanda vital
b. Pemberian O2 10 NRM
c. Lakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah
d. Lakukan pemeriksaan elektrolit
e. Lakukan pemeriksaan EKG
f. Lakukan pemeriksaan ronthen thorax
8. Evaluasi diri
Tindakan yang dilakukan kepada Tn. S mampu memberitahu diri saya secara
langsung akan pemasangan IV kateter secara benar dan kecepatan yang harus
dibutuhkan saat pemasangan IV kateter pada saat penanganan syok
hipovolemik. Dalam penanganan tersebut juga diperlukan kerjasama TIM
yang bagus agar kondisi pasien segera stabil, dimana kekompakan TIM telah
saya lihat secara langsung.
9. Kepustakaan
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Dewi E, Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan syok Hipovolemik. 2(2), 93-96

Fitria CN. (2010). Syok dan Penangananya. GASTER, 7 (2), 593-604

Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok


Hipovolemik: Update dan Penyegar. 2(3), 178-182

Leksana E. (2015). Dehidrasi dan Syok. 42(5), 391-394.

Tafwid, MI. (2015). Tatalaksana Syok Hipovolemik Et Causa Suspek Intra


Abdomin Hemorrhagic Post Sectio Caesaria. 2(3), 204-210.

Zainuri A, Santoso, D. R., Muslim, M. A. (2012). Monitoring dan Identifikasi


Gangguan Infus Menggunakan Mikrokontroler AVR . Jurnal EECCIS,
6(1), 49-54.
.
Nama dan tanda tangan mahasiswa

(Riska Putri Pramitasari)

Anda mungkin juga menyukai