TEKNOLOGI TEH
OLEH :
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) penuntun praktikum ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memberikan petunjuk atau
tuntunan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian yang mengambil Mata Kuliah Teknologi Teh dalam melakukan praktikum di laboratorium.
Kami menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Bersama ini pula kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dekan dan teman-teman lainnya yang telah mendukung kelancaran penyusunan buku ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman:
JUDUL
a. Mahasiswa dan dosen diwajibkan menggunakan pakaian rapi dan tidak diperkenankan memakai kaos
oblong dan sandal jepit pada waktu praktikum.
b. Mahasiswa diwajibkan menggunakan jas laboratorium selama praktikum berlangsung.
c. Keterlambatan mahasiswa masuk ruangan laboratorium diijinkan maksimal 15 menit dari jadwal
yang telah ditetapkan. Lewat dari batas tersebut, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum, kecuali dengan alasan yang logis.
d. Tidak diperbolehkan menghidupkan HP saat praktikum berlangsung (HP silent).
e. Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan keributan di ruang laboratorium dalam bentuk apapun selama
praktikum berlangsung.
f. Tidak diperkenankan makan dan minum di laboratorium.
g. Mahasiswa wajib mengikuti keseluruhan mata acara praktikum yang dilaksanakan (kehadiran 100 %)
h. Tidak ada praktikum susulan.
i. Kerusakan alat laboratorium karena kelalaian atau kesalahan mahasiswa harus diganti dan ditanggung
mahasiswa atau kelompok yang bersangkutan.
j. Laporan praktikum dikumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, jika terlambat akan
dikenakan sanksi penilaian.
k. Ruangan dan peralatan laboratorium harus dalam keadaan bersih dan rapi.
a. Cover Laporan
I. PENDAHULUAN
A. Dasar teori
B. Tujuan Praktikum
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
B. Bahan
C. Cara Kerja (dibuat dalam kalimat pasif)
Contoh : Diambil sedikit bahan kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Urutan penulisan : Nama Pengarang. Tahun. Judul Buku. Edisi Terbit. Penerbit. Kota Terbit.
Contoh : Winarno, F.G. 1996. Pangan dan Gizi. Edisi ke-2. PT Gramedia. Jakarta
I. Dasar Teori
Tanaman teh pertama kali ditemukan di daratan Cina, diperkirakan pada tahun 221 – 265 Masehi. Pada awal
penemuannya, tanaman teh hanya diolah secara sederhana dan digunakan sebagai obat penyembuh berbagai macam
penyakit. Namun sejak tahun 1925, industry teh mulai menggunakan mesin – mesin pengolah teh untuk
memperoleh bubuk teh yang lebih banyak.
Teh merupakan minuman sehari – hari yang banyak disukai, karena kandungan kafeinnya yang lebih rendah
dari pada kopi. Daun teh banyak mengandung polifenol yaitu 1/3 dari bahan kering yang berasal dari pucuk teh.
Komponen ini merupakan komponen yang dominan dalam menentukan kesegaran, kekuatan rasa dan warna
seduhan teh. Teh juga mengandung antioksidan sehingga berpengaruh baik bagi kesehatan. Secara garis besar
komposisi kimia yang terkandung dalam teh dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan yaitu : kelompok fenol,
kelompok bukan fenol, kelompok aromatis dan kelompok enzim. Keempat kelompok tersebut sama-sama
mendukung dan menyusun karakteristik yang baik pada teh apabila pengendaliannya selama proses pengolahan
dapat dilakukan dengan tepat.
Kelompok fenol yang terdapat dalam teh diantaranya katekin dan flavanol. Katekin pada daun teh
merupakan senyawa yang sangat kompleks yang terdiri dari katekin, epikatekin, epikatekin galat, epigalokatekin
dan epigalokatekin galat. Kandungan total katekin pada daun teh segar berkisar antara 13,5 – 31 % dari seluruh
berat kering daun (Towaha dan Balittri, 2013)
Kelompok bukan fenol yang terdapat pada daun teh terdiri dari karbohidrat, pektin, alkaloid, asam-asam
amino dan protein, klorofil dan zat warna lainnya, asam-asam organik, resin, vitamin dan mineral. Sedangkan
kelompok aromatis pada daun teh terdiri dari linalool, linalool oksida, phefnuetanol, geraniol, bensil alkohol,metil
salisilat, n heksanal dan cis-3-heksanol. Selain itu terdapat juga kelompok enzim yang terdiri dari enzim amilase,
invertase beta glukosidase, oksimetilase, protease, peroksidase dan polifenol oksidase yang berperan dalam proses
pengolahan teh.
Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya adalah teh hijau, the wangi, teh oolong
dan teh putih. Pengolahan teh ini bertujuan untuk menghasilkan bubuk teh yang memiliki rasa seduhan yang enak,
aroma yang harum, warna seduhan jernih, bentuk ukuran bubuk yang seragam dan mempunyai masa simpan yang
cukup lama.
Pengolahan teh hitam meliputi beberapa tahapan proses. Secara umum tahapan proses pengolahan tersebut
meliputi :
a. Pemetikan: Pemetikan daun teh didasarkan pada rumus petik yang telah ditentukan. Pemetikan dilakukan
dengan tangan atau bisa juga dengan guntuing petik. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan
menggunakan ibu jari tangan dan telunjuk. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin.
b. Pelayuan: bertujuan untuk menurunkan kadar air pada pucuk teh. Pelaksanaan pelayuan dilakukan dengan
menghamparkan pucuk teh pada palung pelayuan dan dialiri udara segar dan nudara panas secara bergantian.
c. Penggulungan : bertujuan untuk membuat daun teh memar dan juga merusak dinding sel sehingga cairan
terperas keluar. Tahapan ini juga akan mengawali terjadinya oksidasi enzimatis pada pengolahan teh.
d. Oksidasi enzimatis: bertujuan untuk memberikan kesempatan enzim polifenol oksidase bereaksi dengan
udara pada kondisi optimal. Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan menghamparkan bubuk teh pada baki
fermentasi dan dibiarkan selama 2 – 3,5 jam.
e. Pengeringan: Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi, menurunkan kadar air,
mempertahankan sifat yang telah di dapat dalam oksidasi enzimatis. Dilakukan dengan menggunakan mesin
pengering yang prinsip kerjanya dengan cara menghembuskan udara panas melewati hamparan teh yang
telah difermentasi.
f. Sortasi kering : bertujuan untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan jenisnya.
g. Pengemasan : bertujuan untuk menghindari teh dari pengaruh udara yang dapat menurunkan kualitas.
Proses pengolahan teh hijau hampir sama dengan pengolahan teh hitam hanya saja pada pengolahan teh
hijau tidak melalui tahapan fermentasi, sedangkan pengolahan teh wangi dilakukan dengan penambahan pewangi
yang bersal dari bunga melati.
Untuk menghasilkan bubuk teh yang berkualitas baik, perlu dilakukan pemeriksaan kualitas diantaranya
pemeriksaan kualiatas bahan baku baik di kebun maupun di pabrik, pengendalian selama proses pengolahan dan
pemeriksaan hasil akhirnya. Pemeriksaan kualitas bahan baku meliputi pengawasan terhadap rumus petik, cara
penempatan hasil petikan dalam keranjang, serta penimbangan ulang di pabrik untuk mengecek pemerolehan hasil
petani. Sedangkan penilaian terhadap mutu hasil akhir teh kering meliputi :
1. Appearance : kenampakan teh kering
2. Liquor : rasa dan bau air seduhan teh
3. Infused leaf : kenampakan ampas seduhan teh.
1. Appearance
Kenampakan teh kering adalah sifat yang dinilai secara visual yang meliputi bentuk dan ukuran partikel, kerataan
serta kebersihannya, tip (warna, keadaan dan jumlah dalam cuplikan), warna partikel teh, serta ada tidaknya
bahan asing (tulang daun dan serat)
2. Liquor
Air seduhan adalah cairan hasil seduhan teh setelah dipisahkandari ampasnya. Parameter yang diamati meliputi
warna (kepekatan, kejernihana, kecerahan) dan rasa (kesegaran, kekuatan dan flavor)
3. Infused leaf
Ampas seduhan yang tertinggal di dalam cangkir dinilai dengan cara memindahkan ampas seduhan ke dalam
tutup cangkir seduhan dan diamati. Warna ampas seduhan yang baik tampak mengkilat dan berwarna merah
tembaga.
Klasifikasi mutu teh dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi mutu teh
Mutu Jenis
Fancy (leaf grade) P (pekoe)
OP (Orange pekoe)
S (Souchong)
PS (Peko Souchong)
Mutu Pertama BOP (Broken Orange Peko)
BOPF (Broken Orange Peko Fanning)
PF (Peko Fanning)
Dust
Mutu Kedua PF 2 (Peko Fanning 2)
Dust 2
Dust 3
Mutu Lokal Sisa Bohea
II. Cara uji fisik – Penentuan besarnya ukuran partikel teh hijau
A.1 Prinsip
A.2 Peralatan
Ayakan yang mempunyai lubang bujur sangkar dengan ukuran mesh 4 dan mesh 80
A.3 Prosedur
Siapkan contoh uji kurang lebih 100 gram, lalu ayak dengan menggunakan ayakan ukuran
mesh 7, mesh 16 dan mesh 80 yang telah tersusun berurutan sesuai dengan ukurannya hingga
tidak terjadi pemindahan partikel
18. Sow Mee 1 (SM1), apabila sebagian besar partikelnya tertahan ayakan mesh 10 dan
sebagian kecil tertahan ayakan mesh 18
19. Sow Mee 2 (SM2), apabila sebagian besar partikelnya lolos ayakan mesh 14 dan
sebagian kecil tertahan ayakan mesh 25
20. Broken Mixed (BM), apabila partikelnya berupa campuran antara dua atau lebih
jenis mutu teh hijau
III. Cara uji fisik dan organoleptik – Penentuan kenampakan teh hijau kering, air
seduhan, dan ampas seduhan teh hijau
B.1 Prinsip
Pengamatan secara visual dan organoleptik terhadap kenampakan teh hijau kering,
kenampakan air seduhan serta ampas seduhan
B.2 Peralatan
Neraca standar dengan anak timbangan 2,84 gram dan 5,68 gram atau neraca analisis
dengan kapasitas 200 gram (ketelitian 0,1 mg)
Katel untuk mendidihkan air
Kompor gas/listrik
Timer
Cangkir pencoba dan tutup ukuran 140 ml atau 280 ml yang berwarna putih dan terbuat
dari porselen
Mangkok pencaba (bowl) harus berwarna putih dan terbuat dari porselen
Alas berwarna putih
Alas berwarna hitam
Ember penampung ludah atau spithoon dan beroda
B.3 Prosedur
B.3.1 Kenampakan keringan teh hijau
Sebarkan contoh uji secara merata diatas alas yang berwarna hitam dan amati warnanya
Pindahkan contoh uji dan sebarkan pada alas yang berwarna putih, kemudian amati
bentuk, aroma, tekstur, keseragaman ukuran, serta adanya benda asing.
Pindahkan ampas seduhan yang tertinggal dalam cangkir pencoba ke tutup dengan posisi
terbalik lalu amati warna serta kerataan ampas secara visual
C = Sedang (fair)
D = Kurang baik
(unsatisfactory)
Tabel B.1 – Rincian Penilaian Kenampakan teh hijau terhadap unsur warna, bentuk, aroma,
tekstur, keragaman ukuran dan
Penilaian
Karakteristik
A= B = baik C = sedang D = Kurang E = Tidak
sangat baik baik
baik
Warna Hijau Hitam Hijau Kehitaman Kuning
kehitaman kehijauan kekuningan/ kecoklatan
kekuningan
Bentuk Tergulung Tergulung/ Kurang Tidak Bubuk,
sempurna terpilin tergulung terpilin/lembaran batang,
serat
Penilaian
Karakteristik
A= B = Baik C = sedang D = Kurang E = Tidak
sangat baik baik
baik
Aroma Normal Normal Normal khas Kurang khas Tidak
khas teh khas teh teh hijau teh hijau normal/
hijau hijau aroma asing
Benda asing Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nyatakan penilaian air seduhan terhadap warna, rasa, dan aroma sesuai hasil pengamatan dari
penilaian yang dilakukan
- Penilaian warna air seduhan dapat dinyatakan dengan memberikan nilai/score angka dari
1 sampai dengan 5 dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Nilai 5 : apabila air seduhan berwarna hijau kekuningan dan sangat cerah
b. Nilai 4 : apabila air seduhan berwarna kuning kehijauan dan cerah
c. Nilai 3 : apabila air seduhan berwarna kuning kemerahan dan cukup cerah
d. Nilai 2 : apabila air seduhan berwarna merah dan kusam (dull)
e. Nilai 1 : apabila air seduhan berwarna merah kecoklatan dan sangat kusam (very
dull), nilai 1 tidak digunakan dalam standar ini
- Penilaian rasa dinyatakan dengan memberikan nilai (score) ganjil dari angka 20 sampai
dengan 50 dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Nilai 21 sampai dengan 29 : apabila unsur-unsur penilaian rasa dinyatakan tidak enak
(bad) sampai kurang enak (unsatisfactory)
b. Nilai 31 sampai dengan 39 : apabila unsur-unsur penilaian rasa dinyatakan sedang
(fairly good) sampai enak (good)
Bahan : Daun teh, bubuk teh hitam, teh hijau, teh wangi dan teh oolong
Alat :
˗ Timbangan
˗ Kertas putih
˗ Cangkir putih
˗ Sendok
˗ Air
15
Cara Kerja :
Analisa appearance
a. Diambil sejumlah sampel bubuk teh.
b. Selanjutnya disebar merata dan tipis di atas alas putih.
c. Amati sesuai dengan difinisi kenampakan seperti tercantum dalam Lampiran 1.
Alat : 1. Timbangan
2. Cangkir putih
3. Sendok
Cara Kerja
a. Analisa Liquor
- Diambil/ditimbang 5,68 g bubuk teh yang akan diujikan.
- Masukkan ke dalam cangkir pencoba berukuran 280 cc yang berwarna putih dan
terbuat dari porselin.
- Diseduh dengan air panas sampai volume 280 cc.
- Cangkir ditutup selama kurang lebih 3 menit.
- Cangkir dibuka tutupnya dan pindahkan ampas seduhan ke dalam tutup cangkir.
- Dilakukan penilaian sesuai dengan parameter yang diamati.
16
Lampiran 1.
A. Teh daun
a. OP (Orange Pekoe) : partikelnya panjang, terpilin dengan tip
b. OP Sup (Orange Pekoe Superior) : partikelnya panjang terpilin seperti OP sebagian
besar berupa tip
c. FOP (Flower Orange Pekoe) : partikelnya lebih pendek dari OP, lebih keriting dan
banyak mengandung tip.
d. S (Souchon) : partikelnya terpilin dan berbntuk butiran (grainy)
e. BS (Broken Souchon) : partikelnya tergulung berbentuk butiran
f. BOP Sup (Broken Orange Pekoe Superior) : partikelnta berbentuk dan berukuran
hampir sama dengan BOP Grof, banyak mengandung tip.
g. BOP Grof (Broken Orange Pekoe Grof) : partikelnya sebagian besar berbentuk butiran
yang terpilin.
h. BOP Sp (Broken Orange Pekoe Special) : partikelnya berbentuk seperti BOP sup.
i. LM (Leafy Mixed) : teh daun yang ukuran dan bentuknya tidak beraturan.
B. Teh bubuk
a. BOP I / BOP : bagian – bagiannya pendek, agak kecil, hitam terpilin, terdiri dari tulang
– tulang daun pendek, terutama berasal dari daun muda, mengandung sedikit tip atau
tanpa tip.
b. BOP II : berbentuk seperti BOP, lebih banyak mengandung tulang daun, berwarna
sedikit kemerahan.
c. F BOP ( Flowery Broken Orange Pekoe) : partikelnya berbentuk seperti BOP lebih
keriting dan lebih banyak mengandung tip.
d. BP (Broken Pekoe) : bagian – bagiannya pendek lurus dan terdiri dari tangkai dan
tulang daun muda yang tidak terkelupas.
e. BP II : berbentuk seperti BP tetapi lebih banyak mengandung tangkai dan tulang daun
tua yang terkelupas, berwarna lebih kemerahan dibanding BP.
f. BT (Broken Tea) : partikelnya kecil, pipih dan tidak terpilin baik.
g. BT II : berbentuk seperti BT tetapi banyak mengandung serat.
h. BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning) : partikelnya berbentuk seperti BOP, tetapi
berukuran lebih kecil.
i. BOPF Sup (Broken Orange Pekoe Superior) : partikelnya berbentuk seperti BOPF
tetapi mengandung banyak tip.
j. BM (Broken Mixed) : campuran dari dua atau lebih jenis mutu teh bubuk.
C. Teh halus
a. F (Fanning) : partikelnya berukuran lebih kecil dari BOPF, merupakan campuran antara
partikel pipih dan keriting.
17
b. F II : partikelnya berukuran sama dengan Fanning tetapi lebih banyak mengandung
serat.
c. TF (Tippy Fanning) : partikelnya berbentuk seperti Fanning tetapi banyak mengandung
tip.
d. PF (Pekoe Fanning) : berbentuk seperti BOPF, tetapi berukuran lebih besar dari pada
Fanning.
e. PF II : partikelnya berbentuk seperti PF tetapi lebih banyak mengandung serat.
f. Dust : partikelnya berukuran kecil
g. Dust II : partikelnya berukuran sangat kecil, banyak mengandung serat.
h. Dust III : partikelnya berukuran sangat kecil, lebih banyak mengandung serat dibanding
dust II
D. Teh campuran
Campuran dari dua atau lebih jenis mutu teh daun dan teh bubuk.
18