Anda di halaman 1dari 9

12 Pengaruh Psikis Ibu Menyusui terhadap

Bayi
Sponsors Link
Ibu dan anak ialah dua orang insan yang memiliki ikatan sejak terbentuk, yakni sejak bayi masih
berada dalam perut ibu sebagai janin, ketika lahir pun, bayi sepenuhnya bergantung pada ibunya baik
dari segi perawatan maupun gizi atau asupan makanannya. Anugrah bagi seorang wanita ialah ketika
ia bisa menyusui bayinya sendiri, dari asupan ASI atau air susu ibu yang diberikan tersebut
ads

nantinya akan timbul ikatan yang lebih mendalam lagi. Namun ketika menyusui, ibu tentunya harus
memiliki pikiran dan pandangan yang positif sebab emosi yang dimiliki oleh ibu menyusui akan
dimengerti dan berpengaruh pada bayi yang disusuinya, berikut 12 Pengaruh Psikis Ibu Menyusui
terhadap Bayi secara lengkap.
1. Ibu yang Menyusui dengan Kondisi Stres dan Kelelahan
Hormon oksitosin untuk produksi ASI (air susu ibu) tidak akan bekerja jika sang ibu menyusui sedang
dalam kondisi stres sehingga bayi pun menjadi stres karena kekurangan ASI. ASI (air susu ibu) akan
tetap tersimpan dalam payudara namun tidak mengalir karena hormon oksitosin yang sedang
tersendat. Untuk itu ibu menyusui yang menyusui harus dalam keadaan rileks. Menjaga kondisi tubuh
tetap fit juga berpengaruh terhadap lancarnya ASI (air susu ibu). (Baca juga mengenai makna hujan
dalam psikologi)

2. Ibu Menyusui yang Takut dan tak Percaya Siri


Banyak ibu menyusui yang merasa tidak percaya diri karena merasa ASI (air susu ibu) yang
dikeluarkan sangat sedikit setelah melahirkan bayi yang membuat bayi menjadi merasa sedih. Ibu
menyusui yang baru melahirkan memiliki jumlah ASI (air susu ibu) yang (Baca juga mengenai dasar
dasar biologis perilaku)

masih sedikit, bukan berarti ASI (air susu ibu) yang dikeluarkan tidak banyak. Terlalu banyak berpikir
negatif dan khawatir berlebihan akan berpengaruh pada hormon oksitosin yang bisa terhambat.
(Baca juga mengenai makna warna hitam dalam simbolisme psikologis)

3. Jika Ibu Menyusui Merasa kesakitan


Ibu menyusui yang merasa kesakitan saat putingnya dihisap akan merasa tidak nyaman ketika
menyusui buah hatinya. Rasa tidak nyaman dapat berpengaruh terhadap kelancaran ASI (air susu
ibu) yang dikeluarkan sehingga berdampak pada bayi yang lebih susah minum. Jika merasa sakit
sebaiknya, berhenti menyusui terlebih dahulu sehingga rasa sakit yang dirasakan tersebut hilang.

4. Jika Ibu Menyusui Takut Bentuk Payudara Berubah dan Takut Gemuk
Ibu menyusui yang dari awal sudah merasa senang dapat menyusui sang buah hati akan lancar
mengeluarkan ASI (air susu ibu) dibandingkan dengan ibu menyusui yang merasa enggan menyusui
anaknya setelah lahir. Hal ini dikarenakan ibu menyusui yang dari awal (Baca juga mengenai faktor
psikologis pada tingkah laku manusia)

memang berniat untuk menyusui akan merasa lebih bahagia, perasaan senang seperti ini dapat
melancarkan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI (air susu ibu) sehingga bayi juga akan jauh
lebih senang karena ibunya sungguh sungguh berkorban untuknya. (Baca juga mengenai faktor
psikologis dalam kesulitan belajar)

5. Jika Ibu Menyusui dalam Kondisi Bahagia


Misalnya melihat suami menggendong bayi dengan penuh kasih sayang, hal yang membahagiakan
dari menjadi seorang istri sekaligus ibu menyusui adalah memiliki suami yang siap mendukung
kapanpun dan dimanapun, termasuk ketika diminta tolong untuk menggendong sang bayi.
Ibu menyusui yang bahagia melihat anaknya dirawat dengan penuh kasih sayang oleh suaminya
sendiri akan membuatnya bahagia dan otomatis akan berpengaruh baik terhadap hormon oksitosin
sehingga bayi pun menjadi bahagia karena memiliki kasih sayang yang lengkap.

6. Ibu Menyusui yang Bahagia Membuat Bayi Pandai


Mendengarkan celoteh dan tangisan bayi dapat membuat hati ibu menyusui bahagia dan wajahnya
tersenyum. Semua hal yang dilakukan bayi dapat membuatnya senang. Mood positif yang muncul
dapat mengalirkan asi (air susu ibu) lebih banyak dan bayi mendapat nutrisi setiap hari dengan baik
sehingga kelak ia menjadi anak yang pandai

7. Perasaan Ibu Menyusui yang Tenang Membuat Bayi Rileks


Perasaan tenang dapat membuat kinerja hormon oksitosin berjalan dengan baik, perasaan yang
tenang dan bebas dari rasa takut, khawatir, marah, kesal, dan sedih akan membuat ibu menyusui
rileks saat menyusui bayinya sehingga bayi pun rileks.

8. Bayi Merasa Dicintai dengan Pemberian ASI


Ibu menyusui yang didukung oleh orang orang terdekatnya akan merasa dicintai dan bahagia. Dan
perasaan tersebut juga menular ke bayinya yakni bayi merasa sangat dicintai oleh ibunya.

9. Mood Ibu Saat Menyusui Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Bayi


Bagi bayi, ia dapat tumbuh dan ber kembang dengan lebih optimal melalui ASI (air susu ibu) yangg
diberikan langsung oleh ibunya.

10. Bayi yang Disusui dengan Benar Membuat Emosinya Baik


“ASI (air susu ibu) dapat memenuhi semua kebutuhan dasar bayi untuk tumbuh dan berkembang,
baik kebutuhan fisik seperti gizi dan kesehatan serta kebutuhan kasih sayang, yakni psikologis,
emosi, kedekatan attachment atau bonding ibu menyusui dengan bayi serta kebutuhan rangsangan
panca indranya,”

11. Ibu yang Tenang Ketika Menyusui Membuat Bayi Memiliki Panca Indera yang Sehat
Proses menyusui pun akan membentuk hubungan emosi yang kuat, seperti kehangatan, rasa saling
membutuhkan, disayang, dicintai, saling bergantung (emotional bonding). Panca indera bayi pun jadi
semakin berkembang, yaitu melalui tatapan mata, sentuhan kulit dan pelukan, senandung atau
perkataan ibu menyusui melalui pendengaran bayi, membaui khasnya ASI (air susu ibu) dan aroma
tubuh ibu menyusui serta gerakan gerakan atau posisi anggota tubuh ibu menyusui saat menyusui.

12. Ibu Menyusui yang Berfikir Positif Membuat Bayi Berkembang dengan Positif
Proses menyusui juga bagi bayi dapat mengembangkan ikatan batin dengan ibu menyusuinya dan
kedekatan yang terjalin berkembang ke arah yang positif (attachment). “menyusui juga dapat
mengembangkan proses belajar atau kecerdasan bayi.” Ibu menyusui yang sedang menyusui penting
untuk menjaga emosi dan suasana hati. Jika mood buruk, akan berpengaruh pada produksi

ASI (air susu ibu) yang sedikit. Berpikiran selalu positif dan ceria akan memperlancar keluarnya ASI
(air susu ibu) menjadi lebih banyak. Memang peran ibu begitu besar untuk bayi, dengan suasana hati
yang positif dan kebahagiaan maka akan membuat bayi tumbuh dengan baik serta memiliki
pandangan ke depan yang positif pula.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bisa menjadi wawasan berkualitas. Sampai jumpa
di artikel berikutnya, terima kasih.

https://dosenpsikologi.com/pengaruh-psikis-ibu-menyusui-terhadap-bayi
Kenali Psikologi Ibu Menyusui

DokterSehat.Com – Selamat bagi anda yang baru saja dianugrahi buah hati,
ditengah kegembiraan anda bersama dengan keluarga. Umumnya seringkali
anda merasakan perasaan yang berbeda yang timbul saat anda baru
melahirkan.

Kondisi psikologi yang timbul pada ibu baru melahirkan akan berbeda-beda.
Diantara ibu baru melahirkan memiliki perasaan yang lebih peka, mudah
tersinggung dan sensitif. Kondisi ini akan berlanjut pada saat anda sedang
menyusui bayi di minggu awal kehadiran bayi bahkan dalam beberapa
kondisi ibu baru melahirkan dapat mengalami perubahan psikologi hingga
berbulan-bulan. Mengapa psikologi ibu baru melahirkan berbeda-beda?
Bagaimana cara untuk mengenali dan mengatasi perubahan psikologi pada
ibu hamil?

Psikologi ibu yang sedang menyusui tidak sama dipengaruhi oleh faktor di
dalam diri ataupun dukungan dari suami dan keluarganya. Kemampuan
beradaptasi dengan keadaan baru bagi ibu yang baru melahirkan sangat
diutamakan terlebih bagi anda yang melahirkan anak pertama. Dengan
proses menyusui maka terjadi bentuk hubungan batin yang kuat antara ibu
dan anak yang seringkali dilupakan oleh ibu dikarenakan beberapa alasan
untuk tidak memberikan ASI. Salah satu alasan yang sering mendasar
karena ibu mengalami baby blues atau postpartum blues.

Ketika ibu menyusui terkadang mengalami baby blues yang dianggap biasa
oleh sebagian orang padahal apabila dibiarkan dapat berlanjut berbulan-
bulan pada ibu menyusui. Hampir 70% ibu yang melahirkan merasakan
sedih, mudah tersinggung, tidak percaya diri, khawatir dan bingung.

Baby blues yang dibiarkan apalagi anda mengalaminya hingga lebih dari 10
hari maka dapat menyebabkan perubahan besar dalam diri hingga
mengalami depresi pasca melahirkan. Hal ini menyangkut perubahan besar
seorang perempuan dan rasa khawatir yang dialami berlebihan pada ibu
seusai persalinan.

Sedangkan penelitian yang berbeda mengatakan terdapat pengaruh yang


positif ketika anda memberikan ASI pada bayi, minimal hingga usia 6 bulan
pertama kelahirnanya. Penelitian yang dilakukan di Korea menemukan
bahwa otak ibu yang sedang menyusui menunjukan sensitivitas yang tinggi
pada tangisan bayi dikarenakan perilaku motherhood seperti terdapat area
striatum dan amygdala atau superior frontal gyrus. Area inilah yang
memproses informasi mengenai perintah yang dilakukan sehingga terjadinya
output yang berbeda pada ibu yang sedang menyusui.

Dengan adanya perubahan tersebut maka perubahan kondisi otak yang


terjadi diantaranya :

 Ibu yang menyusui lebih bereaksi terhadap tangisan bayi mereka.

 Ibu yang menyusui lebih memahami perasaan bayi daripada ibu


yang tidak sedang menyusui.

 Ibu yang menyusui lebih cepat melakukan respon terhadap tangisan


bayi

Psikologi lainnya yang dapat dikenali antara lain adalah ibu hamil lebih
agresif dan sensitif. Penelitian yang dilakukan pada tiga kelompok wanita
menyimpulkan bahwa ibu yang menyusui lebih agresif ketika akan bertindak
dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah ketimbang dengan dua
kelompok lain dalam penelitian tersebut.

Dengan menyusui ibu hamil dapat mengurangi stres, memberi keberanian


ekstra untuk dapat melindungi bayinya. Ibu yang sedang menyusui memiliki
reaksi yang dikenal dengan sebutan maternal defence atau lactation
aggression .Dimana ibu yang sedang menyusui akan merasakan terancam
atau timbulnya perilaku yang agresif.

Sehingga bagi anda yang sedang menyusui anda dapat dihadapkan pada
perubahan hormon yang positif dan perubahan hormon yang negatif , hal ini
dapat disesuaikan dengan bagaimana anda dalam menyikapi perubahan
yang terjadi di dalam diri dan lingkungan selama sedang menyusui.

Berikut beberapa cara yang dapat anda lakukan untuk menghadapi


perubahan terburuk yang terjadi ketika sedang menyusui :

 Apabila memungkinkan manjakan diri anda dengan kegiatan hobi


anda dalam waktu beberapa jam atau anda dapat melakukan hobi
yang dapat dilakukan di rumah sehingga masih bisa mengawasi
perkembangan anak anda.

 Lakukan kegiatan yang menyenangkan di sela-sela kegiatan rutin


anda

 Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang

 Anda dapat beristirahat dengan cukup

 Anda dapat meminta bantuan orang terdekat anda untuk dapat


membantu kebutuhan anda sehari-hari. Anda tidak perlu harus
menjadi supermom

https://doktersehat.com/kenali-psikologi-ibu-menyusui/
Psikologi ibu menyusui
Posted onSeptember 28, 2019AuthoredsbaliLeave a comment
Kondisi psikologis ibu menyusui yang baru melahirkan biasanya berbeda-beda. Seorang ibu merasa
lebih peka, sensitif dan mudah tersinggung. Hal tersebut dapat dikatakan wajar, apalagi setelah
melewati masa kehamilan selama 9 bulan lebih dan rasa lelah yang luar biasa setelah proses
kelahiran.

Saya sendiri juga merasakannya pada saat baru baru melahirkan Naima, anak pertama saya.
Sayangnya, 6 tahun yang lalu, informasi mengenai menyusui sangat minim dibandingkan saat ini.
Sehingga, Naima pun tidak mendapatkan IMD dan rawat gabung. Tiga hari pertama di RS pun dia
diberikan susu formula. Puting saya yang kecil dan bisa dikatakan datar juga menjadi salah satu
hambatan. Hanya dengan tekad yang kuat, saya tetap menyusui Naima.

6 tahun yang lalu, saya pun tidak tahu bahwa ASI bisa diperah. Seringkali saya mendapati payudara
saya membengkak dengan tubuh yang meriang. Ketika Naima menangis, saya pun ikut menangis
tanpa tahu apa yang harus saya lakukan. Seandainya dulu saya tahu bahwa ada yang namanya
Konselor Menyusui, mungkin apa yang saya alami terasa lebih mudah. Akibatnya, saya pun sering
menghindar dari tamu yang datang untuk berkunjung karena saya anggap hanya membuat saya
bertambah cemas. Selain itu, hampir setiap sore, Naima menangis dan luar biasa sulit untuk
meredakannya. Seandainya saya tahu bahwa itu adalah kolik, mungkin saya akan merasa lebih
tenang.

Kesulitan ibu menyusui dan bayi yang menangis terus sempat membuat saya sedih yang luar biasa
dan tidak percaya diri. Namun, dengan adanya dukungan dari suami dan juga keluarga, Naima pun
berhasil menyusui sampai usia 2 tahun. Dengan banyaknya informasi dan kemudahan mengakses
internet seperti saat ini, hal yang pernah saya alami tersebut, diharapkan tidak akan dialami oleh ibu-
ibu menyusui yang baru lainnya. Berikut akan saya bahas mengenai psikologi ibu menyusui. Tulisan
ini saya buat berdasarkan presentasi yang disampaikan Ibu Darmayati Oetoyo Lubis, M.Psi pada
Rakernas di Bandung, 20 April 2013 yang lalu.

Psikologi ibu menyusui – Psychology of breast feeding

Bayangkan seorang bayi yang tadinya berada di dalam kandungan ibu yang gelap hangat nyaman
aman selama 9 bulan, dilahirkan keluar kedunia yang dingin, terang benderang, hiruk pikuk dengan
berbagai bunyi…ia membutuhkan rasa aman dari ibu yang merengkuhnya didalam pelukan ,
merasakan kenyamanan dari asi yang mengalir dari payudara yang lembut dan hangat. Menyusui
adalah salah satu bentuk hubungan yang paling alami dan cantik, yang hanya dialami oleh seorang
ibu, tidak dialami oleh ayah. Mengalirnya asi, energi dari ibu, keadaan dimana seorang manusia, si
ibu, memberikan keseluruhan diri fisiknya, perasaan kasih sayangnya, supaya bayinya dapat survive,
tumbuh sehat.

Dampak Psikologis Menyusui

Menyusui bukan hanya berguna buat bayi tapi juga sangat berguna buat si ibu. Kontak fisik antara ibu
dan bayi memang penting namun terlebih lagi faktor psikologisnya. Menyusui membentuk ikatan
yang kuat diantara ibu dan bayinya. Para ibu yang menyusui merasakan adanya perasaan hangat dan
saling memberi respons, istilahnya in synch. Selain itu, menyusui dapat menimbulkan rasa bangga,
rasa dibutuhkan dan meningkatkan percaya diri ibu.

Rasa cinta kasih anak dan rasa aman adalah kebutuhan vital anak, mereka membutuhkan afeksi dari
orangtua. Ibu adalah orangtua pertama yang membangun trust pada anak melalui pemberian ASI.
Perasaan aman dan trust adalah fondasi dalam perkembangan kepribadian anak. Menyusui adalah
hal pertama dan penting dalam menumbuhkan attachment (kelekatan) yang dianggap penting untuk
pertumbuhan psikologis bayi. Dari penelitian mengenai breast feeding ditemukan bahwa attachment
seorang anak pada ibu melalui breast feeding menumbuhkan anak2 yang berkepribadian baik dalam
keluarga dengan orangtua yang lebih sensitif pada kebutuhan anak dan sebaliknya. Ibu diharapkan
menyusui bayinya sambil mengelus, menyanyi/bersenandung,menatap mata anak, mengalirkan
perasaan menyenangkan kepada bayinya dan perasaan menyenangkan bagi ibu.

Baby Blues

Hari-hari pertama melahirkan biasanya ibu dipenuhi perasaan bahagia karena berakhirnya penantian
yang melelahkan fisik dan psikologis selama 9 bulan. Biasanya ibu pun merasakan perasaan yang
“ajaib” yaitu rasa bahagia yang luar biasa, setelah bayi meluncur dari tubuhnya. Sehingga rasa lelah
dan sakit yang dirasakan dalam proses melahirkan seakan-akan hilang dalam sekejap. Akan tetapi,
setelah rasa bahagia yang luar biasa itu, hampir 70% ibu yang baru melahirkan mengalami periode
rasa sedih, penuh tangis, cepat tersinggung, bingung, khawatir, dan juga rasa tak percaya dapat
mengurus bayinya. Hal tersebut bisa dikatakan ibu mengalami baby blues atau postpartum blues.

Bagi orang lain, terkadang baby blues dianggap hal yang biasa, karena :

 disebabkan oleh faktor-faktor hormonal yang luar biasa yang terjadi disaat melahirkan dan saat
sesudahnya
 Perasaan lelah yang hebat setelah melahirkan
 Muncul di hari-hari pertama melahirkan dan berakhir paling lama dalam 10 hari
 Tidak parah dan tidak mengganggu fungsi pribadi ibu.

CIRI-CIRI BABY BLUES :


 Merasa sedih, menangis tanpa sebab yang jelas
 Cepat tersinggung atau marah kepada orang-orang terdekat
 Merasa panik, khawatir atau cemas
 Merasa tak dapat mengontrol perasaan
 Merasa banyak hal berkecamuk dalam fikiran
 Merasa kuatir tidak dapat menjadi ibu yang baik
 Merasa sendirian dengan bayinya

Sebaiknya, seorang ibu harus waspada jika ciri-ciri baby blues dialami lebih intens lebih lama (dalam
4 minggu setelah melahirkan sampai beberapa bulan) sehingga mengganggu fungsi pribadi, disertai
dengan gangguan fisik (seperti serangan panik, sesak nafas, sakit dada, gangguan pencernaan,
gangguan tidur , adanya perasaan negatif kepada bayi, perasaan takut akan menyakiti diri atau bayi,
tak berminat kepada bayi, kehilangan kesenangan, merasa bersalah, tak berguna, hingga tidak mau
mengurusi diri). Hal tersebut bisa berkembang menjadi depresi dan segeralah mencari pertolongan.

Depresi Pasca melahirkan

Depresi Pasca melahirkan disebabkan oleh interaksi diantara faktor hormonal dan faktor psikologis
yang menyangkut perubahan besar dalam hidup seorang perempuan (menjadi seorang ibu) dan rasa
khawatir apakah ‘saya’ dapat menjadi ibu yang baik. Selain itu, adanya permasalahan dalam
perkawinan atau bayi yang sakit juga bisa menjadi faktor penyebab depresi paska melahirkan.

Untuk mencegah, bagaimana seorang ibu baru dapat membantu diri sendiri untuk mengatasi mood
yang kurang nyaman paska melahirkan?


 Pertama: tak perlu jadi supermom, izinkan diri untuk merasa kewalahan sesaat, tapi
berusaha bangkit kembali
 Tidur yang cukup
 Punya waktu untuk diri sendiri tapi bukan menyendiri
 Cukup makan makanan yang sehat
 Keluar rumah sebentar
 Senam-senam sederhana
 Cari dukungan psikologis dari orang-orang yang terdekat
 Berusaha untuk tetap melakukan kegiatan yang disenangi
 Bila perlu tulis diary tentang bilamana merasa mood turun, berapa lama dirasakan, apa
penyebabnya, apa yang dapat meningkatkan kembali mood baik…untuk belajar mengatasi
baby blues

Akhir kata, menyusui dan tidur berdekatan dengan ibu di awal hidup bayi telah dipakai sepanjang
sejarah manusia sebagai cara paling efektif untuk membesarkan anak dan memberi makna hidup bagi
ibu-ibu manusia di dunia.

Sumber : Artikel Psikologi ibu menyusui oleh Irma A Bakhtiary

https://www.daedi.com/psikologi-ibu-menyusui/

Anda mungkin juga menyukai