Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan yang cukup


pesat seiring dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang siap pakai, terampil dan
disiplin dalam bekerja, mempunyai keahlian yang sesuai dengan
spesifikasinya, serta memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap
penggunaan teknologi yang sering digunakan di bidang geologi.

Sehubungan dengan hal itu perguruan tinggi sebagai tempat untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, berkepribadian mandiri, dan memiliki
kemampuan intelektual yang baik merasa terpanggil untuk semakin meningkatkan mutu
mahasiswa lulusannya.

Universitas Mulawarman merupakan suatu lembaga pendidikan tingkat tinggi di


Indonesia yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang terampil, profesional
dan siap dipakai untuk teknisi di bidangnya. Oleh karena itu, Universitas Mulawarman
dituntut agar selalu menyesuaikan pendidikan sesuai dengan perkembangan dunia
lapangan kerja yang sesungguhnya, sehingga para mahasiswa diharapkan dapat
menggunakan pengalaman serta pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah sebagai
dasar dalam menghadapi kendala yang mungkin terjadi di lapangan.

Untuk lebih mengenal lapangan pekerjaan yang sesuai bidang keahlian, maka sebelum
terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya, program Praktek Kerja Lapangan ini dapat
dijadikan sebagai latihan mahasiswa dalam dunia kerja nantinya. Pada pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan ini mahasiswa dituntut untuk memadukan ilmu yang diperoleh
dalam mengikuti perkuliahan dengan kegiatan nyata yang ada di lapangan, yang mana
sangat diperlukan untuk menambah wawasan dan pengalaman, sehingga mahasiswa
tidak hanya terpaku pada teori saja, namun bersifat fleksibel dan realistis dengan situasi
yang dihadapinya dan dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi wilayah kerja

1
dan kemampuannya. Dengan demikian pola pendidikan tahap sarjana yang diterapkan
dapat membekali mahasiswa dengan wawasan yang berkaitan dengan bidang teknik
dalam hal ini adalah teknik geolgi khususnya di dunia industri dan di masyarakat.

PRAKTIK KERJA LAPANGAN - TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG


1.2 Tujuan Kegiatan

1. Menerapkan teori dan keterampilan praktis yang diperoleh dari bangku kuliah pada
instansi/perusahaan yang sebenarnya.
2. Menambah wawasan, karena dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan maka
mahasiswa akan mendapatkan gambaran kerja yang sesungguhnya dan
memungkinkan pula mendapatkan pengalaman yang selama ini belum didapatkan.
3. Sebagai bekal untuk mempersiapkan diri sebelum terjun dalam dunia kerja.
4. Membandingkan antara teori dan praktik, apakah teori yang diperoleh sesuai
dengan penerapan dan mengetahui apakah mata kuliah yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan instansi/perusahaan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Instantsi / Perusahaan

1. Sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di Universitas


Mulawarman.
2. Sarana untuk memberikan penilaian kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
instansi/perusahaan yang bersangkutan.
3. Sarana untuk menjembatani antara instansi/perusahaan dengan Universitas
Mulawarman untuk kerja sama lebih lanjut, baik bersifat akademis maupun
organisasi.

2
1.3.2 Bagi Universitas Mulawarman (khususnya Program Studi Teknik Geologi)

1. Mendapatkan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang


telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan dunia Teknik Geologi dilapangan dan
menerapkannya dalam kurikulum yang akan datang.
2. Sarana pengenalan instansi pendidikan Universitas Mulawarman Program Studi
Teknik Geologi kepada badan usaha atau perusahaan yang membutuhkan lulusan
atau tenaga kerja yang dihasilkan Universitas Mulawarman.

1.3.3 Bagi Mahasiswa

1. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dan mengetahui
perbandingan antara ilmu pengetahuan di bangku kuliah dengan dunia kerja.
2. Dapat menguji kemampuan pribadi baik dari segi disiplin ilmu maupun sosialisasi
hidup bermasyarakat.
3. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan serta daya kreatif diri yang sesuai
dengan lingkungan di masa yang akan datang.
4. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta generasi terdidik untuk
dapat terjun ke dalam masyarakat terutama di lingkungan dunia kerja.

3
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Fisiografi Regional

Menurut Van Bemmelen (1949) pulau Kalimantan dibagi menjadi beberapa zona
fisiografi , yaitu :

1. Blok Schwaner yang dianggap sebagai Dataran Sunda.


2. Blok Paternoster, meliputi pelataran Paternoster sekarang yang terletak di lepas
Pantai Kalimantan bagian tenggara dan sebagian di dataran Kalimantan yang
dikenal sebagai sub cekungan pasir.
3. Meratus Graben, terletak diantara blok Schwaner dan Paternoster, daerah ini
sebagai bagian dari Cekungan Kutai.
4. Tinggian Kuching, merupakan sumber untuk pengendapan ke arah baratlaut dan
tenggara cekungan yang berada di Kalimantan selama Neogen. Cekungan-
cekungan tersebut antara lain :
a. Cekungan Tarakan, yang terletak paling utara dari Kalimantan Timur. Di
sebelah utara cekungan ini dibatasi oleh “ Sampoerna High”
b. Cekungan Kutai, yang terletak sebelah selatan dari Tinggian Kuching yang
merupakan penampungan pengendapan dari Tinggian Kuching selama Tersier.
Cekungan ini dipisahkan oleh suatu unsur tektonik yang dikenal sebagai
Paternoster Cross Height dari Cekungan Barito. Cekungan Barito dipisahkan
dengan Cekungan Kutai oleh Sesar Adang. Sedangkan di bagian timur
dipisahkan dengan Cekungan Asem-asem oleh Tinggian Meratus yang
memanjang dari arah baratdaya sampai timurlaut.

Peneliti terdahulu membagi Pulau Kalimantan menjadi beberapa zona berdasarkan


beberapa karakteristik, diantaranya dari perbedaan litostratigrafi, kronostratigrafi,
biostratigrafi, struktur geologi dan tektoniknya yang berkembang, serta dari perbedaan
fisiografi, karakteristik geomorfologi, potensi sumberdaya mineral dan potensi
hidrokarbonnya. Lokasi penelitian terletak di dalam zona Cekungan Kutai.

4
Pada pertengahan zaman Tersier, dalam Cekungan Kutai, banyak terbentuk batuan
sedimen, baik yang terbentuk dalam lingkungan laut dalam, laut dangkal, laguna, delta
ataupun yang terbentuk lingkungan transisi dan paparan.

Pada beberapa lingkungan pengendapan tertentu (transisi dan delta) banyak terbentuk
lapisan - lapisan batubara dalam berbagai ketebalan, karakteristik, kualitas dan pola
struktur yang mempengaruhinya, bersama - sama dengan batuan sedimen pembawa
batubaranya (coal bearing formation). Didaerah ini lapisan batuan pembawa batubara
berupa lapisan batulempung karbonan dan batulanau karbonan.

Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, berdasarkan fisiografi perkembangannya


sangat dipengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektoniknya.

Cekungan Kutai dibatasi dibagian utara oleh suatu daerah tinggian batuan dasar yang
terjadi pada oligosen (chumbers dan moss, 2000), yaitu tinggian mengkalihat dan sesar
sengkulirang yang memisahkannya dengan cekungang Tarakan. Dibagian timur barat,
cekungan dibatasi tinggian kucing ( Central Kalimantan Range) yang berumur kapur
(Chambers dan Moss, 2000). Dibagian tenggara cekungan ini, terdapat paparan
Pertenoster yang dipisahkan oleh gugusan Gunung Maratus. Di bagian selatan cekungan
ini, dijumpai Cekungan Barito yang dipisahkan oleh sesar Adang. Dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Sketsa Fisiografi Cekungan Kutai (Chamber, Moss,2000)

5
Pembagian bentuk permukaan bumi Samarinda berdasarkan tipe morfologinya dapat
dikelompokkan dalam 7 (tujuh) deskripsi sebagai berikut :

 Daerah patahan yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yang besar
dengan kemiringan tanah sangat bervariasi. Daerah patahan di Kota Samarinda
seluas 295,26 Km2 dengan persentase 41,12 %, merupakan daerah terluas di Kota
Samarinda.
 Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai
yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan
nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan
tinggi kurang dari 2 meter.
 Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan
proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Kota
Samarinda memiliki daerah alluvial seluas 94,79 Km2 atau 13,20 % dari luas Kota
Samarinda.
 Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat
ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8,15 %. Daerah berombak di Kota
Samarinda seluas 96,36 Km2, sedangkan daerah bergelombang seluas 15,27 Km2.
 Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik,
dataran batuan beku, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai
berbukit, variasi lereng 2 sampai 15,94 % dengan beda ketinggian kurang dari 50
meter. Kota Samarinda memiliki daerah dataran yang cukup luas setelah daerah
patahan, yaitu seluas 105,24 Km2 atau sebesar 14,66 %.
 Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggung
sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase
radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16
sampai 60 %, dengan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter. Daerah berbukit
merupakan daerah yang paling jarang ditemui di Kota Samarinda karena hanya
seluas 6,34 Km2 atau sebesar 0,88 % dari wilayah Kota Samarinda.
 Daerah sungai (river). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah
pengendali atau waterponds.

6
Van Bemmelen (1949), mengelompokkan fisiografi Pulau Kalimantan menjadi 5 zona,
yang meliputi : Zona Cekungan Kutai, Zona Tinggian Kuching, Zona Blok Schwaner,
Zona Cekungan Pasir Selatan dan Zona Blok Paternosfer. Dari barat ke timur Cekungan
Kutai secara fisiografis dibagi menjadi 3 zona geomorfologi yang memanjang dari utara
ke selatan (Nuay, 1985 dalam Rose dan Hartono, 1978) (lihat Gambar 3.1). Zona – zona
tersebut meliputi :

a. Tinggian Danau Kutai (Sinklinorium Danau Kutai), merupakan kompleks


sinklinorium dengan lipatan yang cukup kuat dengan perbukitan yang terbentuk karena
adanya gaya gravitasi (Kutai Gravity High). Zona ini berada di sebelah barat dari daerah
Danau Kutai yang berada pada hulu Sungai Mahakam.

b. Antiklinorium Samarinda, merupakan zona yang terdiri dari perbukitan


bergelombang sedang – kuat dan memanjang dengan arah relatif timurlaut – barat daya.
Puncak – puncak bukit dan gunung di zona ini memiliki ketinggian antara 300 – 400
meter yang tersusun seluruhnya oleh batuan sedimen yang membentuk morfologi
lembah dan perbukitan bergelombang sedang hingga kuat. Zona ini berada pada bagian
tengah dan menempati sebagian besar Cekungan Kutai.

c. Pada bagian timur adalah kompleks Sinklinorium Delta Mahakam yang membentuk
perbukitan lemah sampai dataran delta yang memiliki potensi minyak bumi yang besar
dan berkembang terus ke arah timur (BEICIP,1977).

2.2 Stratigrafi Regional

Sedimen - sedimen Tersier yang diendapkan di Cekungan Kutai bagian timur adalah
tebal sekali dengan fasies pengendapan yang berbeda-beda sehingga didalam pustaka -
pustaka ditemukan nama - nama formasi endapan yang berbeda satu sama lainnya (lihat
Gambar 3.2). Namun demikian, keseluruhan lapisan sedimen memperlihatkan siklus
genanglaut – susutlaut seperti halnya cekungan – cekungan lainnya di Indonesia bagian
barat (Schlumberger, 1986).

Sedimen Cekungan Kutai telah diendapkan sejak awal Tersier dan mengisi cekungan
terus – menerus dari barat ke arah timur. Ketebalan sedimen paling maksimum (pusat
pengendapan) mengalami perpindahan ke arah timur secara menerus menurut waktu
dan ketebalan maksimum dari sedimen. Pada akhir Miosen hingga Resen terletak pada

7
bagian lepas pantai dari cekungan (Billman dan Kartaadiputra, 1974 dalam Allen,
1998). Paket sedimen terbentuk pada sebuah seri pengendapan. Pengendapan ini
berkembang menjadi grup dari formasi pada regresi laut ke arah timur.

Urutan regresif di Cekungan Kutai mengandung lapisan – lapisan klastik deltaik hingga
paralik yang mengandung banyak lapisan – lapisan batubara dan lignit, sehingga
merupakan kompleks delta yang terdiri dari siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai
dengan endapan paparan delta (delta plain) yang terdiri dari endapan rawa (marsh),
endapan alur sungai (channel), point bar, tanggul – tanggul sungai (natural levees) dan
crevasse splay. Di tempat yang lebih dalam diendapkan sedimen delta front dan
prodelta. Kemudian terjadi transgresi dan diendapkan sedimen laut di atas endapan
paparan delta. Disusul adanya regresi dan sedimen paparan delta diendapkan kembali di
atas endapan delta front dan prodelta. Siklus – siklus endapan delta ini terlihat jelas di
Cekungan Kutai dari Eosen hingga Tersier Muda prograding dari barat ke timur.
Ditandai oleh pengendapan Formasi Pamaluan, Formasi Bebulu (Miosen Awal –
Miosen Tengah), Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan (Miosen Tengah),
Formasi Kampung Baru (Miosen Akhir – Pliosen) dan endapan rawa yang merupakan
endapan Kuarter.

Urut – urutan stratigrafinya dari tua ke muda menurut Supriatna, dkk adalah sebagai
berikut:

2.2.1 Formasi Pamaluan (Tomp)

Diambil dari nama Kampung Pamaluan, terletak 30 Km ke arah baratlaut Balikpapan


(Leupold dan V.D. Vlerk, 1931, P. Marks, 1961). Fosil – fosil yang dijumpai antara
lain: Globorotalia kugleri, Globigerina cipiroensis, Globorotalia nana, Globigerina
selli, Globigerina ampliapertura, Globigerina prasaepis, Uvigerina hispida,
Bathysiphon sp., Ammodiscus spp., Cyclammina spp., Sphaeroidina bulloides. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan marine dan lingkungan pengendapan neritik hingga
bathial. Formasi ini berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal (N2 – N4) (Samuel, 1982).

Formasi Pamaluan memperlihatkan ciri litologi serpih dengan sisipan batupasir kuarsa
dan batubara. Berbeda dengan formasi-formasi sedimen Tersier yang lebih tua, Formasi
Pamaluan tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah topografi rendah.

8
Berdasarkan kandungan fosil pada serpih, menunjukkan lingkungan pengendapan litoral
– supralitoral. Umurnya tidak lebih tua dari Oligosen. Diatasnya diendapkan
batugamping Formasi Bebulu.

Dari litologi penyusun Formasi Pamaluan terlihat bahwa bagian bawah formasi ini
diendapkan dalam lingkungan paparan delta (delta plain) dengan terdapatnya batubara.
Kemudian terjadi transgresi, lingkungan berubah menjadi pantai dengan diendapkannya
batugamping Formasi Bebulu yang memiliki hubungan menjemari pada bagian atas
Formasi Pamaluan (Supriatna dkk, 1995).

2.2.2 Formasi Bebulu (Tmb)

Formasi Bebulu diambil dari nama Sungai Bebulu, yaitu sebuah sungai kecil yang
berada 45 km arah tenggara dari Balikpapan (Umbgrove, 1927), dengan litologi
penyusunnya terdiri dari batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan
serpih warna kelabu, padat, mengandung foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat
batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan
dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.

Foraminifera besar yang dijumpai antara lain : Lepidocyclina sumatraensis BRADY,


Miogypsina sp., Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal – Miosen Tengah.
Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebulu
tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang (Supriatna dkk, 1995).

2.2.3 Formasi Pulau Balang (Tmpb)

Nama Formasi ini diambil dari nama Pulau Balang, yaitu suatu pulau yang berada ± 8
km ke arah timurlaut dari Teluk Balikpapan (Rutten, 1914). Formasi ini dapat
dibedakan dari formasi lainnya karena perlapisannya sangat bagus dan relatif resisten
terhadap pelapukan dibandingkan formasi – formasi lain, sehingga formasi ini mudah
dikenali dari citra satelit.

Menurut Ismoyowati, 1982, Formasi Pulau Balang terdiri dari perselingan antara
batupasir dan batulanau dengan sisipan batugamping dan batulempung. Batugamping
mengandung foraminifera, fragmen – fragmen bivalve dan alga pada sebuah mikritik
matriks. Batupasir terdapat pada lapisan yang tipis – tebal dengan struktur cross

9
bedding dan burrow. Batupasir didominasi oleh mineral kuarsa, berwarna abu-abu
terang hingga putih, ada yang rapuh dan keras, setempat karbonatan dengan ukuran
butir halus – kasar. Pada bagian bawah dari lapisan ini terdapat sedikit lapisan tipis
batupasir dan batubara.

Sedangkan Supriatna dkk, 1995 menyatakan bahwa formasi ini terdiri dari litologi
berupa perselingan antara graywacke dengan batupasir kuarsa dengan sisipan
batugamping, batulempung, batubara dan tuff dasit. Batupasir graywacke, kelabu
kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan,
setempat tufan dan gampingan, tebal lapisan antara 15 – 60 cm. Batugamping, coklat
muda kekuningan, batugamping ini terdapat sebagai sisipan dan lensa dalam batupasir
kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2
cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit,
putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

Kandungan foraminifera besar yang dijumpai antara lain : Globigerinoides


altiaperturus, Globigerinoides diminutus, Lepidocyclina (N) sumatraensis,
Lepidocyclina (N) angulosa, Flosculinella bontangensis, Flosculinella globusa,
Robulus inornatus, Bulimina sp., Trochammina sp., Nonion sp., Eponides ropandus,
Amphistegina papillosa, Brizalina limbata. Pada bagian bawah formasi ini diendapkan
pada lingkungan inner neritic dengan pengaruh deltaik – paralik dan pada bagian atas
formasi diendapkan dengan lingkungan laut terbuka (middle neritic) dengan kisaran
umur N5 – N7 (Miosen Awal) dan kemungkinan dapat lebih muda. (Ismoyowati, 1982).

Di Sungai Loa Haur mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchini,
Borelis sp., Lepidocyclina sp., Miogypsina sp., menunjukkan umur Miosen Tengah
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. (Supriatna dkk, 1995).

Ditemukannya fragmen batubara pada batuan yang ada pada formasi ini menunjukkan
bahwa adanya pengangkatan di daerah barat dimana endapan batubara berumur tua
tererosi yang kemudian diendapkan kembali pada Formasi Pulau Balang. Pengangkatan
ini menyebabkan terjadinya prograding delta ke timur pada Miosen Tengah.

2.2.4 Formasi Balikpapan (Tmbp)

10
Formasi Balikpapan terdiri dari beberapa siklus endapan delta yang disusun oleh litologi
yang terdiri dari perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m,
disisipi lapisan batubara tebal 5 – 10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur
sedimen lapisan bersusun dan silangsiur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung
foraminifera kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan - rekahan setempat
mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis, serpih
kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera besar,
moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian
atas. Lingkungan pengendapan Perengan “paras delta – dataran delta”, tebal 1000 –
1500 m. Formasi ini memiliki hubungan bersilang jari dengan Formasi Pulau Balang
(Supriatna dkk, 1995).

2.2.5 Formasi Kampungbaru (Tpkb)

Terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau dan lignit, pada
umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, setempat kemerahan atau
kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida
besi atau konkresi, tuffan atau lanau dan sisipan batupasir konglomeratan atau
konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter
0,5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan,
kepingan batubara, koral. Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2 m.
Diduga berumur Miosen Akhir – Plio Plistosen, lingkungan pengendapan delta – laut
dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras
terhadap Formasi Balikpapan. (Supriatna dkk, 1995).

Menurut Allen, 1984, bagian bawah Formasi Kampung Baru terdapat batugamping
yang juga merupakan siklus pengendapan delta, dengan dimulainya suatu transgresi
setelah pengendapan Formasi Balikpapan. Kemudian disusul endapan dataran delta
yang terdiri atas batupasir kasar hasil endapan channel dengan batulempung dan
batubara.

2.2.6 Alluvium (Qa)

11
Terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Kampung Baru pada lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai. Pengendapannya masih
terus berlangsung hingga sekarang (Supriatna dkk, 1995).

2.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi Cekungan Kutai yang berkembang adalah perlipatan yang relatif
sejajar dengan garis pantai timur daerah Kalimantan Timur. Pada bagian utara
Cekungan Kutai, pola umum perlipatan mempunyai arah utara – selatan sedangkan
Cekungan Kutai bagian selatan berarah baratdaya – timurlaut.
Guntoro (1998), menyatakan bahwa tatanan tektonik yang ada pada Cekungan Kutai
dapat dilihat sebagai hasil dari interaksi antara lempeng Pasifik, Australia, dan Eurasia,
yang ditunjukan pada (Gambar 2.3)

Berdasaran kondisi sejarah cekungan kutai dibagi beberapa fase :


a. Kapur Akhir – Paleosen Akhir
Cekungan Kutai merupakan cekungan samudra (terbentuk selama Jura Atas – Kapur
Bawah karena pemisahan Asia dan Australia) membentuk endapan turbidit
(melampar diatas batuan ofiolit tua).
b. Eosen Tengah - Oligosen Awal
Fase tarikan (pemekaran) dengan arah selatan barat, yang membentuk selat Makasar
(memisahkan Kalimantan dengan Sulawesi), dan seri half graben. Endapan berasal
dari sedimen klastik darat dan laut. Penurunan regional terdapat di Kalimantan Timur
dan karbonat terus berkembang pada cekungan “Proto-Kutai”.
c. Oligosen Akhir
Merupakan periode endapan laut dibagian timur dan periode endapan vulkano-klastik
di bagian barat yang berhubungan dengan pengangkatan didaerah Kalimantan
Tengah. Pada saat tersebut merupakan awal pembentukan Cekungan Kutai.
d. Miosen Awal
Terjadi interaksi konvergen atau tumbukan dari blok mikro kontinen mengakibatkan
subduksi (Palawan Trough), lalu terjadi pengangkatan yang kuat di Pegunungan
Kalimantan Tengah menyebabkan awal progradasi delta kearah timur. Pada saat itu
merupakan periode regresi yang menyeluruh dan pengisian cekungan, menunjukkan

12
progradasi sungai Proto-Mahakam. Pengendapan Cekungan Kutai didominasi oleh
endapan prodelta dan serpih yang terdapat di slope.

e. Miosen Tengah – Miosen Akhir


Tumbukan Banggai-Sula yang menyebabkan terjadinya perkembangan struktur.
Sistem delta bergerak ke arah timur dari Samarinda bagian selatan ke Nilam-Handil
meridian. Pada waktu tersebut, tiga sistem delta utama berada di Cekungan Kutai
dari selatan ke utara : Sepinggan, Proto Mahakam, dan Sangatta. Gerakan tektonik
lainnya (10,5 juta tahun lalu) menyebabkan progradasi sistem delta ke arah timur
menuju Tunu bagian selatan dan selanjutnya menuju ke ujung paparan yang ada
sekarang.
f. Pliosen atas hingga sekarang
Adanya pengangkatan Pegunungan Meratus, pembentukan Antiklinorium
Samarinda, dan sesar intensif pada bagian utara dan selatan dari shelf Delta
Mahakam, sebagai hasil dari tumbukan antara lempeng IndoAustralia dan Banda
Arc.
Ott (1987), mengemukakan bahwa pengangkatan Tinggian Kuching berhubungan
langsung dengan gaya kompresi baratlaut – tenggara, hasil dari subduksi di Laut Cina
Selatan. Akibat dari pengangkatan ini menyebabkan terjadinya lipatan kompresi
berumur Miosen pada bagian barat Cekungan Kutai. Pengangkatan di Tinggian Kuching
yang terus berlangsung menyebabkan berkurangnya stabilitas gaya berat yang miring ke
timur di cekungan bagian tengah, sedang pada sisi bagian barat cekungan tetap stabil.
Akibat dari ketidakstabilan dan adanya fluida lempung pada batuan dasar cekungan
menyebabkan terjadinya gejala peluncuran gaya berat yang merupakan faktor penting
dalam pembentukan Antiklinorium Samarinda (Gambar 2.5). Saat terjadi pelengseran
kearah timur, maka tampak intensitas dan kompleksitas perkembangan struktur secara
umum semakin berkurang.

13
BAB III
PELAKSANAAN PKL

3.1 Instantsi yang Dituju

Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan di :


Nama Instansi : PT. INDONESIA PRATAMA
Alamat Instansi : Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang
No. Telepon :

3.2 Pelaksana Praktik Kerja Lapangan

1. Nama : Muhammad Reza Fauzie


Alamat : Perumahan Panorama Jalan Angsoka No.41 Swarga
Bara, Sangatta Utara
Fakultas / Program Studi : Teknik / Teknik Geologi
NIM : 1609085003
No. Handphone : 082251643858

2. Nama : Tomi Wiranto


Alamat : Jalan Raya Sidomulyo, Kelurahan Sidomulyo,
Kecamatan Tabang
Fakultas / Program Studi : Teknik / Teknik Geologi
NIM : 1609085040
No. Handphone : 082351345539

3. Nama : Agung Prasetyo


Alamat : Dusun Telaga Kencana RT.14 Kelurahan Manunggal
Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang
Fakultas / Program Studi : Teknik / Teknik Geologi
NIM : 1609085042
No. Handphone : 082340398787

14
3.3 Jadwal Pelaksanaan

1. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 2-3 bulan dengan ketentuan


perusahaan.
2. Kerja mahasiswa PKL adalah sama dengan jam kerja karyawan.
3. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan dan dimulai sesuai ketentuan waktu
perusahaan.

3.4 Kegiatan – Kegiatan Teknis

Tahap Pelaksanaan PKL :

1. Pelaksanaan PKL akan dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan antara lain:
a. Pengarahan pelaksanaan PKL oleh dosen pembimbing
b. Pengarahan pelaksanaan PKL oleh pimpinan PT. INDONESIA PRATAMA
c. Pelaksanaan kegiatan PKL di lapangan
d. Pembuatan laporan PKL beserta bimbingan laporan
e. Penyerahan laporan PKL di PT. INDONESIA PRATAMA
2. Pada proses pelaksanaan PKL di lapangan pihak PT. INDONESIA PRATAMA
mempunyai wewenang penuh terhadap proses pendidikan mahasiswa, terutama
penyerapan pengetahuan aplikatif di PT. INDONESIA PRATAMA
3. Setelah PKL di lapangan selesai mahasiswa wajib membuat laporan PKL yang
dibimbing oleh dosen pembimbing PKL.
4. Penilaian PKL terdiri dari dua unsur, yaitu penilaian dari pihak PT. INDONESIA
PRATAMA dan pihak Jurusan Teknik Geologi Universitas Mulawarman, yang
akan dilakukan oleh seorang dosen penguji.

Setelah mempertimbangkan tahap pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Jurusan


Teknik Geologi Universitas Mulawarman Samarinda berikut ini tabel perencanaan
Jadwal Pelaksanaan PKL sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan di PT. INDONESIA
PRATAMA

15
1.1 Tabel Perencanaan Jadwal Pelaksanaan PKL

Bulan ke-1 Bulan ke-2


Jenis Kegiatan
I II III IV I II III IV
Pengenalan perusahaan
Pengamatan dan Orientasi
lapangan
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan laporan
Presentasi kerja praktek

Keterangan :
Jadwal dan kegiatan ini bersifat fleksible, dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan.

16
BAB III
PENUTUP

Kegiatan PKL merupakan sarana untuk meningkatkan disiplin ilmu yang dapat
menggali wawasan dan pengetahuan mahasiswa, karena mahasiswa akan menerima hal
yang berbeda dengan yang diterima di bangku perkuliahan. Dengan dilaksanakan
kegiatan PKL ini, diharapkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia semakin
meningkat. Selain itu juga diharapkan terjalin kerja sama yang baik antara pihak
instansi/perusahaan dengan Universitas Mulawarman, guna mendukung kegiatan PKL
mendatang yang merupakan kegiatan periodik.

Demikian proposal ini kami buat dan kami ajukan. Besar harapan kami semoga
proposal yang kami ajukan dapat disetujui dan diterima. Kami berharap pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan di PT. INDONESIA PRATAMA dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkaitan. Apabila ada suatu hal yang belum dikemukakan dan terdapat
ketidaksesuaian jadwal atau hal lain maka proposal ini dapat diubah sesuai kesepakatan
beserta situasi dan kondisi (jadwal bisa berubah sewaktu-waktu, bersifat fleksibel).

17
DAFTAR PUSTAKA

Boggs, Sam, 1987, Principles of Sedimentary and Stratrigraphy, Merrill Publishing


Company, Ohio

Koesoemadinata R. P., 1981, Prinsip-Prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik Geologi,


Institut Teknologi Bandung.

18
LAMPIRAN

19
Biodata
Pelaksana Praktik Kerja Lapangan

1. Nama : Muhammad Reza Fauzie


Nim : 1609085003
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 01 November 1997
Alamat : Perumahan Panorama Jalan Angsoka No.41 Swarga
Bara, Sangatta Utara
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 082251643858
E-mail : rezafauzie7@gmail.com
Jurusan : Teknik Geologi
Program Studi : S1 Teknik Geologi
Fakultas : Teknik
Universitas : Mulawarman

2. Nama : Tomi Wiranto


Nim : 1609085040
Tempat, Tanggal Lahir : Tabang, 05 Oktober 1998
Alamat : Jalan Raya Sidomulyo, Kelurahan Sidomulyo,
Kecamatan Tabang
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 082351345539
E-mail : tomiwiranto05@gmail.com
Jurusan : Teknik Geologi
Program Studi : S1 Teknik Geologi
Fakultas : Teknik
Universitas : Mulawarman

20
3. Nama : Agung Prasetyo
Nim : 1609085042
Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 01 Agustus 1996
Alamat : Dusun Telaga Kencana RT.14 Kelurahan Manunggal
Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang.
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki - Laki
No. Telepon : 082340398787
E-mail : apras7054@gmail.com
Jurusan : Teknik Geologi
Program Studi : S1 Teknik Geologi
Fakultas : Teknik
Universitas : Mulawarman

21
22

Anda mungkin juga menyukai