Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Industri


Indonesia merupakan negara yang banyak akan cadangan batubara
khususnya Provinsi Sumatera Selatan dengan total cadangannya sebesar
22,24 milyar ton (Sumber: data dan Informasi Statistik Dinas Pertambangan
Energi Provinsi Sumatera Selatan, 2014) yang mana 45% dari total
Cadangan Batubara Nasional ada di Sumatera Selatan (Sumber: Kepala
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
2012) yang terbagi di beberapa Kabupaten yaitu Muara enim, Lahat, Musi
Banyuasin, Musi Rawas, OKI dan OKU.
Batubara merupakan energi alternatif yang sudah banyak diminati para
pelaku industri. Seiring dengan peningkatan produksi industri pengguna
batubara, maka permintaan pasar terhadap batubara ini semakin meningkat
terutama untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta dibidang
Industri lainnya seperti pembuatan semen dan peleburan logam.
Dengan semakin berkembangnya industri pertambangan di Provinsi
Sumatera Selatan khususnya di Lahat sangat mendukung pertumbuhan
ekonomi dan lapangan pekerjaan di wilayah tersebut. Untuk mengelola
industri pertambangan dengan baik diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang terlatih dan terdidik di Bidang Teknik Pertambangan. Kerja Praktek
Lapangan (KP/PKL) merupakan suatu syarat untuk mencapai sarjana S1
Teknik Pertambangan dan memenuhi kurikulum yang harus dilalui oleh
setiap mahasiswa/i Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
khususnya jurusan teknik pertambangan. Dengan adanya Kerja Praktek
Lapangan ini diharapkan mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan tentang
dunia kerja khususnya dunia pertambangan yang sesungguhnya di masa yang
akan datang.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun Tujuan diadakan Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahani penerapan secara nyata dari teori – teori yang
diperoleh selama belajar di kelas pada saat berada di lapangan.
2. Membandingkan antara teori yang ada dengan implementasinya dalam
pengoperasian kegiatan pertambangan.
3. Mengetahui dan memahami lebih jelas alur kegiatan pertambangan.
4. Menambah wawasan mengenai teknologi pertambangan yang semakin
berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi di lapangan
yang menuntut teknologi yang mampu bekerja mengimbangi kondisi
yang semakin sulit.
5. Memperoleh pengalaman bekerja di lapangan terkait dengan ilmu
pertambangan yang telah diperoleh.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Maksud dilaksanakannya Kerja Praktek disuatu perusahaan. Selain
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sarjana S1 Teknik Pertambangan
dan juga sebagai kegiatan mahasiswa untuk mencari pengalaman kerja
sebelum memasuki dunia kerja yang sesunguhnya. Karena pertumbuhan
perekonomian yang meningkat, didukung pula oleh tumbuhnya persaingan
dibidang industri pertambangan yang memaksa kita untuk ikut terjun kedalam
dunia industri pertambangan.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Prima Indojaya Mandiri


PT.Prima Indojaya Mandiri (PIM) didirikan dari rangkaian pengalaman
pendiri yang penuh tantangan dan tuntutan yang tinggi akan tanggung jawab,
diantaranya:
Sejak tahun 1980, selama dua belas tahun lebih melaksanakan Drilling
Maintenance Contract, pembangunan jetti pelabuhan hingga penataan
landskap untuk 382 rumah dinas Pertamina di Kalimantan.
Tahun 1993 masuk sektor pertambangan, melaksanakan serangkaian
pekerjaan meliputi konstruksi jalan tambang, pembuatan jalan hauling untuk
beban 140 ton hingga penambangan berskala penuh pada PT Adaro Indonesia
di Kalimatan Selatan, yang mencakup pemindahan tanah (Overburden) dan
ekskavasi batubara dan transportasi.
Dengan kekayaan berupa pengalaman dan kegigihan menanggulangi
berbagai hambatan dalam memikul tanggung jawab tersebut PT Prima
Indojaya Mandiri didirikan pada tahun 2002.
Sejak tahun 2003 perusahaan mensupply berbagai alat pendukung
produksi ke perusahaan kontraktor tambang Adaro, Kalimantan Selatan,
meliputi suku cadang, kendaraan operasional dan sejumlah alat berat untuk
pemeliharaan lokasi (pit maintenance).
Tahun 2011 perusahaan melakukan penambangan batubara meliputi
pembuatan jalan tambang sepanjang 12 kilometer untuk dumptruck kapasitas
72 ton, pekerjaan pengupasan tanah sebanyak 6 juta meter kubik serta
ekskavasi batubara dengan volume 1,5 juta batubara per tahun.
Tahun 2012, dengan peengalaman dan keahlian dalam bidang
pengolahan tanah (earthwork), perusahaan masuk kesektor konstruksi jalan
tol yang menuntut penataan pondasi yang berkualitas. Pekerjaan subgrade
sepanjang 14 KM diselesaikan tepat waktu.
Melangkah dengan penuh keyakinan, teguh memelihara kualitas dan
sepenuh hati menjaga kepercayaan mitra kerja, adalah prinsip yang tertanam
kuat pada para pemangku kepentingan (stakeholder) PT PIM, termasuk
karyawan.

2.2 Letak Geografis dan Kesampaian Daerah


2.2.1 Lokasi dan Luas Wilayah
IUP PT Bara Alam Utama (BAU) secara administrasi termasuk kedalam
Lecamatan Merapi Barat, Kabupaten lahat, Provinsi Sumatera Selatan dengan
luas wilayah ± 799,6 hektar dengan luas pit tambang PT Prima Indojaya
Mandiri ini ± 43 hektar untuk pit Barat dan Pit Timur ± 20 hektar.
Secara Geografis lokasi IUP PT Bara Alam Utama terletak antara
103039’30’’ – 103042’00’’ Bujur Timur dan antara 3046’40’’ – 3047’50’’
Lintang Selatan. Dengan batas-batas dan situasi sumber daya alam di sekitar
wilayah IUP PT Bara Alam Utama diuraikan sebagai berikut:
a) Di sebelah Utara, berbatasan langsung dengan wilayah IUP PT Muara
Alam Sejahtera (MAS)
b) Di sebelah Selatan, berbatasan langsung dengan wilayah IUP PT Sarana
Cipta Gemilang (SCG)
c) Di sebelah Barat, wilayah IUP terdapat sungai Lematang yang berjarak
sekitar 500 meter dari sisi luar bagian Barat wilayah IUP dan pada sisi
sebelah barat sungai Lematang tersebut terletak Desa Negeri Agung dan
Desa Lebak Bui yang merupakan wilayah pemukiman penduduk
terdekat dengan wilayah IUP. Di sebelah Barat Laut wilayah IUP
terdapat jaringan rel kereta api yang menghubungkan kota Lahat
dengan kota-kota yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan maupun
kota-kota yang terletak di Provinsi Lampung dan Bengkulu.
d) Di sebelah Timur, berbatasan langsung dengan wilayah IUP PT Bumi
Merapi Energi.
2.2.2 Kesampaian Daerah
Untuk mencapai daerah lokasi PT PIM dapat ditempuh dengan cara :
a) Dari Kota Lahata dengan menggunakan bus karyawan langsung ke
Workshop PT PIM dengan waktu ± 45 menit.
b) Sedangkan dari Kota Muara Enim langsung ke Workshop PT Pim
masih sama ± 45 menit dengan menggunakan bus karyawan. Untuk
lebih jelas bisa dilihat pada gambar

2.3 Kondisi Geologi Regional dan Stratigrafi


2.3.1 Geologi Regional
Secara umum wilayah Sumatera Selatan dikontrol oleh pergerakan
Lempeng Eurasia dan Lempeng Indonesia-Australia. Lempeng Indonesia-
Australia yang relatif bergerak, mendorong Lempeng Eurasia dengan arah
Utara-Timur Laut yang mengakibatkan adanya perubahan terhadap kondisi
batuan, morfologi, struktur geologi dan tektonik. Pengaruh pergerakan
lempeng terhadap tektonik di sumatera Selatan menghasilkan adanya
cekungan busur depan (fore arc basin), cekungan busur belakang (back arc
basin) dan cekungan antar busur (intramontana basin). Pada cekungan inilah
selanjutnya diendapkan batubara dengan masing-masing karakteristik yang
berbeda sesuai dengan lingkungan pengendapan batubara pada cekungan
tersebut. Berdasarkan aspek geologi regional tersebut, daerah penelitian
termasuk di dalam zona cekugan Sumatera Selatan yang berpengaruh oleh
Struktur geologi yang relative sederhana yaitu berupa struktur lipatan dengan
kemiringan yang relatif rendah (antara 50- 150) dan perbukitan homoklin yang
mempunyai arah kemiringan yang relatif Barat Timur. Cekungan Sumatera
Selatan merupakan salah satu faktor dari cekungan-cekungan yang terbentuk,
dimana klasifikasi tektonik di Indonesia termasuk gerak rotasi yang
berlawanan arah jarum jam sebesar 420. Secara garis besar struktur geologi
regional Sumatera meliputi:
a) Zona sesar Semangko merupakan hasil konvergen antara lempengan
Samudra Hindia ke arah Timur Laut dengan Sumatera, akibatnya
timbul gerak rotasi right lateral antara lempeng Samudra Hindia dan
Pulau Sumatera.
b) Perlipatan dengan arah Barat Laut-Tenggara akibat efek pilihan gaya
kopel Sesar Semangko. Struktur perlipatan di daerah cekungan
Sumatera Selatan terbentuk akibat oroggenesa plio-plistosen
dikelompokkan menjadi tga, yaitu:
1) Antiklinorium utama dari Selatan ke Utara
2) Antiklinorium Muara Enim
3) Antiklinorium Pendopo-Benakat Fan Antiklinorium Palembang

Geologi regional daerah Lahat termasuk kedalam sub cekungan


Palembang yang merupakan bagian dari cekungan Sumatera Selatan yang
diendapkan selama zaman konozoikum terdapat urutan litologi yang terdiri
dalam 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok Palembang terdiri dari formasi Air
benakat, formasi Muara Enim dan formasi Kasai. Peta geologi regional Lahat
dapat dilihat pada gambar 2
2.3.2 Morfologi
Berdasarkan analisa topografi, kenampakan di lapangan maka satuan
morfologi di wilayah PIT PIM termasuk dalam morfologi perbukitan
bergelombang. Sedangkan ketinggiannya berkisar antara 50-150 meter yang
dibentuk oleh batu lempung, batu lanau, batu pasir dan batubara.
Sungai itama yang terdapat sekitar wilayah PIT PIM adalam sungai
Kungkulian yang lebarnya 6-8 meter, sungai Senapo dan sungai Sandaran
dengan lebar 3-4 meter dan semuanya akan bermuara ke sungai Lematang.
Pola aliran sungai secara umum adalah dendritik, yangdimana adanya
cabang dan ranting-ranting sungai utama yang relatif belum sempurna yang
membentuk satu sama lain. Pada satuan morfologi bergelombang seperti
perbukitan sedang, dan erosi horizontal lebih dominan daripada vertikal yang
dibuktikan dengan keberadaan lembah-lembah berbentuk huruf “V” menuju
ke huruf “U”. Pada beberapa lokasi dijumpai adanya kelok-kelok sungai
(meandering) dan sedimentasi pada pinggiran sungai yang berupa alluvial
sungai.

2.3.3 Statigrafi Regional


Stratigrafi regional cekungan yang berada di Sumatera Selatan bisa
dilihat pada gambar berikut,
a) Batuan Pra Tersier
Tersusun oleh andesit, filit, kuarsit, batu gamping, granit,
granodiorit. Menurut Gefoer dan Pardede (1998), kelompok batuan ini
merupakan kelompok bancuh (melange) yang berasal dari tumbukan
Lempeng Samudra Hindia dan Lempeng Asia Tenggara.
b) Formasi Gumai
Puncak Transgesi pada cekungan Sumatera Selatan dicapai pada
waktu pengendapan formasi Gumai Sehingga Formasi ini mempunyai
penyebaran yang sangat luas pada cekungan Sumatera Selatan. Formasi
ini diendapkan selaras di atas formasi Baturaja dan anggota Transisi
foraminifera dengan sisipan batu pasir gampingan pada bagian bawah
dan sisipan batu gamping pada bagian tengah dan atasnya.
c) Formasi Lahat
Formasi ini tersusun oleh tuffan breksi, breksi dan konglomerat.
Pada tempat yang lebih dalam, fasiesnya berubah menjadi serpih, tuffan,
batu lanau dan batu pasir dengan sisipan batubara.
d) Formasi Baturaja
Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu dan batu gamping
Detritus, ke arah cekungan berubah fasies menjadi serpih, napal dengan
sisipan tipis batu gamping dari formasi gumai. Formasi terletak tidak
selaras di atas batuan pra tersier.
e) Formasi Air Benakat
Pada formasi Air Benakat ini terdapat pengendapan batu pasir secara
selaras di atas Formasi Gumai ini terjadi pada Miosen Tengan – Miosen
Akhir di lingkungan neritik-laut dangkal.
f) Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim merupakan indikasi yang mengandung
batubara (coal measure) dicirikan dengan adanya batu lempung, batu
lanau dan batu pasir yang dominan. Di daerah Air Laya, Formasi Muara
Enim tertinggi oleh endapan Sungai Tua secara tidak selaras.
g) Formasi Kasai
Formasi ini dicirikan oleh tuffan yang berwarna putih, seperti yang
tersingkap di daerah Suban maupun Klawas. Terdiri dari interbed tuffan,
batu pasir, batu lanau tuffan, batu lempung tuffan dan batubara tipis.
Kondisi morfologi, geologi (statigrafi dan struktur geologi) merupakan
pencerminan rona awal yang berpotensi terkena dampak adanya aktivitas
penambangan batubara saat ini.

2.4 Kualitas dan Sumber Daya Batubara


2.5 Tenaga Kerja dan Peralatan
2.5.1 Tenaga Kerja
PT PIM mempunyai struktur organisasi garis dan staf fungsional.
Didalam organisasigaris dan staf ini terdepat spesialisasi yang beraneka
ragam yang dipergunakan secara maksimal dalam melaksanakan
pekerjaannya, dimana anggota dapat meminta pengarahan serta informasi dari
staf kemudian pengarahan yang diberikan staf dapat dijadikan pedoman bagi
pelaksanaan dan staf mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan
pekerjaannya. Dikatakan fungsional karena pembagian kerja sesuai dengan
kemampuan pekerja masing-masing.
Fungsional dimaksudkan pembagian atas struktur dan pembagian akan
tugas langsung dilapangan lebih dipercayakan kepada pekerja yang memang
kemampuannya terdapat pada bagiannya. Kelebihan akan struktur fungsional
tersebut ialah kejelasan akan perintah yang diberikan, pekerja akan bekerja
sesuai bidangnya, arahan diberikan langsung kepada project manager
langsung ke kepala masing-masing bagian.
Pola recuitment karyawan PT Prima Indojaya Mandiri membutuhkan
tenaga kerja yang kompeten, berpengalaman di dunia pertambangan, dengan
melakukan tes tertulis dan tes wawancara yang mana bertujuan untuk
menentukan apakah calon pegawai tersebut sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan oleh perusahaan dan untuk menentukan posisi yang sesuai dengan
ilmu yang dimiliki. Adapun bagan struktur organisasi PT PIM dapat dilihat
pada gambar
2.5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan aktifitas
penambangan saat ini bisa dikategorikan peralatan besar dan dari brand terkenal
seperti Caterpilar, Hitachi, Komatsu, Nissan dan masih banyak lagi, dapat dilihat
pada tabel.

No Remark Type Quantity Capasity


1 Pit Service CAT-320 2 1,2 m3
2 Excavator Coal Getting CAT-336 2 1,6 m3
Hitachi-ZX470 2 9111 kg
3 Excavator (OB Removal) CAT-390D 1 6 m3
CAT-390F 5 6 m3
4 OHT (OB Hauler) CAT-773E 17 61 Ton
CAT-775F 14 70 Ton
5 DT (Coal Hauler) CWB 45 ALDN 13 30 Ton
DT HINO FM350 5 28 Ton
6 Bulldozer (Mine Support) CAT-D6R 3 22.250 kg
CAT-D9R 3 16,4 m3
CAT-D9T 2 16,4 m3
7 Motor Grader(Mine Support) Komatsu 705A-4 1 Fuel capaity
Caterpilar 120K 2 305L
8 Water Truck Iveco 1 16.000 L
CWE 09 1 16.000 L
Ex DT-20/CWB 45 1 16.000 L
9 Dewatering PM 08 2 -
Multiflow 1 -
10 Fuel Truck Nissan CWE 280 2 20.000 L
11 Lube Truck Trakker / Quester 2 4000 L
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Kegiatan Pendahuluan


Kegiatan pendahuluan dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Induksi SHE dan pengenalan dengan karyawan PT. Prima Indojaya
Mandiri
2. Pengarahan dari Dept. Head engineering PT. Prima Indojaya
Mandiriuntuk rencana kegiatan kerja praktek selama di PT. PIM
3. Pembagian dan pengarahan pembimbing lapangan

3.2 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek


3.2.1 Lokasi Kerja Praktek
Lokasi Kerja Praktek di Lakukan di PT Prima Indojaya Mandiri di IUP
PT Bara Alam Utama secara admistratif termasuk kedalam Kecamatan
Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

3.2.2 Waktu Kerja Praktek


Waktu Kerja Praktek dilaksanakan mulai dari tanggal 19 Agustus 2019 –
19 September 2019.

3.3 Kegiatan Praktek Kerja Industri


Adapun aktual timeframe dari kegiatan kerja praktek industri selama 28 hari
dapat dilihat pada tabel
3.4 Pengamatan Masalah
BAB IV

KASUS DAN IDENTIFIKASI MASALAH

4.1 Latar Belakang Masalah


Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan
tertentu dengan bidang horizontal lereng dapat terbentuk secara alamiah
karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang
terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan
lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat
jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal serta
tambang terbuka.
Kestabilan lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah,
batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia
(pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan ini
berhubungan dengan bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada
pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi,
penambangan dan lain-lain.
Dalam operasi penambangan masalah kestabilan lereng ini akan
ditemukan pada penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan air
kerja, tempat penimbunan limbah buangan (tailing disposal) dan penimbunan
bijih (stockyard). Apabila lereng-lereng yang terbentuk sebagai akibat dari
proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana penunjang
operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan
mengganggu kegiatan produksi.
PT Bara Alam Utama selaku owner dari PT Prima Indojaya Mandiri
merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang melakukan
penambangan dengan metode open pit mining sehingga masalah kestabilan
lereng sangat banyak ditemukan pada lereng penambangan. PT BAU
memiliki desain lereng dengan tinggi 10 meter dan standar faktor keamanan
1,5 yang bermaterial claystone, sandy claystone dan sandstone.
Menurut Kepmen Pertambangan dan Energi No. 555 tahun pada pasal
241 yang memuat ketentuan bahwa tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan
yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat, kerikil dan
material lepas lainnya tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara
mekanik. Hal tersebut mendasari penulis untuk mengambil judul “Evaluasi
Kestabilan Lereng High Wall Pit (III) PT Prima Indojaya Mandiri”

4.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dalam proposal Kerja Praktek ini adalah:
1. Kemiringan lereng yang terlalu curam
2. Topografi dari daerah penelitian
3. Material dan struktur geologi dari daerah penelitian
4. Parameter tanah

4.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah yang di bahas dalam Kerja Praktek ini adalah:
1. Melakukan evaluasi terhadap faktor keamanan lereng menggunakan
perangkat lunak GEOSTUDIO.
2. Sampel yang digunakan adalah tanah yang tak terganggu (undisturb)
3. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian secara fisik.

4.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hasil pengujian sifat fisik tanah pada setiap lapisan ?
2. Bagaimana hasil evaluasi perhitungan faktor keamanan lereng di PT
Prima Indojaya Mandiri ?

4.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter tanah pada setiap lapisan
tanah yang ada di PT Prima Indojaya Mandiri.
2. Untuk mendapatkan nilai Faktor Keamanan Lereng di PT Prima
Indojaya Mandiri
4.6 Manfaat Penelitian
1. Mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah, serta
menambah pengetahuan praktis mengenai kegiatan penambangan
terutama mengenai kestabilan lereng tambang.
2. Memberikan masukan kepada perusahaan tentang metode perkuatan
lereng secara alami sehingga dapat menghasilkan faktor keamanan
lereng yang aman sesuai standar yang berlaku pada perusahaan
tambang di Indonesia.
3. Bagi mahasiswa proposal ini dapat di gunakan sebagai referensi dalam
pembuatan laporan selanjutnya.
4.7 Tinjauan Pustaka
4.7.1 Tanah
4.7.2 Tanah Lempung
4.7.3 Uji Sifat Fisik Tanah
4.7.4 Lereng dan Longsoran
4.7.5 Kestabilan lereng
4.7.6 Geostudio

Anda mungkin juga menyukai