OLEH :
KELOMPOK II
1. Dwi Widya Nandasari (06131381823050)
2. Indah Amalia (06131381823053)
3. Dwi Anggia F. S. (06131381823054)
4. Rifdah Faradillah (06131381823059)
5. Sendy Putri M. (06131381823060)
6. Valen Putri R. (06131381823061)
7. Olivia (06131281823067)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmatdan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan laporan hasil observasi kami di Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan laporan ini. Pada proses penulisan laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran, dan usul guna penyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
2. Tujuan .............................................................................................. 2
3. Manfaat ........................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................ 18
B. Saran....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi
kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei
diperingati sebagai Hari Museum Internasional.
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam, budaya, gedung, dan benda-
benda bersejarah yang sangat berharga. Sebagai warga Negara Indonesia kita
harus mampu menjaga dan melestarikan kekayaan yang ada di Indonesia.
Sebagai salah satu contoh tempat wisata di Palembang yaitu Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II.
2. Tujuan
1) Mengatahui tentang sejarah kota Palembang
2) Mengetahui tentang sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
3) Mengetahui tentang peninggalan Kesultanan Palembang
3. Manfaat
1) Mengetahuai sejarah adanya kota Palembang
2) Menambah wawasan tentang peninggalan bersejarah
3) Mengetahui apa saja peninggalan yang pernah ada pada masa Sultan
Mahmud Badaruddin II
4) Lebih menghargai peninggalan bersejarah
BAB II
ISI
1. Profil Museum
Lokasi museum ini awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan
Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang.
Setelah penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan
oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823. Penghapusan
Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah kolonial
Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di
penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi
gerakan politik untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.
Segera setelah pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah
gedung baru dibangun di atas reruntuhannya. Bangunan pertama selesai pada
tahun 1824 dan diberi nama Gedung Siput. Belakangan sebuah bangunan
kembali dibangun dalam gedung yang saat ini berdiri di situs tersebut.
Bangunan baru adalah bangunan batu dua lantai yang dibangun dengan gaya
yang memadukan gaya Eropa dengan arsitektur tropis Hindia, berfokus pada
gaya rumah bari tradisional yang ditemukan di Palembang. Pada tahun 1825,
gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial. Pada tahun 1920-
an bangunan tersebut direnovasi dengan penambahan lebih banyak kaca.
Selama Perang Dunia II, bangunan tersebut digunakan sebagai markas militer
Jepang.
1) Aesan Gede
Ciri khas lain pada busana aesan gede adalah pada aksesori kepala
yang dikenakan masing-masing pengantin. Pengantin perempuan
mengenakan mahkota karsuhun sedangkan pengantin pria mengenakan
kopiah cuplak.Selain itu, pengantin aesan gede juga memakai dua
selendang sawit yang dikenakan menyilang dari bahu kanan ke pinggang
bagian kiri dan dari bahu kiri ke pinggang bagian kanan.
Yang menjadi ciri khas dari aesan gede adalah, pengantin pria
menggantungkan saputangan segitigo di jari tengah tangan kanan, dan
pengantin perempuan mengenakannya di tangan kelingking tangan kanan.
Sapu tangan segitigo warna merah berbahan beludru berhiaskan motif
bunga melati emas di salah satu bagian sisinya.
2) Aesan Paksangko
Baju kurung merah bermotif detil bunga bintang keemasan ini dulunya
sebagai pakaian adat Palembang bagi rakyat biasa yang disempurnakan
dengan tengkupan terate dada. Bagian bawah dipadankan dengan balutan
songket berkilau sehingga menyempurnakan kesan mewah.Model mahkota
paksangko diperkaya ragam aksesori keemasan yang menghiasi kepala
merupakan salah satu jejak pengaruh kuat akulturasi budaya Tionghoa
sejak berabad silam di tanah Palembang.
2) Akikahan
Kain Alas : kain batik sebanyak 7 lembar sebagai alas bayi ssat
digendong
Singep dan Pilis : singep sebagai selimut dan pilis sebagai tutup
kepala diletakkan di kening bayi
Selendang Songket : digunakan untuk mengendong bayi
Nampang Kuningan : digunakan untuk air cacapan dan gunting
Gunting : digunakan pada saat acara akikah untuk menggunting
rambut bayi yang baru lahir
Wadah Cacapan : sebagai tempat untuk meletakkan air dan bunga
cacapan yang akan digunakan pada proses akikah
Kitab Al-Barzanji : berisikan pujian-pujian kepada Allah serta do’a
untuk bayi yang baru lahir
3) Kelahiran
4) Lamaran
Kendi Susu
Kendi ini dibuat dengan menggunakan bahan tanah liat dan
menggunakan teknik roda putar, kendi susu banyak dijumpai disitus-
situs arkeologi pada masa Majapahit, termasuk di Trowulan, lokasi di
ibu kota Majapahit.
Kendi Lokal
Teknik pembuatan kendi ini dengan menggunakan roda putar. Kendi
seperti ini sampai sekarang masih dipasarkan disejumlah warung yang
menjual peralatan dari tembikar Kayu Agung.
Kendi Cina
Kendi yang terbuat dari keramik yang berlambang burung hong yang
berlambang burung surge ini berasal dari Cina, tepatnya Dinasti Ming
pada abad ke 13-14 M, berfungsi untuk minum arak.
Kendi Lokal Kayu AgungKendi ini terbua dari Gerabah ditemukan
dikota Kayu Agung OKI Sumatra Selatan berfungsi sebagai tempat air
minum.
Kendi Air Mawar 1 dan 2
Kendi ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dari Gerabah,
diisi dengan air bunga mawar. Kendi ini digunakan pada acara rumah
sejak dulu hingga masa sekarang. Kendi ini digantungkan diatas
bumbungan yang bermakna sebagai lambang keselamatan bagi
penghuni rumah.
6) Timbangan
7) Sejata Tradisional
ROODOOS
Selain keris dan tombak lado ada juga sejenis senjata seperti pedang
(perang) yang disebut Roodoos jenis senjata ini digunakan terutama jika
suasana dalam keadaan gawat pada umumnya gagang Roodoos dibuat dari
bahan tanduk kerbau yang diberi ukiran berbagai motif.
TUMBAK LADO
Berdasarkan hasil pengamatan kursi tamu ini terbuat dari kayu jati dan
dipadu dengan anyaman rotan dihiasi oleh kulit kerang, menggambarkan
pengaruh colonial yang ada di kota Palembang digunakan sebagai tempat
duduk pengganti ambal untuk menerima tamu. Ukuran tinggi kursi 96 cm
dan lebar kursi 58 cm. Meja antic beralas kulit kerang sebagai tempat
menaruh makanan dan minuman.
9) Tempat Tidur Pengantin
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Transkip Wawancara
Keterangan :
T : Tanya
J : Jawab
T : Apa saja hal yang ada di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II?
J : Disini Saya terangkan ada dua sejarah di Museum ini yaitu Kerajaan
Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Pertama Kerajaan Sriwijaya ini ada
dua periode zaman yaitu Hindu dibawah abad ke-6 dan Budha abad ke 7-12.
Keberadaan kerajaan ini dikuatkan dengan salah satu prasasti yaitu Prasasti
Kedukan Bukit. Prasasti ini ditemukan dekat Sungai Kedukan Bukit itulah
asal nama Prasati Kedukan Bukit. Jadi berdasarkan keputusan Presiden RI
No.063 tahun 1984 Sultan Mahmud Badaruddin II diangkat menjadi
Kepahwanan Nasional di zaman Soerharto dikarenakan ketika beliau
dikalahkan oleh belanda ditawarkan jadi raja tapi dibawah naungan Belanda
beliua tidak suka dipengaruhi bangsa asing dan beliau menolak karna tidak
mau bekerja sama dengan bangsa asing. Beliau diasingkanke Ternate,
Maluku Utara. Beliau tidak boleh membuat kerajaan disana, tidak boleh
pulang ke Palembang, dan hanya boleh menjadi petani atau pedagang. Beliau
ucapkan “saya terima”. Akhirnya beliau meninggal di Ternate, Maluku Utara.
Sebelum nama Museum SMB II ini adalah rumah yang terletak di pinggir
Sungai Musi, rumah ini adalah rumah Residen Belanda, orang – orang tua
bilang rumah tuan besar. Rumah ini dibangun oleh Meennir Van Seven
Houven pada tahun 1823-1825. Dari rumah inilah Belanda memerintah
Sumbangsel. Kemudian 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan terjadi Butaico
tempat tentara Jepang termasuk Benteng Kuto Besak. Tahun 1944 bom atom
jatuh di Hirosima dan Nagasaki, kemudian Jepang pulang ke negrinya dan
Belanda menduduki Palembang pada tahun 1949. Pada tahun 1947 terjadi
perang 5 hari 5 malam (1-5 januari), maka dari itu didirikan Monumen tahun
1988 yaitu Monumen Perjuangan Rakyat.
J : Menurut Saya, perkembangan Museum ini maju, sebelum jadi guide diberi
penataran oleh dosen – dosen pariwisata, seperti pariwisata, bahasa inggris,
PK3, sejarah, dan mengenai Sapta Pesona. Menurut Saya, guide harus full
comensen (penuh keterampilan), karena yang dihadapi bukan masyarakat
biasa terkadang orang asing seperti mahasiswa dari luar negeri dan dalam
negeri. Dalam menunjang pariwisata harus kita hafal sapta pesona dan kita
berusaha untuk membuat tamu – tamu negara seperti di rumah sendiri. Ada
yang istimewa saya pernah mendapat uang kaget dari RCTI.
J : Karena barang sedang ditata, Saya tidak dapat menyebutkannya. Tapi yang
Saya lihat yaitu dari Kerajaan Sriwijaya seperti Telaga Batu, Kesultanan
Palembang yaitu Silsilah Kerajaan Palembang dan asal – usul nenek moyang
Raja Palembang. Di sini hanya duplikat yang asli ada di Museum Nasioal.
T : Sekian Pak wawancara dari Saya, Saya ucapkan terima kasih banyak kepada
Bapak Abisofyan yang telah memberikan informasi tentang Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II ini.
Gambar di atas diambil ketika selesai melakukan observasi
Gambar diatas diambil ketika pemandu museum menjelaskan salah satu benda di dalam museum
Pemandu museum menjelaskan tentang peta ma huan