Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN OBSERVASI

MUSEUM SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II

OLEH :
KELOMPOK II
1. Dwi Widya Nandasari (06131381823050)
2. Indah Amalia (06131381823053)
3. Dwi Anggia F. S. (06131381823054)
4. Rifdah Faradillah (06131381823059)
5. Sendy Putri M. (06131381823060)
6. Valen Putri R. (06131381823061)
7. Olivia (06131281823067)

SEMESTER I / PGSD PALEMBANG


DOSEN PENGAMPUH :
Bunda Harini, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmatdan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan laporan hasil observasi kami di Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan laporan ini. Pada proses penulisan laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran, dan usul guna penyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, 02 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1. Latar belakang ............................................................................... 1

2. Tujuan .............................................................................................. 2

3. Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II ISI .................................................................................................... 3

1. Profil Museum SMB II ................................................................... 3

2. Peninggalan yang Ada di Museum SMB II ................................. 3

a. Pakaian Adat ............................................................................ 5

D. Sumber Hukum Islam............................................................. 6

E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan

Penegakan Hukum Islam........................................................ 7

BAB III PENUTUP .................................................................................. 18

A. Kesimpulan ............................................................................ 18

B. Saran....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi
kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei
diperingati sebagai Hari Museum Internasional.
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam, budaya, gedung, dan benda-
benda bersejarah yang sangat berharga. Sebagai warga Negara Indonesia kita
harus mampu menjaga dan melestarikan kekayaan yang ada di Indonesia.
Sebagai salah satu contoh tempat wisata di Palembang yaitu Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II.

Banyak sekali benda-benda bersejarah yang belum diketahui, termasuk


sejarah awal kota Palembang itu ada. Maka dari itu dengan adanya kunjungan
ke Museum ini kami dapat mengetahui bagaimana sejarah kota Palembang itu
dan apa saja peninggalan bersejarah yang ada di kota Palembang

2. Tujuan
1) Mengatahui tentang sejarah kota Palembang
2) Mengetahui tentang sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
3) Mengetahui tentang peninggalan Kesultanan Palembang
3. Manfaat
1) Mengetahuai sejarah adanya kota Palembang
2) Menambah wawasan tentang peninggalan bersejarah
3) Mengetahui apa saja peninggalan yang pernah ada pada masa Sultan
Mahmud Badaruddin II
4) Lebih menghargai peninggalan bersejarah
BAB II

ISI

1. Profil Museum

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah museum di kota


Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Museum ini didirikan di bekas
bangunan rumah residen kolonial Sumatera Selatan abad ke-19. Bangunan ini
juga menjadi gedung dinas pariwisata Palembang.

Lokasi museum ini awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan
Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang.
Setelah penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan
oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823. Penghapusan
Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah kolonial
Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di
penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi
gerakan politik untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.
Segera setelah pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah
gedung baru dibangun di atas reruntuhannya. Bangunan pertama selesai pada
tahun 1824 dan diberi nama Gedung Siput. Belakangan sebuah bangunan
kembali dibangun dalam gedung yang saat ini berdiri di situs tersebut.
Bangunan baru adalah bangunan batu dua lantai yang dibangun dengan gaya
yang memadukan gaya Eropa dengan arsitektur tropis Hindia, berfokus pada
gaya rumah bari tradisional yang ditemukan di Palembang. Pada tahun 1825,
gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial. Pada tahun 1920-
an bangunan tersebut direnovasi dengan penambahan lebih banyak kaca.
Selama Perang Dunia II, bangunan tersebut digunakan sebagai markas militer
Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut menjadi markas besar


Tentara Nasional Indonesia bernama Kodam II/Sriwijaya untuk waktu yang
singkat. Kemudian diserahkan kepada pemerintah kota Palembang sebelum
akhirnya diubah menjadi museum pada tahun 1984.Pengambilan benda-benda
untuk Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dimulai pada tahun 1984 ketika
rumah bari, sebuah rumah limas yang otentik, diangkut ke lokasi baru di
Museum Balaputradewa. Beberapa koleksi yang sebelumnya disimpan di
rumah bari dipindahkan ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

2. Peninggalan yang Ada di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II


a. Pakaian Adat

Berdasarkan sejarah, pakaian Adat Palembang berasal dari zaman


kesultanan Palembang sejak abad ke-16 hingga abad ke-19 pertengahan. Pada
awal, baju Adat Palembang ini hanya boleh dan dapat digunakan oleh orang
tertentu, seperti raja, pangeran, dan priyai. Tidak boleh sembarang orang
menggunakannya.
Namun, seperti yang kita ketahui, pada masa saat ini, pakaian Adat dari
Sumatera Selatan ini boleh digunakan oleh siapapun pada saat acara
pernikahan. Jadi tidak harus raja lagi yang menggunakan pakaian ini.
Salah satu warisan budaya tersebut misalnya dapat ditemukan pada
pakaian Adat Palembang yang hingga kini masih sering digunakan bagi para
pengantin dalam upacara Adat pernikahan. Pakaian Adat Palembang, ada 2
jenis gaya busana yang menjadi pakaian Adat Palembang. Keduanya yaitu
aesan gede dan aesan pasangko.

1) Aesan Gede

Aesan Gede merupakan simbol kebesaran para raja Sriwijaya, yang


kemudian diterjemahkan dalam gaya tata rias dan busana pengantin
Palembang. Baik pengantin pria maupun pengantin perempuan sama-sama
mengenakan dodok menggunakan songket Palembang yang bagian dada
dan bahunya kemudian ditutupi terate. Hanya saja, pengantin pria
mengenakan bawahan berupa celana songket motif pucuk rebung.

Ciri khas lain pada busana aesan gede adalah pada aksesori kepala
yang dikenakan masing-masing pengantin. Pengantin perempuan
mengenakan mahkota karsuhun sedangkan pengantin pria mengenakan
kopiah cuplak.Selain itu, pengantin aesan gede juga memakai dua
selendang sawit yang dikenakan menyilang dari bahu kanan ke pinggang
bagian kiri dan dari bahu kiri ke pinggang bagian kanan.
Yang menjadi ciri khas dari aesan gede adalah, pengantin pria
menggantungkan saputangan segitigo di jari tengah tangan kanan, dan
pengantin perempuan mengenakannya di tangan kelingking tangan kanan.
Sapu tangan segitigo warna merah berbahan beludru berhiaskan motif
bunga melati emas di salah satu bagian sisinya.

2) Aesan Paksangko

Baju kurung merah bermotif detil bunga bintang keemasan ini dulunya
sebagai pakaian adat Palembang bagi rakyat biasa yang disempurnakan
dengan tengkupan terate dada. Bagian bawah dipadankan dengan balutan
songket berkilau sehingga menyempurnakan kesan mewah.Model mahkota
paksangko diperkaya ragam aksesori keemasan yang menghiasi kepala
merupakan salah satu jejak pengaruh kuat akulturasi budaya Tionghoa
sejak berabad silam di tanah Palembang.

Selain mahkota paksangko, kepala pengantin perempuan juga dihiasi


kembang goyang, kembang kenango, kelapo standan, dan lain-
lain.Sedangkan pengantin pria mengenakan busana senada dengan seluar
pengantin (celana pengantin), selempang songket, serta songkok (kopiah)
berwarna emas.
3) Pakaian Sultan

Berdasarkan hasil pengamatan kami, Baju Kesultanan Palembang


adalah baju yag dulunya dipakai oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, pada
masa pemerintahannya. Dilengkapi dengan sandal, senjata dan
sebagaianya.

b. Alat-alat Tradional Palembang


1) Khitanan

Berdasarkan hasil pengamatan kami, baju pengantin sunat terdiri dari:

 Jubah : Perlengkapan busana pengantin sunat atau khitanan


 Takep dado : takep dado di papaki untuk kelengkapan busana
pengantin laki-laki
 Celano Balabas : sebagai pelengkap busana pengantin laki-laki
 Kain Songket Tanjung Rumpak : kain songket khusus pria yang
juga di guanakan sebagai pelengkap pakaian pengantin
 Badong : pelengkap busana pakaian adat baik untuk pakaian
pengantin ataupun pakaian kesultanan
 Kopiah Bludru : pelengkap pakaian anak-anak setelah khitanan
 Ketu : pelengkapan pakaian anak-anak setelah di khitan
 Kain pelekat : Kain ini dipakai setelah anak di khitan
 Kain Rumpak : Kain ini di pakai pada acaar khitanan
 Kebaya pendek : baju ini biasa di pakai oleh anak-anak bangsawan
 Telok Belango : Baju ini di pakai sebagai pelengkapan khitanan
 Bokor Kuningan sebagai pelengkap khitanan
 Damparan : untuk tempat duduk anak-anak yang di khitan
 Lamat/kasur : Tempat tidur anak setelah di khitan, dilengkapi bantal
dan kelambu

2) Akikahan

Berdasarkan hasil pengamatan kami, perlengkapan dari akikahan


berupa:

 Kain Alas : kain batik sebanyak 7 lembar sebagai alas bayi ssat
digendong
 Singep dan Pilis : singep sebagai selimut dan pilis sebagai tutup
kepala diletakkan di kening bayi
 Selendang Songket : digunakan untuk mengendong bayi
 Nampang Kuningan : digunakan untuk air cacapan dan gunting
 Gunting : digunakan pada saat acara akikah untuk menggunting
rambut bayi yang baru lahir
 Wadah Cacapan : sebagai tempat untuk meletakkan air dan bunga
cacapan yang akan digunakan pada proses akikah
 Kitab Al-Barzanji : berisikan pujian-pujian kepada Allah serta do’a
untuk bayi yang baru lahir

3) Kelahiran

Berdasarkan hasil pengamatan kami, perlengkapan-perlengkapan dalam


menanti kelahiran berupa:

 Kitab Manakib Syech Muhammad Saman : kitab ini dibaca saat


acara tujuh bulanan guna mendoakan agar bayi yang dikandung
sehat dan selamat saat dilahirkan
 Rago rotan : rago atau wadah yang terbuat dari anyaman rotan ini
berfungsi sebagai tempat meletakkan pakaian bayi dan
perlengkapannya.
 Rago rak : terbuat dari kayu mahoni yang di cat fungsinya untuk
meletakkan pakaian bayi
 Botekan baju : berbentuk segi 8 gunanya untuk menyimpan baju
bayi.
 Buyung : terbuat dari gerabah fungsinya untuk menyimpan ari-ari
bayi sebelum ditanam
 Bokor kuningan : sebagi tempat cuci tangan
 Botekan jamu : tempat menyimpan aneka jamu yang digunakan
bagi ibu-ibu yang melahirkan
 Ranjang bayi : seabgai tempat tidur bayi

4) Lamaran

Foto diatas merupakan perlengkapan untuk lamaran, berdasarkan hasil


pengamatan perlengkapan untuk lamaran berupa:

 Nampan : digunakan untuk membawa ponjen yang berisi uang asap


 Tepak dan peraltan perjinangan: terbuat dari kayu ini digunakan
untuk menyimpan wadah temako, wadah getah, tempat minyak
bibir, wadah kapur, dan tempat gempir.
 Dulang lak : terbuat dari kayu gunanya untuk membawa gegawaan
calon pengantin laki-laki seperti gula, susu, kecap, telur, dll.
 Kulak : untuk menerima gegawaan calon pengantin lelaki
 Sangke/tenong: terbuat dari bambu untuk membawa gegawaan.
Setelah di isi dengan sembako sangke di bungkus dengan taplak
batik
 Ponjen kecik : terbuat dari kain yang di jahit menyerupai kantong,
yang di ujung kantong di beri tali agar bisa diserut dan di ikat.
Ponjen ini digunakan untuk membawa uang asap tapi untuk yang
nilai nominal lebih kecil
 Ponjen besak : membawa uang asap nominal yang besar
 Manggis : wadah untuk membawa uang asap.
5) Kendi

Berdasarkan hasil pengamatan, kendi- kendi diatas terdiri dari :

 Kendi Susu
Kendi ini dibuat dengan menggunakan bahan tanah liat dan
menggunakan teknik roda putar, kendi susu banyak dijumpai disitus-
situs arkeologi pada masa Majapahit, termasuk di Trowulan, lokasi di
ibu kota Majapahit.
 Kendi Lokal
Teknik pembuatan kendi ini dengan menggunakan roda putar. Kendi
seperti ini sampai sekarang masih dipasarkan disejumlah warung yang
menjual peralatan dari tembikar Kayu Agung.
 Kendi Cina
Kendi yang terbuat dari keramik yang berlambang burung hong yang
berlambang burung surge ini berasal dari Cina, tepatnya Dinasti Ming
pada abad ke 13-14 M, berfungsi untuk minum arak.
 Kendi Lokal Kayu AgungKendi ini terbua dari Gerabah ditemukan
dikota Kayu Agung OKI Sumatra Selatan berfungsi sebagai tempat air
minum.
 Kendi Air Mawar 1 dan 2
Kendi ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dari Gerabah,
diisi dengan air bunga mawar. Kendi ini digunakan pada acara rumah
sejak dulu hingga masa sekarang. Kendi ini digantungkan diatas
bumbungan yang bermakna sebagai lambang keselamatan bagi
penghuni rumah.
6) Timbangan

Berdasarkan hasil pengamatan Timbangan adat ini yang biasa


dilakukan pada proses munggah dalam sebuah pernikahan. Timbangan ini
untu menimbang topi pengantin pria melambangkan mereka akan setia
sekata menjalani kehidupan perkawinan.

7) Sejata Tradisional

 ROODOOS

Selain keris dan tombak lado ada juga sejenis senjata seperti pedang
(perang) yang disebut Roodoos jenis senjata ini digunakan terutama jika
suasana dalam keadaan gawat pada umumnya gagang Roodoos dibuat dari
bahan tanduk kerbau yang diberi ukiran berbagai motif.
 TUMBAK LADO

Merupakan jenis senjata yang berbentuk mata tumbak (tombak) agak


melengkuk sedikit, dan bagian belakangnya (punggung) tebal.Gagang hulu
tombak lado dibuat dari tanduk kerbau atau dari kayu yang diukir sama
juga halnya dengan keris, bagi orang – orang kaya sarungnya diberi
pendok.

8) Kursi dan Meja Tamu

Berdasarkan hasil pengamatan kursi tamu ini terbuat dari kayu jati dan
dipadu dengan anyaman rotan dihiasi oleh kulit kerang, menggambarkan
pengaruh colonial yang ada di kota Palembang digunakan sebagai tempat
duduk pengganti ambal untuk menerima tamu. Ukuran tinggi kursi 96 cm
dan lebar kursi 58 cm. Meja antic beralas kulit kerang sebagai tempat
menaruh makanan dan minuman.
9) Tempat Tidur Pengantin

Berdasarkan hasil pengamatan Pangkeng adalah kamar pengantin yang


diletakkan diamben (ruangan yang lantainya lebih tinggi dari bagian ruang
lainnya). Ruangan kamar pengantin dihiasi dengan beberapa barang,
seperti :

 PLESER (kain tipis warna putih dengan ukuran panjangnya menurut


kebutuhan dan lebarnya sekitar 30-35 cm. dengan bagian bawahnya
diberi warna biru tua). “Gegemboong” (kain yang dijahit menurut pola
gegulung dengan bagian bawah lebih besar dari bagian atas. Agar
kokoh dan mantap diisi dengan benda-benda lunak yang agak berat).
Bentuk “Kajang Angkap” (platfon) dihiasan dengan kain warna-warni
motif bunga.
 LANGSE (Kain tipis motif kuno warna-warni yang berfungsi sebagai
gordeng)
 Dua tumpuk kasur yang dialasi dengan kain SAMAGE sejenis kain
batik yang lebar dan panjang dengan motif bunga-bunga dan puncak
rebung.
 Bantal SOOSOON (sejenis bantal dari negeri china) ujung pangkalnya
empat persegi panjang diberi ukuran motif Bunga pada lapisan logam
 Lemari REK (lemari pakaian atau pajangan pakaian cermin kaca)
badan lemari diberi ukiran dan di cat dengan warna keemasan
 DAMPAR (sejenis meja ukir diberi ukiran dari kayu, yang biasa atau
bertingkat)
 TEPAK (tempat sirih dan “Paridon” (alat penampung air ludah)
 BOON (tempat menyimpan keperluan sehari-hari dari kayu berbentuk
bulat dengan motif bunga yang samar-samar dan “Botekan” (alat
penyimpan obat-obat tradisional dari kayu di ukir dan berbentuk
pagoda)
 LAMAT PENGANTIN (kasur dengan ukuran kecil untuk tempat
duduk)
 PEDUPAAN
 Kaca untuk berhias

10) Mata Uang Kesultanan Palembang Darussalam

Berdasarkan hasil pengamatan, sebelum manusia mengenal mata uang,


kegiatan jual beli dilakukan dengan cara tukar-menukar antar jenis baraang
tertentu dengan barang yang lain yang lazim disebut dengan istilah
“barter”. Sejalan dengan perkembangan perekonomian dizaman kebutuhan
tukar-menukar semakin meningkat, dirasakan tidak praktis lagi sistem ini
digunakan sehingga timbulah pemikiran untuk menciptakan alat tukar-
menukar jual beli, dari sini mata uang mulai dikenal. Di Indonesia mata
uang telah lama dikenal, bahkan pada zaman kerajaan sriwijaya telah
dipergunakan mata uang dalam sistem perdagangan.
11) Prasasti Kedukan Bukit

Berdasarkan hasil pengamatan, prasasti diatas merupakan prasasti yang


di temukan di daerah kedukan bukit, sehingga diberi nama dengan prasasti
kedukan bukit.

12) Perlengkapan Minum Masa Kolonial

Botol minum di atas merupakan botol yang digunakan pada masa


kolonial. Terdapat botol minuman keras, botol minum saat pelayaran, juga
peralatan minum teh
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Yang kami dapat dari hasil kunjungan Museum Sultan Mahmud


Badaruddin II adalah salah satunya mengetahui sejarah palembang yang
bermula ditemukannya prsasti batu di Kedukan Bukit, serta peninggalan-
peninggalan bersejarah seperti pakaian adat, senjata tradional, kendi-kendi dan
masih banyak lagi

2. Saran

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II agar lebih ditingkatkan lagi


seorang pemandu untuk menjelaskan benda-benda peninggalan kalau bisa
adanya generasi baru buat kepengurusan Museum tersebut agar tidak
pernah pudar, lebih dijaga kebersihan dan kenyamaan saat berkunjung
Lampiran

Transkip Wawancara

Keterangan :

T : Tanya

J : Jawab

T : Apa saja hal yang ada di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II?

J : Disini Saya terangkan ada dua sejarah di Museum ini yaitu Kerajaan
Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Pertama Kerajaan Sriwijaya ini ada
dua periode zaman yaitu Hindu dibawah abad ke-6 dan Budha abad ke 7-12.
Keberadaan kerajaan ini dikuatkan dengan salah satu prasasti yaitu Prasasti
Kedukan Bukit. Prasasti ini ditemukan dekat Sungai Kedukan Bukit itulah
asal nama Prasati Kedukan Bukit. Jadi berdasarkan keputusan Presiden RI
No.063 tahun 1984 Sultan Mahmud Badaruddin II diangkat menjadi
Kepahwanan Nasional di zaman Soerharto dikarenakan ketika beliau
dikalahkan oleh belanda ditawarkan jadi raja tapi dibawah naungan Belanda
beliua tidak suka dipengaruhi bangsa asing dan beliau menolak karna tidak
mau bekerja sama dengan bangsa asing. Beliau diasingkanke Ternate,
Maluku Utara. Beliau tidak boleh membuat kerajaan disana, tidak boleh
pulang ke Palembang, dan hanya boleh menjadi petani atau pedagang. Beliau
ucapkan “saya terima”. Akhirnya beliau meninggal di Ternate, Maluku Utara.
Sebelum nama Museum SMB II ini adalah rumah yang terletak di pinggir
Sungai Musi, rumah ini adalah rumah Residen Belanda, orang – orang tua
bilang rumah tuan besar. Rumah ini dibangun oleh Meennir Van Seven
Houven pada tahun 1823-1825. Dari rumah inilah Belanda memerintah
Sumbangsel. Kemudian 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan terjadi Butaico
tempat tentara Jepang termasuk Benteng Kuto Besak. Tahun 1944 bom atom
jatuh di Hirosima dan Nagasaki, kemudian Jepang pulang ke negrinya dan
Belanda menduduki Palembang pada tahun 1949. Pada tahun 1947 terjadi
perang 5 hari 5 malam (1-5 januari), maka dari itu didirikan Monumen tahun
1988 yaitu Monumen Perjuangan Rakyat.

T : Berapakah luas dan lebar Museum Sultan Mahmud Badaruddin II?

J : Tanahnya ±1,5 hektar, panjangnya 32 meter, lebarnya 22 meter. Di bangun


Belanda pada tahun 1823 – 1825.
T : Sudah berapa lama Bapak bekerja di Museum Sultan Mahmud Badaruddin
II?

J : Saya bekerja disini pada tahun 1995 – sekarang.

T : Selama Bapak bekerja bagaimana kesan Bapak terhadap Museum Sultan


Mahmud Badaruddin II?

J : Menurut Saya, perkembangan Museum ini maju, sebelum jadi guide diberi
penataran oleh dosen – dosen pariwisata, seperti pariwisata, bahasa inggris,
PK3, sejarah, dan mengenai Sapta Pesona. Menurut Saya, guide harus full
comensen (penuh keterampilan), karena yang dihadapi bukan masyarakat
biasa terkadang orang asing seperti mahasiswa dari luar negeri dan dalam
negeri. Dalam menunjang pariwisata harus kita hafal sapta pesona dan kita
berusaha untuk membuat tamu – tamu negara seperti di rumah sendiri. Ada
yang istimewa saya pernah mendapat uang kaget dari RCTI.

T : Barang – brang yang ada di museum Sultan Mahmud Badaruddin II berasal


dari mana saja Pak?

J : Karena barang sedang ditata, Saya tidak dapat menyebutkannya. Tapi yang
Saya lihat yaitu dari Kerajaan Sriwijaya seperti Telaga Batu, Kesultanan
Palembang yaitu Silsilah Kerajaan Palembang dan asal – usul nenek moyang
Raja Palembang. Di sini hanya duplikat yang asli ada di Museum Nasioal.

T : Apa saran bapakbuat Museum Sultan Mahmud Badaruddin II?

J : Menurut Saya, karena Museum ini merupakan lembaga pendidikan non -


formal, dimasuki oleh berbagai macam bangsa seperti Inggris, Perancis,
China, Amerika dan sebagainya. Pemandu Museum harus bisa menyesuaikan
keadaan dan mengenal adat istiadat orang – orang asing, sebab jika kita
banyak bertanya dia marah dan bersikap sopan santun kepada mereka.
Tujuannya yaitu menerangkan sejarah, dan juga selalu bertanya kepada
mereka apa yang ingin ditanyakan “What can I do for you sir?”

T : Sekian Pak wawancara dari Saya, Saya ucapkan terima kasih banyak kepada
Bapak Abisofyan yang telah memberikan informasi tentang Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II ini.
Gambar di atas diambil ketika selesai melakukan observasi

Gambar diatas diambil ketika pemandu museum menjelaskan salah satu benda di dalam museum
Pemandu museum menjelaskan tentang peta ma huan

Pemandu museum menjelaskan tentang pakaian adat Palembang kepada kelompok 2


Gambar diatas merupakan pakaian adat aesan gede

Gambar diatas merupakan pakaian adat aesan paksangko


Gambar di atas merupakan pakaian kebesaran kesultanan Palembang Darussalam

Gambar di atas merupakan perlengkapan untuk khitanan


Gambar di atas merupakan perlengkapan untuk pengajian

Gambar di atas merupakan perlengkapan untuk persiapan kelahiran bayi


Gambar di atas merupakan perlengkapan untuk lamaran

Gambar di atas merupakan kendi-kendi pada masa kesultanan palembang


Gambar di atas merupakan perlengkapan acara pernikahan

Gambar di atas merupakan senjata tradisional palembang


Gambar di atas merupakan kursi peninggal belanda

Gambar di atas merupakan kamar penganti khas Palembang


Gambar diatas merupakan mata uang peninggalan Palembang

Gambar di atas merupakan prasasti yang di temukan di palembang


Gambar di atas merupakan botol air minum peninggalan belanda

Anda mungkin juga menyukai